BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Juknis Operasional SPM

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. dilaporkan sebesar 100% sehingga sudah mencapai target K1 100%.

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2013

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) SUKABUMI

Oleh JUSTIN DARREN RAJ

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

REKAPITULASI PERHITUNGAN CAKUPAN KOMPONEN KEGIATAN KINERJA PUSKESMAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BLITAR

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

LOMBOK UTARA PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

Transkripsi:

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya- upaya promosi kesehatan,pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.upaya kesehatan perorangan mencakup upaya- upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Kunjungan Ibu Hamil K- 1 Kunjungan ibu hamil K- 1 adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan di sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standard. 28

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.pelayanan antenatal merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu.pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2009). Secara operasional Depkes RI (2009) menentukan pelayanan antenatal dengan standar pelayanan, antara lain: a. Timbang berat badan dan ukur tinggi b. Ukur tekanan darah c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) d. Ukur tinggi fundus uteri e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) f. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid(TT) g. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan h. Test laboratorium (rutin dan khusus) i. Tatalaksana kasus j. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan. Pada tahun 2013 cakupan kunjungan ibu hamil K- 1 sebesar 93,7 %, dimana dari 1.692 sasaran ibu hamil sebanyak 1.585 ibu hamil mendapat pelayanan K- 1. Jika dilihat dari sebaran per kecamatan maka cakupan K- 1 tertinggi pada Kecamatan Malinau Utara yaitu sebesar 107,7 % sedangkan cakupan terendah pada Kecamatan Kayan Selatan sebesar 40,4 %.Jika dibandingkan dengan tahun sebelummnya yaitu tahun 2012 maka terdapat penurunan cakupan K- 1. Untuk melihat 29

trend cakupan K- 1 di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik. 4.1 Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K- 1 di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 98 95.4 95 95 95 93.7 2011 2012 2013 K- 1 Target SPM Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes kab. Malinau Jika dilihat pada grafik maka Cakupan K- 1 di Kabupaten Malinau cenderung mengalami penurunan, hal ini dapat dikarenakan sistem pencatatan yang semakin baik oleh puskesmas, sehingga meminimalisir pencatatan ganda atau pencatatan kunjungan dari luar wilayah. Selain itu juga pada tahun 2013 terdapat beberapa desa yang tidak terdapat kelahiran riil di lapangan sehingga menyebabkan cakupan K- 1 rendah jika dibandingkan dengan data estimasi sasaran target 2013. Jika dbandingkan dengan target SPM 2015 maka Cakupan K1 masih di bawah target SPM; dengan upaya yang lebih optimal maka diharapkan pada tahun 2015 Cakupan K1 di Kabupaten Malinau dapat mencapai target SPM. 2. Kunjungan Ibu Hamil K- 4 Ibu hamil K- 4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standard paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Pada tahun 2013 kunjungan K- 4 pada Ibu Hamil sebesar 80,2 %, dimana dari 1.692 jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 1.357 ibu hamil 30

mendapat pelayanan K- 4.Kecamatan mentarang Hulu merupakan kecamatan dengan cakupan Pelayanan K- 4 paling tinggi yaitu sebesar 104,8 % sementara Kecamatan Bahau Hulu memiliki cakupan Pelayanan K4 paling rendah yaitu sebesar 35 %. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 maka Cakupan K- 4 mengalami penurunan. Adapun untuk melihat trend Cakupan K- 4 dari tahun 2011-2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.2 Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K- 4 di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 100 90 80 70 95 95 95 85.3 84.3 2011 2012 2013 Target SPM K- 4 80.2 Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes kab. Malinau Jika dilihat pada grafik maka Cakupan K- 4 di Kabupaten Malinau cenderung mengalami penurunan, hal ini dapat dikarenakan sistem pencatatan yang semakin baik oleh puskesmas, sehingga meminimalisir pencatatan ganda atau pencatatan kunjungan dari luar wilayah. Selain itu juga pada tahun 2013 terdapat beberapa desa yang tidak terdapat kelahiran riil di lapangan sehingga menyebabkan cakupan K- 4 rendah jika dibandingkan dengan data estimasi sasaran target 2013. 3. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 31

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada skala I sampai dengan IV persalinan. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standard. Di Kabupaten Malinau pada tahun 2013 dari 1.616 sasaran Target Ibu Bersalin sebanyak 1.225 ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan atau sebesar 75,8 % persalinan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan. Kecamatan Malinau Utara merupakan kecamatan dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan paling tinggi yaitu sebesar 110,8 % sementara Kecamatan Bahau Hulu memiliki cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan paling rendah yaitu sebesar 28,9 %. Untuk melihat kecenderungan Cakupan Linakes dari tahun 2011 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.3 Trend Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 95 90 85 80 75 70 65 90 90 90 77.2 75.8 70.2 2011 2012 2013 Target SPM Linakes Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes kab. Malinau 4. Pelayanan Nifas Cakupan Pelayanan Nifas adalah Pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standard (Depkes RI, 2008).Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIAdalam menyelenggarakan pelayanan nifas yang professional. 32

Pelayan Nifas Sesuai Standard adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan. Dalam pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan juga pelayanan neonatus sesuai standard sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar (ASI Ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian Vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi Hepatitis B1 (bila tidak diberikan pasda saat lahir), manajemen terpadu bayi muda. Pada tahun 2013 di Kabupaten Malinau terdapat 1.616 jumlah sasaran ibu nifas, dari sasaran target tersebut sebanyak 1.096 ibu nifas/ibu bersalin mendapat pelayanan nifas atau sebesar 76,8 % ibu nifas mendapat pelayanan nifas. Kecamatan Malinau Utara merupakan kecamatan dengan cakupan persalinan nifas paling tinggi yaitu sebesar 96,5 % sementara Kecamatan Malinau Barat memiliki cakupan persalinan nifas paling rendah yaitu sebesar 23,4 %. Untuk melihat kecenderungan Cakupan Pelayanan Nifas dari tahun 2011 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.4 Trend Cakupan Pelayanan Nifas kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 95 90 85 80 75 70 65 90 90 90 77.2 73.6 67.8 2011 2012 2013 Target SPM Linakes Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes kab. Malinau 33

5. Imunisasi TT Ibu Hamil Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kumam tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).Imunisasi TT Ibu Hamil adalah pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Manfaat imunisasi TT Ibu Hamil adalah melindungi bayi baru lahir dari Tetanus Neonatorum (BKKBN, 2005); melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000). Pemberian TT2 selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun.pemberian TT3 selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun.pemberian TT4 selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun.pemberian TT5 selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25tahun.Pemberian TT2+ merupakan imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan). Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil yang imunisasti TT sebanyak 409 orang dari jumlah sasaran target ibu hamil sebanyak 1.692; dengan kata lain cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil pada tahun 2013 sebesar 24,17 %, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 dimana pada tahun 2012 Imunisasi TT Ibu Hamil sebesar 35,4 %. Untuk melihat kecenderungan Cakupan Pelayanan Imunisasi TT Ibu Hamil dari tahun 2011 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 34

Grafik. 4.5 Cakupan Pelayanan Imunisasi TT Ibu Hamil di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 40 30 20 35.4 24.2 10 0 3.2 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kab. Malinau 6. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe Tablet Zat besi (Fe) adalah suatu tablet mineral yang sangat dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Tablet ini sangat diperlukan oleh ibu hamil. Sudah selayaknya seorang ibu hamil akan mendapatkan tablet Fe selama kehamilannya. Tablet Fe sangat penting bagi kesehatan ibu hamil, diantaranya yaitu : Mencegah terjadinya anemi defisiensi besi, mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin, anemia dan perdarahan dapat dicegah, maka kematian ibu pun dapat diturunkan. Pada tahun 2013 cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe sebesar 91,6 % untuk Fe1 dan 83,8 % Fe3. Cakupan tablet Fe ibu hamil di Kabupaten Malinau dari tahun 2011 2013 mengalami peningkatan. Untuk melihat trend cakupan Tablet Fe ibu hamil dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 35

