BAB I PENDAHULUAN. Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984 dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Market Size No. Industri Telekomunikasi 27% 30%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas dikalangan bisnis saja tetapi juga merambah dikalangan

PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan telekomunikasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat hanya menggunakan surat, yang berkembang dengan telepon rumah,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah pesat. Sebagai contoh, di Indonesia, perkembangan tersebut

Pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa program studi pendidikan ekonomi UNS dalam membeli produk IM3

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 240 juta pelanggan pada akhir tahun 2011 lalu. naik 60 juta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi begitu kompleks dan begitu penuh dengan istilah-istilahnya. Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui secara cepat. Informasi global, pengiriman berita dan data

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. peluncuran pertama kali layanan pasca bayar secara komersial pada tanggal 26

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan produknya. Selain itu pola pikir dan prilaku konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan bermunculannya operator-operator jasa telekomunikasi baik lokal maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. peradaban manusia masih ada teknologi akan selalu menjadi hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. jasa maupun dalam bidang manufaktur. Setiap perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

BABI PENDAHULUAN. Industri seluler saat ini sangat menggairahkan, sebab potensi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kebutuhan masyarakat modern adalah kebutuhan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi profit tentunya mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. besar masyarakat memiliki Handphone atau telepon genggam sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini, kemajuan teknologi merupakan kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. atau booming yang sangat cepat dan pesat setelah krisis ekonomi melanda

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1876 yang coba dikawinkan dengan teknologi komunikasi tanpa kabel

BAB I PENDAHULUAN. Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Bakrie Telecom, Mobile-8, Natrindo, Sampoerna

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha yang semakin meningkat membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian para provider berusaha mengeluarkan produk-produk untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar dari sellers market menjadi buyers market sehingga konsumen menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak adanya globalisasi adalah perkembangan teknologi dibidang

BAB I. Pendahuluan. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios

BAB I PENDAHULUAN. sekali bagi bangsa Indonesia. Dalam perkembangan bisnis offline Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB I PENDAHULUAN. seluler besar yang menggunakan teknologi berbasis GSM yaitu PT.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan harus mempertahankannya agar tidak kalah dengan operator lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian konsumen. Oleh karena itu, untuk memperkenalkan produk tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia yang telah memiliki banyak kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta banyaknya pengguna Gadget di dunia menjadikan produsen Smartphone

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini alat telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini cukup ketat dan kompleks. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu mengerti

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menguasai pasar. Bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti bahwa telah terjadi persaingan yang semakin ketat di bidang bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. telepon selular, para operator kartu GSMyang memfasilitasi telekomunikasi antar. telepon selular pun tumbuh pesat di Indonesia.

MEDIA IKLAN TELEVISI PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER XL DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen dicecar dengan banyaknya iklan dan promosi penurunan tarif, kini

BAB I PENDAHULUAN. promosi (promotion mix), yakni melalui iklan (advertising), promosi penjualan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP KARTU SELULER SIMPATI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN TERHADAP CITRA MEREK PROVIDER XL DI SURABAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi seluler di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1984 dan hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pertama mengadopsi teknologi seluler versi komersial. Teknologi seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone) dari Eropa, disusul oleh AMPS (Advance Mobile Phone System). Teknologi seluler tersebut masih bersistem analog sehingga dikenal sebagai teknologi seluler generasi pertama (1G). Pada tahun 1995 diluncurkan teknologi generasi pertama CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA (Extended Time Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya tersedia di beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sementara itu di dekade yang sama, diperkenalkan teknologi GSM (Global System for Mobile Communications) yang membawa teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia ke era generasi kedua (2G). Pada masa itu, layanan pesan singkat (sms) menjadi fenomena dikalangan pengguna handphone karena sifatnya yang hemat dan praktis. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia, melalui Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. PM108/2/MPPT-93, dengan awal pemilik saham adalah PT Telkom Indonesia, PT Indosat, dan PT Bimagraha Telekomindo, dengan wilayah cakupan layanan meliputi Jakarta dan sekitarnya. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di 1

