PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI. Separation of eugenol from clove oil with fractionation distillation

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN SENYAWA PATCHOULI ALCOHOL DARI MINYAK NILAM DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

II. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

ISOLASI MIRISTISIN DARI MINYAK PALA (Myristica fragrans) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP ABSTRACT

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

PEMISAHAN SITRONELAL DARI MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN UNIT FRAKSIONASI SKALA BENCH ABSTRACT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

HALAMAN PENGESAHAN. : Wiendi Antania F NIM : Cengkeh Kering Menggunakan Proses. Distilasi Vakum

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

SEMINAR SKRIPSI PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK DENGAN PEMANFAATAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE)

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

Moch. Aris Setyawan Mohammad Zakariyya Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Bahan (Minyak Sereh Wangi)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

FABRIKASI ALAT DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODOLOGI. Penetapan kadar minyak atsiri kayu manis dan pemeriksaan mutu minyak

Minyak terpentin SNI 7633:2011

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

UJI KINERJA DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKROUNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL PADA PEMURNIAN MINYAK NILAM

KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

PEMURNIAN RHODINOL DAN GERANIOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

PERCOBAAN 01 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: DISTILASI, TITIK DIDIH (KI- 2051)

TUGAS AKHIR PRODUKSI MINYAK KUNYIT dari BAHAN BAKU RIMPANG KUNYIT MENGGUNAKAN DESTILASI VAKUM

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

Kata Kunci : Kristalisasi, Patchouli Alcohol, Distilasi

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

Laporan Praktikum Kimia Fisik

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

PEMISAHAN FRAKSI SITRONELLOL DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI MOLEKULER ATHIN NURYANTI

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

TUGAS AKHIR REKAYASA ALAT DISTILASI GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL PADA MINYAK NILAM

III. METODE PENELITIAN

PENGUJIAN MUTU MINYAK ATSIRI. Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas*

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

Pemanfaatan Biji Mangga Madu sebagai Minyak dengan Metode Ekstraksi

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap

DISTILASI SEDERHANA (DIS)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Pengolahan Minyak Bumi

LAJU PRODUKSI MINYAK JAHE DARI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DISTILASI UAP-AIR PADA TEKANAN VAKUM

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth) DENGAN METODE DISTILASI FRAKSINASI VAKUM

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Transkripsi:

1 PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI Separation of eugenol from clove oil with fractionation distillation Siti Nurhasanah, STP., M.Si 1, Efri Mardawati, STP., M.T 1 dan Marleen Herudiyanto, Ir., MT 1 1 Staf pengajar jurusan Teknologi Industri Pangan, Unpad ABSTRACT The aim of this research is to separate eugenol from clove oil used fractionation distillation, eugenol come from residu clove oil fractionation. The result of fractionation analyzed the eugenol content to know the yield and analyzed of physical-chemical characteristic. The result showed that fractionation distillation of clove oil using temperature 200 o C and 250 o C is not getting pure eugenol (minimal 98%), but eugenol content increasing from 93,34% to 97,03%. The treatment of low pressure and more reflux will be result more pure eugenol. The treatment of low temperature and pressure will be result the residue better quality. Criteria eugenol content increased, increased density, more soluble in alcohol, increased the bias index and decreased optical rotate. KeyWords: Eugenol, Clove oil, Distillations, Fractionations ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah memisahkan eugenol dari minyak cengkeh dengan menggunakan distilasi fraksinasi, dimana eugenol diperoleh dari residu hasil fraksinasi minyak cengkeh. Hasil fraksinasi tersebut kemudian dianalisis kandungan egugenolnya untuk menentukan rendemen operasi disitilasi fraksinasi serta sifat-sifat fisik-kimia produk yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh dengan perlakuan fraksinasi suhu 200 o C dan 250 o C tidak memperoleh eugenol murni (minimal 98%) tetapi kadar eugenolnya meningkat sampai 97,03% w/v dari 93,34%. Perlakuan tekanan yang lebih kecil dan jumlah refluks yang lebih banyak akan lebih memurnikan minyak cengkeh menjadi eugenol. Dengan distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh dimana proses berlangsung pada suhu dan tekanan rendah menghasilkan residu yang mutunya meningkat dengan kriteria kadar eugenol meningkat, berat jenis meningkat, semakin larut dalam alkohol, indeks bias yang meningkat dan nilai putaran optik yang sesuai dengan kriteria minyak cengkeh asli (kecil). Kata Kunci : Eugenol, Minyak Cengkeh, Distilasi, Fraksinasi

