BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB I PENDAHULUAN I.1

PERENCANAAN??? MENGAPA DIPERLUKAN. Peningkatan jumlah penduduk. Penambahan beban jaringan jalan. & transportasi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

ANALISIS ANTRIAN PENUMPANG DI BANDARA ADI SUMARMO SURAKARTA. Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. Halaman. BAB III LANDASAN TEORI... 9 A. Karateristik Transportasi Kereta Api... 9 B. Tinjauan Pengukuran Kualitas Pelayanan... 9.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

BAB I PRASARANA TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 FORMAT KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

Wisnumurti. Pusat Pengembangan Relevansi Pendidikan LP3

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia senantiasa bergerak dinamis, tidak ada satu bagian pun

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

ANALISIS PEMILIHAN MODA ANTARA BUS DAN KERETA API (STUDI KASUS : MEDAN TANJUNGBALAI) A. Diisi oleh surveyor

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi bahan bakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

THESIS ABDUL GAUS NRP :

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB II Latar Belakang Masalah

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tanggal dan waktu pengamatan. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder,

Plan Asuransi Penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan tulang punggung bagi dunia transportasi jarak jauh baik orang maupun barang. Selain memiliki kecepatan tempuh yang tinggi, moda transportasi pesawat terbang juga dikenal dengan tingkat keamanannya yang tinggi dan sistem operasinya yang baik. Secara umum tahapan menggunakan pesawat terbang meliputi pengecekan jadwal dan tarif perjalanan, reservasi tiket, proses perjalanan menuju bandara, check-in keberangkatan, dan boarding. Proses pengecekan jadwal dan tarif perjalanan dilakukan untuk mendapatkan jadwal yang sesuai dengan tari penerbangan yang seefisien mungkin. Setelah didapatkan penerbangan yang diinginkan, selanjutnya dilanjutkan dengan proses reservasi tiket, yang mana tahapan ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan pihak penyedia jasa reservasi tiket. Tahapan ketiga yaitu proses perjalanan menuju bandara untuk menaiki pesawat. Proses ini terdiri dari serangkaian kegiatan menggunakan moda transportasi dari tempat tinggal atau kantor menuju bandara. Tahapan ini merupakan sebuah rantai perjalanan tersendiri dan melibatkan banyak aspek dalam dunia transportasi. Setelah sampai di bandara, tahapan terakhir adalah check-in (konfirmasi kehadiran) dan boarding (naik ke dalam pesawat). Proses perjalanan menuju bandara (akses) dimulai ketika penumpang pesawat meninggalkan rumah, kantor, hotel atau lokasi transitnya dan memulai perjalanan menuju bandara. Proses ini menggunakan moda transportasi tertentu yang pemilihannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku akses ini seringkali berbeda-beda tergantung situasi yang dihadapi. Penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi akan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda dari pengguna transportasi publik. Lebih jauh, dalam lingkup transportasi publik, 1

