BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian

KAJIAN TINGKAT KERENTANAN LONGSOR LAHAN SUB DAS KAYANGAN KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberi gambaran baik mengenai potensi maupun permasalahan secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. wilayah Desa Muntuk yang terdiri dari 11 dusun, yaitu Dusun Gunung

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Kata Kunci : Kerentanan, Banjir, Geoekosistem

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Oleh : Lutfia Fajria, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

ANALISIS TINGKAT KERENTANAN LONGSOR LAHAN DI DESA SEPANJANG JALUR JALAN NANGGULAN KALIBAWANG KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Oleh : SIDIK NURCAHYONO

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK LOKASI PERMUKIMAN DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBERADAAN KAWASAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESESUAIAN LAHAN DI KOTA SURAKARTA PROPINSI JAWA TENGAH

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8).

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

BAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

IDENTIFIKASI MEDAN UNTUK LOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN PROPINSI JAWA TENGAH

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

TOMI YOGO WASISSO E

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:26) Metode Penelitian adalah cara yang

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS ZONA KRITIS PERESAPAN AIR DENGAN PEMANFAATAN PNGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI SUB DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interprestasi atau analisis (Pabundu Tika, 2005: 4). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan segala sesuatu yang terdapat di lapangan yang berhubungan dengan longsor lahan di Sub DAS Kayangan Kabupaten Kulon Progo. Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekologi yang merupakan konsep mengenai kaitan antara manusia dengan lingkungannya. B. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi dan nilai. Variabel dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dari peneliti (Suharsimi Arikunto, 2010: 40). Penentuan satuan lahan dengan menggunakan parameter kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, mata air, kejadian longsor sebelumnya, kerapatan vegetasi, penggalian tebing, penggunaan lahan, dan curah hujan. 24

25 C. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng dinyatakan dalam persen (%), merupakan kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingan dengan jarak lurus mendatar. 2. Kedalaman efektif tanah Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditembusi akar, dibatasi adanya kerikil dan batuan induk atau lapisan keras. 3. Tekstur tanah Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan lempung dinyatakan dalam persen (%). 4. Permeabilitas tanah Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air dan udara, yang diukur berdasarkan besarnya aliran melalui satuan tanah yang telah dijenuhi terlebih dahulu per satuan waktu tertentu. 5. Mata air Mata air merupakan tempat dimana air berasal dari tanah keluar terus menerus tanpa mengenal musim dan mejadi sumber air. 6. Kejadian longsor sebelumnya Kejadian longsor sebelumnya merupakan peristiwa longsor yang pernah ada dan diketahui melalui adanya bekas longsoran.

26 7. Kerapatan vegetasi Kerapatan vegetasi merupakan kerapatan tanaman dilihat dari jarak tanaman maupun tajuk daun. 8. Penggalian tebing Penggalian tebing adalah aktivitas manusia dengan cara menggali tebing atau lereng untuk keperluan hidupnya misalnya membuat jalan, bangunan, dan membuka jalan untuk pertanian. 9. Penggunaan lahan Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap sebagian fisik permukaan bumi misalkan sawah, permukiman, tegalan, dan kebun campuran. 10. Curah hujan Curah hujan adalah volume air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu dinyatakan dalam millimeter (mm). D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Kayangan yang berada di Kabupaten Kulon Progo mencakup 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Nanggulan, Girimulyo, dan Samigaluh. Waktu penelitian dari Agustus 2011 - Oktober 2011. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 161). Pabundu Tika (2005: 24) menyebutkan bahwa

27 populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Populasi geografi adalah himpunan individu atau objek yang masing-masing mempunyai sifat atau ciri geografi yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan yang terdapat di Sub DAS Kayangan Kabupaten Kulon Progo dengan luas 2448 Ha. 2. Sampel Suharsimi Arikunto (2010: 173) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini berupa satuan lahan. Teknik pengambilan sampel yaitu area stratified random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi berdasarkan strata dan sudah direncanakan. Satuan lahan diperoleh dari tumpangsusun (overlay) empat peta, yaitu peta bentuk lahan, peta geologi, peta kemiringan lereng, dan peta jenis tanah. peta tanah. Hasil tumpangsusun peta-peta tersebut akan diperoleh 15 satuan lahan di daerah penelitian. Dari setiap satuan lahan tersebut kemudian diambil satu titik untuk dijadikan sampel, dimana setiap titik mewakili satu satuan lahan yang memiliki ciri dan karakteristik yang sama. Titik pengambilan sampel penelitian ditujukan pada gambar 2 yang berupa lokasi penentuan di daerah penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Peta Pengambilan Titik Sampel Sub DAS Kayangan. 28

29 F. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Lembar observasi dan pengukuran Lembar observasi dan pengukuran digunakan untuk pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Lembar observasi terdiri dari empat kolom. Kolom pertama berupa nomor. Kolom kedua berisi aspek yang diamati/diukur, ada sepuluh aspek pengamatan yaitu kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, mata air, kejadian longsor sebelumnya, kerapatan vegetasi, penggalian tebing, penggunaan lahan dan curah hujan. Kolom ketiga berupa deskripsi hasil pengamatan di lapangan, kolom ini berisi masing-masing penilaian dari sepuluh aspek pengamatan, penilaian ini didasarkan pada besar kecilnya pengaruh variabel pendukung tingkat kerentanan longsor lahan di daerah penelitian. Kolom ke empat berisi keterangan, penjelasan kolom ini berupa pemberian harkat (scoring) digunakan untuk menentukan atau menilai tingkat kerentanan longsor lahan di daerah penelitian. Lembar observasi dan pegukuran terdapat di lampiran halaman 93. 2. Observasi a. GPS digunakan untuk penentuan koordinat titik-titik pengambilan sampel. b. Ring permeabilitas tanah digunakan untuk pengambilan sampel permeabilitas tanah.

30 c. Sekop tanah digunakan untuk pengambilan sampel tekstur tanah. 3. Pengukuran a. Abney level digunakan untuk mengukur kemiringan lereng. b. Bor tanah digunakan untuk mengukur kedalaman efektif tanah. G. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara bagaimana dapat diperoleh data mengenai variabel-variabel tertentu. Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai obyek yang akan diteliti, metode pengumpulan data yang dikumpulkan yaitu: 1. Observasi Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005: 44). Pengamatan dan pencatatan secara langsung yang dilakukan untuk mengetahui, kerapatan vegetasi, kejadian longsor sebelumnya, mata air, penggalian tebing, dan penggunaan lahan. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat dan menyalin berbagai dokumen yang ada diinstansi yang terkait. Dokumen itu diantaranya: a. Peta Sub DAS Kayangan (Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia). b. Data curah hujan Sub DAS Kayangan kurun waktu 10 tahun (2001 2010).

31 c. Peta kemiringan lereng (Sumber : Peta Kemiringan Lereng Kulon Progo). d. Peta tanah ( Sumber : Peta Tanah Tinjau DIY). e. Peta penggunaan lahan (Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia). f. Peta geologi (Sumber : Peta Geologi Lembar Yogyakarta). g. Peta bentuklahan (Sumber : Peta Bentuklahan Yogyakarta). 3. Pengukuran Pengukuran adalah metode yang dilakukan di lapangan dengan jalan mengukur antara lain kedalaman efektif tanah dan kemiringan lereng. Untuk mengukur kedalaman efektif tanah digunakan bor tanah sedangkan mengukur kemiringan lereng digunakan abney level. 4. Uji laboratorium Uji laboratorium, yaitu melakukan pengetesan atau menguji sampel tanah yang diperoleh di lapangan. uji laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh data tentang sifat-sifat tanah yang meliputi, tekstur, dan permeabilitas tanah. H. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menumpangsusunkan peta (overlay), dilakukan dengan mengacu pada variabel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data hasil pencatatan instansional. Satuan pemetaan atau wilayah perhitungan yang digunakan adalah dengan pengharkatan variabel-variabel yang terkait, yaitu :

32 1. Pengharkatan Pemberian harkat (scoring) digunakan untuk menentukan atau menilai tingkat kerentanan longsor lahan di daerah penelitian. Penelitian ini didasarkan pada besar kecilnya pengaruh variabel pendukung tingkat kerentanan longsor lahan di daerah penelitian. Tingkat kerentanan longsor lahan ditujukan oleh jumlah skor secara keseluruhan dari masing-masing parameter pendukung terjadinya longsor lahan pada tabel 4-13. Tabel 4. Pengharkatan Kelas Kemiringan Lereng No Kriteria Kemiringan lereng Kemiringan (%) Harkat 1 Datar 0-2 1 2 Landai hingga miring 3-13 2 3 Terjal 14-25 3 4 Sangat terjal > 25 4 Sumber: Djati Mardiatno, (2001: 36). Tabel 5. Pengharkatan Kelas Kedalaman Efektif Tanah No Kelas Kedalaman efektif tanah (cm) Harkat 1 Dalam > 90 1 2 Sedang > 60 90 2 3 Dangkal > 30 60 3 4 Sangat dangkal 0-30 4 Sumber: Suratman Worosuprodjo dan Jamulya, (1991) dalam PSBA UGM, (2001). Tabel 6. Pengharkatan Kelas Tekstur Tanah No Tekstur tanah Harkat 1 Pasir 1 2 Pasir berlempung, pasir berdebu 2 3 Geluh, geluh berpempung, geluh berdebu, geluh 3 berpasir 4 Lempung, lempung berdebu, lempung berpasir 4 Sumber: Djati Mardiatno. (2001: 41) dengan modifikasi.

