BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

dokumen-dokumen yang mirip
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

Asas asas perjanjian

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika Siaran Radio

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN JASA BERDASARKAN BUKU III KUHPERDATA

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB II PERJANJIAN SECARA UMUM

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

HUKUM PERJANJIAN. atau. lebih. di antaranya : pembayaran. Naturalia

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN UTANG PIUTANG DIBAWAH TANGAN. dahulu dijelaskan apa yang dimaksud engan perjanjian. Masalah perjanjian

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN, SEWA MENYEWA DAN WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Buku III itu, diatur juga perihal perhubungan hukum yang sama sekali tidak

STIE DEWANTARA Kontrak Bisnis

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

KONTRAK KERJA. Makalah. Igit Nurhidayat Oleh :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. ketentuan Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dengan menyatakan

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum

BAB II TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN KONTRAK KEAGENAN MINYAK TANAH YANG DIBUAT ANTARA PARA AGEN DENGAN PERTAMINA

BAB III LANDASAN TEORI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) A. Pengertian Perjanjian, Perjanjian Bernama dan Tidak Bernamaserta Perjanjian Kerja

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari

A. Pengertian dan Akibat Hukum Dari Suatu Perjanjian Pada Umumnya. lain dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hubungan ini tentunya tidak selamanya dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERLINDUNGAN HUKUM, ITIKAD BAIK, DAN AKIBAT HUKUM

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukannya dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi kegiatan bisnis yang atau sedang berjalan tersebut. Perangkat hukum tersebutlah yang disebut dengan perjanjian 39. Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum, perbuatan hukum akan menimbulkan hubungan hukum atau yang lazim disebut dengan istilah perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan hukum perikatan muncul karena adanya perbuatan hukum perjanjian. Pada saat para pihak menandatangani perjanjian, para pihak sedang melakukan perbuatan hukum sehingga setelah perjanjian itu ditandatangani maka para pihak terikat satu sama lain dalam hubungan hukum perikatan 40. Buku III B.W. berjudul Perihal Perikatan perkataan Perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan Perjanjian sebab dalam buku III itu diatur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan hukum ( onrechtmatige daad) dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan 39 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 19. 40 Dadang Sukandar, Membuat Surat Perjanjian, (Yogyakarta: Andi, 2011), h. 5. 35

36 persetujuan ( zaakwaarneming). Tetapi, sebagian besar Buku III ditujukan pada perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian, jadi berisikan hukum perjanjian. Adapun yang dimaksud Perikatan oleh Buku III B.W. adalah Suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Buku II mengatur perihal hubungan-hubungan hukum antara orang dengan benda (hak - hak perbendaan). Buku III mengatur perihal hubungan-hubungan hukum antara orang dengan orang (hak -hak perseorangan), meskipun mungkin yang menjadi objek juga suatu benda 41. Oleh karena sifat hukum yang termuat dalam Buku III itu selalu berupa suatu tuntutan, maka isi Buku III itu juga dinamakan hukum perhutangan. Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak berpiutang atau kreditur, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau debitur. Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan prestasi, yang menurut undang-undang dapat berupa: 1. Menyerahkan suatu barang 2. Melakukan suatu perbuatan 3. Tidak melakukan perbuatan Mengenai sumber-sumber perikatan, undang-undang menerangkan bahwa suatu perikatan dapat lahir dari persetujuan/ perjanjian atau dari undang-undang. 123. 41 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta, PT. Intermasa, 2001), Cet. ke-29, h.

37 Selain perikatan dan perjanjian, terdapat juga istilah kontrak yang secara gramatikal berasal dari bahasa Inggris contract. Kedua istilah tersebut yaitu perjanjian dan kontrak mengandung pengertian yang sama yaitu perbuatan hukum yang saling mengikatkan para pihak kedalam suatu hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam praktek, umumnya praktek bisnis. Karena jarang sekali orang menjalankan kegiatan bisnis mereka secara asalasalan. Maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis 42. Hal ini mengingat bahwa perjanjian dapat dibuat baik secara lisan maupun tertulis. Perjanjian mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perundangundangan. Artinya, perjanjian yang dibuat oleh pihak tertentu dapat dijadikan dasar hukum bagi yang membuatnya. Perbedaan dengan perundang-undangan adalah dalam hal bahwa perjanjian hanya berlaku bagi pihak yang membuatnya saja dan tidak mengikat pihak lain atau masyarakat umum, sedang perundangundangan berlaku umum kepada semua pihak yang menjadi subjek pengaturannya 43. Perjanjian dapat dikatakan adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal, seperti yang tercantum dalam (pasal 1313 KUHPerdata). Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih 42 Dadang Sukandar.op. cit, h. 6. 43 Faisal Santiago, loc. cit.