2 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil minyak atsiri yang berlimpah. Produk minyak atsiri baru pada tahap menghasilkan minyak kasar (crude oil). Jika minyak kasar tersebut diolah lebih lanjut menjadi berbagai komponen minyak esensial murni, maka akan dihasilkan produk-produk minyak esensial yang lebih ekonomis. Salah satunya adalah minyak cengkeh Minyak cengkeh telah sejak lama digunakan untuk tujuan pengobatan dan gigi dan telah diketahui dengan baik di negara-negara Barat sebagai bahan anestesi gigi. Minyak cengkeh (di Indonesia) adalah produk alami yang tidak mahal dan dapat diperoleh dengan mudah di Asia Tenggara. Minyak cengkeh di Indonesia secara tradisional diproduksi melalui proses distilasi bunga, tangkai bunga, dan daun-daun pohon cengkeh Euginia aromatica. Komponen yang paling dominan (70-90%) dan merupakan bahan aktif adalah fenol eugenol (Tamaru et al., 1998). Di Amerika Serikat eugenol, isoeugenol dan vanili dibuat dari minyak cengkeh yang berasal dari gagang atau daun cengkeh karena lebih mudah dilakukan (Guenther, 1990). Penyulingan cengkeh dapat dilakukan dengan cara penyulingan air dan penyulingan dengan uap. Menurut Guenther (1990), penyulingan dengan air dapat menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 80-85% dan cukup baik sebagai bahan baku parfum atau flavor sedangkan penyulingan dengan uap dapat menghasilkan minyak cengkeh strong oil dengan kandungan eugenol yang tinggi yaitu 91-95% volume. Lama penyulingan berkisar antara 8-24 jam tergantung ukuran, sistem isolasi, vulume uap dari alat penyulingan, sifat alami dan kondisi cengkeh dan sebagainya. Kualitas minyak cengkeh dievaluasi berdasarkan kandungan fenolnya terutama eugenol. Karena minyak cengkeh mengandung beberapa aseteugenol, maka sering dilakukan penyabunan zat tersebut terlebih dahulu untuk mendapatkan kandungan eugenol yang lebih tinggi. Kandungan fenol cengkeh tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku cengkeh dan metode penyulingan : Pada waktu penyulingan minyak cengkeh terdapat dua fraksi yaitu fraksi yang lebih ringan dari air dan fraksi yang lebih berat dari air. Dengan menggabungkan kedua fraksi tersebut dihasilkan minyak cengkeh yang lengkap. Hasil minyak dari penyulingan bunga cengkeh sekitar 17-18%, penyulingan dari gagang cengkeh sekitar 6% dan dari daun sekitar 2-3% (Guenther, 1990). Salah satu cara pemisahan atau pemurnian komponen minyak adalah dengan distilasi fraksional. Distilasi fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan komponen berdasarkan titik didih