33 Tabel 7. Pengharkatan Kelas Permeabilitas Tanah No Kelas permeabilitas Permeabilitas (cm/jam) Harkat 1 Cepat > 12,5 1 2 Agak cepat > 6,25-12,5 2 3 Sedang > 2,00-6,25 3 4 Sangat lambat-agak lambat 0-2,00 4 Sumber: Luthfi Rayes, (2007: 219) dengan modifikasi. Tabel 8. Pengharkatan Kelas Keterdapatan Mata Air No Keterdapatan mata air Harkat 1 Tidak ada 1 2 Ada 1 atau 2 mata air 2 3 Lebih dari 2 mata air 3 4 Jalur rembesan (seepage belt) 4 Sumber: Djati Mardiatno (2001: 38). Tabel 9. Pengharkatan Kelas Kejadian Longsor Sebelumnya No Kejadian Kriteria Harkat 1 0 Tidak pernah 1 2 1 s.d. 2 Sedikit 2 3 3 s.d.4 Sering 3 4 > 4 Sangat sering 4 Sumber: Djati Mardiatno (2001: 39). Tabel 10 Pengharkatan Kelas Kerapatan Vegetasi No Kerapatan vegetasi Besar kerapatan Harkat 1 Vegetasi kerapatan tinggi > 75% 1 2 Vegetasi kerapatan sedang > 50% - 75% 2 3 Vegetasi kerapatan rendah > 25% - 50% 3 4 Vegetasi kerapatan sangat < 25% 4 rendah Sumber: Van Zuidam dan Concelado, (1979: 22). Tabel 11. Pengharjatan Kelas Penggalian Tebing No Kedalaman dan lokasi penggalian Harkat 1 Tidak ada penggalian 1 2 Dangkal di puncak atau lereng atas atau sedang di puncak 2 3 Dangkal di kaki lereng atau dasar lembah atau dalam di puncak atau lereng atas 3 4 Dalam di kaki lereng atau dasar lembah 4 Sumber: Djati Mardiatno, ( 2001: 41)

34 Tabel 12. Pengharkatan Kelas Penggunaan Lahan No Penggunaan lahan Harkat 1 Kebun campuran 1 2 Sawah 2 3 Permukiman. 3 4 Tegalan 4 Sumber: Suratman Worosuprajo (1992) dalam Thewal (2001: 60). Tabel 13. Pengharkatan Kelas Curah Hujan No Intensitas hujan (mm/tahun) Harkat 1 < 2000 1 2 > 2000 2500 2 3 > 2500 3000 3 4 > 3000 4 Sumber: Heri Thahjono, (2003: 36) dengan modifikasi. 2. Pembuatan Tabel Klasifikasi Pembuatan tabel klasifikasi digunakan untuk memasukkan data yang telah diperoleh dari hasil tumpang susun peta (overlay) dan dari data yang diperoleh dari lapangan seperti Tabel 14. Setelah data terkumpul selanjutnya menentukan interval kelas penilaian tingkat kerentanan longsor lahan yang diperoleh dengan menghitung jumlah nilai maksimum dikurangi dengan jumlah nilai minimal. Hasil pengurangan kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan. Rumus yang digunakan yaitu: Interval kelas kerentanan = Interval kelas = = 10 Berdasarkan hasil interval kelas kerentanan tersebut, maka dapat ditentukan kelas kerentanan longsor lahan seperti terlihat pada tabel 15.

35 Tabel 14. Skoring Parameter Pengaruh Longsor Lahan No Parameter Pengaruh Skor Minimal Maksimal 1 Kemiringan lereng 1 4 2 Kedalaman efektif tanah 1 4 3 Tekstur tanah 1 4 4 Permeabilitas tanah 1 4 5 Mata air 1 4 6 Kejadian longsor sebelumnya 1 4 7 Kerapatan vegetasi 1 4 8 Penggalian tebing 1 4 9 Penggunaan lahan 1 4 10 Curah hujan 1 4 Sumber: Analisis Data, 2011 Jumlah 10 40 Tabel 15. Kriteria Kelas Kerentanan Longsor Lahan No Interval total skor Kriteria kerentanan Kelas 1 10 19 Rendah I 2 20 29 Sedang II 3 30-39 Tinggi III Sumber: Analisis Data, 2011