BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah bagian vital yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

II TINJAUAN PUSTAKA. Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

: EFEKTIVITAS DAN DAMPAK PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PANGAN SARI KELOMPOK RUMAH PANGAN LESTARI YANG MENJADI INSPIRASI GUBERNUR BALI

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

REVITALISASI PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

Renstra BKP5K Tahun

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. cukup luas sangat menunjang untuk kegiatan pertanian. Sebagai negara agraris yang

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masih rawannya ketahanan pangan dan energi, serta berbagai permasalahan lain

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan nasional merupakan pondasi utama pembangunan nasional lima tahun ke depan. Kondisi ketahanan pangan nasional yang akan dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang cukup, bergizi seimbang, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Pencapaian ketahanan pangan nasional memerlukan dukungan penuh dari revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga dilaksanakan untuk menciptakan nilai tambah dan meningkatkan daya saing di pasar global secara efisien dan modern untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (BAPPENAS, 2010). Sejalan dengan matra tersebut, gerakan revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan dijabarkan dalam tujuh gema revitalisasi yang meliputi: (1) revitalisasi lahan; (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan; (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana; (4) revitalisasi sumber daya manusia; (5) revitalisasi pembiayaan petani; (6) revitalisasi kelembagaan petani; dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir (KEMENTAN, 2010). Pada tingkat daerah, kebijakan pembangunan pertanian nasional dijabarkan sesuai dengan potensi, permasalahan, dan kebutuhan sektor pertanian masing-masing daerah. Di Provinsi Bali, pembangunan pertanian lima tahun kedepan dirancang dengan tiga sasaran utama, yaitu: (1) optimalisasi ketahanan pangan, (2) peningkatan nilai tambah serta daya saing, dan (3) peningkatan 1

2 pendapatan petani. Guna mencapai sasaran tersebut, kebijakan yang akan ditempuh yakni sebagai berikut (DISTAN, 2012). 1. Perluasan dan peningkatan basis produksi secara berkelanjutan. Arah kebijakan ini adalah meningkatkan investasi swasta, penggunaan lahan, pewilayahan komoditas dan penataan pemanfaatan lahan pertanian. 2. Peningkatan diversifikasi pangan. Arah kebijakan ini meliputi pengembangan pangan sesuai sumber daya lokal, meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan seimbang serta meningkatkan kualitas pangan yang aman dan halal. 3. Peningkatan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian. Kebijakan ini meliputi revitalisasi penyuluhan, pendampingan petani, pendidikan dan pelatihan pertanian, meningkatkan peran serta masyarakat, meningkatkan kompetensi dan moral aparatur dan pengembangan kelembagaan petani. 4. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian. Kebijakan ini meliputi pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian, pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran, serta pengembangan lembaga keuangan mikro pedesaan. 5. Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna. Arah kebijakan ini meliputi: upaya untuk merespon permasalahan dan kebutuhan pengguna, mendukung optimasi pemanfaatan sumber daya spesifik lokasi, pengembangan produk berdaya saing, percepatan proses dan perluasan jaringan diseminasi dan penyaringan umpan balik inovasi pertanian.

3 6. Peningkatan promosi dan pengembangan komoditas pertanian, meliputi kebijakan subsidi tepat sasaran dalam sarana produksi, harga out put dan bunga kredit untuk modal usaha tani, peningkatan ekspor, peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas dan standarisasi produk, serta penguatan sistem pemasaran dan perlindungan usaha. Berkaitan dengan kebijakan tersebut, dikeluarkan juga kebijakan pembangunan pertanian dengan dukungan dan koordinasi antar instansi terkait yang meliputi hal-hal sebagai berikut (DISTAN, 2012). 1. Pembangunan infrastruktur pertanian, antara lain: pembangunan jaringan irigasi, pencegahan konversi lahan, dan pengembangan jalan produksi. 2. Kebijakan pembiayaan pertanian untuk pengembangan lembaga keuangan khusus sektor pertanian. 3. Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. 4. Kebijakan pengembangan industri yang menekankan pada agroindustri (skala kecil) pedesaan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan pendapatan petani. 5. Kebijakan investasi yang kondusif untuk mendorong minat investor dalam sektor pertanian. 6. Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran sektor pertanian. 7. Peran swasta ( corporate) dalam menampung hasil pertanian dan investasi di sektor pertanian melalui corporate social responsibility.

4 Dalam upaya mengatasi isu penting pembangunan pertanian terkait dengan pengentasan kemiskinan, peningkatan produksi protein, rawan pangan, penyerapan tenaga kerja, penggunaan pupuk organik, pengembangan energi biogas, dan pengurangan pencemaran lingkungan, Pemerintah Provinsi Bali meluncurkan Program Sistem Pertanian Terintegrasi (Program Simantri). Program Simantri adalah upaya percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan dengan mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya secara vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Kegiatan utama Program Simantri adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau, dan limbah ternak ( faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, bio pestisida, dan pupuk organik. Kegiatan integrasi berorientasi pada usaha tani tanpa limbah ( zero waste) yang dapat menghasilkan pangan, pakan, pupuk, dan bahan bakar (food, feed, fertilizer dan fuel) (DISTAN, 2010). Program Simantri pertama kali diluncurkan pada Tahun 2009 sebagai pilot projek dengan penyerahan 10 unit Program Simantri kepada Gapoktan di 10 desa tersebar di tujuh kabupaten di Bali dengan biaya sebesar Rp 2.120.000.000. Pada Tahun 2010 sebanyak 40 unit Program Simantri ditambah lagi untuk 40 desa sasaran di 24 kecamatan yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, dengan pengalokasian dana sebesar Rp 10.365.252.164. Pada Tahun 2011 sebanyak 150 unit Program Simantri diserahkan kepada 150 buah Gapoktan, dengan rincian 100 unit dari alokasi anggaran rutin dan 50 unit dari anggaran

5 perubahan, sedangkan pada tahun 2012 diserahkan lagi sebanyak 125 unit Program Simantri kepada 125 Gapoktan dengan rincian 100 unit dari alokasi anggaran rutin dan 25 unit dari anggaran perubahan. Dengan demikian, hingga Desember 2012 sudah 325 unit Program Simantri diserahkan kepada 325 Gapoktan yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali dengan total dana yang dialokasi sebesar 65 milyar rupiah (DISTAN, 2012). Selanjutnya, periode Tahun 2013 disalurkan lagi bantuan sebanyak 94 unit, sehingga sampai akhir Tahun 2013 jumlah Program Simantri yang telah diserahkan kepada Gapoktan sebanyak 419 unit tersebar di seluruh Provinsi Bali, termasuk 11 unit Simantri dengan ternak utamanya kambing. Dengan demikian, seluruh dana yang dialokasi untuk Program Simantri hingga akhir Tahun 2013 lebih kurang sebesar 83 milyar rupiah (DISTAN, 2014). Data selengkapnya seperti terlihat pada Tabel 1.1. Di dalam rancangannya, Program Simantri ditargetkan mencapai empat sasaran utama, yaitu: (1) peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan, dan kualitas hasil, (2) tersedianya pakan ternak berkualitas sepanjang tahun, (3) tersedianya pupuk dan pestisida organik serta bio gas, dan (4) berkembangnya diversifikasi usaha, lembaga usaha ekonomi, dan infrastruktur di perdesaan. Pencapaian sasaran program tersebut dapat diketahui dari indikator keberhasilannya. Indikator keberhasilan Program Simantri meliputi capaiancapaian sebagai berikut. 1. Berkembangnya kelembagaan dan sumberdaya manusia baik petugas pertanian maupun petani.

6 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani. 4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani. 5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. 6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan. 7. Peningkatan pendapatan petani (minimal 2 kali lipat). No Tabel 1.1. Realisasi Bantuan Program Simantri Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Babupaten/Kota Jumlah Unit Program Simantri Sapi Kambing Total 1 Badung 26-26 2 Bangli 59-59 3 Buleleng 76 7 83 4 Denpasar 8-8 5 Gianyar 55-55 6 Jembrana 38-38 7 Karangasem 53 1 54 8 Klungkung 44-44 9 Tabanan 49 3 52 Jumlah 408 11 419 Sumber: DISTAN (2014) Pelaksanaan Program Simantri di lapang banyak menuai masalah, diantaranya: banyak sapi mati setelah bantuan digelontorkan, bantuan sapi dijual oleh anggota, pupuk organik hasil simantri menumpuk tidak terjual akibat sulit

7 pemasaran, dan penerima bantuan tidak tepat serta tidak berkompeten menggeluti pertanian dan peternakan. Disamping itu, rendahnya kinerja penerima bantuan diakibatkan oleh kurangnya evaluasi dan pendampingan 1). Kondisi yang lebih memprihatinkan adalah pemeliharaan sapi dengan sistem kandang koloni dinilai kurang efektif oleh petani. Kandang koloni sebagai salah satu komponen sistem pertanian yang terintegrasi menjadi satu kesatuan dengan komponen sistem lainnya berada dalam satu hamparan lahan unit Program Simantri. Lokasi lahan unit Program Simantri ini berjarak relatif jauh dari tempat tinggal dan sawah atau kebun anggota kelompok (kecuali anggota kelompok yang lahannya ditetapkan sebagai lokasi unit Program Simantri), sehingga diperlukan waktu khusus datang ke lokasi unit Program Simantri untuk membawakan pakan, memandikan, dan perawatan sapi, disamping mengerjakan kegiatan lain Program Simantri. Petani merasa kesulitan mengikuti sistem ini, karena dinilai menghabiskan waktu lebih banyak dan juga harus mengeluarkan biaya transportasi untuk pengangkutan pakan ke lokasi kandang. Sementara kebiasaan petani selama ini adalah memelihara ternak sapi di kebun atau di sawah yang dikelolanya, sehingga waktu untuk pemeliharaan dan perawatan sapi dilakukan satu paket dengan waktu pemeliharaan dan perawatan kebun atau sawahnya. Dengan kondisi seperti itu, beberapa kelompok memutuskan membawa sapinya keluar dari kandang koloni untuk dipelihara di kandang milik masing-masing anggota kelompok. 1) Program Simantri Banyak Menuai Masalah. Bali Post, 19 September, hal: 2, kol 2.

8 Dengan demikian, jelas bahwa konsep sistem pertanian terintegrasi tidak bisa berjalan. Bagi kelompok yang tetap ingin mempertahan pemeliharaan sapi dengan sistem kandang koloni diupayakan mencari tenaga bayaran (sewaaan) untuk menyiapkan pakan dan perawatan sapi, sementara anggota kelompok hanya mempertahankan status kepemilikannya saja. Eksistensi kelompok penerima Program Simantri kurang legitimate, yakni dipertanyakan keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya. Seperti kasus di Banjar Angkling, Desa Babakan, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, dimana Simantri 104 yang bernama Sri Sedana tidak diketahui asal mula terbentuknya dan didalam sangkepan banjar tidak pernah dibahas, tiba-tiba sudah ada kelompok dan sudah beroperasi. Disamping itu, keberadaan kelompok tersebut dikeluhkan oleh warga sekitarnya karena limbah ternak sapi mencemari parit yang airnya dimanfaatkan oleh masyarakat 2). Pelaksanaan Program Simantri melalui pendekatan Gapoktan dikritisi oleh guru besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Wayan Windia, karena di tingkat lapang dinilai menimbulkan konflik antara Gapoktan dan Subak, dimana subak yang telah terbukti berjasa dalam pembangunan pertanian merasa dilecehkan, sehingga cukup banyak Program Simantri yang gagal melakukan perannya. Oleh karena itu, disarankan menyerahkan pengelolaan Program Simantri kepada subak, sehingga dapat memperkuat lembaga subak untuk menunjang keberlanjutan sektor pertanian di Bali 3). 2) Keberadaan Simantri Dikeluhkan oleh Warga. Bali Post, 24 Oktober 2012, hal: 13, kol 2. 3) Sektor Pertanian Tunggu Kematian. Bali Post, 26 Desember 2012, hal: 1, kol.2.

9 Berdasarkan hasil studi pendahuluan, melalui wawancara dengan anggota Gapoktan No.97 di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dapat diketahui bahwa: rata-rata anggota kelompok belum memahami dengan jelas substansi Program Simantri yang berupa rangkaian kegiatan usahatani yang terkait antarsatu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Umumnya mereka hanya mengetahui bahwa kelompoknya mendapat bantuan gratis dari pemerintah berupa: sapi, bangunan kandang sapi koloni, instalasi pengolahan bio urine dan bio gas, bangunan pengolahan kompos dan pengolahan pakan. Esensi dari Program Simantri yang terdiri atas beberapa kegiatan yang bekerja secara sistem berantai dan terhubung antara kegiatan satu dengan yang lainnya belum jelas diketahui, apalagi dipahami. Anggota kelompok kurang mengetahui bagaimana mengoptimalkan fungsi masing-masing kegiatan untuk menyelaraskan kerja sistem dalam upaya peningkatan produktivitas yang berujung pada peningkatan pendapatan petani. Penyuluhan serta bimbingan teknis yang diberikan kurang lengkap untuk semua subsistem kegiatan Program Simantri. Mereka kurang yakin akan keberhasilan program secara keseluruhan, tetapi untuk pemeliharaan sapi dapat dilaksanakan dengan baik sampai menghasilkan anak. Berdasarkan informasi tersebut di atas, tampak bahwa perilaku petani anggota kelompok penerima Program Simantri belum menunjukkan kesiapan serta dukungan yang positif terhadap pelaksanaan program tersebut. Hal ini diduga karena pelaksanaan Program Simantri kurang memperhatikan aspek komunikasi khususnya pemanfaatan strategi komunikasi dalam proses

