BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Regina Lorinda, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

TUMOR KEPALA LEHER DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang )

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu


BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

The effect of high dose C and E vitamin combination to hemopoetic system decreased in head and neck cancer patiens receiving cisplatin chemotherapy

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Kafein adalah kristal putih, alkaloid pahit, dengan rumus kimia C 8 H 10 N 4 O 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB IV METODE PENELITIAN

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ia tumbuh, meliputi rongga mulut, kelenjar saliva, laring, faring, rongga hidung dan sinus

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel hati merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

Transkripsi:

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang (2001-2005) dimana KKL paling banyak pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan insidennya meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. 8 Insidensi KKL di Amerika Serikat sering terjadi pada pria berusia lebih dari 50 tahun. 4-6 Penyebab terjadinya KKL adalah multifaktor, paparan zat karsinogenik dan infeksi virus Ebstein-Barr dapat menyebabkan akumulasi kelainan gen yang berakibat transformasi ke arah sel kanker. Proses ini membutuhkan waktu berpuluh tahun sehingga frekuensi KKL meningkat seiring bertambahnya usia. 25,26 Karakteristik sampel menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak 34 (75,6%) daripada perempuan 11 (24,4%) dengan perbandingan 3 : 1. Hasil ini sesuai dengan penelitian Munir di RSCM dimana prevalensi laki-laki lebih besar daripada perempuan untuk terkena KKL. 3 Hasil ini hampir sama dengan kejadian di Amerika Serikat pada tahun 2005 yang menyebutkan bahwa hanya sepertiga penderita KKL berjenis kelamin perempuan. 4-6 Insidensi KKL di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 2001-2005, lebih banyak ditemukan pada

pria dengan perbandingan pria dan wanita 2 : 1. 8, 25,26 Hal yang menyebabkan jumlah penderita laki-laki lebih banyak menderita KNF karena diduga akibat kebiasaan yang berkaitan dengan bahan karsinogenik (merokok, minum alkohol) dan lingkungan kerja yang berpotensi besar terpapar bahan karsinogenik. 25,26 Distribusi jenis KKL menunjukkan bahwa jenis keganasan terbanyak adalah karsinoma nasofaring 32 (71,1%) kasus yang merupakan keganasan tersering di daerah kepala leher. Insidensi KKL di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 2001-2005 sebanyak 448 kasus, dengan prosentase terbanyak adalah kanker nasofaring (60%) diikuti kanker hidung dan sinus paranasal (18%), kanker laring (16%) serta kanker rongga mulut, tonsil dan hipofaring dengan prosentase rendah. 8,25,26 Stadium KKL pada penelitian ini pada umumnya sudah lanjut yaitu sebanyak stadium IV sebanyak 27 (60%) sampel, stadium III sebanyak 12 (26,7%) sampel. Penderita datang berobat biasanya bila sudah stadium lanjut dimana tumor sudah meluas ke jaringan sekitar atau kelenjar limfe leher serta sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap KKL terutama gejala dini, selain itu keadaan sosial ekonomi yang rendah menyebabkan pasien terlambat datang berobat serta pada stadium awal penyakit, KKL belum memberikan keluhan yang mengganggu seseorang sehingga kurang diperhatikan oleh penderita. Rerata kadar albumin sampel penelitian adalah 3,6 gr% + 0,48, kadar albumin terendah adalah 2,7 gr%. Kadar ini sudah melewati batas minimal kadar

albumin sehingga diharapkan metabolisme vitamin C dan E di tubuh bisa optimal. Kombinasi kemoterapi cisplatin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paxus (golongan Taxanes). Rata-rata dosis pemberian Paxus antara kelompok perlakuan dan kontrol adalah sama yaitu 175 mg/lpt. Paxus tidak mempunyai efek samping depresi sumsum tulang (myelosupresi), sehingga hanya cisplatin yang mempunyai efek depresi sumsum tulang (myelosupresi) di antara kombinasi kedua obat kemoterapi tersebut. 9,10 6.2. Rerata kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit sebelum dan sesudah terapi pada kelompok perlakuan Tabel 8 menunjukkan penurunan rerata kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan trombosit yang bermakna sebelum dan sesudah terapi (p<0,05) dengan uji paired t test, tetapi rerata jumlah lekosit sebelum dan sesudah terapi mengalami penurunan yang tidak bermakna (p>0,05). Hasil penelitian ini tampak bahwa vitamin C dan E dosis tinggi menunjukkan peranan mampu mengurangi penurunan sistem hemopoetik, khususnya jumlah lekosit, namun tidak dapat mengurangi penurunan kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan trombosit. Hal ini disebabkan sensitivitas masing-masing sel hemopoetik terhadap radikal bebas akibat cisplatin berbedabeda. Selain itu, farmakodinamik, farmakokinetik dan daya absorbsi terhadap kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi pada penderita juga tidak sama, sehingga

efek proteksi vitamin C dan E dosis tinggi terhadap penurunan masing-masing sel hemopoetik juga berbeda-beda. 43-45 Penelitian Edyson (2003) membuktikan bahwa pemberian kombinasi vita min C dan E dapat menghambat peningkatan kadar MDA eritrosit pada Rattus norvegicus galur Wistar yang diinduksi I- tiroksin. 22 Penelitian Alfara LD (2009) membuktikan bahwa terdapat penurunan bermakna kadar MDA plasma pada subyek penelitian setelah suplementasi kombinasi vitamin C 1000 mg i.v dan vitamin E 400 mg oral selama empat hari. 23 6.3. Rerata kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit sebelum dan sesudah terapi pada kelompok kontrol Tabel 9 menunjukkan penurunan rerata kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit yang bermakna (p<0,05) dengan uji paired t test. Hasil ini menunjukkan efek cisplatin terhadap penurunan sistem hemopoetik dimana pada pemberian 2 seri kemoterapi cisplatin sudah terlihat penurunan kadar hemoglobin, jumlah erirosit, lekosit dan trombosit. Cisplatin dapat menyebabkan produksi ROS meningkat di dalam tubuh. Akumulasi ROS akan melepaskan sitokrom-c dari mitokondria melalui aktivasi c- Jun-N-terminal kinase (JNK) dan p38mapk. Sitokrom-c kemudian akan mengaktivasi caspase-8, -9, dan -3 (apoptosis jalur intrinsik), sehingga menyebabkan terjadinya apoptosis pada sel, dalam hal ini sel-sel hemopoetik sehingga mengakibatkan penurunan sistem hemopoetik. 11,31,32

Penurunan sistem hemopoetik akibat cisplatin ini berhubungan dengan dosis yang diberikan. Pemberian cisplatin pada pengulangan terapi untuk seri berikutnya akan membuat peningkatan cisplatin secara akumulatif. 11,30,32. Peter Barrett-Lee et. al (2005) meneliti pengaruh kemoterapi cisplatin terhadap sumsum tulang pada 274 penderita kanker ginekologi dan 503 penderita kanker payudara. Hasilnya 28,8 % mengalami penurunan sistem hemopoeitik mulai terjadi pada seri I sebanyak 34,7%, seri II sebanyak 63,4%, dan seri III sebanyak 75,7% pada penderita kanker ginekologi sedangkan pada penderita kanker payudara mulai terjadi penurunan sistem hemopoetik pada seri I sebanyak 26,2%; seri II sebanyak 53% dan seri III sebanyak 72,1%. 14 Pada penelitian ini penurunan sistem hemopoetik telah terjadi sejak pemberian cisplatin dosis 200 mg (2 seri) sebanyak 75 %. 6.4. Rerata selisih kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit sebelum dan sesudah terapi antara kelompok perlakuan dan kontrol Tabel 10 menunjukkan rerata selisih kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit sebelum dan sesudah terapi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil uji independent t test didapatkan penurunan rerata selisih jumlah hemoglobin dan lekosit yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol (p<0,05), sedangkan penurunan rerata selisih kadar eritrosit dan jumlah trombosit tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol (p>0,05).

