Agus sudah terbang dari Sabang sampai Merauke mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan perutnya yang membesar. Sudah habis lebih kurang 51 juta rupiah. Cowok ganteng ini punya perut besar seperti ibu hamil, dan segala bentuk pengobatan alternatif sudah dilakukan, mulai dari obat oles sampai "ketok magic"?. Tapi bukannya mengempes perutnya, lama kelamaan justru perutnya makin membesar. Akhirnya tumor ginjal kirinya di operasi, menghabiskan kurang lebih 15 juta rupiah dan dia sudah kehabisan uang. Masalahnya memang mas Agus ini sangat percaya dengan segala pengobatan "yang berbau magic"?. Sampai akhirnya dia menyerah dan akhirnya mau juga datang ke dokter. Evi, dia penyanyi dangdut. Dia cantik dan mungil. Sudah memakai jasa 5 orang dukun yang katanya sanggup memindahkan penyakitnya ke ayam. Akhirnya kita angkat tumor usus besarnya(colon) yang membuat perutnya seperti ibu hamil, kontras dengan ttubuhnya yang hanya tinggal tulang terbungkus kulit. Tahu tidak, bayaran 5 bapak dukun itu lebih mahal dibanding bayarannya untuk saya. Sekarang dia sudah menyanyi lagi, berat badannya naik dari 37 kg menjadi 53 kg, dan saya sering dapat "bagian" jika order nyanyinya lagi laris. Adik ipar teman saya yang seorang dokter kebidanan mempunyai tumor kelenjar gondok. Uang tidak menjadi masalah bagi dia, tapi dia takut dengan pembedahan, jadi dia berobat ke alternatif. Dan"... ceritanya "operasi" dimulai nihhh...dia dimasukkan ke dalam sebuah ruangan gelap, dia mendengar suara pisau dan peralatan lainnya yang digunakan untuk "membedah" lehernya, dan seperti layaknya operasi sesungguhnya, pasien kemudian keluar dengan leher tertutup bebat. Setelah lampu dinyalakan, dia ditunjukkan seonggok "daging" yang katanya "penyakitnya"(padahal daging beli di pasar..deh) dan pulang dengan nasihat untuk tidak membuka bebat di leher selama 2 minggu. Setelah menunggu sambil deg-deg plas, 2 minggu kemudian dibukalah pembalutnya. Wah, betul-betul mulus kulitnya seperti tidak pernah tersentuh pisau, seperti operasi kosmetik yang tidak menimbulkan bekas?(padahal selama "operasi" mendengar suara pisau dll). Tapi gundukan tumor gondoknya ternyata juga 1 / 5
mulus tidak tersentuh"...hehehe. Akhirnya dia di operasi dan baik-baik saja sampai sekarang. Bahkan pemilik rumah sakit tempat saya bekerja lebih mempercayakan dirinya pada terapi alternatif untuk mengobati borok di kakinya akibat kencing manis. Setelah jari-jari kakinya membusuk dan keluar belatung, nahhh baru deh ini bagian saya yang membereskannya berikut dengan belatung-belatungnya. Cape deh. Seorang ibu datang dengan luka-luka di kedua betisnya seperti habis disayat pisau. Kakinya sangat membengkak, nyeri, merah, infeksi, sehingga mengeluarkan nanah dari sela-sela sayatan. Rupanya ibu ini menderita tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak sampai pembengkakan di kedua kakinya. Dia menggunakan terapi alternatif, dan dikatakan oleh "pak alternatif" bahwa pengobatan dilakukan dengan cara mengeluarkan darah(dengan jalan menyayat betis dan mengeluarkan darahnya), yang katanya bermanfaat untuk menurunkan tekanan darahnya. Ya, kita akhirnya mengerti bahwa ibu ini menderita infeksi di kedua betisnya akibat tindakan yang tidak bersih/steril. Ibu ini menderita penyakit jantung yang mendasari terjadinya pembengkakan di kedua kakinya. Akhirnya saya kirim ibu ini ke ahli jantung, saya hanya membereskan kakinya saja. 2 / 5
Yang paling hebat baru-baru ini saya alami. Ada seorang bapak sudah berumur, datang dalam kondisi koma karena penyakit kencing manis. Kadar gula darahnya sangat tinggi. Selain itu tangan kirinya mulai membusuk dan sudah ada belatungmya. Setelah kondisi umumnya baik dan sadar kembali saya mengumpulkan anak-anaknya yang berjumlah 10 orang. Saya terangkan tentang lingkaran setan yang pasti terjadi yaitu, luka di tangan yang membusuk bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat lagi, begitu juga kadar gula darah yang meningkat akan mengakibatkan luka makin memburuk. Jadi harus diambil tindakan untuk memutus lingkaran ini. Ada 2 cara, pertama yang tampak sadis banget yaitu dengan mengamputasi lengannya(nb:kondisi tangan memang mengharuskan di amputasi), tapi menyelamatkan nyawanya, satu kali operasi, kemudian perawatan luka paska operasi seperti biasa. Cara kedua jika menolak langsung diamputasi, tiap minggu membersihkan luka dan membuang jaringan yang sudah pasti mati dengan pembiusan umum di kamar operasi. Diselingi perawatan luka tiap hari di ruangan. Dengan catatan keluarga harus mengerti tindakan ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Dan yang lebih penting lagi adalah, dengan kondisi luka seperti itu persentase kegagalan tinggi dan ujung-ujungnya bisa jatuh dalam amputasi juga. Kemudian bagaimana respon keluarga?. Anak bapak tersebut, yang paling bungsu, seorang wanita berkata begini, "Dok saya minta bapak saya tetap di infus cairan saja, tapi semua pengobatan di stop. Kami sudah menemukan dan percaya dengan jasa pengobatan alternatif. Jadi kami yang akan memberi obat-obatan yang akan diminum bapak dan juga obat krim untuk tangannya. "Saya sudah dijanjikan dan percaya bahwa tangan bapak tidak perlu diamputasi". Wow"...????? Saya belajar dari kejadian diatas, memang pilihan untuk "percaya" sudah terbukti nyata menjadi pendorong bagi proses kesembuhan. Disinilah kekurangan dari sisi medis, kita harus punya cukup waktu untuk membangun rasa percaya itu. Ditambah lagi memang masyarakat kita sangat dekat dengan terapi alternatif. Kemungkinan lain dari sikap keluarga seperti itu adalah memang kurangnya sarana bacaan medis untuk awam tentang penyakitnya. Kemungkinan lain lagi adalah bagaimana kebiasaan kita memandang tentang "terapi alternatif" dalam lingkungan keluarga sejak kecil. Karena manusia itu memang dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaannya sejak kecil dan menjadikannya suatu kebenaran. 3 / 5
Keputusan untuk dilakukan suatu tindakan medis adalah keputusan pasien sendiri, dengan saksi keluarga. Pada pasien anak itu menjadi tanggung jawab orang tua. Tentu setelah mendapat penjelasan yang "cukup" tentang penyakitnya oleh dokter. Cerita lain yang terbalik dari kejadian diatas, saya juga sering menjumpai pasien yang tidak tahu dia sakit apa padahal dia sudah menjalani operasi. Sangat mencengangkan, bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu pasrahnya "memberikan tubuhnya" dioperasi tanpa mengerti apa penyakitnya. Tapi itu kenyataan yang terjadi sampai saat ini. Yachhh"...bagaimanapun dokter di pihak yang lebih tahu termasuk juga harus tahu kalau pasien belum mengerti tentang penyakitnya, dan wajib menerangkan dengan bahasa yang dimengerti oleh orang awam. "Saya manut saja, terserah menurut dokter yang terbaik saya manut saja?". Ini kata-kata yang sering saya dengar...yang membuat saya "merinding". Seharusnya sebelum anda ke dokter, cari sebanyak mungkin informasi, bacalah majalah kesehatan, koran, bukalah internet. Kemudian tanyalah sebanyak mungkin pada dokter anda, adalah hak anda untuk tahu penyakit anda. Tanyakan tindakan yang akan dilakukan, baik itu berupa pengobatan atau operasi. Jika anda harus menjalani operasi, tanyakan prosedur singkat operasi dan minta dijelaskan dengan bahasa manusia..eh bahasa awam, apa saja kemungkinan terburuk yang bisa terjadi selama operasi dan pembiusan. Tanyakan juga resiko apa saja yang bisa terjadi jika menolak operasi. Jika anda meragukan keterangan dokter tersebut, anda masih punya pilihan untuk bertanya pada dokter lain(second opinion), ini juga adalah hak pasien meskipun di Indonesia hal ini belum lumrah. Memang, apapun tindakan medis yang akan dilakukan pada diri sesorang tidak boleh karena paksaan, pasien dan keluarga yang harus memutuskan. Supaya anda tidak merasa "diperdayai" baik oleh dokter ataupun oleh para "pak/ibu alternatif", maka cobalah mengerti tentang penyakit anda, tanyakan secara singkat bagaimana penyakit tsb bisa timbul, kemudian cobalah dinalar apakah tindakan pengobatan yang disarankan tersebut masuk diakal?. 4 / 5
Sebagai (pada bahwa sudah Catatan: secara Sumber Flash: kebanyakan Koleksi tidak dokter laboratoum Gambar: tambahan, tindakan bisa juga Pribadi diobati Internet alternatif manusia, kasus dan cobalah klinis lagi. terjadi disini untuk dan benar setelah penyakit maksudnya tidak bermanfaat. berobat mereka juga adalah berkeliling tingkatannya dokter penggunaan setelah ke pengobatan dimana "material" penyakit pada alternatif), dalam yang kondisi belum kondisi ingatlah lanjut teruji parah 5 / 5