2 pengguna transit akan memiliki perbedaan perilaku dengan pengguna angkutan paratransit. Setiap moda transportasi memiliki nilai utility masing-masing. Penumpang pesawat akan menentukan moda transportasi yang akan dipakai menuju bandara berdasarkan perkiraan nilai utility maksimum yang akan didapatkannya dari penggunaan moda tersebut. Tinggi rendahnya nilai utility setiap moda tergantung dari berbagai komponen yang menyusunnya. Komponen-komponen tersebut digali atau diidentifikasi dari berbagai hal seperti contohnya karakteristik responden, model perjalanan, kondisi lingkungan dan komponen teknis masingmasing moda transportasi. Melalui berbagai aspek di atas, dapat digambarkan kondisi utility keseluruhan yang berkaitan moda tersebut. Proses akses menuju bandara kemudian dilanjutkan dengan proses checkin. Check-in merupakan proses konfirmasi kepada pihak maskapai penerbangan bahwa penumpang telah tiba di bandara. Diterapkannya sistem check-in ini salah satu tujuannya adalah untuk memastikan tidak ada penumpang yang terlambat sehingga pesawat dapat berangkat tepat waktu. Dalam sistem penerbangan di Indonesia, diketahui bahwa check ini counter mulai dibuka sejak 120 menit sebelum keberangkatan pesawat. Rentang waktu yang cukup panjang tersebut dimaksudkan untuk memberi waktu kepada operator maskapai penerbangan supaya dapat melayani proses check-in penumpang dengan baik. Secara umum, batas pelayanan check-in yang diberikan maskapai penerbangan kepada penumpang adalah sampai 30 menit sebelum waktu keberangkatan. Pembatasan itu dilakukan agar tidak mengganggu waktu keberangkatan pesawat sesuai jadwal, karena keterlambatan pemberangkatan berimplikasi kepada turunnya kredibilitas maskapai tersebut di mata publik. Waktu kedatangan penumpang di bandara salah satunya dipengaruhi oleh pilihan moda transportasi yang dipakai untuk proses akses. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan proses perjalanannya, penumpang akan menghitung mundur terhitung dari waktu keberangkatan pesawat, ditambah dengan waktu perjalanan hasil perkiraan dari kecepatan tempuh moda yang dipilih, sehingga didapatkan rentang waktu yang aman dimana penumpang harus berangkat dari origin menuju

3 bandara dengan moda tersebut tanpa harus khawatir terlambat. Dikarenakan pola perjalanannya yang berbeda-beda untuk masing-masing moda (simple chain dan complex chain), maka terdapat pula perbedaan kecenderungan hubungan antara pilihan moda dengan waktu kedatangan penumpang di bandara. Umumnya, bagi penumpang dengan jarak origin yang jauh dari bandara atau yang kondisi perjalanannya sulit diprediksi, akan diambil lebih banyak waktu aman ketika berangkat dari origin, sehingga risiko terlambat sampai di bandara dapat diminimalkan. Sistem transportasi publik yang terintegrasi telah diterapkan di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, dimana area bandara telah dihubungkan secara fisik dengan stasiun pemberhentian kereta api. Adanya pengembangan integrasi ini memungkinkan penumpang pesawat dari origin tertentu dapat melakukan perjalanan akses menuju bandara dengan moda transportasi kereta api. Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki banyak keunggulan. Terkait dengan waktu kedatangan dan keberangkatan, dapat diketahui bahwa karena memiliki jalur khusus, maka kereta api bebas dari kemacetan lalu lintas, sehingga berimbas pada waktu kedatangan dan keberangkatannya yang relatif tepat waktu. Tahapan menggunakan kereta api sebagai moda akses menuju bandara meliputi perjalanan menuju stasiun asal, proses menunggu kedatangan dan keberangkatan kereta, mulai perjalanan dengan kereta, proses transit atau berganti kereta (jika ada), dan proses berjalan keluar dari stasiun tujuan menuju bandara. Pengalokasian waktu keberangkatan menuju bandara dengan kereta api relatif lebih mudah diprediksi, karena kereta memiliki karakteristik kecepatan yang stabil, dengan waktu kedatangan di tiap stasiun yang telah terjadwal. Sedikit perbedaan terjadi pada tahapan proses akses menuju stasiun. Proses estimasi waktu perjalanan menuju stasiun menjadi lebih kompleks karena melibatkan banyak aspek, diantaranya lokasi origin, kondisi lalu lintas, dan moda transportasi yang digunakan. Secara umum, dalam memilih waktu keberangkatannya menuju bandara (termasuk saat menggunakan kereta api), penumpang cenderung memiliki