2 Indonesia, hal ini disebabkan karena pada tahun 1995 tersebut, pemerintah sukses melaksanakan proyek layanan fixed-cellular-network operation yang diperkenalkan oleh Ratelindo, sehingga untuk memperluas daerah layanan GSM ke provinsi-provinsi lain, pemerintah mendirikan Telkomsel. Pada periode ini, teknologi NMT dan AMPS mulai ditinggalkan, ditandai dengan tren melonjaknya jumlah pelanggan GSM di Indonesia. Beberapa faktor penyebab lonjakan tersebut antara lain, karena GSM menggunakan Kartu SIM yang memungkinkan pelanggan untuk berganti handset tanpa mengganti nomor. Berdasarkan data dari Dirjen Postel, dalam periode tahun 2006-2010 pertumbuhan rata-rata per tahun pengguna telepon selular di Indonesia adalah 31,9% per tahun sehingga pada akhir tahun 2010 jumlah pelanggan telepon selular mencapai 211 juta, dimana operator GSM mendominasi 95% pasar selular dan sisanya merupakan pasar CDMA yang menguasai sebanyak 5% pangsa pasar. Menurut catatan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), pelanggan Telkomsel hingga bulan Juni 2010 mencapai 88 juta nomor, XL sekitar 35 juta, Indosat sekitar 39,1 juta dan selebihnya merupakan pelanggan dari provider lain.(sumber:wikipedia.com/telekomunikasiselular.html) Pesatnya perkembangan jumlah pengguna telekomunikasi seluler pada telekomunikasi seluler berjaringan GSM merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama pada perusahaan telkomsel yang memiliki pelanggan terbanyak dibandingkan perusahaan sejenis yang lain semenjak tahun 2003 hingga 2013. Padahal perusahaan telkomsel ini merupakan perusahaan kedua yang memberikan layanan terhadap pelanggan selular berjaringan GSM setelah perusahaan satelindo

3 (saat ini berganti nama menjadi Indosat). Seharusnya, perusahaan yang pertama atau pionir bisa menguasai pasar karena pengalaman perusahaan terhadap pasar yang dimasukinya lebih banyak, akan tetapi pada kenyataannya, di penghujung tahun 2013, Telkomsel berhasil meraih jumlah pengguna seluler dengan angka yang mencapai 125 juta pengguna, sedangkan Indosat sendiri hanya bisa meraih jumlah pengguna sekitar 59,4 juta. Berikut ini adalah tabel jumlah pelanggan seluler tahun 2003 2013 dari 3 operator atau provider jaringan GSM : Tabel 1. Jumlah Pengguna Seluler 3 Operator GSM dari Tahun 2003-2013 Perusahaan Jumlah Pelanggan 2003 2004 2009 2010 2013 Telkomsel 10.000.000 15.000.000 81.600.000 88.320.000 125.000.000 Indosat 6.000.000 8.840.000 33.100.000 39.100.000 59.400.000 XL axiata 3.600.000 3.800.000 31.400.000 35.000.000 75.000.000 Sumber: diolah dari berbagai sumber Pada tabel di atas, bisa dilihat jumlah pelanggan telelkomunikasi seluler yang tiap tahun terus bertambah, khususnya pelanggan telekomunikasi seluler dari operator atau provider Telkomsel yang pada tahun 2003 mencapai 10 juta pengguna dan pada tahun 2013 mencapai 125 juta pengguna. Pertambahan jumlah pengguna telekomunikasi seluler yang terjadi selama 10 tahun terakhir di Telkomsel ini merupakan prestasi yang luar biasa, karena jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar dan angka jumlah penggunanya pun bisa dikatakan jauh dari pesaingnya yaitu dari Indosat dan XL Axiata yang mencapai angka 59 juta pengguna dan 75 juta pengguna. Kalau dilihat dari kegiatan salah satu aspek pemasaran, yaitu iklan, pihak Telkomsel atau Indosat ataupun XL Axiata sama-sama melakukan kegiatan periklanan yang jumlahnya bisa dibilang