10 komunikasi, sehingga pesan-pesan substansi Program Simantri tidak dapat dipahami secara utuh oleh petani. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan terhadap 419 unit Program Simantri yang telah direalisasikan di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali sejak Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013, menunjukkan bahwa: ternak sapi maupun kambing telah berkembang 72,78%; instalasi bio gas yang masih berfungsi 46,54%; instalasi bio urine yang masih berfungsi 56,09%; dan pengolahan pupuk yang masih berproduksi sebanyak 55,37% (DISTAN, 2014). Kondisi tersebut mengindikasikan kinerja Program Simantri belum mencapai sasaran yang ditargetkan, dan bahkan ada sebanyak 63 kelompok Program Simantri yang direalisasikan Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 diidentifikasi kinerjanya belum optimal. Ke-63 kelompok tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota, masing-masing: 21 kelompok di Buleleng; empat kelompok di Jembrana; empat kelompok di Tabanan; dua kelompok di Badung; satu kelompok di Denpasar; dua kelompok di Gianyar; 13 kelompok di Bangli; enam kelompok di Klungkung; dan 10 kelompok di Karangasem. Namun demikian, ada beberapa kelompok Program Simantri yang dikategorikan berhasil dan dinobatkan sebagai juara tahunan hasil penilaian Tim Evaluator Provinsi Bali. Setiap tahun sejak Tahun 2010 dipilih serta ditetapkan tiga kelompok Program Simantri sebagai Juara I, Juara II, dan Juara III. Hingga saat ini (Tahun 2014), terdapat 15 kelompok Program Simantri dinilai masuk dalam kategori berhasil yang tersebar di enam kabupaten di Provinsi Bali seperti terlihat pada Lampiran 2.

11 Secara umum suatu program pembangunan sulit untuk dapat mencapai target keberhasilan 100%. Ada saja kendala-kendala yang menghambat pencapaian target keberhasilan tersebut. Salah satu kendala pencapaian keberhasilan dapat saja berawal dari kelemahan program itu sendiri, sehingga didalam pelaksanaannya kurang mendapat dukungan dari kelompok sasaran penerima program. Demikian juga kiranya dengan Program Simantri yang dilaksanakan di Provinsi Bali. Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa pelaksanaan Program Simantri menunjukkan dua sisi yang kontradiktif, yaitu sisi keberhasilan dan sisi kekurangberhasilan. Kondisi tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut guna mengetahui keandalan sebuah program pembangunan pertanian yang terintegrasi, termasuk menelaah secara komprehensif aspek komunikasi program. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tampak bahwa perilaku anggota kelompok yang menyangkut aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan kurang mendukung pelaksanaan Program Simantri, sehingga menimbulkan dugaan ada ketidakefektifan dalam proses komunikasinya. Untuk memperoleh jawaban atas dugaan tersebut, maka permasalahan yang ditelaah dalam penelitian disertasi ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses komunikasi Program Simantri? 2. Bagaimanakah tingkat keberhasilan Program Simantri? 3. Bagaimanakah model strategi komunikasi yang sesuai untuk Program Simantri?

12 4. Bagaimanakah hubungan strategi komunikasi dengan proses komunikasi Program Simantri? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni sebagai berikut. 1. Menganalisis proses komunikasi Program Simantri 2. Menganalisis keberhasilan Program Simantri 3. Merancang model strategi komunikasi yang sesuai untuk Program Simantri 4. Menganalisis hubungan strategi komunikasi dengan proses komunikasi Program Simantri 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat akademik. Model srategi komunikasi Program Simantri yang dihasilkan dari penelitian ini, akan menambah banyak model strategi komunikasi pembangunan, sehingga memberikan dampak yang bermakna bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya yang berdimensi aplikatif bagi pembangunan pertanian dan pembangunan perdesaan. 2. Manfaat praktis. Model srategi komunikasi Program Simantri, dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan komunikasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi program pembangunan pertanian dan pembangunan perdesaan, sehingga pemrakarsa dan pelaksana program dapat merancang dan melaksanakan program dengan efektif.