BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA PADA PENDERITA ASMA UMUR LEBIH DARI ATAU SAMA DENGAN 18 TAHUN DI BBKPM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang sering dijumpai

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB III METODE PENELITIAN

Ina Nurhidayati, Sri Tjahyani Budi Utami. Departement of Environmental Health, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai dengan. Desember 2013 di beberapa SMP yang ada di Semarang.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT ASMA PADA PEKERJA DI PABRIK TEH PT SINAR INESCO KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Transkripsi:

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI OLEH: ROFIATUN NASIKHAH 020112a028 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Rofiatun Nasikhah*) Sri Wahyuni S.KM, M.Kes**) Auly Tarmali SKM, M.Kes., **) *Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Asma merupakan penyakit pernapasan kronik menyebabkan gangguan inflamasi saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk. Resiko terjadinya asma bronkial merupakan interaksi antara faktor pejamu dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Asma Bronkiale pada wanita dewasa di wilayah kerja. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita dewasa yang datang berobat dan tercatat dalam laporan bulanan data kesakitan dan pemeriksaan penunjang di poli umum Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang yang berjumlah 362 orang. Sampel yang diambil sebanyak 86 orang dengan menggunakan teknik Quota Sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square( =0,05). Hasil uji Chi-Square didapatkan ada hubungan dengan kejadian Asma Bronkiale yaitu variabel paparan asap rokok (p=0,0001), riwayat penyakit keluarga (p=0,040). Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian asma bronkiale yaitu kepemilikan binatang peliharaan (p=0,307). Diharapkan penderita dapat memproteksi diri dari paparan asap rokok misalnya menggunakan masker yang berguna untuk mengurangi keparahan penyakit asma bronkiale yang dideritanya. Kata Kunci : Paparan asap rokok, Riwayat penyakit keluarga, Kepemilikan binatang peliharaan, Kejadian Asma Bronkiale Kepustakaan : 38 (2000 2015)

ABSTRACT Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways in which many cells and cellular elements play a role. The Chronic inflammation is associated with airway hiperresponsiveness that leads to recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness, and coughing. The risk of asthma bronchiale includes the interaction between host factor and environmental factor. The purpose of this study is to determine some factors releated to the incidence of asthma bronchiale on women at Puskesmas Sumowono working area Semarang regency. Design of this study was analytic with crossectional approach. Population in this research were all adult women who came for treatment and was recorded in the monthly report of morbiditi data and investigations at Puskesmas Sumowono Semarang regency as many as 362 people. Samples were chosen by using Quota Sampling as many as 86 people. The data analysis used chi square test (α=0,05). Chi square test results found a correlationin the incidence of asthma bronchiale are exposure of smoke (p=0,0001) and family history of disease (p=0,040) variables. While variable that is not related to the incidence of asthma bronchiale is the ownership of pets (p=0,307). It is expected that patients can protect them selves from exposure to cigarette for example using a mask that is useful for reducing the severity of asthma bronchiale. Keywords : Smoke exposure, family history of disease, pet ownership, incidence of asthma bronchiale. Bibliographies : 38(2000-2015) PENDAHULUAN Asma bronkiale merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkiale meningkat pada anak maupun dewasa. Prevalensi total asma bronkial di dunia diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkiale di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena benar-benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010). Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, berdasarkan laporan Hem Sundaru tahun 2008 (Departemen llmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM) prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%), dan Jakarta (7,5%). Berdasarkan RISKESDAS 2013, prevalensi penyakit Asma di Jawa tengah mencapai 4,3 %, dimana Kabupaten Semarang mencapai 3,9 %. Prevalensi penyakit Asma ini banyak diderita pada rentan umur 15 44 tahun. Dimana pada umur 15 24 tahun sebesar 5,9%, 25-34 tahun sebanyak 5,8 % dan umur 35-44 tahun mencapai 5,7 %. Penyakit ini bisa diderita oleh semua kalangan baik berjenis kelamin laki-laki maupun (Kemen Kes RI, 2013). Prevalensi Asma mencapai 4,76 % yang merupakan menyebabkan Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia tahun 2009-2010 (SIRS, 2010-2011). Menurut Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah penyakit asma merupakan Penyakit Tidak Menular nomor tiga. Pada tahun 2013 penyakit Asma mencapai 94.95 kasus (11,7%), pada tahun 2014 mengalami penurunan dengan jumlah sebanyak 66,06 (10,36%), dan pada triwulan 2 tahun 2015 kasus asma sebesar 14,474 (9,60

