Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

dokumen-dokumen yang mirip
Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

Rosita Christina Haloho Guru Fisika SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DI KELAS X 2 SMA NEGERI 12 MEDAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 15 Bandar

PROSIDING ISBN :

Hasna Putri Azizah, Budi Utami* dan Haryono. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Gambar 3.1. Riset Aksi Model John Elliot 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

Sumargiyani Pendidikan Matematika FKIP Universitas Ahmad Dahlan JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 2017, hal ISSN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2, Juli 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA N 1 LENDAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Siti Fatimah Guru SMP Negeri 2 Panyabungan Surel :

Jurnal Peluang, Volume 3, Nomor 2, April 2015, ISSN:

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan e-mail : rajo_hasim@yahoo.com Abstrak Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan belum memberikan ketuntasan belajar klasikal sehingga perlu diupayakan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Penelitian tindakan kelas ini akan ditempuh dalam dua siklus. Penelitian dikenakan pada siswa kelas XII IPS-3 SMA Negeri Percut Sei Tuan dengan jumlah 33 siswa. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1) Formatif I menunjukkan rata-rata 57,1 dengan ketuntasan klasikal 45% dan Formatif II menunjukkan rata-rata 82,4 dengan ketuntasan secara klasikal 88% atau mencapai ketuntasan secara kalsikal dengan peningkatan ketuntasan klasikal 35%; 2) data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis/membaca (38%), mengerjakan LKS (29%), bertanya sesama teman (8%), bertanya kepada guru (17%), dan yang tidak relevan dengan KBM (7%), sedangkan data aktivitas siswa rata-rata pada Siklus II antara lain membaca (33%), mengerjakan LKS (38%), bertanya sesama teman (20%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3%). Kata Kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif, Hasil Belajar Siswa PENDAHULUAN Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120). Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang dituntut untuk menguasai materi sesuai dengan bidangnya. Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran. Bidang studi ekonomi dianggap sebagai pelajaran yang membosankan, sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran ekonomi siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran ekonomi dengan 126

menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengalaman peneliti/guru selama mengajar di SMAN 1 Percut Sei Tuan, pelajaran ekonomi sering diinterpretasikan dengan aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa, berulang-ulang selain tidak mengembangkan kemampuan berpikir siswa pembelajaran berlangsung dengan suasana kejenuhan dan menurunkan minat belajar siswa. Melihat kondisi di atas perlu adanya perubahan strategi belajar mengajar di sekolah agar aktivitas dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Sebagian dari permasalahan yang dihadapi yaitu berkenaan dengan rendahnya kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran semacam itu bukan saja membuat bosan para siswanya, namun juga membuat pemikiran mereka kurang berkembang, siswa kurang dilatih untuk peka terhadap permasalahan di sekitar dan belajar bagaimana memecahkan masalah menurut kemampuannya. Oleh sebab itu, perlu diadakan perubahan model pembelajaran seperti model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction). Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction) ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompokkelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model pembelajaran TAI (Team Accelerated Instruction) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya Membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini 127

mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut; 1) Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Type Assisted Individualization pada mata pelajaran ekonomi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2014/2015?; 2) Bagaimana aktivitas belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Type Assisted Individualization pada mata pelajaran ekonomi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2014/2015?. Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk; 1) Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Type Assisted Individualization pada mata pelajaran pelajaran ekonomi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2014/2015; 2). Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Type Assisted Individualization pada mata pelajaran pelajaran ekonomi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2014/2015. Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Menurut (Slavin, 2006: 19) Dalam model pembelajaran TAI siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Menurut (Suyitno 2004: 8) Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru 128

mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa b. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test) c. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group) d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams) e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study) f. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative) 129

g. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi komponen Fact Test) h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan pengambilan data di SMA Negeri 1 Percut sei Tuan Jln. Irian barat No. 37, Sampali dan pelaksanaannya pada bulan April sampai dengan Juli Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan data dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yang dibagi dalam dua siklus. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa yang terikut dalam penelitian sebanyak 33 orang. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi aktivitas siswa. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Teknik Analisis Data Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: a. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II. b. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 130