4 perilaku untuk berangkat seakhir mungkin selama itu tidak terlambat. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan disutility yang terjadi. Disutility yang dimaksud merupakan kerugian yang diderita penumpang berkaitan dengan kekeliruan pemilihan waktu keberangkatan. Penumpang tidak ingin berangkat terlalu awal karena akan mengakibatkan terjadinya waktu tunggu di bandara yang terlalu lama, begitu juga jika terlalu akhir akan meningkatkan risiko terlambat sampai di bandara. Pemilihan waktu keberangkatan ini berbeda-beda pada setiap kasus, baik itu dari aspek maksud dan tujuan perjalanan, aspek waktu perjalanan, dan aspek moda transportasi yang dipilih. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang mendasari penelitian ini, yaitu: 1. Seperti apa kecenderungan perilaku penumpang pesawat saat melakukan perjalanan akses menuju bandara? 2. Bagaimana pengaruh moda transportasi yang digunakan terhadap waktu kedatangan penumpang pesawat di bandara? 3. Bagaimana kecenderungan pemilihan moda akses penumpang pesawat berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda transportasi? 4. Kapan waktu keberangkatan optimal penumpang pengguna kereta api dari origin menuju bandara agar disutility yang terjadi dapat diminimalkan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kecenderungan pola perjalanan dan hubungan antara waktu kedatangan penumpang pesawat di bandara dengan pemilihan moda transportasi yang digunakan. 2. Mengetahui model pemilihan moda transportasi penumpang pesawat menuju bandara berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda.

5 3. Mencari waktu keberangkatan optimum penumpang pesawat yang memilih menggunakan kereta api sebagai moda akses menuju bandara dengan tujuan untuk meminimalkan disutility yang terjadi. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dapat diketahui kecenderungan perilaku penumpang pesawat terkait waktu kedatangan di bandara, sehingga dapat digunakan sebagai masukan guna menyusun kapasitas ruang bandara dan intensitas keberangkatan penerbangan. 2. Dapat diketahui karakteristik model perjalanan masing-masing moda akses dari origin menuju bandara. 3. Dapat diketahui pertimbangan pemilihan moda akses penumpang pesawat berdasarkan utility yang dimiliki, yang mana dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menyusun kebijakan terkait rekayasa lalu lintas. 4. Dapat diketahui model penggunaan moda kereta api oleh penumpang pesawat yang mana dapat digunakan sebagai masukan guna menyusun integrasi jadwal keberangkatan kereta dan pesawat. 5. Dapat diketahui grafik disutility moda kereta api dengan kasus keberangkatan menuju bandara, yang dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. E. Batasan Penelitian Mempertimbangkan luasnya faktor yang dapat mempengaruhi penelitian ini dan mengingat berbagai keterbatasan yang ada, maka dilakukan pembatasan penelitian sebagai berikut: 1. Responden yang diteliti merupakan orang yang pergi menuju bandara untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang. 2. Pengambilan sampel dilakukan sepanjang hari, namun dalam analisis diasumsikan ke dalam satu waktu.

6 3. Waktu keberangkatan pesawat diambil pada waktu normal keberangkatan (keterlambatan akibat delay tidak diperhitungkan dalam analisis) 4. Dikarenakan keterbatasan dalam jumlah penerbangan internasional, maka responden dalam penelitian ini dibatasi kepada calon penumpang pesawat penerbangan domestik. F. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian yang hampir serupa dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian ini telah dilakukan. Penelitian yang membahas tentang analisis waktu keberangkatan dan pilihan moda yang digunakan di antaranya dilakukan oleh Hendrickson & Plank (1984), yang meneliti tentang fleksibilitas waktu keberangkatan untuk kasus perjalanan menuju kantor. Penelitian ini dilakukan dengan Logit Model dan menghasilkan beberapa kesimpulan, diantaranya bahwa pemilihan waktu keberangkatan menuju tempat kerja bersifat lebih elastis dibandingkan pemilihan moda transportasi yang akan digunakan. Fenomena tersebut akan berimplikasi pada perencanaan transportasi, diantaranya pergeseran waktu kemacetan dan perubahan demand angkutan umum. Penelitian yang berfokus pada pemodelan waktu keberangkatan dengan moda tertentu antara lain dilakukan oleh Irawan & Sumi (2012), yang memodelkan waktu keberangkatan pelajar menuju sekolah di Yogyakarta berkaitan dengan variasi cara penggunaan sepeda motor dan angkutan umum. Penelitian ini dilakukan dengan metode Random Disutility Minimizing (RDM) dengan luaran berupa distribusi waktu keberangkatan pelajar menuju sekolah hasil running model dan kenyataan sebenarnya di lapangan. Penelitian lain yang dianalisis dengan metode RDM dilakukan oleh Ramli, et al. (2009) yang menguji model perilaku keberangkatan masyarakat yang ingin bepergian menuju pusat kota (city centre activity) dan Ramli & Rahman (2011) yang memfokuskan pada model perilaku perjalanan komuter di area sub-urban. Kedua penelitian tersebut bertujuan membandingkan hasil luaran dari model dan hasil observasi di lapangan, namun terdapat perbedaan pendekatan dalam analisis yang dilakukan oleh keduanya. Jika penelitian oleh Ramli, et al. (2009)