Grafik. 4.6 Trend Cakupan Pemberian Tablet Fe Ibu Hamil di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 90 85 80 77.78 80.61 83.8 75 70 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau 7. Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang mengancam jiwa ibu dan/ atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan meliputi abortus, hyperemesis Gravidarum, Perdarahan per Vaginam, Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah. Komplikasi dalam persalinan meliputi kelainan letak/presesntasi janin, partus macet/distosia, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/ sepsis, kontraksi dini/persalinan premature, kehamilan ganda. Komplikasi Nifas meliputi Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), infeksi nifas, perdarahan nifas. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani merupakan ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standard oleh petugas kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Pada tahun 2013 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 34,9 % dimana dari 338 jumlah estimasi ibu hamil komplikasi 36

sebanyak 118 ibu hamil komplikasi ditangani. Jika dilihat capaian tersebut masih di bawah target SPM Kesehatan sebesar 80 %; namun jika dibandingkan dengan jumlah komplikasi yang ditemukan maka cakupan komplikasi yang ditangani sebesar 100 %. Dapat dikatakan bahwa cakupan penemuan komplikasi kebidanan masih rendah (jika dibandingkan estimasi komplikasi kebidanan) hal ini disebabkan karena masih adanya petugas kesehatan yang keliru dalam definisi operasional komplikasi kebidanan serta pencatatan dan pelaporan dari petugas pustu yang belum optimal. 8. Neonatus Dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonates dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi meliputi aspiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR berat badan lahir rendah < 2500 gram), sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital. Pada tahun 2013 neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar 56,4 % dimana dari 231 jumlah estimasi neonatus komplikasi sebanyak 130 neonatus komplikasi ditangani. Jika dilihat capaian tersebut masih di bawah target SPM Kesehatan sebesar 80 %; namun jika dibandingkan dengan jumlah komplikasi yang ditemukan maka cakupan komplikasi yang ditangani sebesar 100 %. Dapat dikatakan bahwa cakupan penemuan komplikasi neonatus masih rendah (jika dibandingkan estimasi komplikasi neonatus berdasarkan jumlah bayi baru lahir) hal ini disebabkan karena masih adanya petugas kesehatan yang keliru dalam definisi operasional komplikasi neonatus serta pencatatan dan pelaporan dari petugas pustu yang belum optimal. 9. Pemberian Vitamin A Pada Bayi 37

Cakupan bayi mendapat kapsul vitamin A merupakan cakupan bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis 100 µa 1 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 cakupan bayi mendapat vitamin A sebesar 77,3 % dimana dari 923 jumlah sasaran bayi usia 6 bulan 24 bulan yang mendapat Tablet Vitamin A sebanyak 713 bayi. 10. Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Cakupan anak balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali/tahun merupakan cakupan anak balita umur 12 59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis 200 µa 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus. Pada tahun 2013 cakupan anak balita umur 12 59 bulan mendapat vitamin A sebesar 60,3 % dimana dari 7.152 jumlah sasaran anak balita usia 12 bulan 59 bulan yang mendapat Tablet Vitamin A sebanyak 4.310 anak balita. 11. Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A merupakan cakupan pemberian vitamin A 2 kali pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan. Pada tahun 2013 cakupan ibu nifas mendapat vitamin A sebesar 73,5 % dimana dari 1.616 jumlah sasaran ibu nifas yang mendapat Tablet Vitamin A sebanyak 1.189 ibu nifas. 12. Peserta KB Baru Pada tahun 2013 tidak ada laporan peserta KB Baru. 38

13. Peserta KB Aktif Cakupan peserta KB Aktif di Kabupaten Malinau pada tahun 2013 sebesar 57,9 %, yang mana dari 13.126 sasaran target pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 7.602 PUS. 14. Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) merupakan pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke- 1 pada 6-24 jam setelah lahir. Sedangkan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN3/KN Lengkap) merupakan pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI Ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian Vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standard sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah. Pada tahun 2013 cakupan kunjungan Neonatus KN1 sebesar 97,02 % dan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) sebesar 92,65 %. Untuk melihat trend cakupan KN1 dan KN2 di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 105 Grafik. 4.14 Trend Kunjungan Neonatus di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 100 95 90 85 81.4 95.6 86.8 97.02 92.65 KN1 KN3 80 80 75 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau 39

15. Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi meupakan cakupan kunjungan bayi umur 29 hari 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali pada umur 3 6 bulan, 1 kali pada umur 6 9 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi konseling ASI Ekslusif, pmberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 11 bulan. Kunjungan bayi pada tahun 2013 sebesar 76,59 %. Dimana dari 1.538 jumlah estimasi /sasaran bayi terdapat 1.178 jumlah kunjungan bayi minimal 4 kali. Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Malinau tertinggi pada Kecamatan Malinau Utara yaitu sebesar 107,7 % sedangkan Kecamatan Malinau Selatan tepatnya wilayah kerja Puskesmas Gong Solok memiliki cakupan kunjungan bayi terendah yaitu sebesar 25.6 %. Untuk melihat trend cakupan kunjungan bayi (minimal 4 kali) di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 40

Grafik. 4.15 Trend Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali) di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 90 87.6 85 80 80.8 76.6 75 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau Jika dilihat pada grafik terjadi penurunan cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013, hal ini dapat disebabkan karena pencatan dan pelaporan yang belum optimal dimana pada tahun 2013 terdapat 2 puskesmas yang tidak terdapat laporan kunjungan bayi sehingga mempengaruhi data cakupan kunjungan bayi yaitu Puskesmas Long Ampung (Kecamatan Kayan Selayan) dan Puskesmas Long Alango (Kecamatan Bahau Hulu). 16. Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) merupakan desa/kelurahan dimana 80 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu sati tahun. Pada tahun 2013 cakupan Desa UCI adalah sebesar 74,31 % dimana dari 109 desa yang ada sebanyak 81 desa telah mencapai UCI. Dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Malinau hanya Kecamatan Malinau Kota yang 100 % desanya mencapai UCI. Sedangkan Kecamatan Pujungan memiliki cakupan desa UCI terendah yaitu sebesar 55,56 %. Hal tersebut dapat dikarenakan belum semua desa terutama di Kecamatan Pujungan memiliki sarana kesehatan (pustu maupun poskesdes) serta belum semua desa memiliki tenaga kesehatan/juru imunisasi terlatih; selain itu juga kondisi demografis yang cenderung 41

sulit menyebabkan keterbatasan dalam menjangkau desa setiap waktu (baik dari segi waktu maupun biaya) ; selain itu juga rendahnya kelahiran. Untuk melihat trend cakupan Desa UCI di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.16 Trend Cakupan Desa UCI di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 80 75 70 65 69.4 69.4 74.31 60 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau 17. Imunisasi Bayi Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Program imunisasi akan efektif atau bisa memberikan dampak penurunan penyakit menular apabila cakupannya tinggi ( 80%) dan merata di semua desa/kelurahan dan mutu pelayanan terjaga sesuai standar, termasuk penanganan cold chain. Jenis imunisasi yang diberikan pada bayi meliputi 1 kali imunisasi BCG, 3 kali imunisasi DPT- HB, 4 kali imunisasi polio dan 1 kali imunisasi campak. Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur < 3 bulan; imunisasi Polio diberikan pada bayi baru lahir dan tiga dosis berikutnya dengan jarak paling cepat 4 minggu; imunisasi DPT- HB diberikan pada bayi umur dua, tiga, dan empat bulan dengan interval minimal 4 minggu; dan imunisasi campak paling dini umur 9 bulan. Apabila seorang anak telah mendapat semua jenis imunisasi tersebut maka dikatakan anak tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2013 Cakupan imunisasi DPT1 + HB1 sebesar 101 %, Cakupan Imunisasi DPT3 + HB3 sebesar 104 %,Cakupan Imunisasi 42