Kriteria Keberhasilan Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat hasil belajar yang dikonfirmasi dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ekonomi untuk kelas XII IPS di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan sebesar 75, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% jumlah siswa memperoleh nilai KKM maka pembelajaran tuntas secara klasikal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut ini akan dijelaskan kondisi awal siswa kelas XII IPS-3 yang menyangkut hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Untuk mempertegas identifikasi tersebut dilakukan pretes terhadap kelas XII IPS-3. Dari tes awal diperoleh nilai terendah 0 dan tertinggi 40. Dengan rata-rata 22,7 dan KKM 75 maka ketuntasan klasikal 0% sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa dalam materi pembelajaran sangat rendah. Meski dapat dipahami karena siswa belum mempelajari materi tersebut di sekolah, namun juga menggambarkan bahwa kepedulian siswa untuk membaca materi baru di rumah masih rendah. Siklus I Tahap Observasi Observasi menghasilkan data aktivitas belajar siswa yang belum begitu menunjukkan siswa aktif diskusi. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa disajikan dalam Tabel.1. Tabel.1. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis,membaca 16.5 33% 2 Mengerjakan LKS 18.75 38% 3 Bertanya pada teman 9.75 20% 4 Bertanya pada guru 3.5 7% 5 Yang tidak relevan 1.5 3% Jumlah 50 100% Merujuk pada Tabel.1. aktivitas dominan yang dilakukan siswa adalah menulis dan membaca (38%) kondisi ini belum sesuai dengan yang diharapkan karena seharusnya aktivitas diskusi lebih dominan ketimbang aktivitas individual tersebut, sementara aktivitasi mengerjakan LKS dalam posisi kedua (29%), bertanya pada guru (17%) atau siswa masih sangat bergantung pada guru. Dan aktivitas bertanya pada teman dan yang tidak relevan berturut-turut 8% dan 7%. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes Formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil formatif pada Siklus I ditunjukkan Tabel.2. 131

Tabel.2. Distribusi Hasil Formatif 1 Nilai Frekunsi Ketuntasan Rata-rata 100 2 6% 80 13 39% 60 15-40 3 - Jumlah 33 45% 57,1 Merujuk pada Tabel.2. tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 40 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 75 maka hanya 15 dari 33 orang siswa mendapat nilai ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 45%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 57,1 masih di bawah KKM. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Tahap Refleksi I Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada Siklus I, peneliti melakukan analisis kelemahan dalam Siklus I ini adalah: a. Beberapa siswa belum memahami peran dan tugasnya dalam bekerja kelompok karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. b. Interaksi antar siswa belum berjalan dengan baik karena siswa belum terbiasa untuk menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Adanya siswa yang pasif dan menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada kelompoknya. d. Dalam diskusi kelompok hanya didominasi oleh beberapa siswa yang lebih mampu/pandai e. Pada saat penyajian hasil diskusi kelompok hanya beberapa kelompok saja yang menyajikan hasil diskusi kelompoknya karena waktu yang tidak memungkinkan. f. Siswa belum aktif dalam diskusi sehingga guru tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pembimbingan secara merata. Siklus II Tahap Observasi Observasi yang dilakukan dua guru sejawat menghasilkan data aktivitas belajar siswa Siklus II yang mengalami perbaikan dibandingkan Siklus sebelumnya. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa disajikan dalam Tabel.3. 132

Tabel.3. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No Aktivitas Skor Proporsi 1 Menulis,membaca 16.5 33% 2 Mengerjakan LKS 18.75 38% 3 Bertanya pada teman 9.75 20% 4 Bertanya pada guru 3.5 7% 5 Yang tidak relevan 1.5 3% Jumlah 50 100% Merujuk pada Tabel.3. aktivitas dominan yang dilakukan siswa adalah mengerjakan LKS (38%) kondisi ini telah sesuai dengan yang diharapkan karena seharusnya aktivitas kerja memang lebih dominan ketimbang aktivitas individual menulis dan membaca yang berada pada peringkat kedua (33%), bertanya pada guru turun menjadi 7% atau siswa mulai mandiri. Hal ini diperkuat dengan aktivitas bertanya pada teman dan yang tidaka relevan berturut-turut 20% dan 3%. Pada akhir proses belajar mengajar Siklus II siswa diberi tes Formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil formatif pada Siklus II ditunjukkan Tabel.4. Tabel.4. Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekun Ketuntasa Rata si n -rata 100 8 24% 80 21 64% 60 4-40 0 - Jumla h 33 88% 82,4 Merujuk pada Tabel 4. tersebut nilai terendah Formatif II adalah 40 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 75 maka 29 dari 33 orang siswa mendapat nilai ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 88%. Nilai ini berada di atas kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 82,4 telah mencapai KKM. Dengan demikian maka penelitian telah berhasil memberi ketuntasan klasikal dalam dua siklus. Tahap Refleksi II Pada saat melakukan diskusi dilakukan penilaian aktivitas melalui lembar observasi aktivitas. Data peningkatan hasil belajar sejalan dengan aktivitas belajar siswa yang kecenderungannya membaik. Secara umum terjadi perubahan aktivitas belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II. Merujuk pada Tabel 1. pada Siklus I terlihat dari aktivitas individual menulis dan membaca 133

sebesar 38% dan aktivitas mengerjakan LKS hanya mencapai 29%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 8%. Aktivitas bertanya kepada guru 17% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 7%. Merujuk pada Gambar 4.1 perbandingan antara Siklus I dengan Siklus II dijabarkan, aktivitas menulis dan membaca turun dari 38% menjadi 33%. Aktivitas mengerjakan LKS meningkat dari 29% menjadi 38% menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik dari 8% menjadi 20% dan bertanya pada guru turun dari 17% menjadi 7%.. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada turun dari 7% menjadi 3%. Setelah berlangsungnya Siklus II, peneliti melakukan tes akhir Siklus II yakni Formatif II dengan perolehan nilai rata-rata 82,4 dan ketuntasan klasikal 88%. Dengan demikian hasil Formatif II menyatakan bahwa pembelajaran Siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan ketuntasan rata-rata hasil belajar serta mampu memberikan ketuntasan belajar secara klasikal. Pembahasan Penerapan model Teams Accelerated Instruction atau Teams Assisted Individualization (TAI) merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap siklusnya, yaitu metode Teams Assisted Individualization (TAI). Berdasarkan tabel data yang disajikan pada Siklus I sampai Siklus II pada deskripsi hasil penelitian di atas diperoleh hasil belajar ekonomi siswa yang mengalami peningkatan terlihat dari Gambar 2. Merujuk pada Gambar 2, nilai terendah untuk pretes adalah 0 dan tertinggi adalah 50 dengan KKM (kriteria ketuntasan minimum) sebesar 75 maka tidak seorang pun mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 0% dan nilai rata-rata kelas adalah 22,7. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tidak mempersiapkan diri dengan belajar dirumah sebelum datang ke sekolah. Dalam diskusi antara peneliti dengan pembimbing penelitian maka dirumuskan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI beserta penyusunan perangkat dan instrument penelitian sebagai perencanaan Siklus I. Perencanaan selanjutnya untuk melaksanakan tindakan pada Siklus I diawali dengan membagi kelompokkelompok diskusi sesuai dengan metode pembelajaran kooperetif Tipe TAI (Team Assisted Individualization). Dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas XII IPS-3 yaitu 33 siswa akan dibagi menjadi 6 kelompok belajar dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen. 134

Pembagian kelompok didasarkan pada nilai pretes sehingga pembentukan kelompok memenuhi kriteria heterogen dalam kemampuan awal. Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberapa komponen terkait dengan materi yang akan disampaikan. Hal-hal yang direncanakan pada Siklus I antara lain: a. Menyiapkan silabus berdasarkan kurikulum yang digunakan (lampiran). b. Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan (lampiran). c. Menyiapkan LKS. d. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. e. Menyusun dan menyiapkan angket dan lembar observasi untuk mengukur minat siswa dan aktivitas siswa terhadap pelajaran ekonomi (lampiran) f. Membagi kisi-kisi tes hasil belajar siswa yang digunakan pada pretes menjadi dua bagian dengan indikator yang dipelajari pada Siklus I sebagai Formatif I dan indikator pada Siklus II sebagai Formatif II. Siklus I dilaksanakan dalaam dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk Siklus I. Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu guru sejawat yang bertindak sebagai observer yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa. Setelah berakhirnya pelaksanaan Siklus I diadakan tes hasil belajar kognitif yang selanjutnya disebut sebagai Formatif I. Merujuk pada Gambar 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 40 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 75 maka 15 dari 33 siswa mendapat nilai mencapai kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 45%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 57,1 yang berarti di bawah KKM. Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan Siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Beberapa kelemahan pada Siklus I yang ditemukan yaitu: a. Beberapa siswa belum memahami peran dan tugasnya dalam bekerja kelompok karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. b. Interaksi antar siswa belum berjalan dengan baik karena siswa belum terbiasa untuk menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. 135

