Saat ini ia seperti anjing liar. Sedih, tiada yang mau membantunya. Dingin.

dokumen-dokumen yang mirip
Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Yang Mencinta dalam Diam

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING


1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Angin senja terasa kencang berembus di antara

2. Gadis yang Dijodohkan

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

Kura-kura dan Sepasang Itik

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

AKU AKAN MATI HARI INI

László Hankó: Kebahagiaan Marina

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Belajar Memahami Drama

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita Sebuku Roti Penebus Dosa

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Kisah Dari Negeri Anggrek

Sepasang Sayap Malaikat

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang.

Tubuh-tubuh tanpa bayangan

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Chapter I. Saudaraku,

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

.satu. yang selalu mengirim surat

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Stupid Love. June 21 st, 2013

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Level 2 Pelajaran 12

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Loyalitas Tak Terbatas

SATU. Plak Srek.. Srek

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang.

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.2

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Transkripsi:

an memusnahkan bukti itu. Kalau situasi sudah begini, Tie Cheng Gang mati pun sudah tidak ada tempat lagi. Saat ini ia seperti anjing liar. Sedih, tiada yang mau membantunya. Dingin. Lapar. Bahkan kehidupan anjing liar mungkin lebih baik daripada dirinya. Ia membalik tubuh, menelentang, menatap langit. Bintang-bintang bertebaran di angkasa. Begitu terang. Begitu indah. Sinar bintang selalu memberi harapan. Tiba-tiba ia terpikir nama seseorang. Lao Bo! Satu-satunya orang yang bisa ia percaya di dunia ini dan memecahkan masalahnya hanya Lao Bo. Tidak ada yang lain! * Tempat itu sangat indah, rumput sangat hijau, pemandangan begitu mempesona. Berbaring di tepat itu siapa pun bisa melihat gunung yang hijau, awan yang bergerak perlahan, juga bisa melihat pemandangan kota yang indah di kaki gunung. Itulah sebuah kota tua. Kota itu sudah hancur sepuluh tahun yang lalu, tapi Wan Peng Wang memperbakinya dan menjadikannya hidup kembali. Berkat jasanya, kota itu sudah menjadi pusat perkumpulan Shi Er Fei Pang Bang dengan ketuanya Wan Peng Wang. Ia tinggal di kota itu. Orang-orang di dunia persilatan tidak ada yang berani sembarangan di sana, bahkan merusak sehelai rumput pun mereka tidak berani. Sekarang bunga-bunga berguguran dan rerumputan mulai menguning. Namun dua sejoli itu tidak perduli. Asalkan bisa berkumpul bersama hal lain mereka tidak perdulikan lagi. Walau bunga mekar atau layu, entah musim semi atau gugur, asalkan bisa

b e r s a m a mereka bahagia. Mereka masih muda dan saling mencinta. Yang lelaki berusia delapan belas, sang gadis berusia hampir sama, berbaring di pelukannya. Bagi mereka, angin begitu halus dan hujan begitu lembut. Wajah si gadis selalu tersenyum puas. Ia berterima kasih atas kehidupan yang begitu indah. Tapi bila ia melihat rumah kokoh di bawah gunung sana, keceriaannya seketika menghilang. Matanya dikabuti kesedihan. Si Gadis menghela nafas, Xiau Wu sebenarnya kau tidak boleh mencintaiku dan tidak boleh memperlakukanku begini baik. Tangan Xiau Wu lembut merapikan rambutnya, Kenapa? Karena aku tidak pantas menerimanya. Mata gadis itu mulai memerah dan air mata mengalir. Kau tahu, aku hanya seorang pelayan, tubuhku milik orang lain. Jika orang menyuruhku mati pun aku tidak bisa hidup lagi. Xiao Wu memeluknya erat. Dai Dai, janganlah kau berkata begitu. Hatimu adalah milikku, hatiku pun milikmu. Jangan takut. Ia memeluk begitu erat membuat si gadis luluh. Tapi air mata Dai Dai terus mengalir. Dengan sedih ia berkata, Aku tidak takut dengan yang lain, hanya kuatir hubungan kita diketahui orang lain. Ia sangat takut karena pernah melihat majikannya marah. Majikannya adalah Wan Peng Wang. Bila Wan Peng Wang marah, tidak seorang pun yang bisa menahannya. Gadis itu membalas pelukan Xiao Wu. Majikanku tidak akan mengijinkan kita bersama. Dia selalu bertindak kejam pada pelayan-pelayannya. Kalau dia

