BAB VI PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa dari jabat tangan yang dilakukan mahasiswa Fisip Unwira Kupang, memberikan makna kepada teman jabat tangannya. Hal tersebut dapat pula diketahui melalui perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal yang ditunjukkan pada saat berjabat tangan dengan teman dapat dilihat dari gerakan tangan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan jarak tubuh. Melalui ekspresi nonverbal yang mendukung saat berjabat tangan memperkuat makna yang diberikan maupun yang diterima mahasiswa. Selain komunikasi nonverbal yang mendukung, konteks juga menjadi hal yang sangat penting untuk memaknai secara lebih jelas tentang makna sebuah kegiatan berjabat tangan. Jabat tangan dalam konteks tertentu memiliki perbedaan makna dengan jabat tangan dalam konteks yang lain. Dengan memahami konteks, komunikasi akan berjalan secara lebih efektif karena masing-masing partisipan yang berjabat tangan menunjukkan sikap respek, saling menerima dan membuka diri sehingga makna yang diberikan merepresentasikan suasana atau situasi yang sedang terjadi. Pada saat bertemu jabat tangan dimaknai sebagai ungkapan kedekatan dan persahabatan antarteman, bentuk persalaman, hanya sekedar basa-basi atau say hallo, menciptakan jarak dekat, adanya semangat keakraban, adanya 84
rasa memiliki atau keterikatan dengan teman jabat tangan, ungkapan rasa rindu dan senang kepada teman yang dijumpai, adanya tali persaudaraan yang erat dan memberi peluang untuk hubungan berikutnya dengan teman jabat tangannya. Sedangkan pada konteks lain jabat tangan dimaknai sebagai memberikan ucapan selamat pada hari-hari raya dan ungkapan turut merasakan bahagia atau senang kepada teman yang berbahagia, berulang tahun ataupun menyelesaikan ujian akhirnya sebagai ungkapan adanya perasaan bangga serta adanya ungkapan apresiasi atau provisiat terhadap keberhasilan yang dicapai salah seorang teman mahasiswa. Selain itu makna yang berbeda melalui jabat tangan juga diekspresikan ketika seorang mahasiswa sedang mengalami situasi berkabung. Dalam konteks seperti ini, bentuk jabat tangan yang dilakukan memberikan penekanan pada ekspresi turut berbelasungkawa atas musibah yang dihadapi teman mahasiswa tersebut. Jabat tangan ini juga bermakna harapan agar mahasiswa tersebut tegar, sabar dalam menghadapi situasi yang sedang terjadi. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan : Agar mahasiswa selalu menjalin relasi dengan sesamanya, baik itu dengan teman yang sudah dikenal/ dekat, maupun teman yang tidak terlalu dekat. Walaupun jabat tangan bagi mahasiswa bukan sebagai suatu kebiasaan, namun dengan berjabat tangan dapat menciptakan kedekatan relasi. 85
Selain membentuk relasi, jabat tangan dapat menunjukkan etika mahasiswa berperilaku terhadap sesama temannya. Oleh karena itu, jabat tangan mahasiswa kiranya dapat memberikan kesan yang baik kepada teman jabat tangannya dan sebaliknya. Agar mahasiswa dalam menjalin relasi selalu berpikir positif kepada setiap teman jabat tangannya dalam segala situasi dan konteks. Dengan memahami konteks, komunikasi akan berjalan secara lebih efektif 86
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan, Dr, Drs, M.Si. (2001). Metode Penelitian Sosial: Format- Format Kuantiatif dan Kualitatif. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press Calero, Nierenberg. (2008). Membaca Pikiran Orang Seperti Membaca Buku. Jogyakarta: Penerbit Think. Effendy, Onong Uchjana, Prof, Drs, M.A. (2004). Dinamika komunikasi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. (1990). Ilmu Komunikas: Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. (2000). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Hamidi, Dr, M.Si. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Penerbit Universitas Muhamadyah Malang Liliweri, Alo, M.S. (2003). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Kupang: Penerbit Pustaka Pelajar.. (1994). Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Penerbit LKiS. Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Pawito, Ph. D. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit LkiS. Pease, Alan. (2008). Bahasa Tubuh. Jakarta: Penerbit ARCAN. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antarpribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanatha Dharma Yogya. 87
PEDOMAN WAWANCARA Pedoman wawancara tersebut bertujuan untuk menanyakan informan dari dua konteks yaitu sebagai orang yang memberikan jabat tangan dan juga sebagai orang yang menerima jabat tangan. Berikut adalah pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian: Gerakan tangan 1. Siapa yang pertama kali memberi jabat tangan? Anda atau teman anda? Bagaimana cara/sikap anda saat berjabat tangan? 2. Apakah jabat tangan anda termasuk jenis jabat kuat, lemah atau yang lainnya? 3. Apakah anda memiliki cara jabat tangan yang berbeda? Jika ada jelaskan alasan anda! 4. Bagaimana kesan anda saat berjabat tangan? Ekspresi wajah 1. Apakah saat berjabat tangan, anda merasa mendapat sambutan hangat? Pada situasi yang bagaimana? 2. Apakah saat berjabat tangan, teman jabat tangan anda senang bertemu dan berjabat tangan dengan anda? Atau anda memaksakan diri kepada teman jabat tangan anda? 3. Bagaimana kesan anda waktu berjabat tangan saat itu? Gerakan tubuh a. Bagaimana posisi badan anda saat berjabat tangan? b. Mengapa anda berjabat tangan dengan posisi seperti itu? c. Apa kesan anda saat berjabat tangan dengan posisi badan tersebut? Jarak tubuh 1. Bagaimana jarak anda dengan teman anda saat berjabat tangan? Apakah jauh, dekat, sangat dekat, berpelukan? Mengapa? 2. Apakah ada perbedaan jarak saat anda berjabat tangan dengan teman anda (Teman dekat, teman biasa, sahabat)? Mengapa? 3. Bagaimana kesan anda dengan jarak tersebut? 88
Salah satu gaya jabat tangan panco mahasiswa Fisip Unwira Kupang Salah satu gaya jabat tangan sambil berpelukan mahasiswa Fisip Unwira Kupang 89
90