3 dan berat molekulnya (Vogel 1958). Sedangkan menurut Guenthers (1990), Fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan minyak atsiri menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Sebaiknya minyak atsiri tidak difrakasinasi pada tekanan atmosfir, tetapi dalam keadaan vakum karena tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi dan resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan sifat fisiko kimia yang berbeda dengan minyak murni. TUJUAN Memisahkan eugenol dari minyak cengkeh dengan menggunakan distilasi fraksinasi, dimana eugenol diperoleh dari residu hasil fraksinasi minyak cengkeh. Hasil fraksinasi tersebut kemudian dianalisis kandungan egugenolnya untuk menentukan rendemen operasi disitilasi fraksinasi serta sifat-sifat fisik-kimia produk yang dihasilkan. BAHAN DAN METODE Bahan dan alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Bahan-bahan : minyak cengkeh, pecahan es batu, aquades Alat-alat pemisahan minyak cengkeh : satu set distilasi fraksional Alat-alat analisis : GC untuk kadar eugenol dan komponen ringan lainnya Piknometer untuk mengukur densitas Polarimeter untuk mengukur putaran optik Refraktometer untuk mengukur indeks bias Tintimeter untuk mengukur warna minyak Tabung reaksi dan alat-alat analisis penunjang lainnya untuk menguji kelarutan minyak pada alkohol Titrasi Iod untuk menentukan adanya minyak lain seperti minyak damar Penelitian dilakukan di LIPI Laboratorium Kimia Terapan pada tahun 2002. Penelitian dilakukan secara eksperimental deskriptif, terdiri dari dua proses, yaitu : 1. Proses pemisahan eugenol dari minyak cengkeh dengan alat distilasi fraksional, dengan perlakuan fraksinasi suhu 200 o C dan 250 o C 2. Analisis fisik dan kimia minyak cengkeh maupun eugenol yang dihasilkan. Pelaksanaan Penelitian 1. Distilasi Fraksinasi Minyak Cengkeh Kelengkapan peralatan distilasi fraksinasi diperiksa. Kemudian dari sistem pemakuman tekanan udara terdapat bagian trapping yang harus diisi pecahan es untuk mencegah

4 tersedotnya fase gas ke dalam pompa vakum. Selanjutnya adalah pengisian labu berleher tiga dengan bahan baku minyak cengkeh sekitar 1,5 L yang akan didistilasi dan memasangkannya kembali. Sistem kondensor harus dialiri air untuk mengkondensasikan fase gas pada bagian distilat dan pengukur tekanan. Jika sistem sudah siap oerasi, maka pada bagian komputer diset program distilasi sesuai dengan rencana distilasi. Setelah setting program selesai barulah tekanan vakum dan heater dinyalakan. Sistem destilasi ini secara otomatis akan bekerja sesuai dengan setting program. 2. Analisis Fisik-kimia Minyak a. Kadar Eugenol dengan menggunakan kromatografi gas (Gas Chromatography Flame Ionize Detector, GC FID) b. Bobot Jenis dengan piknometer (AOAC, 1990) c. Indeks bias dengan refraktometer (AOAC, 1990) d. Putaran optik dengan polarimeter (Guenther, 1990) e. Uji warna dengan tintimeter (Lovibond, 1999) f. Kelarutan dalam alkohol 90% (Guenther, 1990) g. Zat asing : (a) Lemak (Guenther, 1990) (b) Minyak keruing (Guenther, 1990)

5 Air Kondensor T Head Kondensor Kolom Trap Distilat keseimbangan Tekanan Pompa vakum Fraksi 1,2,3 Thermokopel Air T flask Residu Gambar 1. Alat Distilasi Fraksinasi yang digunakan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN A. DISTILASI FRAKSINASI 1. Proses Distilasi Distilasi fraksinasi ini pada programnya di set untuk menghasilkan dua fraksi yaitu Fraksi 1 dengan suhu pendidihan 200 o C dan Fraksi 2 suhu pendidihan 250 o C. Sehingga dalam setting program terdapat 3 proses yaitu proses 0, proses 1, dan proses 2. Proses 0 adalah tahap inisiasi dengan : a. Suhu sump (flask/labu ) = 200 o C b. suhu head (bagian atas) = 150 o C c. Perbedaan suhu flask head = 100 o C d. Tekanan absolut = 30,0 m bar e. Waktu refluks = 20 detik f. Waktu distilat keluar = 0 detik (tidak dihasilkan Fraksi 0) Proses 0 ini tidak menghasilkan distilat karena bagian pengeluaran (withdrawal) ditutup (0 detik) karena bertujuan sebagai tahap awal untuk pemanasan pendahuluan dimana jika telah memasuki suhu distilasi (T head) 150 o C atau suhu maksimum labu (T sump) 200 o C tercapai, maka proses 0 akan diakhiri dan berali ke proses 1. Proses 1 adalah tahap untuk menghasilkan Fraksi 1 dengan : a. Suhu sump (flask/labu ) = 250 o C b. suhu head (bagian atas) = 200 o C c. Tekanan absolut = 30,0 m bar d. Waktu refluks = 20 detik e. Waktu distilat keluar = 4 detik Namun dalam percobaan tahap proses ini terlewati dan langsung menuju proses 2. Hal ini dikarenakan suhu minyak pada bagian head langsung meningkat melebihi batas suhu head maksimum yang diset pada proses 1. Dengan demikian tidak diperoleh Fraksi 1 pada destilatnya (Fraksi = 0 ml). Proses 2 adalah tahap untuk menghasilkan Fraksi 2 dengan : a. suhu head (bagian atas) = 250 o C b. Perbedaan suhu flask head = 150 o C c. Tekanan absolut = 30,0 m bar d. Waktu refluks = 20 detik e. Waktu distilat keluar = 4 detik

