BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

ا ن ف ي خ ل ق الس م او ات و الا ر ض و اخ ت لا ف الل ي ل و الن ه ا ر ل ا ي ات ل ا و ل ي الا ل ب اب

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

Renstra BKP5K Tahun

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

VI KESIMPULAN DAN SARAN

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PENGANTAR AGRIBISNIS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB III Visi dan Misi

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

Kawasan Cepat Tumbuh

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

VII. PERANCANGAN PROGRAM. dukungan industri yang kuat dan sumberdaya manusia yang unggul, guna. mewujudkan masyarakat sejahtera dan makmur tahun 2020.

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BOGOR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

LAPORAN AKHIR KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MODEL AGROPOLITAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS.

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

82 BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang adalah dan mengembangakan kegiatan pertanian off-farm (pasca panen, pengolahan dan pemasaran) dan peningkatan hasil produksi pertanian on-farm sehingga kawasan agropolitan menjadi salah satu kawasan utuh agribisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan. Keterangan : Penghasil bahan baku Pengumpul bahan baku dan sentra produksi Kota kecil pusat regional Kota sedang/besar Jalan perdagangan Arah distribusi produksi Gambar 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pengembangan kegiatan off-farm (pasca penen, pengolahan dan pemasaran) dilakukan di Desa Karacak yang berfungsi sebagai pengumpul bahan baku dan sentra produksi, dan hasil panen dari desa hinterland (Desa Karyasari dan Desa Barengkok) dikumpulkan di Desa Karacak untuk kemudian diolah menjadi suatu produk yang bisa menambah nilai jual dari buah manggis. 71

83 72

84 73

85 74 6.2 Strategi Pengembangan Strategi pengembangan kawasan agropolitan terdiri dari stratergi pengembangan untuk pusat kawasan (aropolis), strategi pengembangan untuk daerah hinterland dan strategi pengembangan kawasan berdasarkan hasil analisis SWOT. 6.2.1 Strategi Pengembangan untuk Pusat Kawasan (Agropolis) Strategi pengembangan kawasan agropolitan Kecamatan Leuwiliang yang berbasiskan komoditas manggis mencakup strategi untuk kawasan pusat agropolitan (agropolis) dan strategi untuk daerah sekitarnya (hinterland). Berdasarkan hasil analisis untuk pusat kawasan (agropolis) di Kecamatan Leuwiliang yakni Desa Karacak masih memiliki kelemahan dalam dukungan sarana dan prasarana sebagai kawasan agropolitan. Untuk itu dibutuhkan strategi pengembangan baik yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kelangsungan kawasan agropolitan tersebut seperti: a. Dibutuhkan realisasi untuk pengembangan pasar agropolitan yaitu pasar khusus hasil olahan buah manggis. b. Menyediakan sarana pusat informasi pertanian sehingga petani petani dapat mengetahui harga jual komudit c. Lembaga keuangan bank dan koperasi yang sangat dibutuhkan untuk mempermudah proses transaksi ekonomi, mengingat sampai saat ini peran lembaga keuangan formal masih sangat terbatas d. Jaringan jalan secara kuantitas dan kualitas masih perlu diperbaiki terutama jaringan jalan dari pusat pertumbuhan (Desa Karacak) ke Kawasan Sentra Produksi masih rendah e. Balai Penyuluhan Pertanian perlu dibangun di pusat kawasan ini, mengingat pentingnya peranan penyuluhan dan pengembangan akan teknologi tepat guna khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi dan panen, saat ini belum terdapat balai penelitian, maka dari itu untuk kedepan diharapkan dapat direalisasikan. f. Industri pengolahan skala menengah besar dan sedang yang meproses kulit manggis untuk kebutuhan bahan baku obatan-obatan belum ada, untuk itu diperlukan suatu upaya strategis kedepan agar dapat direalisasikan

