Karakterisasi Sifat Fisikokimia Komposit Besi Oksida-Montmorilonit Hasil Interkalasi Silikat Lempung Montmorilonit

dokumen-dokumen yang mirip
PREPARASI DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KROMIUM OKSIDA-MONTMORILLONIT ABSTRAK ABSTRACT

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

KARAKTERISASI BENTONIT TERPILAR Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

SYNTHESIS OF IRON OXIDE-MONTMORILLONITE COMPOSITE AND STUDY OF ITS STRUCTURAL STABILITY AGAINTS SULFURIC ACID

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

dapat ditemukan dalam tanah bentonit. Montmorillonit kualitas komersial sering juga dinamakan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

PILARISASI DAN KARAKTERISASI MONTMORILLONIT

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

Bab III Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian

FOTODEGRADASI ZAT WARNA METHYL ORANGE MENGGUNAKAN Fe 2 O 3 -MONTMORILLONIT DAN SINAR ULTRAVIOLET

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

Pengaruh Metode Preparasi Terhadap Karakter Fisikokimiawi Montmorillonit Termodifikasi ZrO2 *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

SYNTHESIS OF Fe 2 O 3 -MONTMORILLONITE AND ITS APPLICATION AS A PHOTOCATALYST FOR DEGRADATION OF CONGO RED DYE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

PEMBUATAN DAN UJI FOTOAKTIVITAS KOMPOSIT Ti02-BENTONIT UNTUK DEGRADASI SENYAWA PEWARNA METILEN BIRU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel Ca-Bentonit, Ca-Bentonit Merah muda, dan Na-Bentonit

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI III.1

Preparasi Bentonit Terpilar Alumina dari Bentonit Alam dan Pemanfaatannya sebagai Katalis pada Reaksi Dehidrasi Etanol, 1-Propanol serta 2-Propanol

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

Emmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

3. Metodologi Penelitian

ANALISIS SIFAT-SIFAT PERMUKAAN BIRNESSITEYANG DIPREPARASI DARI DUA AGEN PEREDUKSI BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

SINTESIS LEMPUNG TERPILAR TITANIA SYNTHESIS OF TITANIA PILLARED CLAY

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Kajian Termodinamika Adsorpsi Hibrida Merkapto-Silika dari Abu Sekam Padi Terhadap Ion Co(II)

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

SEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Sintesis dan Analisis Spektra IR, Difraktogram XRD, SEM pada Material Katalis Berbahan Ni/zeolit Alam Teraktivasi dengan Metode Impregnasi

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

SINTESIS LEMPUNG TERPILAR TITANIA

BAB IV METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

PENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH MENGGUNAKAN ADSORBEN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP HIDROTALSIT Mg/Al YANG DISINTESIS MELALUI METODE PRESIPITASI TAK JENUH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI LEMPUNG TERPILAR TiO 2

Transkripsi:

Karakterisasi Sifat Fisikokimia Komposit Besi Oksida-Montmorilonit Hasil Interkalasi Silikat Lempung Montmorilonit Serly Jolanda Sekewael* Jurusan Kimia-FMIPA- Universitas Pattimura Kampus Poka-Ambon Abstrak. Preparasi komposit besi oksida-montmorilonit telah dilakukan dengan menginterkalasikan besi oksida ke dalam antarlapis silikat lempung montmorilonit. Montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit kemudian dikarakterisasi untuk mempelajari perubahan sifat-sifat fisikokimianya yang meliputi: jarak dasar d 001, ditentukan dengan X-Rays Difractometer; morfologi permukaan dianalisis dengan SEM/EDAX; luas permukaan spesifik, distribusi ukuran pori dan volume pori total, dipelajari dengan Gas Sorption Analyzer; serapan gugus fungsional dipelajari dengan spektrofotometer FTIR serta kandungan logam besi ditentukan dengan X-Ray Fluorescent Analyzer. Hasil karakterisasi terhadap montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit menunjukkan terjadi peningkatan pada: jarak dasar d 001, dari 14,11Å menjadi 16,85Å. Morfologi permukaan montmorilonit menampakkan struktur berlapis (laminated), sedangkan komposit besi oksidamontmorilonit memperlihatkan morfologi lapisan oksida eksternal, dengan struktur delaminasi (delaminated). Luas permukaan spesifik meningkat dari 69,71 m 2 /g menjadi 126,49 m 2 /g; volume pori total meningkat dari 50,70x10-3 ml/g menjadi 107,89x10-3 ml/g. Secara umum pola serapan montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit tidak jauh berbeda, vibrasi rentangan O-H yang terikat Fe 3+ tidak muncul pada komposit besi oksida-montmorilonit. Terjadi peningkatan kandungan besi dari 4,57 %(b/b) menjadi 23,61 %(b/b). Kata kunci : lempung montmorilonit, interkalasi, komposit besi oksida montmorilonit. Abstract. The preparation of iron oxide-montmorillonite composite has been done by intercalation of iron oxide into the silicates interlayer of montmorillonite. Montmorillonite and iron oxide-montmorillonite composite were characterized to observe some physical and chemical properties. The observed properties were basal spacing d 001, determined by X-Rays Difractometer (XRD); surface morphology, analyzed by SEM/EDAX; specific surface area, distribution of pore radius and total pore volume, analyzed by Gas Sorption Analyzer; functional groups, analyzed by FTIR Spectrophotometer; and iron content, determined by X-Ray Fluorescent Analyzer (XRF). The characterization of montmorillonite and iron oxide-montmorillonite composite showed that the basal spacing d 001, increased from 14.11 Å in montmorillonite to 16.85 Å in iron oxide-montmorillonite. Surface morphology of montmorillonite showed the laminated structure, while that of iron oxide-montmorillonite indicated a delaminated structure with the external oxides layered. Specific surface area increased from 69.71 m 2 /g to 126. 49 m 2 /g; total pore volume also increased from 50.70 x10-3 ml/g to 107.89 x10-3 ml/g. Generally, spectrum adsorption of montmorillonite and iron oxide-montmorillonite composite not different so far, stretching vibration O-H with Fe 3+ does not exist on iron oxide-montmorillonite composite. The iron content also increased from 4.57 %(w/w) to 23.61 %(w/w). Keywords : montmorillonite clay, intercalation, iron oxide-montmorillonit composite. *Alamat korespondensi: sjsekewael@yahoo.com 24

Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X PENDAHULUAN Mineral lempung umumnya ditemukan dalam beberapa kelompok besar, seperti kaolinit, mika, montmorilonit, klorit, illit dan vermikulit (Goenadi, 1982). Di alam, mineral montmorilonit ditemukan dalam tanah bentonit. Montmorilonit kualitas komersial sering juga dinamakan bentonit. Tanah bentonit mengandung kurang lebih 85% montmorilonit, dengan ciri-ciri antara lain: jika diraba licin, lunak, memiliki kilap lilin, berwarna pucat dengan penampakkan putih, hijau muda, kelabu, atau merah muda bila dalam keadaan segar dan jika telah lapuk berwarna coklat kehitaman (Riyanto, 1994). Kelompok montmorilonit paling banyak menarik perhatian karena montmorilonit memiliki kemampuan untuk mengembang (swelling) bila berada dalam air atau larutan organik serta memiliki kapasitas penukar ion yang tinggi sehingga mampu mengakomodasikan kation dalam antarlapisnya dalam jumlah besar (Ogawa, 1992). Dengan memanfaatkan sifat khas dari montmorilonit tersebut, maka antarlapis silikat lempung montmorilonit dapat disisipi (diinterkalasi) dengan suatu bahan yang lain (misalnya: senyawa organik atau oksida-oksida logam) untuk memperoleh suatu bentuk komposit yang sifat fisikokimianya lebih baik dibandingkan lempung sebelum dimodifikasi. Sifat-sifat fisikokimia tersebut merupakan bagian yang penting pada setiap karakterisasi lempung baik sebagai katalis, pendukung katalis, maupun adsorben. Dalam penelitian ini, komposit besi oksida-montmorilonit dipreparasi melalui proses interkalasi ke dalam antarlapis silikat lempung montmorilonit menggunakan oksida logam besi, dan dilanjutkan dengan karakterisasi sifat-sifat fisikokimianya, yang meliputi: jarak dasar d 001, luas permukaan spesifik, rerata jejari pori, volume total pori, distribusi ukuran pori, morfologi permukaan, serapan gugus fungsional, dan kandungan logam besi. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah: seperangkat peralatan gelas, timbangan analitik tipe Mettler AE 163, corong Buchner, pompa vakum, pengaduk magnet, cawan porselen, oven, lumpang dan mortar porselen, pengayak 100 dan 250 mesh merek Fisher, sieve shaker RX-86, termometer 250 o C, pipet tetes, sendok sungu, pinset, pengering, ph meter ORION model 710A, centrifuge merek Kokusan Ogawa Seiki Co.LTD, tabung centrifuge, desikator, reaktor kalsinasi, mikropipet, peralatan instrumen meliputi: Difraktometer sinar-x tipe XRD-6000 Shimadzu, Gas Sorption Analyzer NOVA 1000, FTIR-8201 PC Shimadzu, X-Rays Fluorescent Analyzer tipe EG & G ORTEG 7001 dengan detektor Si(Li), SEM/EDAX tipe Philips X1-20 dan HPLC dengan detektor UV. Bahan-bahan yang digunakan adalah: lempung bentonit (lempung montmorilonit) (diperoleh dari PT. Tunas Inti Makmur, Semarang, ukuran lolos ayakan 200 mesh), akuades, akuabides, air bebas ion, indikator universal, kertas saring Whatman 42, glasswool, kertas aluminium, bahan-bahan kimia dengan kualitas p.a buatan E. Merck, antara lain: kristal FeCl 3.6H 2 O, kristal NaOH, kristal NaCl, larutan AgNO 3. Penyiapan Sampel Lempung montmorilonit berbentuk serbuk berwarna coklat muda diayak dengan menggunakan pengayak ukuran 250 mesh, hasilnya dicuci beberapa kali dengan 25