4 besar. Berdasarkan berita yang kompas.com dan kontan online publikasikan, pada tahun 2010, Telkomsel mengeluarkan biaya iklan hingga mencapai 1,2 triliun rupiah sedangkan Indosat mencapai 320 miliar rupiah dan XL Axiata mencapai 593 miliar rupiah. Angka tersebut merupakan angka yang sangat besar, akan tetapi dalam hal ini bisa dilihat bahwa dari ke 3 perusahaan telekomunikasi seluler tersebut sama-sama melakukan keseriusan dalam hal memasarkan (khususnya mengiklankan) produknya karena angka yang dikeluarkan untuk biaya iklan dari ke 3 perusahaan tersebut sama-sama berjumlah besar. Melihat kenyataan bahwa selama 10 tahun terakhir ini Telkomsel memiliki jumlah pengguna terbanyak dan pada tahun 2010 Telkomsel mengeluarkan biaya iklan yang terbesar diantara yang lain, penulis ingin mengetahui apa yang menjadi penyebab para pelanggan memilih Telkomsel dan selama 10 tahun tersebut, Telkomsel bisa mempertahankan jumlah pelanggannya hingga berada dalam urutan nomor 1 dan mengalahkan operator pertama, yaitu Indosat. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hal tersebut yang dimana penulis akan menyajikan hasil penelitiannya dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: PENGARUH BRAND IMAGE TELKOMSEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PERDANA KARTU SIMPATI (Studi Kasus Mahasiswa S1 Fakultas Bisnis & Manajemen di Universitas Widyatama)

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat diindentifikasikan permasalah-permasalahannya, yaitu: 1. Bagaimana tanggapan konsumen tentang brand image telkomsel? 2. Bagaimana proses keputusan konsumen untuk membeli produk kartu simpati yang ditawarkan oleh telkomsel tersebut? 3. Seberapa besarkah pengaruh brand image telkomsel dalam keputusan konsumen untuk membeli produk kartu simpati telkomsel tersebut? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, mengolahnya serta menganalisa data yang didapatkan sehingga penulis dapat menjadikan data tersebut sebagai bahan untuk penyusunan skripsi ini. Sedangkan tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari : 1. Tanggapan konsumen terhadap brand image telkomsel 2. Proses keputusan yang terjadi dalam membeli produk kartu simpati dari telkomsel tersebut 3. Besar pengaruh brand image telkomsel dalam menentukan keputusan konsumen untuk membeli produk kartu simpati telkomsel tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

6 1. Aspek pengembangan ilmu Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu dalam hal branding suatu produk dalam kegiatan pemasaran sehingga dapat menciptakan branding yang baik. 2. Aspek praktis a. Bagi penulis sendiri : Dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas lagi dikarenakan adanya pembuktian teori yang didapatkan penulis di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan dan hal tersebut dibandingkan dengan data dari hasil penelitian. b. Bagi perusahaan :Dapat mengambil manfaat dari penelitian ini untuk digunakan sebagai data yang dapat mendukung proses keputusan atau kebijakan (khususnya dalam hal branding produk) telkomsel sehingga brand image yang sudah tercipta bisa menjadi lebih baik lagi di benak konsumen. c. Bagi kalangan akademis : Dapat menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya serta memahami seberapa besar impact suatu brand jika dikaitkan dengan keputusan pembelian. 1.5 Kerangka Pemikiran Begitu banyaknya produk yang ada dipasaran saat ini, membuat perusahaan harus bisa membuat suatu hal yang spesial atau istimewa dari produknya agar bisa mendapatkan tempat yang khusus di hati para konsumen. Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh perusahaan tersebut adalah dengan cara membangun brand

7 image yang baik. Brand image yang tumbuh, bisa menjadi baik atau bisa menjadi buruk. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan faktor internal ataupun eksternal. Untuk faktor internal, bisa disebabkan oleh kegiatan marketing perusahaan tersebut, kalaulah kegiatan marketing tersebut berjalan baik, maka brand image yang berada di benak pasar akan baik pula, akan tetapi kalau kegiatan marketing melakukan kesalahan, hal itu dapat membuat brand image produk itu sendiri memiliki persepsi yang buruk pula. Sedangkan untuk faktor eksternal, baik atau buruknya brand image produk tersebut bisa dikarenakan issue atau kabar yang beredar di benak konsumen (salah satunya). Kalaulah kabar tersebut baik, maka perusahaan bisa berbahagia karena hal tersebut dapat meringankan kegiatan marketing perusahaan, akan tetapi kalau kabar yang beredar tentang produk tersebut kurang baik, maka perusahaan harus bisa menanggulangi kabar buruk tersebut agar brand image yang sudah tercipta tidak menjadi rusak atau menjadi negatif. Pada dasarnya brand merupakan penamaan akan suatu produk agar produk yang dimiliki perusahaan tersebut tidak tertukar dengan produk yang dimiliki oleh perusahaan lain. Akan tetapi dikarenakan pada kondisi saat ini yang dimana produk sudah semakin banyak dan persaingan satu produk dengan produk lainnya sudah semakin kuat, maka perusahaan harus bisa membuat brand produknya menjadi kuat di benak konsumen atau pasar. Brand saat ini sudah menjadi identitas tersendiri bagi produk yang akan dibeli konsumen ataupun calon konsumen sehingga jika konsumen melihat brand, maka akan ada penilaian yang berbeda-beda tergantung pengalaman serta kepuasan konsumen terhadap produk