38 Kegiatan perjanjian yang dilakukan karena adanya kepentingan, tujuan dan kebutuhan para pihak, pada intinya diartikan sebagai suatu peristiwa seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal 44.Pada intinya suatu perjanjian diperlukan untuk menjaga para pihak dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dapat terjaga atau adanya suatu kepastian hukum. Untuk menjadikan pelaksanaan bisnis aman dan tenteram, maka diperlukan suatu perangkat hukum yaitu perjanjian. Dengan adanya suatu perjanjian maka akan menjadi suatu pengikat dan menjadi undang-undang bagi para pihak.oleh karena itu perjanjian yang dibuat tidak boleh dilanggar oleh para pihak, karena apabila dilanggar maka salah satu pihak akan mendapatkan sanksi dari perjanjian tersebut, dapat dikatakan apabila suatu perjanjian dilanggar maka: 1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk memperoleh ganti rugi. 2. Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat menghentikan perjanjian dan mengakhirinya. Patuh dan taat pada komitmen adalah suatu keharusan untuk mempertahankan keberlangsungan dari bisnis yang sedang atau telah dijalankan. Maka para pihak harus menghormati dan menghargai perjanjian dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. Hal-hal yang timbul dari aktivitas perjanjian: 44 Ibid

39 1. Merupakan pertemuan antara penawaran dan penerimaan. 2. Aktivitas perdata/ pribadi. 3. Dirancang sesuai dengan kesepakatan para pihak yang berkontrak. 4. Berlaku dan mengikat bagi para pihak yang menyepakatinya. 5. Tidak boleh dilakukan perubahan secara sepihak jika sudah disetujui. 6. Tidak boleh disepakati melalui suatu proses paksaan, penipuan. 7. Kalau tidak dilaksanakan akan dihukum untuk membayar biaya ganti rugi, dan bunga diambil dari harta debitur tersebut. Pengaturan tentang kontrak diatur terutama dalam KUHPerdata (BW), tepatnya dalam buku III, disamping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang misalnya tentang perbuatan melanggar hukum 45.Dalam KUHPerdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja (perjanjian khusus) yang namanya sudah diberikan oleh undang-undang. Contoh perjanjian khusus adalah: Jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, pinjam meminjam, pemborongan, pemberian kuasa dan perburuhan. B. Asas-Asas Perjanjian 45 F. Ibrahim AE& Nathanela STG, 300 Contoh Surat Perjanjian (kontrak) dan Surat Resmi, (Jakarta: Gudang Ilmu, 2011), h. 9.

40 Suatu asas hukum yangsangat penting berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi kontrak. Namun, kebebasan tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan 46. 1. Asas Kebebasan Berkontrak. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: a. Membuat atau tidak membuat perjanjian; b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun; c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, dan d. Menentukan bentuk perjanjiannya, yaitu tertulis atau tidak tertulis. Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 KUHPerdata (BW) yang menyiratkan adanya 3 (tiga) asas yang seyogyanya dalam perjanjian: a. Mengenai terjadinya perjanjian. Asas yang disebut konsesualisme, artinya menurut BW perjanjian hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak (consesus, consesualisme). b. Tentang akibat perjanjian. 46 Ibid, h. 10.

41 Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihakpihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam pasal 1338 ayat (1) BW yang menegaskan bahwa perjanjian dibuat secara sah di antara para pihak berlaku sebagai Undang-undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut. c. Tentang isi perjanjian Sepenuhnya diserahkan kepada para pihak ( contractsvrijheid atau partijautonomie) yang bersangkutan. Dengan kata lain selama perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kesusilaan, mengikat kepentingan umum dan ketertiban maka perjanjian diperbolehkan. Berlakunya asas kebebasan berkontrak dijamin oleh pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menentukan bahwa: setiap perjanjian yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Jadi, semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian asalkan pembuatannya memenuhi syarat, berlaku bagi para pembuatnya sama seperti perundangundangan. Pihak-pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan menuangkan apa saja si dalam isi sebuah kontrak. 2. Asas Konsesualisme Asas konsesualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sah perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsesualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak

42 diadakan secara formal tetapi cukup dengan adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak 47. 3. Asas Pacta Sunt Servanda Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. 4. Asas Itikad Baik (Goede Trouw) Asas itikad baik dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang berbunyi: Perjanjian harus dilaksankan dengan itikad baik Asas itikad baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. 5. Asas Kepribadian (Personalitas) Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 berbunyi: 47 Faisal Santiago, op. cit, h. 23.

43 Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingannya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya Ini berarti perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana yang diintrodusir dalam pasal 1317 KUHPerdata yang berbunyi: Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung syarat semacam itu 6. Asas Obligatoir Yaitu suatu kontrak maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak tersebut sudah mengikat tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban diantara pihak 48. 7. Overmacht Yaitu suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi diluar kemampuannya sehingga terbebas dari keharusan membayar ganti kerugian atau dapat diputuskan terlepas dari tuntutan. Disamping asas tersebut, didalam Lokakarya Hukum Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dari tanggal 17 s/d 19 Desember 1985 telah berhasil merumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. 48 Ibid, h. 24.

44 Kedelapan asas itu adalah asas kepercayaan, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas perlindungan 49. Kedelapan asas itu dijelaskan sebagai berikut: 1. Asas kepercayaan Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang hari. 2. Asas persamaan hukum Asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain, walaupun hukum itu berbeda warna kulit, agama dan ras. 3. Asas keseimbangan Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekutan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. 4. Asas kepastian hukum Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. 49 Ibid, h. 25.

45 5. Asas moral Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya 50. Salah satu faktor memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nurani. 6. Asas kepatutan Asas kepatutan tertuang dalam pasal 1339 KUHPerdata yang berbunyi: Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang 7. Asas kebiasaan Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti. 8. Asas perlindungan (protection) Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak debitur berada di pihak yang lemah. 50 Ibid

46 Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat kontrak guna menjalankan kegiatan bisnis dengan para pihak yang bersepakat untuk bermitra atau bersinergi dalam menjalankan bisnis tersebut. sehingga pada suatu kondisi tertentu jika terjadi konflik dapat diselesaikan berdasarkan dengan perjanjian yang dibuatnya, bukan berdasarkan atas kebiasaan, kekuasaan dan kelaziman tetapi hukum lah yaitu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak karena sudah menjadi suatu kekuatan hukum. C. Syarat Sah Perjanjian Dalam Burgerlijk Wetboek (B.W), hukum perjanjian diatur dalam Buku III tentang Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orangorang atau pihak-pihak tertentu 51. Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum perjanjian digolongkan ke dalam hukum tentang diri seseorang untuk bertindak serta berhubungan dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang dinilai dengan uang. Keberadaan suatu perjanjian atau kontrak tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian atau kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata: 1. Syarat Subyektif. a. Kesepakatan mereka yang membuatnya. 51 F. Ibrahim AE& Nathanela STG, op. cit, h. 11.

47 Kesepakatan disini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima antara pihak-pihak yang membuat perjanjian. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan dan kekhilafan. b. Kecakapan untuk membuatnya. Kecakapan disini adalah para pihak yang membuat kontrak harus orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subjek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan dibawah pengampuan (curatele) dan orangorang sakit jiwa. 2. Syarat Objektif. a. Suatu hal tertentu. Hal tertentu maksudnya objek yang diatur kontrak tersebut harus jelas atau dapat ditentukan dan tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak yang terkait. b. Suatu sebab yang halal. Suatu sebab yang halal adalah isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Apabila 4 (empat) syarat sah perjanjian tersebut terpenuhi, maka suatu perjanjian tersebut sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya. Jika dalam perjanjian itu terdapat ketidakbebasan kehendak

