BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Selama periode angka perlakuan salah pada anak. justru memperlihatkan peningkatan sampai 50 % (Huraerah, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan. Namun, sangat disayangkan akhir-akhir ini berbagai fenomena

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terimakasih

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I. (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU ORANG TUA DALAM MENCEGAH KEKERASAN PADA ANAK. Di Dusun Pondok Desa Sendang Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

ANALISA PERSEPSI ORANGTUA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. mental, nilai-nilai religiunitas dan sebagainya. Pada saat ini seks bebas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara sosial ekonomi. Kesehatan jiwa/mental merupakan bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah kasus kekerasan seksual terus

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. anak - anak dan sebelum dewasa yaitu dari usia Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat di samping menjadi masalah hukum dan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Jordan (2001) dalam Hastuti (2014) yang menyatakan bahwa kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang pada saat ini menjadi perhatian dunia dan memerlukan keterlibatan institusi kesehatan. Masalah kekerasan anak bukanlah masalah yang berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi. Kekerasan pada anak atau lebih dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh orang tua atau pengasuh anak. Menurut Halawa (2014) bentuk kekerasan pada anak bisa berupa kekerasan fisik, seksual, emosional dan penelantaran anak, Setiap orang tua sekali waktu pasti pernah marah dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan tersebut. Banyak orang tua yang lepas kendali sehingga melakukan kekerasan fisik atau mengatakan sesuatu yang menyakiti serta membahayakan anak tersebut. World Health Organization (WHO) mengestimasikan sebanyak 40 juta anak usia 0-14 tahun di dunia telah mengalami child abuse, yang banyak terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan (WHO, 2003 dalam Wulandari, 2007). Kajian Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) tentang kekerasan terhadap anak yang dipresentasikan pada Sidang Umum PBB 11 Oktober 2006 menilai bahwa masih banyak anak- 1

2 anak Indonesia yang mendapatkan perlakuan salah atau buruk. Hal senada diungkapkan oleh Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitas Pelayanan Perlindungan Anak Indonesia yang mengungkapkan adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di Jakarta, baik oleh orang tua maupun pihak lain ( UNICEF, 2006 dalam Wulandari, 2007). Di Indonesia menurut data pelanggaran hak anak yang dikumpulkan komisi nasional perlindungan anak (KPAI, 2006) Dari data induk di Indonesia dan layanan pengaduan pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak sejumlah 13.447.921 kasus. Sementara itu Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur kasus kekerasan anak mengalami peningkatan pada tahun 2014 mencapai 523 kasus, pada tahun 2015 tercatat 290 kasus yang dialami oleh anak. Jika diasumsikan hingga akhir tahun 2015 akan terjadi peningkatan kekerasan anak sekitar 50% dibandingkan pada tahun 2014. Berdasarkan data dari KPPA Kabupaten Ponorogo, pada tahun 2013 terdapat 14 kasus, tahun 2014 ada 21 kasus dan sampai bulan November 2015 mencapai 14 kasus. Menurut data KPPA Ponorogo didapatkan bahwa daerah Sendang merupakan daerah yang sering terjadi kekerasan anak, Selain itu diperkuat dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tanggal 4 Desember 2015 kepada 10 responden dalam bentuk kuesioner di Dusun Pondok Desa Sendang Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo, diperoleh data perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak yaitu positif berjumlah 4 responden, perilaku negatif 6 responden.

3 Menurut laporan Polres Ponorogo kejadian kekerasan anak Pada tahun 2006 ada 4 kasus tahun 2007 ada 12 kasus dan sampai bulan april 2008 terjadi 5 kasus. Urutan tertinggi dalam kasus kekerasan yang menimpa anak berupa kekerasan fisik (physical abuse) yaitu 33.3 %, disusul dengan pencabulan (sexual abuse) sebesar 28.5 %. Kekerasan kejiwaan atau emotional abuse/psychis abuse dan sexualabuse (khususnya kasus perkosaan) sebesar 14.2 %, dan yang terakhir berupa sexual abuse yang dilakukan dengan saudara sedarah (incest) sebesar 9.5% (Wibowo, 2008). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Halawa, 2014). Anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan dari keluarganya disebabkan karena faktor kemiskinan yang seringkali bergandengan dengan rendahnya tingkat pendidikan orang tua, pengangguran dan tekanan mental yang umumnya dipandang sebagai faktor dominan yang mendorong terjadinya kasus kekerasan terhadap anak (Wibowo, 2008 ). Sementara itu, bahwa penyebab atau resiko terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga faktor yaitu faktor orang tua atau keluarga, faktor lingkungan sosial atau komunitas, dan faktor anak sendiri. (Rusmil, 2004 dalam Huraerah, 2012). Dampak bagi anak yang merupakan korban perilaku kekerasan adalah seperti anak suka membolos sekolah, anak dapat tertinggal pelajaran, maka prestasi belajar akan menurun (Lidya, 2009 dalam Halawa, 2014).

4 Dampak yang lain adalah anak tidak bisa bergaul, suka berkelahi dengan teman sebaya dan juga dapat muncul beberapa cedera fisik akibat perilaku kekerasan seperti memar, rambut rontok, luka dan lain sebagainya. Bila dampak tersebut terus menerus terjadi pada anak-anak di Indonesia, maka hal tersebut dapat merusak generasi penerus bangsa (Ardi, 2009 dalam Halawa, 2014). Pencegahan perilaku kekerasan pada anak dalam keluarga perlu dilakukan upaya yaitu memberikan pendidikan melalui penyuluhan, pertemuan rutin masyarakat, acara organisasi, aktif dikomunitas sosial, peran KPPA, tokoh masyarakat, menambah wawasan bagaimana cara mendidik dan memahami anak tanpa kekerasan. Bertambahnya wawasan keluarga yang baik dapat mencegah perilaku kekerasan orang tua kepada anak. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak?. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoriris 1. Bagi IPTEK Hasil penelitian dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak 2. Bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan untuk dijadikan pengembangan ilmu dan teori keperawatan pada mata kuliah keperawatan anak. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti dalam menerapkan ilmu riset keperawatan serta pengembangan wawasan mengenai perilaku pencegahan kekerasan terhadap anak. 1.4.2 Praktis 1. Bagi Responden Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi pada orang tua tentang perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian tentang perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak.

6 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain adalah: 1. Noni Yeimo,Tri Ismu Pujiyanto,Witri Hastuti 2014,Pengetahuan,Sikap Dan Perilaku Orang Tua Tentang Kekerasan Fisik Pada Anak Di Papua. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan tehnik sampling dengan purposive sampling, sedangkan perbedaannya penelitian diatas adalah variabelnya yaitu Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Orang Tua Tentang Kekerasan Fisik Pada Anak sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah hanya dengan variabel Perilaku Orang Tua Dalam Mencegah Kekerasan Pada Anak. 2. Dioanita (2013) Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Fisik Terhadap Pembentukan Perilaku Anak. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang kuat pada persepsi orang tua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitiannya yaitu menggunakan metode deskriptif. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabelnya yaitu penelitian diatas menggunakan dua variabel sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan satu variabel. 3. Gumiarti (2010) Hubungan Status Sosial Orang Tua Dengan Kekerasan Pada Anak Umur 3-6 Tahun di Kabupaten Jember. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan variabel Kekerasan pada anak. Perbedaan peneliti di atas

7 dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitiannya yaitu penelitian diatas menggunakan metode penelitian observasi analisis sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan metode penelitian deskriptif.