7 Pada proses ini baru diperoleh distilat (Fraksi 2) yaitu sebanyak 440 ml dari minyak cengkeh sebanyak 1100 ml (fase distilat = 40%). Suhu head yang diset 250 o C tidak tercapai, hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu labu dengan head (T flask diff) = 150 o C tidak dapat dengan cepat meningkatkan suhu head menjadi 250 o C. 2. Suhu dan Tekanan Distilasi Suhu yang diset pada program adalah suhu pada tekanan 1 atm dan bukan suhu yang sebenarnya pada labu atau kolom distilasi karena pada tekanan 30 m bar titik didih eugenol adalah sekitar 142 o C, seperti terlihat pada Tabel 1. Titik didih eugenol pada berbagai tekanan udara adalah sebagai berikut : Tabel 1. Titik didih eugenol pada berbagai tekanan udara Terkanan Udara Titik didih eugenol mm Hg Atm m bar k Pa 800 1.053 1066.604 106.658 254.86 528.01 490.748 760 1.000 1013.274 101.325 252.66 525.81 486.788 700 0.921 933.279 93.326 249.09 522.24 480.362 600 0.789 799.953 79.993 242.78 515.93 469.004 500 0.658 666.628 66.661 235.3 508.45 455.54 400 0.526 533.302 53.329 226.3 499.45 439.34 300 0.395 399.977 39.997 215.6 488.75 420.08 200 0.263 266.651 26.664 201.6 474.75 394.88 100 0.132 133.326 13.332 180.1 453.25 356.18 90 0.118 119.993 11.999 177 450.15 350.6 80 0.105 106.660 10.666 173.4 446.55 344.12 70 0.092 93.328 9.333 169.8 442.95 337.64 60 0.079 79.995 7.999 165.6 438.75 330.08 50 0.066 66.663 6.666 160.9 434.05 321.62 40 0.053 53.330 5.333 154.95 428.1 310.91 30 0.039 39.998 4.000 147.6 420.75 297.68 20 0.026 26.665 2.666 138.48 411.63 281.264 15 0.020 19.999 2.000 132.03 405.18 269.654 10 0.013 13.333 1.333 124 397.15 255.2 o C K o F

8 8 0.011 10.666 1.067 119.6 392.75 247.28 6 0.008 8.000 0.800 114.15 387.3 237.47 5 0.007 6.666 0.667 110.8 383.95 231.44 4 0.005 5.333 0.533 106.7 379.85 224.06 Sumber : Guenther (1990) dan dengan perhitungan Plotting antara tekanan dan titik didih eugenol adalah : ) C (o h u u S 260 240 220 200 180 160 140 120 100 0 20 40 60 80 100 120 Tekanan udara (k Pa) Gambar 2. Hubungan antara suhu titik didih eugenol dengan tekanan udara selama distilasi (Hasil perhitungan dan plotting dari Guenther, 1990) Untuk mendapatkan parameter dari hubungan antara titik didih eugenol pada berbagai tekanan udara, maka dilakukan transformasi suhu dalam Celcius menjadi 1000/T dengan T = suhu dalam Kelvin, sedangkan tekanan ditransformasi menjadi ln P dimana P = tekanan dalam k Pa. Plotting dari hubungan tersebut adalah :