Campak pada tahun 2013 sebesar 97,53 %, Imunisasi BCG sebesar 96 %, Imunisasi Polio 3 sebesar 99,89 %. DO (Drop Out) merupakan bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap dengan mendeteksi bayi yang mendapat imunisasi DPT1+HB1 tetapi tidak terdeteksi pada imunisasi campak. Pada tahun 2013 Drop- Out Imunisasi DPT1- Campak sebesar 6,06 %. 18. Bayi Yang Mendapat ASI Ekslusif Cakupan Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI (Air Susu Ibu) saja sejak lahir sampai 5 bulan (sebelum mencapai usia 6 bulan) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 cakupan bayi mendapat ASI Ekslufif sebesar 1,11 %. Tidak semua puskesmas mengirimkan laporan mengenai cakupan ASI Ekslusif. 19. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada anak 6-23 bulan Gakin merupakan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 23 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. MP ASI pabrikan berupa bubuk instant untuk bayi usia 6 11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12 23 bulan. Pada tahun 2013 cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin sebesar 123 bayi atau 100 % (data yang diperoleh hanya data Puskesmas Malinau Kota dan Puskesmas Sehati/Gong Solok). 20. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita mencakup pemantauan pertumbuhan dan pemantauan perkembangan anak balita. Pemantauan pertumbuhan anak balita yaitu pengukuran berat badan 43

per tinggi/panjang badan (BB/TB) serta berat badan per umur (BB/U). Sedangkan Pemantauan perkembangan balita meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan balita yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun sebesar 72,05 % dimana Puskesmas Loreh (Kecamatan Malinau Selatan) memiliki cakupan pelayanan anak balita yang paling tinggi yaitu sebesar 102 % sedangkan cakupan terendah pada Puskesmas Long Berang (Kecamatan Metarang Hulu) sebesar 20,7 %; terdapat 2 puskesmas yang tidak ada laporan cakupan pelayanan balita yaitu Puskesmas Long Alango (Kecamatan Bahau Hulu) dan Puskesmas Long Ampung (Kecamatan Kayan selatan). Untuk melihat trend cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.20 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 80 70 60 50 40 30 20 67.6 72 31.2 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau Jika dilihat pada data di atas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan anak balita dari tahun 2011 2013 mengamali fluktuasi dimana terdapat penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2012 kemudian mengalami kenaikan di tahun 2013. Jika melihat data tersebut pada tahun 2012 terdapat data yang under reported atau dengan kata lain pencatatan dan pelaporan dari puskesmas maupun 44

pustu belum begitu optimal. Maka perlu adanya pembinaan dalam sistem pencatatan dan pelaporan secara continue agar tidak ada lagi data yang over maupun under reported. 21. Balita Ditimbang Pada tahun 2013 100 % balita dilakukan penimbangan baik di puskesmas maupun posyandu. 22. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z- score < - 3 SD dan atau dengan tanda- tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus- kwasiorkor). Balita gizi buruk mendapat perawatan merupakan balita gizi buruk yang dirawat/ ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 terdapat 68 kasus gizi buruk dan 100% mendapat perawatan di sarana kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk. Untuk melihat trend kasus gizi buruk di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.22 Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 80 70 60 50 40 30 20 68 60 42 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau Jika dilihat pada grafik di atas terjadi kenaikan kasus selama 3 tahun; peningkatan kasus dikarenakan penemuan kasus yang semakin baik serta sistem pencatatan dan pelaporan yang semakin baik oleh petugas kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Melihat adanya 45

kasus gizi buruk yang cukup besar maka perlu lebih dioptimalkan upaya preventif dan promotif kepada masyarakat dalam mengurangi, mengeradikasi dan mengendalikan kasus gizi buruk di masyarakat. 23. Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat merupakan pemeriksaan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat sebesar 98 % dimana dari 2.315 jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat sebanyak 2.268 murid mendapat pelayanan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten Malinau tertinggi pada Kecamatan Malinau Selatan yaitu Puskesmas Loreh sebesar 144,5 % dan cakupan terendah di Kecamatan Malinau Selatan Hilir (Puskesmas Setulang) sebesar 65,9 %. Jika dilihat capaian Puskesmas Loreh masih terdapat data/laporan yang ober reported, untuk itu kedepan perlu adanya pembinaan dan verifikasi terhadap pelaporan untuk meminimalisir data- data yang over maupun under reported. Untuk melihat trend cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 46