akuades kemudian disaring. Hasil penyaringan dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 200 o C. Setelah kering lempung tersebut digerus sampai halus dan diayak menggunakan pengayak 100 mesh. Sampel lempung montmorilonit ditimbang sebanyak 10 g dan dilarutkan dalam 500 ml akuabides (perbandingan 2 %b/v). Larutan ini kemudian diaduk selama 24 jam pada temperatur kamar sehingga diperoleh suspensi lempung montmorilonit. Setelah itu, dilakukan pembuatan larutan oligomer besi. Sebanyak 108,12 g kristal FeCl 3.6H 2 O dilarutkan dalam 2000 ml akuabides sambil diaduk dengan pengaduk gelas sehingga diperoleh larutan 0,2 M, dan selanjutnya dihidrolisis pada temperatur kamar dengan penambahan NaOH secara perlahan sambil diaduk dengan cepat sampai ph larutan sekitar 2-2,5. Setelah larutan homogen, pengadukan dihentikan. Larutan oligomer besi yang diperoleh selanjutnya didiamkan (aging) selama 24 jam pada temperatur kamar. Interkalasi lempung montmorilonit dan karakterisasi hasil Suspensi lempung montmorilonit ditambahkan ke dalam larutan oligomer besi secara bertetes-tetes sampai habis sambil diaduk dengan kuat. Pengadukan diteruskan selama 24 jam pada temperatur kamar, diperoleh perbandingan 40 mmol Fe/gram lempung (Rightor,dkk.,1991). Hasil interkalasi dicentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Endapannya diambil dan dicuci dengan air bebas ion sambil disaring dengan penyaring Buchner. Pencucian dilakukan berkali-kali untuk membebaskan ion Cl -. Keberadaan ion Cl - dalam air saringan diuji dengan larutan AgNO 3 sampai tidak terdapat endapan putih AgCl. Endapan hasil pencucian dikeringkan dalam oven pada temperatur 100 o C, setelah itu digerus dan diayak dengan pengayak 250 mesh, kemudian dikalsinasi pada temperatur 200 o C selama 11 jam sambil dialiri gas N 2 dengan kecepatan alir 15 ml/menit. Hasil kalsinasi diberi nama komposit besi oksidamontmorilonit. Lempung montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit selanjutnya dikarakterisasi untuk mengetahui perubahan sifat-sifat fisikokimianya. Jarak dasar d 001, diidentifikasi dengan difraktometer sinar-x (XRD), luas permukaan spesifik, rerata jejari pori, volume total pori, dan distribusi ukuran pori, dianalisis dengan Gas Sorption Analyzer, morfologi permukaan dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Sifat kimia yang meliputi: serapan gugus fungsional, dianalisis menggunakan spektrofotometer inframerah (FTIR), jumlah kandungan Fe, dianalisis dengan X-Rays Fluorescent Analyzer. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit Pola difraksi sinar-x dari montmorilonit dan komposit besi oksidamontmorilonit ditampilkan pada difraktogram gambar 1. Refleksi montmorilonit kering, pemanasan pada dan di atas 200 o C (Gambar 1.A dan 1.B), menunjukkan ciri khas mineral lempung montmorilonit, yaitu pada jarak dasar d 001 sekitar 12,0-15,0 Å (Goenadi,1982). Refleksi yang melebar atau tidak ramping menunjukkan bahwa kristalinitas mineral lempung dalam bentonit alam kurang baik. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh heterogenitas dari kation-kation terhidrat yang terdapat pada antarlapis lempung montmorilonit, yakni Na +, Ca 2+, dan K + atau dapat dikatakan bahwa mineral lempung bentonit banyak campurannya. Menurut West (1992), refleksi intensitas difraksi sinar-x mengindikasikan kesempurnaan kristal dan kerapatan 26

Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X susunan atom dalam kristal. Semakin ramping refleksi intensitas suatu material maka kekristalannya semakin baik dengan susunan atom semakin rapat. Refleksi spesifik montmorilonit pada pemanasan 200 o C menunjukkan intensitas tertinggi pada daerah 2θ = 6,25 o dengan jarak dasar d 001 14,11 Å, dan kemudian bergeser menjadi 2θ = 5,24 o dengan jarak dasar d 001 16,85 Å untuk komposit besi oksida montmorilonit. Meningkatnya jarak dasar d 001, adalah hasil dari pertukaran kation. Kation terhidrat pada permukaan antarlapis mineral montmorilonit ditukar dengan kation yang bermuatan lebih besar, yakni Fe 3+, sehingga pembentukan kulit hidrasi di sekeliling kation-kation yang terdapat di antara lapisan silikat akan semakin besar. Gambar 1. Difraktogram (A) montmorilonit kering, 200 o (B) montmorilonit kering, diatas 200 o C dan(c) komposit besi oksida-montmorilonit. Pergeseran sudut 2θ ke kiri atau makin kecil adalah akibat terbentuknya besi oksida pada antarlapis silikat lempung, hal ini menunjukkan berhasilnya proses interkalasi. Komposit besi oksidamontmorilonit menunjukkan refleksi yang melebar dan tidak tajam (Gambar 1.C). Hal ini terjadi akibat delaminasi struktur lapisan silikat karena proses interkalasi kation kompleks logam besi. Delaminasi merupakan sifat unik dari struktur kristal atau material berlapis dan dapat menyebabkan terbentuknya struktur rumah kartu. Beberapa hasil penelitian terdahulu juga menunjukan produk interkalasi yang didominasi oleh struktur rumah kartu (Widihati, 2002). Hasil analisis serapan gas nitrogen oleh montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit disajikan pada tabel 1. Komposit besi oksidamontmorilonit memiliki luas permukaan spesifik, volume pori dan rerata jejari pori yang lebih besar dibandingkan montmorilonit sebelum dimodifikasi (Tabel 1). Meningkatnya luas permukaan adalah akibat bertambahnya pori berukuran mikro dan meso serta distribusi volume pori yang semakin meningkat (Gambar 3). 27