9 2.60 /T 0 0 1 2.40 2.20 2.00 1.80-0.70 1.30 3.30 5.30 ln P Data dari Guenther (1990) Regresi Gambar 3. Hubungan antara titik didih eugenol dalam Kelvin (1000/T) dengan tekanan udara dalam k Pa (ln P) menghasilkan persamaan regresi y = 2.560904-0.14025 x dengan r = 0.998553. Data merupakan hasil perhitungan dan plotting dari Guenther (1990). Selama distilasi berlangsung baik suhu head, suhu flask, suhu mantle cukup konstan, kecuali suhu heater sedikit berfluktuasi (Gambar 2). Hal ini menunjukkan sistem thermostat sangat baik, sedangkan suhu heater sedikit berfluktuasi dikarenakan heater adalah sebagai sumber panas untuk menjaga kestabilan suhu sementara tekanan udara dalam labu dan kolom sangat berfluktuasi (Gambar 3). Fluktuasi tekanan inilah yang dimbangi oleh heater untuk menstabilkan suhu flask dan head. 300 275 250 225 ) 200 C175 (o 150 h u S u125 100 75 50 25 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 Waktu (menit) Suhu Head Suhu Flask Suhu Heater Suhu Mantle Gambar 4. Dokumen perubahan suhu selama distilasi. Suhu head, suhu flask, suhu mantle cukup konstan, kecuali suhu heater sedikit berfluktuasi

10 Tekanan Vakum Distilasi 33 a r) 31 b (m m 29 k u v a a n n 27 k a e T 25 0 100 200 300 400 Waktu (menit) Gambar 5. Dokumen perubahan tekanan selama distilasi. B. HASIL ANALISIS MINYAK CENGKEH 1. Kadar Eugenol (Analisis GC) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku minyak cengkeh ternyata cukup baik karena mengandung eugenol yang tinggi yaitu 93,34% seperti terlihat pada hasil pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Kadar eugenol minyak cengkeh Sampel Kadar Eugenol Crude (Minyak cengkeh sebelum fraksinasi) 93,34% w/v Residu (sesudah fraksinasi) 97,03% w/v Fraksi 2* 37,60% w/w Ket : * = Fraksi ini yang menghasilkan distilat, fraksi 0 dan 1 tidak menghasilkan distilat Jumlah bahan minyak cengkeh yang dimasukkan ke dalam labu adalah 1100 ml dan dihasilkan residu sebanyak 595 ml dan distilat (fraksi 2) sebanyak 440 ml. Dengan demikian yield produk yang dihasilkan adalah 595/1100 = 54,09% dan Rendemen eugenol yang diperoleh adalah : (97,03% x 595 ml)/( 93,34% x1100) = 56,23%. Hasil ini menunjukkan masih banyak bagian eugenol yang terbawa ke bagian distilat.

11 2. Berat Jenis Hasil menunjukkan bahwa berat jenis minyak cengkeh telah sesuai. Kadar eugenol yang meningkat menyebabkan berat jenis minyak semakin tinggi karena eugenol merupakan fraksi berat dalam minyak cengkeh. Crude Residu Tabel 3. Berat jenis minyak cengkeh Sampel Minyak cengkeh bunga (Gildismater dan Hofman dalam Guenther, 1990) Berat Jenis 1,03483 1,0557 1,043-1,068 3. Kelarutan dalam alkohol Kelarutan minyak dalam alkohol berdasarkan hasil analisis menunjukkan Larut dalam segala perbandingan, hal ini dikarena kandungan eugenol yang tinggi dan eugenol merupakan suatu senyawa kelompok alkohol. Tabel 4. Kelarutan minyak cengkeh dalam alkohol Sampel Kelarutan dalam alkohol Crude Residu Minyak cengkeh bunga (Gildismater dan Hofman dalam Guenther, 1990) Larut dalam segala perbandingan Larut dalam segala perbandingan Larut 1-2 vol alkohol 70% dan sedikit keruh terutama jika kadar eugenolnya rendah. 4. Indeks bias pada 23,3 o C Indeks bias produk minyak yang dihasilkan ini juga tidak menunjukkan perbedaan dengan pustaka. Indeks bias minyak cengkeh dapat menyimpang (menurun) jika terdapat pemalsuan karena eugenol dapat menghasilkan indeks bias cahaya yang tinggi dengan demikian semakin tinggi eugenol maka makin tinggi indeks biasnya. Tabel 5. Indeks bias produk minyak cengkeh yang dihasilkan Sampel Berat Jenis Crude Residu Minyak cengkeh bunga pada 20 o C (Gildismater dan Hofman dalam Guenther, 1990) 1,5262 1,5380 1,529-1,537