Grafik. 4.23 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 110 100 98 90 80 83.4 88.3 70 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau 24. Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Siswa SD mendapat pelayanan kesehatan adalah jumlah seluruh siswa SD dan setingkat kelas 1 sampai dengan kelas VI yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standard. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Malinau pada tahun 2013 sebesar 18,3 %; dimana dari 10.082 siswa SD dan setingkat kelas I sampai dengan kelas VI yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 1.844 siswa. Dari 4.836 Siswa laki- laki yang ada sebanyak 19,7 % mendapat pelayanan kesehatan serta siswa perempuan sebanyak 17 % mendapat pelayanan kesehatan dari 5.246 siswa perempuan SD. Adapun dari 1.844 jumlah siswa yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 51,6 % adalah siswa laki- laki sedangkan siswa perempuan sebesar 48,4 %. Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat tertinggi di Kecamatan Sungai Boh sebesar 35,9 % sedangkan cakupan terendah di Kecamatan Kayan Hulu sebesar 9,2 %. 25. Pelayanan Kesehatan Usila Pelayanan keehatan Usia Lanjut (Usila) merupakan upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan 47

dan pemulihan. Tujuan dari pelayanan kesehatan usia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. Pelayanan kesehatan usia lajut meliputi kegiatan upaya antara lain upaya promotif dapat berupa penyuluhan; upaya preventif berupa pemeriksaan kesehatan secara berkala, kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur, pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan YME; Upaya kuratif dapat berupa pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan spesifikasi melalui system rujukan; upaya rehabilitatif dapat berupa perawatan fisio terapi, nasihat cara hidup sesuai penyakit yang diderita, mengembalikan kepercayaan diri serta memperkuat mental penderita. Pada tahun 2013 di Kabupaten Malinau cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut sebesar 62,6 % dimana dari 7.030 usila yang ada sebanyak 4.401 usila mendapat pelayanan kesehatan sesuai standard. Untuk melihat trend cakupan pelayanan kesehatan usila di Kabupaten Malinau dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik. 4.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila di Kabupaten Malinau Periode Tahun 2011 2013 70 60 62.6 50 46.57 50.3 40 2011 2012 2013 Sumber: Bidang Yankes Kesehatan Dinkes kab. Malinau 26. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 Yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kab/ Kota Sarana Kesehatan dengan kemampuan Gawat Darurat Level 1 merupakan tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki dokter umum on site (berada di tempat) 24 jam dengan kualifikasi GELS 48

(General Emergency Life Support) dan/atau ATLS (Advance Trauma Life Support) + ACLS (Advance Cardiac Life Support) serta memiliki alat transportasi dan komunikasi. Pada tahun 2013 di Kabupaten Malinau sarana pelayanan gawat darurat level 1 sebesar 25 % yaitu 2 sarana RS yaitu RSUD Malinau dan RSUD Mobile Langap, sedangkan 6 puskesmas perawatan yang ada belum memiliki dokter umum on site 24 jam yang bersertifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS. 27. Desa/ Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 Jam Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu. Desa/kelurahan KLB adalah jumlah KLB di desa/kelurahan dimana terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Penyelidikan dan penanggulangan KLB kurang dari 24 jam sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa faximili atau telepon. Penyelidikan KLB merupakan rangkaian kegiatan berdasarkan cara- cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara- cara penanggulangannya; sedangkan Penanggulangan KLB merupakan upaya untuk menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu KLB. Pada tahun 2013 terdapat 2 desa yang mengalami kasus yang masuk dalam kategori KLB, dimana 2 desa tersebut terjadi kasus Dangue Shock Syndrome (2 kasus) yaitu 1 kasus di Desa Langap di Kecamatan Malinau Selatan dan 1 kasus di Desa Tanjung Lapang di Kecamatan Malinau Barat. Attack Rate sebesar 0,07 % serta CFR (Case 49