(a) (b) Gambar 2. Morfologi permukaan (a) lempung montmorilonit (b) komposit oksida besi-montmorilonit. Tabel 1. Hasil analisis serapan gas nitrogen Luas Sampel permukaan spesifik, m 2 /g Volume pori total, x10-3 ml/g Rerata jejari pori, Å Montmorilonit 69,71 50,70 14,54 Komposit besi oksidamontmorilonit 126,49 107,89 17,06 Volume pori (ml/å/g -03) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 50 100 150 200 Jejari pori (Å) Montmorilonit Komposit besi oksidamontmorilonit Gambar 3. Distribusi ukuran pori montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit. Besarnya luas permukaan spesifik lempung montmorilonit setelah diinterkalasi dengan besi oksida tidak jauh berbeda dengan laporan beberapa peneliti sebelumnya dengan kondisi preparasi yang berbedabeda. Rightor, dkk.(1991) memperoleh kenaikan luas permukaan Fe-PILC sebesar 244 m 2 /g. Cool dan Vansant (1998) melaporkan bahwa luas permukaan lempung montmorilonit terpilar besi oksida (Fe 2 O 3 ) berada pada range 100-300 m 2 /g. Ding, dkk.(2001) melaporkan peningkatan dari 50 m 2 /g menjadi 109 m 2 /g untuk Fe-PILC. Widihati (2002) mendapati kenaikan luas 28

Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X permukaan spesifik untuk Fe-PILC 200 sebesar 170,54 m 2 /g. Luas permukaan yang semakin besar menyebabkan serapan gas nitrogen oleh komposit besi oksidamontmorilonit juga semakin meningkat, dibandingkan dengan montmorilonit sebelum dimodifikasi, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5. Kurva adsorpsi isotermal gas nitrogen cenderung mengikuti pola adsorpsi isotermal BET tipe IV. Ding, dkk. (2001) menjelaskan tipe serapan tersebut demikian, mula-mula gas teradsorb pada pori berukuran mikro, dan kemudian teradsorb ke permukaan eksternal (mesopori). Karakteristik serapan gugus fungsional disajikan pada gambar 6 dan Tabel 2. 25 Total Volume Pori (ml/å/g e-03) 20 15 10 5 0 19,380 10,711 10,05 4,32 0,001 0,006 d 20 20 d 500 d 500 Diameter pori ( Å ) Montmorilonit Komposit besi oksidamontmorilonit Gambar 4. Diagram balok distribusi volume pori total montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit. 80 Volume ( ml/g ) 70 60 50 40 30 20 10 Montmorilonit Komposit besi oksidamontmorilonit 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 P/Po Gambar 5 Adsorpsi isotermal gas N 2 oleh montmorilonit dan komposit besi oksida-montmorilonit Secara umum, pola serapan montmorilonit (a) dan komposit besi oksidamontmorilonit (b) tidak jauh berbeda. Serapan melebar dan tidak tajam ditunjukkan oleh gugus O-H pada daerah frekuensi gugus fungsi, sedangkan serapan sempit dan lebih tajam di mana ditunjukkan oleh gugus-gugus Si-O dan Al-O pada daerah sidik jari. 29

3433.1 a 1629.7 Transmitansi (%) 3421.5 b 1624.0 1037.6 1043.4 4000.0 3000.0 2000.0 1000.0 Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 6. Spektra inframerah (a) montmorilonit dan (b) komposit besi oksida-montmorilonit. Tabel 2. Karakteristik Serapan Gugus-Gugus Fungsional Sampel -1 ν, cm Serapan gugus-gugus fungsional Montmorilonit 3433.1 1629,7 1037,6 916,1 796,5 520,7 O-H rentangan O-H tekukan Si-O-Si rentangan vibrasi Al-O vibrasi rentangan O-H yang terikat Fe 3+ vibrasi Si-O Komposit besi oksidamontmorilonit 3421,5 1624,0 1043,4 920,0 524,6 O-H rentangan O-H tekukan Si-O-Si rentangan vibrasi Al-O vibrasi Si-O Montmorilonit (a) memperlihatkan lebih banyak serapan rentangan O-H (bilangan gelombang 3433,1 cm -1 ke kiri ) dari air yang terjerat pada antarlapis silikat lempung. Hal ini terjadi karena sifat montmorilonit yang mudah mengembang (smektit). Sebaliknya, serapan rentangan O- H yang berkurang dalam komposit besi 30

Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X oksida-montmorilonit (b) adalah karena dehidrasi yang dialami selama proses kalsinasi berlangsung. Teramati pula bahwa vibrasi rentangan O-H yang terikat Fe 3+ tidak muncul pada komposit besi oksidamontmorilonit. Hal ini merupakan indikasi bahwa hidroksida Fe 3+ telah berubah ke dalam bentuk oksidanya karena pengaruh kalsinasi. Vibrasi Al-O muncul pada bilangan gelombang yang lebih besar dari pada Si-O, hal ini berkaitan dengan massa atom keduanya. Massa atom Al lebih kecil dibandingkan massa atom Si, sehingga frekuensi vibrasi Al-O akan lebih besar dibandingkan frekuensi vibrasi Si-O. Serapan pada daerah sidik jari yang juga teramati pada komposit besi oksidamontmorilonit (b), mengindikasikan bahwa proses kalsinasi tidak merusak ikatan Si-O atau Al-O pada antarlapis silikat lempung. Namun serapan tersebut sedikit bergeser ke bilangan gelombang yang lebih tinggi. Hal ini terjadi akibat pengaruh kuat ikatan yang terbentuk antar besi oksida dengan antarlapis silikat lempung, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kuat ikatan Si-O. Hasil perhitungan diperoleh kandungan besi dalam lempung montmorilonit sebelum dimodifikasi adalah sebesar 4,57 %(b/b), tidak jauh berbeda dengan kandungan besi dalam lempung bentonit yang diperoleh dari P.T.Tunas Inti Makmur, Semarang, yaitu sebesar 4,89 %. Analisis kandungan logam besi memperlihatkan terjadi peningkatan kandungan besi dari 4,57 %(b/b) dalam montmorilonit menjadi 23,61 %(b/b) untuk komposit besi-montmorilonit. Hal ini mengindikasikan berhasilnya proses pertukaran ion antara kation Fe polihidroksi dengan kation terhidrat pada antarlapis silikat lempung dan berhasilnya proses transformasi bentuk hidroksida menjadi bentuk oksidanya yang stabil karena pengaruh kondisi kalsinasi yang cukup baik. KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : 1. Interkalasi besi oksida ke dalam antarlapis silikat lempung montmorilonit menghasilkan suatu bentuk komposit besi oksida-montmorilonit yang memiliki sifat-sifat fisikokimia lebih baik dibandingkan lempung montmorilonit. 2. Terjadi peningkatan sifat-sifat fisikokimia dari komposit besi oksidamontmorilonit, seperti: jarak dasar d 001, dari 14,11Å menjadi 16,85Å; luas permukaan spesifik dari 69,71 m 2 /g menjadi 126,49 m 2 /g; volume pori total dari 50,70x10-3 ml/g menjadi 107,89x10-3 ml/g; serta peningkatan kandungan besi dari 4,57 %(b/b) menjadi 23,61 %(b/b). Morfologi permukaan montmorilonit menampakkan struktur berlapis (laminated), sedangkan komposit besi oksida-montmorilonit memperlihatkan morfologi lapisan oksida eksternal, dengan struktur delaminasi (delaminated). DAFTAR PUSTAKA Cool, P., Vansant, E.F., 1998, Pillared Clays: Preparation, Characterization and Applications, Catal. Rev., Sci. Eng., 3, 265-285. Ding, Z., Kloprogge, J.T., Frost, R.L., Lu, G.Q., Zhu, H.Y., 2001, Porous Clays and Pillared Clays-Based Catalyst. Part 2: A Review of the Catalytic and Molecular Sieve Applications, Journal of Porous Materials, 8, 273-293. Goenadi, D.H., 1982, Dasar-Dasar Tanah, Terjemahan dari Tan, Kimia K.H., 31

Edisi Pertama, 93-193, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ogawa, M., 1992, Preparation of Clay- Organic Intercalation Compounds by Solid -solid Reaction and Their Application to Photo-Functional Material, Dissertation, Waseda University, Tokyo. Rightor, E.G., Tzou Ming-Shin, Pinnavaia, T.J., 1991, Iron Oxide Pillared Clay with Large Gallery Height: Synthesis and Properties as a Fischer-Tropsch Catalyst, Journal of Catalysis, 130, 29-40. Riyanto, A., 1994, Bahan Galian Industri Bentonit, 1-15, Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung. West, A.R., 1984, Solid State Chemistry and its Applications, 117-123, 153-156, 177-178, John Wiley & Sons, Ltd., New York. Widihati, I.A.G., 2002, Sintesis Lempung Montmorillonit Terpilar Fe 2 O 3 dan Kajian Sifat-sifat Kimia Fisiknya, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 32