7 melakukan pendekatan model dengan menganggap bahwa keseluruhan aktivitas di pusat kota terdiri dari 3 (tiga) tahapan utama, yaitu perjalanan menuju pusat kota, aktivitas di pusat kota, dan perjalanan kembali ke tempat tinggal, maka penelitian oleh Ramli & Rahman (2011) berfokus pada perilaku perjalanan komuter di wilayah sub-urban yang komponen penyusunnya terdiri dari disutility of earliness departure time from home dan disutility of lateness arrival time at work place. Penelitian tentang perilaku yang terkait dengan pemilihan moda transportasi diantaranya dilakukan oleh Zikri (2012), yang melakukan pendekatan dengan Metode Multinomial Logit terhadap pelaku perjalanan komuter di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menganalisis pemilihan moda masyarakat meliputi angkutan umum, sepeda motor, mobil pribadi, dan sepeda berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi biaya transportasi, jenis kelamin, dan tingkat pendapat responden. Hidayat (2012) menguji kasus pemilihan moda yang digunakan sebagai moda akses di bandara dengan pendekatan Binomial Logistic Model. Metode pendekatan ini memungkinkan dilakukannya komparasi utility antar moda yang digunakan, dengan variabel pemilihan diidentifikasi dari karakteristik pengguna (umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, dll.) Kedua penelitian di atas termasuk dalam kasus perjalanan jarak dekat. Contoh penelitian yang membahas tentang kasus perjalanan jarak jauh telah dilakukan oleh Rizki (2013), yang membahas tentang pemilihan moda transportasi antar 2 (dua) wilayah yang dilalui oleh beberapa trayek angkutan umum, dalam hal ini jalur Yogyakarta Jakarta yang bisa dicapai dengan pesawat terbang, kereta api, dan bus umum. Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan Multinomial Logistic Model dengan sasaran responden adalah mahasiswa asal Jakarta yang tengah belajar di Yogyakarta. Penelitian ini terfokus untuk mempelajari perilaku penumpang pesawat ketika melakukan perjalanan dari tempat tinggal menuju bandara, meliputi pola pergerakan dan pemilihan waktu kedatangannya, dalam hubungannya dengan moda transportasi yang dipilih. Waktu kedatangan akan dianalisis dengan analisis

8 korelasi untuk mencari hubungannya dengan berbagai hal yang menjadi ornamen perjalanan seperti jarak, waktu tempuh, dll. Analisis pemilihan moda akses dilakukan dengan Multinomial Logistic Model, untuk kasus perjalanan non-komuter jarak dekat, dimana variabel yang dianalisis meliputi komponen-komponen dari moda transportasi yang diteliti, seperti kecepatan, kenyamanan, biaya perjalanan, dll. Hasil running model akan dibandingkan dengan hasil observasi untuk kemudian dilakukan pembahasan mengenai hal-hal yang menjadi pembedanya. Pemodelan waktu keberangkatan dilakukan pada pilihan moda kereta api dengan Metode Random Disutility Minimizing, untuk kasus perjalanan nonkomuter. Kasus yang dimodelkan adalah pemilihan waktu keberangkatan menuju bandara dengan menggunakan moda kereta api. Dalam model ini dilibatkan dua jenis disutility meliputi disutility keberangkatan yang terlalu akhir dan disutility dari probabilitas keterlambatan kereta. Hasil model akan dibandingkan dengan data hasil observasi. Parameter-parameter yang selanjutnya dilibatkan dalam model akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan.