KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERIKSAAN DOKUMEN PROPOSAL TEKNIS DAN RAB. Lokasi Bidang Kegiatan Volume

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

ADVETORIAL PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA DEPOK

BAB III METODOLOGI KAJIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni Partisipasi masyarakat di Kecamatan Sukoharjo dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni berjalan sangat baik. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh data temuan lapangan yang menyatakan hal serupa. Partisipasi masyarakat Kecamatan Sukoharjo dapat ditunjukkan dengan keaktifan warga masyarakatnya dalam setiap tahap pembangunan, dimulai dari perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, evaluasi pembangunan, dan pemanfaatan hasil pembangunan. Kesimpulan dari masing-masing partisipasi dalam tahap pembangunan, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Perencanaan b. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Pelaksanaan c. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Evaluasi d. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Pemanfaatan Hasil 190

digilib.uns.ac.id 191 2. Dampak Penerapan Partisipatif Dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo Penerapan partisipasi masyarakat Kecamatan Sukoharjo dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni memberikan dampak yang positif. Berdasarkan data hasil penemuan lapangan, dapat disimpulkan bahwa beberapa dampak yang ditimbulkan antara lain: a. Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni dapat diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan (tepat sasaran) b. Tahap pelaksanaan renovasi rumah tidak layak huni dapat berlangsung secara cepat (efisien waktu) c. Pengambilan keputusan lebih demokratis d. Menghemat anggaran dalam pembangunan e. Menumbuhkan sikap kepedulian terhadap sesama 3. Hambatan Penyelenggaraan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo Hambatan yang ditemui, kaitannya dengan penerapan partisipasi masyarakat Kecamatan Sukoharjo dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni terdiri dari empat hambatan. Empat hambatan yang dimaksud yaitu: a. Hambatan pembentukan organisasi pelaksanaan b. Hambatan pendanaan c. Hambatan pengadaan lahan dan prasarana d. Hambatan teknis pembangunan rumah

digilib.uns.ac.id 192 B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas, ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini tentang pembangunan Partisipatif dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo. Maka implikasi yang ditimbulkan sebagai berikut: 1. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan, terutama Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo, maka masyarakat memiliki peluang atau kesempatan untuk ikut serta dalam setiap tahapan pembangunan yang dilakukan. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam tahapan pembangunan, memungkinkan bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah pembangunan sesuai dengan kehendak dan kebutuhan dalam masyarakat. Kaitannya dengan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, maka masyarakat mewujudkan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin dengan swadaya atau kemandirian masyarakat. 2. Dilaksanakannya renovasi rumah tidak layak huni memungkinkan masyarakat untuk memberikan kontrol pada setiap tahapan yang dilakukan dalam pembangunan. Dalam tahapan perencanaan pembangunan masyarakat dapat memberikan kontrol dan usulan dalam forum pembangunan (Renta) mengenai pihak-pihak yang berhak menerima program bantuan rumah tersebut berdasarkan pengamatan di wilayahnya. Dengan memperhatikan partisipasi masyarakat dalam memberikan usulan mengenai calon penerima manfaat, maka program renovasi rumah tersebut dapat diberikan kepada pihak atau masyarakat yang benar-benar membutuhkan. 3. Dengan keterlibatan aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan rumah layak huni, maka waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan tersebut menjadi lebih singkat. Dengan banyaknya tenaga yang membantu pelaksanaan pembangunan rumah layak huni di Kecamatan Sukoharjo akan berimplikasi terhadap lama-tidaknya waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan. Selain itu, dengan berpartisipasi dalam pembangunan rumah layak huni tersebut, masyarakat commit penerima to user manfaat akan sangat terbantu,

digilib.uns.ac.id 193 terutama dalam hal penghematan anggaran. Hal ini dikarenakan, dengan banyaknya masyarakat yang membantu pembangunan maka waktu yang dibutuhkan akan semakin sedikit dan upah yang harus dibayarkan untuk tukang juga semakin berkurang. 4. Partisipasi yang ditunjukkan oleh masyarakat Kecamatan Sukoharjo dalam menanggulangi rumah masyarakat yang tidak layak huni, berimplikasi pada tumbuhnya kebersamaan antar warga masyarakat dan juga mempererat tali persaudaraan. Dengan terbentuknya solidaritas antar anggota masyarakat, maka kepedulian terhadap sesama masyarakat juga akan meningkat. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, adapun saran yang diberikan, sebagai berikut: 1. Bagi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Meskipun secara umum penyelenggaraan program dari PNPM-Mandiri Perkotaan khususnya Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni sudah berjalan secara baik, namun terdapat beberapa hal yang hendaknya ditingkatkan, antara lain: a. Memberikan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat mengenai program-program yang hendak dilakukan termasuk Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, agar masyarakat menjadi tahu dan bersiap untuk ikut serta dalam menunjang keberhasilannya. b. Memberikan batasan atau aturan yang jelas dalam penyelenggraan forum pembangunan, misalnya memberikan batasan yang jelas mengenai keterwakilan perempuan dan laki-laki dalam forum. c. Memberikan akses yang luas bagi masyarakat untuk ikut serta atau berpartisipasi dalam kepanitiaan pembangunan, misalnya dengan memberikan motivasi melalui dialog-dialog interaktif yang diagendakan untuk masyarakat. d. Selalu melakukan koordinasi dengan Korkot (Koordinator Kota) terutama mengenai pendanaan atau commit dana stimulan to user yang dikeluhkan masyarakat.

digilib.uns.ac.id 194 2. Bagi Ketua RT dan RW a. Memberikan dorongan kepada masyarakatnya agar senantiasa meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, termasuk dalam masyarakat mengenai program-program yang hendak dilakukan termasuk Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni. b. Memberikan komado yang jelas dan tegas kepada masyarakatnya, agar partisipasi masyarakat dalam program-program yang hendak dilakukan termasuk Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni dapat maksimal, misalnya memberikan pengumuman jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan gotong-royong dilakukan, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam pembangunan. c. Memberikan alokasi dana RT untuk membantu masyarakat penerima manfaat dalam pelaksanaan pembangunan, misalnya memberikan dana untuk pembelian konsumsi tukang atau peserta gotong-royong. 3. Bagi Masyarakat a. Bagi masyarakat Kecamatan Sukoharjo, disarankan untuk meningkatkan partisipasinya dalam mendukung terselenggaranya Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, baik memberikan bantuan ide atau gagasan, bantuan tenaga ataupun barang pada saat pelasanaan, memberikan evaluasi program dan juga berpartisipasi dalam memelihara hasil pembangunan. b. Disarankan untuk meningkatkan kepekaan terhadap keadaan lingkungannya, terutama mengenai keadaan papan, agar dapat diusulkan dalam forum perencanaan pembangunan (Renta). c. Disarankan untuk ikut serta dalam kepanitiaan pembangunan agar dapat melakukan kontrol terhadap segala bentuk pengeluaran yang ada. d. Disarankan untuk terlibat dalam berbagai forum perencanaan, agar dapat menyampaikan ide atau gagasan yang berkaitan dengan perencanaan maupun evaluasi pembangunan.