12 5. Kandungan zat asing (asam lemak dan minyak keruing) Selama penyulingan sering terjadi hidrolisis dan dekomposisi beberapa komponen minyak atsiri (Guenthers, 1990) karena adanya pengaruh air dan suhu tinggi. Hidrolisis dan dekomposisi menyebabkan timbulnya asam-asam lemak yang tidak dikehendaki. Demikian juga jika terdapat pemalsuan dengan pengoplosan minyak keruing ke dalam minyak cengkeh akan menyebakan kandungan zat asing yang tidak dikehendaki. Ternyata dalam analisis tidak ditemukan adanya zat-zat asing, dengan demikian produk minyak ini berasal dari bahan baku dan pengolahan yang cukup baik. Tabel 5. Hasil analisis kandungan zat asing dalam produk minyak cengkeh Sampel asam lemak minyak keruing Crude Residu --- --- --- --- 6. Warna Minyak yang baru disuling tidak berwarna sampai kekuningan, akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama (Guenther, 1990). Ternyata dari hasil analisis, warna minyak cengkeh agak kegelapan, hal ini menunjukkan penyimpanan yang telah cukup lama. Tabel 6. Hasil analisis terhadap warna Sampel Merah Kuning Biru Crude Residu 2 8 1,3 3,6 - - 7. Putaran optik Menurut Guenther (1990), jika terdapat pemalsuan dalam jumlah agak banyak dapat meningkatkan putaran optik. Sedangkan hasil analisis produk, putaran optiknya sangat kecil sehingga dapat dikatakan tidak terjadi pencemaran atau pemalsuan minyak cengkeh yang dihasilkan.

13 Tabel 5. Hasil analisis terhadap putaran optik Crude Residu Sampel Minyak cengkeh bunga pada 20 o C (Gildismater dan Hofman dalam Guenther, 1990) Putaran optik 20 (-0,454) D 20 (-0,156) D sampai 1 o 35 KESIMPULAN Distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh dengan perlakuan fraksinasi suhu 200 o C dan 250 o C tidak memperoleh eugenol murni (minimal 98%) tetapi kadar eugenolnya meningkat sampai 97,03% w/v dari 93,34%. Untuk lebih memurnikan minyak cengkeh menjadi eugenol. diperlukan perlakuan tekanan yang lebih kecil dan jumlah refluks yang lebih. Distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh dimana proses berlangsung pada suhu dan tekanan rendah menghasilkan residu yang mutunya meningkat dengan kriteria kadar eugenol meningkat, berat jenis meningkat, semakin larut dalam alkohol, indeks bias yang meningkat dan menghasilkan putaran optik yang kecil. DAFTAR PUSTAKA Gunther Ernest. 1990. Minyak Atsiri. Jilid I. Ketaren (penerjemah). UI Press, Jakarta. Gunther Ernest. 1990. Minyak Atsiri. Jilid IV b. Ketaren (penerjemah). UI Press, Jakarta. Hadiman, 1980. Analisis Kromatografi Gas Minyak Sereh Wangi Dan Beberapa Prospek Dalam Evaluasi Kebenaran Kualitas. Thesis, Universitas Padjadjaran, Bandung Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Atsiri. PN Balai Pustaka Tham, M.T. 2001. Distillation : an Introduction. http://www. Acs.org/ Vogel, A.L. 1988. Elementary Practical Organic Chemistry. Longmans, Green an Co., New York

14