BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SMA Ar-Risalah beralamat Jl. Aula Muktamar no.2 kota kediri,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Keadaan Fisik Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berlangsung diruang-ruang kelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Sekolah Kristen 1 Salatiga

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

1) Identitas Sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 SMP N 5 SLEMAN Alamat : Karangasem, Pandowoharjo, Sleman BAB I PENDAHULUAN

BAB II. Deskripsi SMA N 1 Temon Kulon Progo. dan Kampanye Program Kawasan Tanpa Rokok

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

2014 PENGARUH MEDIA JOBSHEET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI. bawah naungan para Suster Kongregasi Suster-Suster Santa Bunda Maria ( SND )

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ISO DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Sistem. Manajemen. Mutu. A. Pelaksanaan.

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. tercapaikah tujuan pembelajaran matematika. Hasil belajar diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika, IAIM NU Metro Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha nyata dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai denngan masalah dan persoalan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama menyajikan tentang gambaran umumm tempat penelitian, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian untuk mengkaji indikator Gaya Belajar Siswa Kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga. 4.1 Deskripsi tempat penelitian SMA Kristen 1 Salatiga didirikan pada tanggal 1 Juni 1951 oleh PPKJTU (Perkumpulan Perguruan Kristen Jawa Tengah Utara) di Jln Dr. Sumardi 5 (sekarang wisma Sinode). Pada tanggal 30 September 1955 PPKJTU mengalami perubahan menjadi YPK (Yayasan Perguruan Kristen) dipimpin oleh Bapak Pdt. Basuki Probowinoto. Sebelum mendapat tempat yang tetap, SMA Kristen 1 Salatiga pernah bertempat di gedung SD Latihan SGP Negeri yang terletak di sebelah selatan SMP Negeri 1 Salatiga. Kemudian pindah di gedung yang beralamat di Jln Kotamadya No 47 yang merupakan gedung semi permanen, terdiri dari 8 kelas.gedung tersebut dipergunakan selama 18 Tahun (1952-1970). Pada tahun 1970 sampai sekarang, SMA Kristen 1 berdomisili di Jln Osamaliki No 32 Salatiga. Mula- mula hanya tersedia 10 ruang, 8 ruang untuk kelas dan 2 ruang untuk Kepala Sekolah, guru- guru, serta Tata Usaha. Kemudian secara bertahap bangunan ditambah dengan ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang-

ruang kelas, kantin, water closed dan kamar mandi, serta gedung pusat pembelajaran tiga lantai (perpustakan dan laboratorium). SMA Kristen 1 Salatiga mempunyai 55 karyawan. Penerapan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan menggunakan strategi moving class. Serta pembelajaran hanya dilaksanakan lima hari dan hari belajar tersebut dimanfaatkan dengan baik karena waktu belajar lebih lama. Pihak sekolah menyediakan layanan internet di hari sabtu bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk belajar atau mengerjakan tugas disekolah. Tabel 4.1 Jumlah ruang kelas SMA Kristen 1 Salatiga, 2016 No Kelas Jumlah 1. Bahasa mandarin 1 2. Matematika 3 3. Ekonomi 1 4. Akuntansi 1 5. Agama 1 6. Kesenian 1 7. Bahasa jawa 1 8. Agrobisnis 1 9. Sejarah 1 10. Sosiologi 1 11. Geografi/antropologi 1 12. Bahasa indonesia 2 13. Kewarganegaraan 1 14. Bahasa inggris 3 Total 19 25

Terdapat juga satu perpustakaan yang tempatnya di lantai 3 perpus menyediakan buku pelajaran dan buku lainya yang mendukung pengetahuan siswa. Dilengkapi komputer dan internet sehingga memudahkan siswa untuk mengerjakan tugas atau mencari refrensi lainya. a) Visi Sekolah Berkarakter, berprestasi serta peduli lingkungan atas kesadaran diri berdasarkan firman Tuhan. b) Misi sekolah 1. Meningkatkan pembinaan kerohanian secara intensif melalui pembiasaan maupun kegiatan kerohanian di sekolah 2. Menumbuhkembangkan karakter kristiani melalui berbagai kegiatan dan pelayanan. 3. Meningktakan budi pekerti yang berakar pada nilai nilai karakter dan budaya bangsa serta kasih Kristus 4. Memadukan unsur pendidikan yang mencakup segi segi religiusitas, humanitas, sosialitas, dna intelektualitas melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sebagai upaya untuk menghantarkan peserta didik menjadi insan yang bermartabat. 5. Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, bagi seluruh warga sekolah melalui berbagai kegiatan dan pembiasaan di sekolah. 6. Menerapkan strategi strategi untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata. 26

7. Menunbuhkan disiplin dan semangat kerja yang tinggi dalam rangka mewujudkan sikap hidup yang mandiri. 8. Menumbuhkan sikap mandiri dan percaya diri dengan memberikan bekal kecakapan hidup (life skill) yang memadai dan terintregitas didalam setiap pembelajaran. 9. Menfasilitasi peserta didik agar dapat menumbuh kembangkan bakat dan minat sesuai dengan potensi yang dimiliki. 10. Menerapkan berbagai strategi positif dalam pencapaian prestasi bidang akademik maupun non akademik 11. Meningkatkan pelayanan belajar yang efektif, krreatif, dan menyenangkan (joyfull learning) dengan dukungan sumber belajar yang memadai sesuai tuntutan kurikulum 2013. c) Tujuan Tujuan SMA Kristen I Salatiga adalah sebagai berikut : 1. Agar warga sekolah lebih mampu menghayati dan mengamalkan nilai nilai kekristenan yang diimani dalam kehidupannya. 2. Agar warga sekolah menjadi pribadi yang berkarakter kristiani 3. Menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti, berdisiplin tinggi, beriman, trampil berolah ilmu pengetahuan, berolah seni, serta trampil berkomunikasi dengan sarana teknologi informasi dan bahasa asing. 4. Mengupayakan pencapaian prestasi pada berbagai bidang, baik bidang akademik maupun non akademik. 27

5. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, sesuai degan tuntutan kebutuhan masyarakat yang dilandasi oleh semangat pelayanan, kasih, kebenaran dan keadilan. 6. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri/ ekstrakurikuler unggulan yang sesuai potensi dan minat siswa. 7. Mengupayakan terwujudnya budaya sekolah dalam rangka mendukung tercapainya visi misi sekolah yang terangkum dalam semboyan/motto sekolah yakni education for Liberty,Development and Dignity (pendidikan untuk kemandirian, tumbuh kembang dan martabat) 8. Mewujudkan pencapaian prestasi pada berbagai bidang baik bidang akademik non akademik. 9. Menjadikan warga sekolah sebagai pribadi yang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. 10. Mewujudkan sekolah Adiwiyata. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis pendahuluan Analisis pendahuluan atau analisis deskriptif ini bertujuan untuk menganalisis Gaya Belajar Siswa Kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, Distribusi frekuensi, Tendensi Pusat, Ukuran Dispersi, Dan Grafik 28

a) Gaya Belajar Visual Hasil temuan penelitian tentang Gaya Belajar Visual menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 84, dan di ketahui Modus sebanyak 47 peserta didik dari 84 peserta didik kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga atau 55,95 % responden memiliki gaya belajar visual lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 4.3 di lampiran halaman 9 b) Gaya Belajar Auditorial Hasil temuan penelitian tentang Gaya Belajar Auditorial menunjukkan bahwa data (N) sebanyak 84, diketahui sebanyak 22 peserta didik dari 84 peserta didik kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga atau 26,19 % responden memiliki gaya belajar auditorial lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 4.3 di lampiran halaman 9. c) Gaya Belajar Kinestetik Hasil temuan penelitian tentang Gaya belajar Kinestetik menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 84, dapat di ketahui sebanyak 15 peserta didik dari 84 peserta didik kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga atau 17,86 % responden memiliki gaya belajar kinestetik lebih jelasnya dapat dilihat dari 4.3 di lampiran halaman 9. 4.3 Pembahasan hasil penelitian Pembahasan penelitian ini digunakan data dan informasi hasil temuan yang diinteprestasikan dengan menggunakan landasan teori pada Bab II. 1. Pembahasan Gaya Belajar Visual 29

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan gaya belajar visual itu rapi, teratur, tidak terganggu dengan keributan,senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan. Hasil penelitian terhadap 84 peserta didik kelas XI program IPS di SMA Kristen 1 Salatiga dapat dikatakan mayoritas memiliki gaya belajar visual. Hal ini terbukti dari ketiga gaya belajar paling besar prosentase yaitu sebesar 55,95 % atau sekitar 47 peserta didik. Banyaknya peserta didik yang memiliki gaya belajar visual ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI program IPS SMA Kristen 1 Salatiga memiliki ciri dan perilaku yang rapi, teratur, suka membaca dan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar, mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannyan dan sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan. Hal ini sejalan dengan teori DePorter & Hernacki (2011: 116-120) yang mengatakan bahwa Orang- orang visual adalah mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam aktivitas belajar,lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat bahasa tubuh/ekspresi muka gurunya, 30

membaca, menulis, rapi, teratur, mengerti baik mengenai posisi/lokasi, bentuk, angka, warna dan sulit menerima intruksi verbal. 2. Pembahasan Gaya Belajar Auditorial Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu). Hasil penelitian terhadap 84 peserta didik kelas XI Program IPS SMA Kristen 1 Salatiga sebanyak 22 peserta didik atau 26,19 % memiliki gaya belajar Auditorial. Dengan demikian 26,19 % peserta didik kelas XI program IPS SMA Kristen 1 Salatiga memiliki ciri dan perilaku yang menunjukkan bahwa gaya belajar mereka yang hanya mengandalkan alat indera pendengaran (telinga). Hal ini sejalan dengan pendapat Deporter dan Hernacki (2011:118) bahwa gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat. Lebih lanjut dijelaskan oleh Hamzah (2010:181) bahwa karakteristik gaya belajar auditorial semua informasi hanya bisa diserap melalui indera pendengaran. 31

3. Pembahasan Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya belajar kinestetik tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran, mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung. Hasil penelitian terhadap 84 peserta didik XI Program IPS di SMA Kristen 1 Salatiga sebanyak 12 peserta didik atau 17,86 % memiliki gaya belajar kinestetik. Dengan demikian 17,86 % peserta didik kelas XI program IPS SMA Kristen 1 Salatiga memiliki ciri dan perilaku suka belajar dengan aktivitas fisik, banyak gerak, tidak suka lama-lama duduk di bangku, dan suka mempraktikan secara langsung. Hal ini sejalan dengan pendapat hamzah (2010:182) bahwa gaya kinestetik mengharuskan siswa untuk menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya dan karakteristik kinestetik merasa bisa belajar lebih baik 32

apabila disertai dengan kegiatan fisik dan orang kinestetik tidak bisa/tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. 33