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi vitamin C 1000 mg dan E 400 mg dapat menghambat penurunan kadar hemoglobin dan jumlah lekosit, namun tidak dapat menghambat penurunan jumlah eritrosit dan trombosit. Cisplatin bekerja secara sistemik sehingga dapat mempengaruhi sumsum tulang seluruh tubuh, akibatnya sel precusor dan sel diferensiasi yang berada di sumsum tulang, sel matur yang berada dalam sirkulasi darah akan terkena dampak. Sel sistem hemopoetik mengalami kerusakan, mitosis menurun dan terjadi apoptosis sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah sel darah. 12,31,32 Perubahan sistem hemopoetik adalah kematian sel embrional darah dalam beberapa minggu setelah terpapar kemoterapi cisplatin serta mempunyai sensitivitas yang berbeda. Sel darah merah paling sensitif kemudian diikuti sel darah putih dan megakariosit. Sel lekosit yang paling sensitif adalah sel limfosit, kemudian sel netrofil dan sel granulosit lainnya sedangkan sel darah yang kurang sensitif adalah sel trombosit, selain itu pada pasien kanker cenderung terjadi proses adaptasi yaitu trombosis reaktif karena adanya se-sel kanker sehingga jumlah trombosis cenderung meningkat, oleh karena itu kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi kurang berefek terhadap jumlah trombosit. 12 Penurunan kadar hemoglobin antara kelompok perlakuan dan kontrol mempunyai perbedaan yang bermakna, penurunan kadar hemoglobin lebih kecil pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol, berbeda dengan penurunan jumlah eritrosit dimana tidak didapatkan perbedaan bermakna

penurunan jumlah eritrosit. Penurunan kadar hemoglobin tidak selalu sejalan dengan penurunan eritrosit, hal ini tergantung dari rantai polipeptida yang menempel pada heme di antara eritrosit dan oksigen yang diikat hemoglobin dalam bentuk oksihemoglobin. 33-35 Kombinasi vitamin C 1000 mg dan E 400 mg sebagai antioksidan dari luar akan mengikat radikal bebas yang mempengaruhi sumsum tulang sehingga dapat menghambat penurunan sistem hemopoetik. Pada penelitian ini, pemberian vitamin C dan E dosis tinggi belum dapat memberikan arti klinis terhadap sistem hemopoetik (anemi, lekopeni dan trombositopeni) karena dosis cisplatin yang masih rendah, sehingga efek pengaruh vitamin C dan E sebagai antioksidan belum optimal, namun bisa dipertimbangkan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi untuk mencegah penurunan kadar hemoglobin dan jumlah lekosit akibat cisplatin. Usia, jenis kelamin, jenis dan stadium KKL, kadar albumin telah dilakukan uji homogenitas sebelum terapi dengan uji chi square, dan didapatkan tidak berbeda bermakna pada kelompok perlakuan dan kontrol (p>0,05), sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit. asperbedaan sensitivitas masing-masing individu terhadap penurunan sistem hemopoetik sangat tinggi, pada beberapa penderita bahkan pada beberapa penderita dapat mengalami penurunan sistem hemopoetik setelah pemberian cisplatin pertama kali. Penyebab perbedaan sensitivitas terhadap obat ini karena

perbedaan farmakokinetik obat di tubuh dan daya absorbsi obat oleh penderita. 31,32 Efek pemberian vitamin C dan E dosis tinggi berupa gangguan gastrointestinal ( mual, nyeri perut, muntah ) didapatkan pada 5 pasien pada kelompok perlakuan. Efek samping tersebut telah diatasi dengan pemberian tablet antasid 3x1 dan pasien bisa melanjutkan penelitian kembali. Ketaatan pasien dalam meminum obat dan konsumsi antioksidan lain dikontrol oleh peneliti dengan cara menanyakan sisa obat yang telah diminum pada waktu kontrol dan menanyakan apakah terdapat antioksidan lain yang dikonsumsi pasien pada saat kontrol ke klinik THT. Tiga pasien drop out dari penelitian yaitu 2 sampel kelompok kontrol dikarenakan keadaan umum memburuk setelah kemoterapi cisplatin I, sedangkan 1 sampel kelompok perlakuan pulang paksa karena masalah biaya. 6.5. Keterbatasan penelitian Hasil penelitian ini tidak dapat menjelaskan semua masalah, sehubungan banyaknya keterbatasan. Keterbatasan penelitian antara lain : kemungkinan subyek penelitian mengkonsumsi obat-obat atau makanan yang mengandung antioksidan lainnya seperti kebiasaan minum teh hijau, sayuran dan PUFA, status gizi penderita, perbedaan kemampuan dan daya absorbsi makanan dan obat-obatan masing-masing pasien, kejadian infeksi pada penderita. Faktor-faktor tersebut sudah dicoba diatasi dengan penjelasan kepada penderita setiap kali pemberian vitamin C dan E.