48 (wilsgebrek), maka perjanjian itu dapat dibatalkan 52. Suatu perjanjian dianggap tidak ada kebebasan kehendak apabila terjadinya karena: 1. Paksaan (dwang) 2. Kekeliruan (dwaling) 3. Penipuan (bedrog) D. Unsur-Unsur Perjanjian Dalam hukum perjanjian, banyak para ahli membedakan perjanjian menjadi perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Yang dinamakan perjanjian bernama adalah perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata mulai dari Bab V sampai Bab XVIII. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata (atau sering disebut perjanjian khusus) 53. Tetapi yang terpenting adalah sejauh mana kita dapat menetukan unsur-unsur pokok dari suatu perjanjian, dengan begitu kita bisa mengelompokkan suatu perbuatan sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1234 KUHPerdata tentang jenis perikatan. Untuk membuat ketentuan-ketentuan didalam perjanjian/ kontrak, harus ada unsur-unsur yang dapat dijadikan acuan 54. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam suatu perjanjian adalah sebagai berikut: 1. Unsur esensialia. 52 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakar ta: Balai Pustaka, 1989), Cet. ke-8, h. 250. 53 Idil Viktor, Permasalahan Pokok dalam Perjanjian, artikel diakses pada 10 September 2014, dari: http://idilvictor.blogspot.com/2009/01/hukum-perikatan.html. 54 Frans Satriyo Wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kontrak, ( Jakarta: Visimedia, 2008), h. 48.

49 Unsur esensialia adalah unsur yang harus ada dan merupakan hal pokok dalam suatu perjanjian, sehingga tanpa hal pokok tersebut perjanjian menjadi tidak sah dan tidak mengikat para pihak yang membuatnya. Sebagai contoh, unsur esensialia pada perjanjian jual beli adalah adanya barang dan harga. Contoh dalam perjanjian pinjam meminjam adalah adanya barang yang dipinjam dan jumlah/ nilai barang yang dipinjam. 2. Unsur naturalia. Unsur naturalia adalah ketentuan umum yang tidak bersifat wajib. Artinya, tanpa pencantuman syarat ini pun perjanjian tetap sah dan tidak mengakibatkan suatu perjanjian menjadi tidak mengikat. Contoh hal-hal umum yang termasuk unsur naturalia antara lain cara pembayaran, waktu dan tempat penyerahan serta biaya pengangkutan dan pemasangan dan instalasi. Misalnya didalam kontrak jual beli kenderaan ternyata tidak diatur mengenai biaya pengangkutan dan balik nama, maka dalam hal ini akan berlaku kebiasaan jika biaya pengangkutan dan balik nama kenderaan dilakukan oleh pihak penjual. 3. Unsur aksidentalia. Unsur aksidentalia yaitu berbagai hal khusus ( particular) yang dinyatakan dalam perjanjian yang disetujui oleh para pihak. Aksidentalia artinya bisa ada atau diatur, bisa juga tidak ada, bergantung pada keinginan para pihak, merasa perlu untuk memuat atau tidak 55. Selain itu aksidentalia 55 Idil Viktor, loc. cit.

50 adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian yang merupakan ketentuanketentuan yang dapat diatur secara khusus oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Jadi unsur aksidentalia lebih menyangkut mengenai faktor pelengkap dari unsur essensialia dan naturalia, misalnya dalam suatu perjanjian harus ada tempat dimana prestasi dilakukan. E. Jenis-Jenis Perjanjian Jenis-jenis perjanjian yang sering dipergunakan dalam menjalankan bisnis adalah sebagai berikut 56 : 1. Perjanjian jual-beli, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harganya yang telah diperjanjikan (Pasal 1457-1546 KUHPerdata). 2. Perjanjian tukar-menukar, yaitu suatu perjanjian dimana para pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik (Pasal 1541-1546 KUHPerdata). 3. Perjanjian sewa menyewa, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang selama suatu waktu tertentu dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi pembayarannya (Pasal 1548-1600 KUHPerdata). 4. Perjanjian perburuhan, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain (majikan) untuk 56 Faisal Santiago, op. cit, h. 21.

51 suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah (Pasal 1601a-1603z KUHPerdata dan UU No. 13 Tahun 2003). 5. Persekutuan, yaitu suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya (Pasal 1618-1665 KUHPerdata). 6. Hibah, yaitu suatu persetutjuan dimana yang memberi hibah di masa hidupnya dengan cuma-cuma, dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan yang menerima hibah yang menerima penyerahan itu (Pasal 1666-1693 KUHPerdata). 7. Perjanjian pinjam pakai, yaitu suatu persetujuan dimana pihak yang satu memberikan suatu barang kepada pihak lainnya untuk dipakai dengan cumacuma dengan syarat bahwa yang menerima barang tersebut harus mengembalikan setelah memakainya atau setelah waktu tertentu (Pasal 1740-1753 KUHPerdata). 8. Perjanjian pinjam-meminjam, suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yag lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang lainnya akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula (Pasal 1754-1773 KUHPerdata). 9. Perjanjian untung-untungan, yaitu suatu perjanjian yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu (Pasal 1774-1791 KUHPerdata).