86 75 g. Meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada pada agroindustri manggis dengan cara pemberian keterampilan dan pelatihan yang khusus untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja yang datang dari luar daerah seperti pembangunan sekolah pertanian, serta pemberian penyuluhan secara rutin untuk meningkatkan hasil pertanian serta menanggulangi hama pertanian. h. Dibutuhkan lembaga pendidikan formal setingkat SLTA yakni Sekolah Menengah kejuruan pertanian untuk mendukung kemajuan pengembangan sumberdaya manusia lebih optimal dalam bidang pertanian di kawasan tersebut dalam jangka panjang agar kegiatan petanian berjalan lebih baik dan tidak memerlukan sumber daya manusia dari luar kawasan untuk mengurus kegiatan pertanian di kawasan agropolitan. 6.2.2 Strategi Pengembangan untuk Daerah Hinterland Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bahasan sebelumnya maka strategi dalam pengembangan kegiatan agropolitan di daerah hinterland yang meliputi Desa Karyasari dan Barengkok yakni pengembangan faktor pendukung atau sarana dan prasarana. Terutama jaringan jalan yang langsung berhubungan dengan Desa Karacak sebagai pusat agropolitan, Mengingat masalah sarana jalan penghubung antar desa utama dan desa pendukung masih terbatas dalam kondisi rusak. Selain itu pula prasarana angkutan darat, terutama jalan darat yang merupakan penghubung antara pusat pertumbuhan Desa Karacak dengan daerah Kawasan Sentra Produksi yang selama ini masih menggunakan mobil losbak dan ojek. 6.2.3 Strategi Pengembangan Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Berdasarkan hasil dari matriks SWOT, maka dapat dipergunakan untuk penentuan strategi yang berkaitan langsung sesuai dengan strategi pengembangan kawasan agropolitan Kecamatan Leuwiliang. Dari hasil perhitungan analisis SWOT yakni pada kuadran IV, yakni dengan memanfaatkan segala kekuatan untuk meminimalisir ancaman, maka strategi atau langkah konkrit utama yang bisa dilakukan terdapat pada strategi S-T. Dimana bisa mencakup tiga komponen utama yakni:

87 76 1. Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan manggis, seperti bahan pewarna, tepung kulit buah, jus, cocktail, sirup, dan kapsul ekstrak herbal kulit manggis. 2. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha olahan dari manggis agar tercipta nilai tambah dan harga yang kompetitif 3. Peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur di Kecamatan Leuwiliang 6.2 Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan maka didapat suatu rekomendasi untuk pengembangan komoditas agropolitan komoditas manggis di Kecamatan Leuwiliang. Rekomendasi yang ada antara lain sebagai berikut : 1. Perlu adanya aturan atau kebijakan daerah yang mengatur tentang pengembangan agropolitan manggis dan pengolahan hasilnya secara lebih detail, hal itu dilakukan untuk mempermudah dalam pengembangan sub sektor 2. Perlunya peran aktif pemerintah dalam pengawasan dan pengendalian pengunaan lahan, hal ini dilakukan untuk mengontrol pengunaan lahan yang ada. 3. Pengembangan produksi komoditi manggis merupakan hal yang paling penting, dimana komoditi manggis yang mempunyai luas lahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan komoditi yang lain sehingga akan tersedianya komoditas lain sejalan dengan tujuan pengembangan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang. 4. Menarik minat investasi pihak lain untuk mengembangkan kegiatan Agropolitan manggis mengingat saat ini tanaman manggis selain berfungsi sebagai tanaman pangan juga mulai diusahakan sebagai bahan baku obatan-obatan yang banyak diusahakan. 5. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, maka arah yang perlu ditempuh adalah memperluas cakupan kegiatan ekonomi produktif petani serta peningkatan efisiensi dan daya saing. Perluasan kegiatan ekonomi yang memungkinkan dilakukan Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan manggis

88 77 6. Meningkatkan kualitas kerja petani yang ada di kelompok tani masingmasing dengan cara pemberian keterampilan dan pelatihan yang khusus untuk meningkatkan kualitas hasil produksi sehinga dapat mengurangi persaingan pasar. 7. Mengoptimumkan pengunaan lahan pertanian khususnya lahan manggis 8. Perlunya hubungan kemitraan yang baik dengan daerah lain, hal itu dilakukan agar memperluas pangsa pasar hasil pengolahan agrobisnis. 6.3 Kelemahan studi Studi ini terdapat beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut : 1. Data mengenai sektor pertanian di Kecamatan Leuwiliang kurang memadai dan terbatas, sehingga perlu dilakukan asumsi, hal itu dapat menyebabkan kurang akuratnya hasil analisis studi ini. 2. Data mengenai kelayakan dan ketersediaan infrastruktur di Kecamatan Leuwiliang sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan observasi dan wawancara langsung dengan petani atau masyarakat lainnya hal itu dapat menyebabkan akurasi data yang kurang baik dari hasil analisis studi ini. 3. Analisis yang digunkan dalam merumuskan strategi pengembangan agropolitan adalah analisis SWOT yang sangat tergantung pada keadaan internal dan keadaan eksternal sehingga hasil analisis dapat berubah sesuai dengan perubahan lingkungan yaitu keadaan internal dan keadaan eksternal yang ada di wilayah studi. 6.4 Studi lanjutan Penelitian yang dilakukan hanya membahas tentang garis besar sarana dana prasarana pendukung kawasan agropolitan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan, oleh karena itu diperlukan studi lanjutan untuk memperinci tahapan program perencanaan pembangunan pertanian agropolitan Komoditas manggis di Kecamatan Leuwiliang antara lain : 1. Menganalisis struktur kawasan agropolitan di pusat kawasan agropolitan terpilih yakni Desa Karacak 2. Menganalisis proyeksi kebutuhan sarana prasarana kawasan agropolitan komoditi manggis di Kecamatan Leuwiliang