fatality Rate) sebesar 100 % dimana dari 2 kasus Dangue Shock Syndrome terdapat 2 penderita meninggal. Adapun Cakupan desa yang terkena KLB yang ditangani < 24 jam sebesar 100 % dimana 2 desa tersebut dilakukan investigasi dan penanganan < 24 jam. 28. Rasio Tumpatan/ Pencabutan Gigi Tetap Pemeriksaan gigi dan mulut merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan, dan penambalan sementara yang dilakukan di sarana kesehatan. Di Kabupaten Malinau berdasarkan laporan puskesmas pada tahun 2013 rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap sebesar 0,01 dimana jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 13 serta pencabutan gigi tetap sebesar 1.252. 29. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak SD dan setingkat merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Pada tahun 2013 sebanyak 94 SD (100 %) dilakukan sikat gigi massal dan pelayanan kesehatan gigi di sekolah oleh petugas kesehatan. Dari 94 SD tersebut sebanyak 18,2 % (1.834 orang) siswa dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut; sebanyak 89 % (1.631 orang) dari siswa yang diperiksa memerlukan perawatan gigi dan mulut; dari 1.631 siswa yang memerlukan perawatan gigi dan mulut seluruhnya (100 %) mendapat perawatan gigi dan mulut sesuai standard. 50

30. Penyuluhan Kesehatan Salah satu upaya dalam memperbaiki perilaku masyarakat untuk dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan adalah melalui upaya promosi kesehatan yang salah satunya melalui upaya penyuluhan baik penyuluhan kelompok maupun penyuluhan massa. Penyuluhan kelompok merupakan penyuluhan pada kelompok sasaran tertentu sedangkan penyuluhan massa merupakan penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa (cetak dan elektronik). Pada tahun 2013 dilakukan 229 penyuluhan kelompok oleh 14 puskesmas di Kabupaten Malinau serta 189 penyuluhan massa. Melalui dana Operasional Puskesmas serta dana BOK puskesmas dapat melakukan penyuluhan kesehatan secara komprehensif dan berkesinambungan. Selain itu penyuluhan kesehatan juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab. Malinau dimana pada tahun 2013 dilakukan 11 penyuluhan kelompok. B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Dari data yang dilaporkan, pada tahun 2013 sebanyak 79.940 jiwa atau 92,79 % penduduk Kabupaten Malinau memiliki jaminan kesehatan baik Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin maupun Jaminan Kesehatan Daerah. Pada tahun 2013 jumlah peserta Askeskin/Jamkesmas sebanyak 20.007 jiwa atau sebesar 24,14 % dari jumlah penduduk. Sedangkan penduduk yang tercakup dalam Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) sebanyak 56.897 jiwa atau 68,65 % dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malinau pada tahun 2013 sebesar 21.839 jiwa; dari jumlah penduduk miskin tersebut yang 51

dicakup dalam jaminan Jamkesmas sebesar 91,6 %, sisanya tercakup dalam Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kabupaten Malinau. Jumlah penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan dasar rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan strata 1 sebanyak 18.294 orang atau sebesar 83,8 %. C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT Pada tahun 2013 hanya terdapat laporan rumah tangga PHBS dari Puskesmas Malinau Utara, dimana dari laporan rumah tangga PHBS sebanyak 11,9 % atau 246 rumah tangga dari 2.062 rumah tangga yang ada dan dipantau. D. KEADAAN LINGKUNGAN 1. Rumah Sehat Pada tahun 2013 di Kabupaten Malinau terdapat 15.032 rumah, dimana dari jumlah tersebut sebanyak 7.070 (47 %) rumah dilakukan pemeriksaan dan didapati sebanyak 4.632 rumah masuk kategori rumah sehat (65,5 %). 2. Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Tidak ada laporan/data mengenai rumah bebas jentik. 3. Sarana Air Bersih Rumah yang diperiksa sarana air bersihnya pada tahun 2013 sebanyak 10.884 rumah atau sebesar 63 % sarana air bersih (SAB) dari rumah yang ada memenuhi syarat kesehatan. Dari rumah yang dilakukan pemeriksaan tersebut diperoleh 40,2 % rumah menggunakan sarana air bersih Ledeng, menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT) sebesar 0,03 %, Sumur Galian (SGL) 2,2 %, Mata Air 17,8 %, Penampungan Air Hujan (PAH) sebesar 20 %, dan Lainnya (air sungai) 3 %. 52