c. Adanya siswa yang pasif dan menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada kelompoknya. d. Dalam diskusi kelompok hanya didominasi oleh beberapa siswa yang lebih mampu/pandai. e. Pada saat penyajian hasil diskusi kelompok hanya beberapa kelompok saja yang menyajikan hasil diskusi kelompoknya karena waktu yang tidak memungkinkan. f. Siswa belum aktif dalam diskusi sehingga guru tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pembimbingan secara merata. Berdasarkan kekurangankekurangan yang ada pada Siklus I tersebut, maka diperlukan adanya perbaikan pada Siklus II. Perbaikan yang akan dilakukan didiskusikan peneliti bersama guru sejawat, pembimbing dan pendamping. Setelah dilakukan diskusi dihasilkan beberapa tindaka yang sebaiknya dilakukan. Adapun perbaikan pada Siklus II adalah: a. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok sehingga tiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab pribadi. b. Untuk mengatasi efisiensi pembimbingan dan mengarahkan kerja kelompok serta menekan dominasi siswa tertentu maka siswa unggul dijadikan tutor dalam kelompok dengan memberikan aturan-aturan tertentu. c. Di akhir pembelajaran diberikan tugas individual berdasarkan hasil diskusi sehingga setiap siswa merasa berkepentingan memahami hasil diskusi kelompoknya. Merujuk pada Gambar 4, nilai terendah Formatif II adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan 29 dari 33 siswa mendapat nilai mencapai KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 88%. Nilai ini telah berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Nilai ratarata kelas adalah 82,4 telah memenuhi KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok atau berdiskusi ditunjukkan oleh naiknya aktivitas mengerjakan LKS (38%). b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainya dalam menyelesaikan masalah ditunjukkan naiknya aktivitas interaksi antar siswa (20%). 136

c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya ditunjukkan dengan menyusutnya aktivitas menulis dan membaca (33%). d. Karena siswa sudah aktif dalam diskusi kelompok maka guru dapat membimbing siswa pada saat diskusi secara merata sehingga diskusi dapat berjalan lebih efektif terlihat dari dokumentasi penelitian. Pada Siklus II, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI, tindakan berupa menampilkan media chart dan pemberian penugasan yang memunculkan banyak aktivitas sudah efektif. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada Siklus II yang lebih baik dari pada Siklus I, meski kenaikan aktivitas individual seperti menulis dan membaca terjadi pada Siklus II namun kondisi yang terjadi adalah seimbang antara aktivitas individu tersebut dengan aktivitas kelompok yang berarti pula bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut mencapai 3%. Dengan demikian proses pembelajaran yang dilaksanakan guru pada Siklus II sudah memenuhi komponen-komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI. Menurut Suyitno (2004: 9) model pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai 8 (delapan) komponen yaitu: placement test, teaching group, teams, student creative, team study, team score, recognition, whole class units. Berdasarkan hasil observasi aktivitas diskusi kelompok dan hasil tes pada Siklus II dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat memperbaiki aktivitas dan meningkatkan hasil belajar dan memberikan kompetensi pada siswa tanpa tambahan waktu. Dengan demikian berarti percepatan pencapaian kompetensi berhasil dilakukan dengan menerapkan model ini. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe TAI positif terhadap respon siswa dalam pembelajaran yang tampak dari kuisioner yang diberikan dimana siswa kelihatan lebih tertarik terhadap mata pelajaran dan keingintahuannya sedikit lebih tinggi yang mengindikasikan bahwa ketertarikan siswa terhadap pelajaran karena keingintahuannya. Sementara efek pembelajaran kooperatif sudah terlihat dari tumbuhnya keinginan untuk saling membantu dalam pembelajaran yang rata-rata skor klasikalnya sebesar 82,4 atau dalam kategori tinggi. 137

SIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI selama kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan sebagai berikut : a. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada Formatif I menunjukkan rata-rata 72 dengan ketuntasan klasikal 47% dan Formatif II menunjukkan rata-rata 82 dengan ketuntasan secara klasikal 87% atau mencapai ketuntasan secara kalsikal dengan peningkatan ketuntasan klasikal 40%. b. Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis/membaca (38%), mengerjakan LKS (29%), bertanya sesama teman (8%), bertanya kepada guru (17%), dan yang tidak relevan dengan KBM (7%). c. Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pada Siklus II antara lain membaca (33%), mengerjakan LKS (38%), bertanya sesama teman (20%), bertanya kepada guru (7%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3%). Sehingga terjadi perbaikan aktivitas belajar siswa dalam dua siklus. DAFTAR RUJUKAN Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Elaine B. Johnson. 2008. Contextual Teaching and Learning (terjemahan Ibnu Setiawan). Bandung : MLC. Haris Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Jerry dkk. 2007. Accounting Principles. Jakarta: Salemba Empat. Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. (diterjemahkan Oleh: Tjetjep Rohedi Rosidi). Jakarta: Universitas Indonesia. Napitupula, Tiamsa. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Bidang Studi Ekonomi Di Kelas XII IPS-3 Semester II SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A.2014/2015. Medan: UD.Toma Rochiati Wiraartmadja. 2006. Penelitian Tindakan 138

Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 139