8 tersebut sehingga hal ini dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen akan produk tersebut. Melihat bahwa brand merupakan salah satu cukup yang memegang peranan penting dalam kesuksesan produk di pasar, maka lumrah atau wajar jika perusahaan akan mengeluarkan usaha ataupun biaya yang tidak sedikit dalam menentukan brand ataupun brand image produknya. Pengertian brand atau merek menurut Kolter dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran (2005;82), mengatakan bahwa: Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing. Melihat penjabaran defenisi tentang brand atau merek yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat diartikan bahwa brand atau merek itu diciptakan oleh perusahaan agar dapat membedakan produk perusahaan tersebut dengan saingannya sehingga konsumen atau calon konsumen bisa mengingat dan tidak salah memilih produk yang akan dibeli. Mengingat kenyataan bahwa saat ini produk yang beredar dipasaran tidaklah sedikit, maka perusahaan akan saling memperkuat brand produknya sehingga konsumen atau calon konsumen makin mengingat produk perusahaan tersebut. Penguatan brand oleh perusahaan bisa dilakukan dengan cara penjagaan kontinuitas dari iklan atau event-event sehingga konsumen atau calon konsumen akan selalu teringatkan akan keberadaaan produk tersebut. Tentu dengan adanya penjagaan kontinuitas dari brand melalui iklan atau event-event tertentu ini, perusahaan harus bisa mengakomodir kebutuhan tersebut

9 sehingga usaha atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mempertahankan brand ini bisa dibilang cukup besar, akan tetapi kalau konsumen sudah menganggap brand produk tersebut sudah tidak asing lagi dibenaknya, maka konsumen akan dengan senang hati memilih produk tersebut. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran (2002;338). Kotler mengartikan bahwa: Citra merek adalah persepsi masyarakat terhadap merek atau produknya Dengan meningkatkan atau menjaga kontinuitas dari keberadaan brand di pasar, secara tidak langsung akan menimbulkan citra akan brand atau merek produk tersebut. Hal itu dikarenakan konsumen akan terus dingatkan dengan brand dan konsumen atau calon konsumen akan berpikir sesuai dengan pengetahuan serta pengalamannya masing-masing tentang apa yang mereka lihat, mereka dengar dari iklan-iklan atau event-event tertentu sehingga akan tercipta sebuah citra merek atau brand image. Citra ini bisa menjadi baik atau positif tergantung kegiatan pemasaran serta kabar yang beredar atas produk tersebut. Jika kabar serta kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut baik, maka citra yang timbul di benak konsumen akan baik dan lebih baik lagi jika citra yang tercipta tersebut sesuai dengan keinginan perusahaan. Menurut Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran (2005;226), menyatakan bahwa brand image adalah: Kumpulan keyakinan atau kepercayaan atas merek tersebut.

10 Melihat penyataan di atas, maka brand image yang tercipta harus menjadi perhatian khusus perusahaan karena keberadaan brand image yang tumbuh atau timbul ini menyangkut dengan kepercayaan dari konsumen atau calon konsumen dalam memilih produk. Jika konsumen sudah meyakini serta mempercayai produk tersebut, maka brand image yang terbangun bernilai positif dan hal tersebut dapat menguntungkan perusahaan karena produknya sudah mempunyai keistimewaan di benak konsumen serta dapat meningkatkan volume penjualan dari produk tersebut. Berbeda dengan produk yang memiliki brand image bernilai negatif, maka konsumen akan memprioritaskan produk yang sudah diyakininya serta dipercayainya terlebih dahulu. Menurut Loudon yang dikutip oleh Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen (2002;3), menyatakan bahwa: Consumer behaviour may be defined as decision process and physical activity individuals enggage in when evaluating, acquaring, using or disposing of goods an services Pernyataan di atas dapat diartikan sebagai berikut: Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang dan jasa. Sebelum konsumen atau calon konsumen memilih produk untuk digunakannya, mereka akan berfikir terlebih dahulu tentang produknya tersebut, bisa tentang manfaatnya, harganya, atau pengalaman yang sudah pernah dialami