%) (Buku Saku Kesehatan Jateng Triwulan 2, 2015). Proporsi kasus Asma di Kabupaten Semarang pada tahun 2013 sebesar 2903 kasus (295,16 / 100.000 penduduk). Dimana jumlah kasus diseluruh Puskesmas Kabupaten Semarang sebesar 2.734 kasus dengan penyumbang terbesar yaitu Puskesmas sumowono sebesar 477 kasus (Dinkes Kab Semarang, 2013). Pada tahun 2014 di Kecamatan Sumowono yang telah didiagnosa menderita Asma Bronkiale sebanyak 372 kasus. Beberapa faktor resiko timbulnya asma bronkial, antara lain: riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi tempat tinggal, memelihara binatang dalam rumah, terpapar asap rokok. Secara umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger faktor atau faktor pencetus (GINA,2015). Kecamatan Sumowono terletak di lereng selatan Gunung Ungaran dengan ketinggian 850 m di atas permukaan laut. Kecamatan Sumowono mempunyai kelembapan udara yang tinggi dan suhu yang dingin. Kasus asma bronkiale tertinggi di Kabupaten Semarang yaitu Puskesmas Sumowono. Dari laporan tahunan Puskesmas Sumowono, jumlah kasus asma bronkiale pada tahun 2013 mencapai 477 kasus dimana 96 kasus (20%) diderita oleh wanita, tahun 2014 yang telah di diagnosa menderita penyakit asma, yaitu sebanyak 372 kasus dimana 82 kasus (22%) diderita oleh wanita dan pada tahun 2015 sebanyak 347 kasus dengan 69 (20%) diderita oleh wanita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. A. Tujuan Penelitian Mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan Penyakit Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. B. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai beberapa faktor terjadinya serangan asma bronkiale dan gejala yang timbul sehingga dapat mengetahui cara mencegah terjadinya asma bronkiale. Memberikan informasi kepada anggota keluarganya tentang asma bronkiale sehingga keluarga diharapkan dapat mengetahui dan melakukan tindakan preventif terhadap penyakit asma bronkiale tersebut. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita dewasa yang datang berobat dan tercatat dalam laporan bulanan data kesakitan, pemeriksaan penunjang di poli umum dalam kurun waktu 1 tahun yaitu tahun 2015 sebesar 362 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu tentang paparan asap rokok, riwayat penyakit keluarga dan kepemilikan binatang peliharaan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji chi-square.

HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 86 wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono mengenai distribusi frekuensi paparan asap rokok, riwayat penyakit keluarga, kepemilikan binatang peliharaan dan kejadian asma bronkiale, yang diperoleh dari hasil kuesioner, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Paparan Asap Rokok, Riwayat Penyakit Keluarga, Kepemilikan Binatang Peliharaan dan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Tahun 2016 Variabel Kategori Jumlah % Paparan Asap Ada Paparan 39 45,3 Rokok Tidak Ada Paparan 47 54,7 Riwayat Penyakit Ada Riwayat 35 40,7 Keluarga Kepemilikan Binatang Peliharaan Kejadian ISPA Asma 54 62,8 Tidak Asma 32 37,2 Tidak Ada Riwayat 51 59,3 Memiliki 18 20,9 Tidak Memiliki 68 79,1 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa frekuensi paparan asap rokok pada wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono yaitu, responden yang terpapar asap rokok sebanyak 39 responden (45,3%) lebih rendah dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu sebanyak 47 responden (54,7%). Distribusi frekuensi pada variabel riwayat penyakit keluarga, responden yang tidak memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga sebanyak 51 responden (59,3%) lebih besar dibandingkan responden yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga sebanyak 35 responden (40,7%). Pada variabel kepemilikan binatang peliharaan responden yang tidak memiliki binatang peliharaan lebih banyak dibanding responden yang memiliki binatang peliharaan. Dimana responden yang tidak memiliki binatang peliharaan sebanyak 68 responden (79,1%) dan yang memiliki binatang peliharaan sebanyak 18 responden (20,9%). Sedangkan untuk variabel kejadian Asma Bronkiale sebagian besar responden mengalami Asma, yaitu sebanyak 54 responden (62,8%), sedangkan responden yang tidak mengalami Asma sebanyak 32 responden (37,2%). B. Analisis Bivariat Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok Dan Kejadian Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2016 Kejadian Asma Paparan Asap Rokok Asma Tidak Asma P-value f % f % Ada Paparan 33 84,6 6 15,4 0,0001 Tidak Ada Paparan 21 44,7 26 55,3 Total 54 62,8 32 37,2