52 10. Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dimana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan (Pasal 1792-1819 KUHPerdata). 11. Perdamaian, yaitu suatu persetujuan dimana kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang untuk mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara (Pasal 1851-1864 KUHPerdata). F. Hapusnya Perjanjian Undang-undang menyebutkan sepuluh macam cara hapusnya perjanjian 57. 1. Karena pembayaran. Yang dimaksudkan oleh undang-undang dengan perkataan pembayaran adalah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi. Jadi istilah pembayaran itu tidak hanya ditujukan pada peyerahan uang saja, tetapi setiap pemenuhan ketentuan perjanjian dinamakan pembayaran. 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan barang yang hendak dibayarkan itu di suatu tempat. Pembayaran seperti ini adalah dengan cara barang yang hendak dibayarkan itu diantarkan pada si berpiutang atau dia diperingatkan untuk mengambil barang itu dari suatu tempat. Penawaran atau pembayaran tersebut harus dilakukan secara resmi. Misalnya oleh seorang jurusita yang membuat proses verbal dari pembuatannya itu, sedangkan penyimpanan dapat 57 Subekti,op. cit. h. 152.

53 dilakukan di kepaniteraan Pengadilan Negeri, dengan diberitahukan kepada si berpiutang. 3. Pembaharuan hutang. Cara seperti ini adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menghapuskan suatu perikatan lama, sambil meletakkan suatu perikatan baru. Menurut pasal 1415 KUHPerdata, kehendak untuk mengadakan suatu pembaharuan hutang itu harus dinyatakan secara jelas dari perbuatan para pihak. 4. Kompensasi atau perhitungan hutang timbal balik. Jika seseorang yang berhutang mempunyai suatu piutang pada si berpiutang, kedua orang tersebut mempunyai hak yang sama untuk saling menagih satu sama lain, maka hutang piutang mereka dapat diperhitungkan untuk suatu jumlah yang sama. Menurut pasal 1426 perhitungan itu terjadi dengan sendirinya. Artinya, para pihak tidak perlu menuntut untuk diadakan perhitungan tersebut. 5. Percampuran hutang. Hal seperti ini terjadi misalnya karena si berhutang kawin dalam percampuran kekayaan dengan si berpiutang atau jika si berhutang menggantikan hak-hak si berpiutang karena menjadi warisnya ataupun sebaliknya. 6. Pembebasan hutang.

54 Pembebesan hutang adalah perjanjian baru dimana si berpiutang dengan suka rela membebaskan si berhutang dari segala kewajibannya. Pasal 1439 menerangkan bahwa jika si bepiutang dengan sukarela mmeberikan surat perjanjian hutang pada si berhutang, itu dapat dianggap sebagai suatu pembuktian tentang adanya suatu pembebasan hutang. 7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian. Menurut pasal 1444, jika suatu barang tertentu yang dimaksudkan dalam perjanjian hapus atau karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, tidak boleh diperdagangkan atau hilang hingga tidak terang keadaanya, maka perikatan menjadi hapus, asal saja hapus atau hilangnya barang itu sama sekali diluar kesalahan si berhutang dan sebelumnya ia lalai menyerahkannya. 8. Pembatalan perjanjian. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang menurut undang-undang tidak cakap untuk bertindak sendiri, begitu pula yang dibuat karena paksaan, kekhilafan atau penipuan atau mempunyai sebab yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum maka perikatan itu dapat dibatalkan. 9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan. 10. Lewat waktu. Perincian dalam pasal 1381 B.W. itu tidak lengkap karena telah dilupakan hapusnya suatu perjanjian karena lewatnya suatu ketetapan waktu yang dicantumkan dalam suatu perjanjian. Selanjutnya dapat diperingatkan pada

55 beberapa cara yang khusus ditetapkan terhadap perjanjian, misalnya ketentuan bahwa suatu perjanjian maatschap atau perjanjian lastgeving hapus dengan meninggalnya orang yang memberikan perintah da karena curatele atau pernyataan pailit mengakibatkan juga hapusnya perjanjian maatschap itu 58. 58 Ibid