11 oleh konsumen tersebut serta kabar burung yang beredar atas produk itu. Jika kesimpulan yang didapat oleh konsumen tersebut merupakan kesimpulan positif (seperti nyaman atau aman), maka konsumen tersebut akan memilih produk atau bahkan menjadikannya sebagai produk yang paling baik di antaraa produk sejenis dan tentu konsumen akan menjadi pelanggan setia atas produk itu. Akan tetapi jika kesimpulan yang didapat oleh konsumen merupakan kesimpulan yang kurang baik (seperti ragu-ragu atau tidak tenang), akan ada kemungkinan konsumen tersebut akan beralih ke produk sejenis karena adanya perasaan ragu-ragu itu dan tentu akan lebih baik lagi jika konsumen ingin mencoba produk terlebih dahulu agar dapat mendapatkan kesimpulan yang baik. Menurut Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran (2003;224) menyatakan proses pembelian suatu produk jika digambarkan akan berbentuk sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses Keputusan Pembelian 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.

12 2. Pencarian Informasi Proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar maingkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. 3. Evaluasi Alternatif Proses keputusan pembeli di mana konsumen menggunakan informasi yang telah diperoleh untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam sejumlah pilihan. 4. Keputusan Pembelian Proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Ada dua faktor yang menyebabkan keputusan pembelian, yaitu: a. Sikap orang lain, yaitu keputusan membeli banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga atau siapa saja yang ia percayai. b. Faktor-faktor situasi yang tidak terduga, yaitu faktor harga, pendapatan keluarga dan keuntungan atau manfaat yang diharapkan dari produk tersebut. 5. Perilaku Pasca Pembelian Proses keputusan pembelian dimana konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah melakukan pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Dari penjabaran tentang proses keputusan pembelian di atas, dapat diartikan bahwa pada saat konsumen ingin membeli suatu produk, maka konsumen akan mengalami 5 proses yang sudah disebutkan, mulai dari pengenalan masalah yang

13 dimana konsumen masih ragu dalam memilih dikarenakan kurangnya pengalaman terhadap produk tersebut, lalu dilanjutkan dengan pencarian informasi yang dimana konsumen akan mencari referensi atau informasi tentang produk agar konsumen makin yakin dalam memilih, lalu dilanjutkan dengan mengevaluasi alternatif, yaitu memilih secara selektif atas informasi yang didapat lalu dilanjutkan dengan kegiatan membeli atau memilih produk tersebut dikarena sudah yakin akan keinginan serta perilaku pasca pembelian yang dimana jika konsumen puas, maka kegiatan pembelian itu akan berlanjut dan jika tidak, maka proses pembelian akan produk di waktu yang akan datang akan terhenti dikarenakan tidak tercapainya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan produk yang dibelinya. 1.6 Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah jawaban atau praduga yang belum valid dan masih harus dibuktikan agar praduga tersebut atau jawaban tersebut valid serta terbukti benar. Husein Umar (2000;8) mengemukakan bahwa hipotesis adalah sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan itu belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya. Sehubungan dengan penjabaran di atas, maka dengan ini penulis mengajukan suatu hipotesis bahwa brand image Telkomsel berpengaruh positif terhadap proses keputusan pembelian kartu simpati yang dilakukan oleh konsumen.

14 1.7 Metodologi Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai digunakan dengan maksud penjelasan (explanatory) agar data-data yang dikumpulkan, diproses dan dianalisa untuk menjelaskan hubungan atau korelasi antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.(singarimbun dan Effendi, 1995;4). 1.8 Lokasi Penelitian Untuk mendapat data yang dapat mendukung dalam proses penelitian ini atau penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian di PT.Telkomsel yang berkedudukan di Gedung Wahana Bakti Pos Lt.2 Jl. Banda no.30, Bandung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 hingga September 2013.