4. Sumber Air Minum Pada tahun 2013 sebanyak 10.884 rumah dilakukan pemeriksaan sumber air minum keluarga, diperoleh data dimana rumah yang menggunakan air kemasan sebesar 0,01 %, 0,5 % menggunakan air isi ulang, menggunakan air ledeng sebanyak 40,2 %, air pompa 0,03 %, mata air terlindung 17,8 %, menggunakan air hujan 20 %, menggunakan air sungai 3,8 %. 5. Sarana Sanitasi Dasar a. Jamban Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan kepemilikan jamban pada 9.992 (57,8 %) rumah dimana dari pemeriksaan tersebut sebanyak 7.566 (75,7 %) rumah memiliki jamban; dari rumah yang memiliki jamban tersebut sebanyak 6.633 (66,4 %) rumah memiliki jamban sesuai syarat kesehatan. b. Tempat Sampah Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan kepemilikan tempat sampah pada 10.071 (58,3 %) rumah dimana dari pemeriksaan tersebut sebanyak 7.064 (70,1 %) rumah memiliki tempat sampah; dari rumah yang memiliki tempat sampah tersebut sebanyak 5.283 (52.5 %) rumah memiliki tempat sampah sesuai syarat kesehatan c. SPAL (Pengelolaan Air Limbah) Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan kepemilikan SPAL pada 9.439 (54,6 %) rumah dimana dari pemeriksaan tersebut sebanyak 5.427 (57,5 %) rumah memiliki SPAL; dari rumah yang memiliki SPAL tersebut sebanyak 4.021 (42,6 %) rumah memiliki SPAL sesuai syarat kesehatan. 6. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Jumlah TUPM yang ada di Kabupaten Malinau sebanyak 529, dimana sebanyak 422 (79,8 %) TUPM dilakukan pemeriksaan serta 398 (94,3 %) TUPM yang diperiksa memenuhi syarat kesehatan. 53

a. Hotel Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan pada 11 hotel yang ada di Kabupaten Malinau dimana dari pemeriksaan tersebut sebanyak 100 % hotel sesuai dengan syarat kesehatan. b. Restoran/ Rumah Makan Restoran/Rumah Makan yang ada di Kabupaten Malinau sebanyak 133,dilakukan pemeriksaan terhadap 103 (77,4 %) restoran/rumah makan dan dari hasil pemeriksaan diperoleh sebanyak 86 (83,5 %) restoran/rumah makan memenuhi syarat kesehatan. c. Pasar Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan terhadap 4 pasar dari 6 jumlah pasar yang ada di Kabupaten Malinau, dari hasil pemeriksaan terhadap 4 pasar tersebut 100% pasar memnuhi syarat kesehatan. d. TUPM Lain Pada tahun 2013 dilakukan pemeriksaan terhadap 304 (80,2 %) TUPM Lain. Adapun yang termasuk dalam kategori ini adalah kantin sekolah serta salon. Dari hasil pemeriksaan diperoleh 297 (97,7 %) memenuhi syarat kesehatan. 7. Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungannya Institusi yang dibina meliputi sarana pelayanan kesehatan, instalasi pengolahan air minum, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan perkantoran. Pada tahun 2013 dilakukan pembinaan terhadap institusi yang ada di Kabupaten Malinau yaitu sebanyak 440 institusi (87,1 %) dari 505 institusi yang ada, dengan rincian 4 unit (100 %) instalasi pengolahan air minum ; Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Malinau berjumlah 151 unit dan dilakukan pembinaan kepada 134 sarana atau sebesar 88,7 %. Selain itu juga terdapat 184 sarana ibadah dan dilakukan pembinaan kesehatan lingkungan terhadap 162 sarana (88 %); serta 54

dari 166 sarana perkantoran yang ada sebanyak 140 (84,3 %) sarana perkantoran dilakukan pembinaan kesehatan lingkungan. 55