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang terpapar asap rokok yaitu 84,6 % dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu 44,7%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p<0,0001. Karena p < 0,05, maka Ho ditolak. Ini menunjukan bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma Bronkiale pada wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono, Kabupaten Semarang. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga Dan Kejadian Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2016 Riwayat Penyakit Keluarga Kejadian Asma Asma Tidak Asma p-value f % f % Ada Riwayat 27 77,1 8 22,9 0,040 Tidak Ada Riwayat 27 52,9 24 47,1 Total 54 62,8 32 37,2 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa presentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki Riwayat Penyakit asma pada keluarga yaitu sebesar 77,1% dibandingkan dengan responden tidak memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga yaitu 52,9%. Dari hasil uji chi square didapatkan p-value sebesar 0,040. Karena p < 0,05, maka Ho ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian Asma Bronkiale pada wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono, Kabupaten Semarang. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Binatang Dengan Kejadian Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2016 Kejadian Asma Kepemilikan Binatang Asma Tidak Asma Peliharaan f % F % P-value Memiliki 12 66,7 6 33.3 0,0001 Tidak memiliki 42 61,8 26 38.2 Total 54 62,8 32 37,2 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki binatang peliharaan yaitu sebesar 66,7%, dibanding dengan responden yang tidak memiliki binatang peliharaan yaitu 61,8%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,914. Oleh karena nilai p > 0,05, maka Ho gagal ditolak. Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang dengan kejadian asma bronkial pada wanita dewasa di wilayah kerja.

PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Paparan Asap Rokok Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang terpapar asap rokok sebesar 45,3% dan responden yang tidak terpapar asap rokok didalam rumah yaitu sebesar 54,7%. Masyarakat akan merokok di dalam rumah pada waktu malam hari, dikarenakan mereka istirahat dan berkumpul dengan keluarganya. Waktu merokok di dalam rumah lebih pendek dibanding merokok di luar rumah, tetapi asap rokok dari perokok aktif akan tetap menimbulkan pencemaran udara dalam ruangan serta akan mengganggu fungsi paru pada orang yang terpapar. Perokok aktif yaitu orang yang sedang merokok sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang menghirup asap rokok dari perokok aktif atau orang yang terpapar asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok aktif. Perokok pasif lebih berbahaya bila dibandingkan dengan perokok aktif. Bahaya yang harus ditanggung pleh perokok pasif tiga sampai lima kali lipat dari bahaya perokok aktif. Sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (Suryo, 2010). 2. Gambaran Riwayat Penyakit Keluarga Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian yang dilakukan pada 86 responden terdapat 35 responden (40,7%) yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga. Atopi dan hiperrespons bronkus mempunyai pola pewaris yang berbeda yaitu kemampuan untuk menghasilkan IgE terutama dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap terjadinya asma, hal ini diketahui dengan ditemukannya kejadian asma hanya pada salah satu anggota keluarga yang kembar monozigot (Yunus,2009). Atopi diturunkan sebagai karakteristik dominan otosomal 85% dari mereka yang membawa gen mempunyai gejala penyakit alergi dan 60% mengalami mengi. Dari hasil penelitian riwayat penyakit asma lebih banyak pada ibu sebanyak 23,3%, dibandingkan riwayat penyakit asma pada ayah sebanyak 17,4%. Jika seorang ibu atau ayah menderita penyakit asma, maka kemungkinan besar adanya penderita asma dalam anggota keluarga tersebut. Asma tidak selalu ada pada kembar monozigot, labilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak pada kembar dizigot (Kusumo,2004). 3. Gambaran Kepemilikan Binatang Peliharaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan binatang peliharaan yaitu sebesar 20,9%. Adanya binatang peliharaan dapat mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah debu pada rumah, hewan seperti kucing, anjing, burung dan unggas dapat meninggalkan polutan berupa alergen yang terdapat pada bulunya, dimana alergen ini dapat mempengaruhi proses terjadinya reaksi hipersensitive dan inflamasi pada saluran pernafasan (Sundaru, 2007). 4. Gambaran Kejadian Asma Bronkiale Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 86 responden, sebagian besar responden 62,8% menderita asma bronkial. Asma merupakan penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan juga menimbulkan peradangan pada saluran udara. Kombinasi penyumbatan dan peradangan saluran udara ini akan menimbulkan batuk, napas berbunyi, penyempitan dada, dan sesak napas yang merupakan penanda asma dan jika tidak diobati, bisa mengarah kerusaknya saluran

udara secara permanen. Pada penelitian ini banyak responden yang menderita asma bronkiale mengalami batuk sampai dengan sesak nafas serta mengi yang menibulkan kesakitan. Responden yang menderita asma bronkiale Penelitian telah menunjukkan bahwa peradangan saluran udara adalah hal yang menyebabkan kerusakan saluran udara secara permanen serta membuat gejala gejala asma memburuk dan lebih sulit ditangani (Rachelefsky, 2008). B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Asma Bronkiale Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang terpapar asap rokok yaitu 84,6 % dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu 44,7%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p<0,0001. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma Bronkiale. Pada perokok pasif secara bermakna sisi aliran asap yang terbakar lebih panas dan lebih toksik dari pada asap yang dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi mukosa jalan nafas. Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya pada penyakit saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma. Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein (GINA,2015). Apabila salah satu anggota keluarga memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah maka akan berpeluang besar terjadinya asma bronkiale dibanding dengan anggota keluarga yang tidak memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Sehingga dapat diartikan bahwa paparan asap rokok memberikan hubungan yang signifikan terhadap kejadian asma bronkiale dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok di dalam rumah. 2. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Keluarga Dengan Kejadian Asma Bronkiale Pada penelitian ini didapatkan persentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki Riwayat Penyakit asma pada keluarga yaitu sebesar 77,1% dibandingkan dengan responden tidak menderita penyakit asma yaitu 52,9%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,040. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan dengan kejadian Asma Bronkiale pada wanita dewasa. Penderita asma bronkilale yang mempunyai riwayat asma, umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asma. Lebih kurang 25% penderita asma, keluarga dekatnya juga menderita asma, meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga penderita asma 2/3 memperlihatkan test alergi positif. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatik (Sundaru, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuwat Karyadi (2008) yang menyatakan bahwa hasil analisis hubungan riwayat penyakit keluarga dengan kejadian asma bronkiale didapatkan hubungan yang bermakna, dengan nilai p = 0,008 ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit keluarga dan status asma.

3. Hubungan Antara Kepemilikan Binatang Peliharaan Dengan Kejadian Asma Bronkiale Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki binatang peliharaan yaitu 66,7 %. Dibandingkan dengan yang tidak memiliki binatang peliharaan yaitu sebesar 61,8%. Uji statistik untuk variabel kepemilikan binatang peliharaan didapatkan p = 0,914, dimana nilai p > = 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang dengan kejadian asma bronkiale. Responden yang memiliki binatang peliharaan tidak menderita asma bronkial dikarenakan banyak responden yang tidak berkontak langsung dengan binatang yang mereka miliki. Sebagian besar responden apabila sudah mengetahui dirinya mempunyai alergen dengan binatang maka mereka tidak akan memelihara binatang tersebut bahkan untuk berhubungan atau kontak langsung dengan binatang tersebut. Kemungkinan besar hewan peliharaan bukan merupakan faktor pencetus terjadinya asma. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena adanya kontak antara hewan peliharaan dengan responden, lama keberadaan hewan peliharaan berada dirumah responden dan jarak kandang hewan tersebut dengan rumah jika hewan tersebut dikandangkan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Valent (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan didalam rumah dengan kejadian asma yang ditunjukan dengan p value sebesar 0,488. PENUTUP A. Kesimpulan Ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma Bronkiale di wilayah kerja, dengan (p value < 0,0001), Ada hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian Asma Bronkiale di wilayah kerja denga (p value = 0,040), Tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan dengan kejadian Asma Bronkiale di wilayah kerja dengan (p value = 0,914). B. Saran Diharapkan penderita dapat memproteksi diri dari paparan asap rokok misalnya menggunakan masker di dalam rumah yang berguna untu kmengurangi keparahan penyakit asma bronkiale yang dideritanya serta diharapkan Puskesmas membuat program yang terkait dengan penyakit asma bronkial mengenai pencegahan asma bronkiale seperti penyuluhan rutin mengenai penyakit asma bronkiale dan bagi penderita asma dilakukan pengecekan kesehatan rutin. Sehingga diharapkan prevalensi asma bronkial di Puskesmas Sumowono menurun. DAFTAR PUSTAKA IDAI. (2010). Buku Ajar: Respirologi Anak. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. Diakses 15 Oktober 2015 jam 13.48 WIB Setiawan, Yahmin. (2012). Asma. www.lkc.ac.id.diakses September 2016 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Hasil Kesehatan Dasar (Riskesdas)2013. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan, Kementrian kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah.(2015). Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.,(2010-2011).Sistem Informasi Rumah Sakit. Jawa Tengah. GINA (Global Initiative For Asthma); Global Strategy For Asthma Management And Prevention.www,Ginaasthma.org. (2015). Diakses 15 Oktober 2015 jam 09.35 WIB. Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Bentang Pustaka. Yogyakarta Yunus, F, (2009). Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang. http://staff.ui.ac.id/internal/131631641/material/kuliah ASMA 2009.pdf. diakses 23 November 2015 Kusumo, Dianiati, dkk. (2004). Asma Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Dokter Paru Indonesia. Sundaru H, Sukamto, (2007). Prevalensi Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Rachelefsky. (2008). Penanganan Asma. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Sundaru H, Sukamto, (2011). Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Valentfatoni. (2012). Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara. Skripsi. Semarang: FKM UNDIP.