tahu Xiao Wu tiba-tiba menutup mulut Dai Dai dengan mulutnya, tidak mengijinkannya melanjutkan kata-kata. Tapi bibir Xiao Wu sendiri terasa dingin dan gemetar. Sesaat ia melepaskan gadisnya dan berkata, Aku tidak akan mengijinkan siapa pun memisahkan kita. Tidak pernah Ia menghentikan kata-katanya karena merasa tubuh Dai Dai tiba-tiba mengejang kaku. Ia segera membalik tubuh dan melihat Wan Peng Wang sudah berdiri di sana. Di mata setiap orang, Wan Peng Wang bagaikan dewa. Bila benar ada dewa, dewa itulah Wan Peng Wang. Orang ini tubuhnya seolah lebih besar dan tinggi daripada dewa. Wajahnya lebih berwibawa daripada dewa. Walau ia tidak bisa membuat petir, sekali tangannya mengayun bisa secepat angin dan sekeras petir. Xiao Wu adalah seorang pelajar, namun kungfunya lumayan lihai. Tapi begitu tangan Wan Peng Wang mengayun, ia tidak mampu menahan dan mengelakkannya. Ia hanya bisa mendengar suara tulang retak. Dalam keadaan separuh sadar ia mendengar tangis Dai Dai serta langkah suara Wan Peng Wang yang mendekati. Aku tahu kau adalah anak Wu Lao Dao, ia pernah bekerja padaku, kata Wan Peng Wang pada Xiou Wu, Hari ini aku tidak membunuhmu, tapi lain kali kalau berani datang kemari akan kubuh kau dengan cara ditarik lima ekor kuda. Bila Wan Peng Wang sudah berkata begitu, setiap orang pasti mempercayainya. Bila ia mengatakan akan membunuh dengan cara ditarik lima ekor kuda, ia tidak akan menggunakan cara lain untuk membunuh. Gotong dia pulang! Beritahu kepada Wu Lao Dao jika ingin anaknya selamat, jangan biarkan keluar rumah! Semenjak itu Wu Lao Dao tidak pernah mengijinkan anaknya keluar rumah karena ia sangat menyayangi anaknya. Tapi ia juga tidak sanggup melihat anaknya semakin hari semakin kurus dan

merana. Maka ia mendatangi Wan Peng Wang agar Dai Dai bisa menikah dengan anaknya. Jawaban yang ia dapat hanyalah sebuah gaplokan. Bila Wan Peng Wang menolak, ia hanya akan menolak satu kali saja karena tidak ada yang berani meminta untuk kedua kali. Saat panen musim gugur, nyawa Xiao Wu hampir berahir. Xiao Wu tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur dan tetap terjaga. Dalam jaganya, setiap hari ia seperti linglung terus menerus menyebut nama Dai Dai. Hati Wu Lao Dao serasa hancur mendengar tangis anaknya. Ia rela mengorbankan segalanya demi sang anak, tapi sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah melihat anaknya mati perlahan. Ia sendiri sudah tidak mau hidup lagi. Di saat itulah ia menerima sebuah undangan perayaan ulang tahun, datang dari temannya sejak kecil. Walau umurnya tidak jauh berbeda, tapi ia memanggilnya, Lao Bo. Hanya dua kata itu saja. Lao Bo, berarti Paman Bo, itu sudah menunjukkan betapa Wu Lao Dao sangat menghormati Lao Bo. Ia sangat benci pada dirinya karena tidak sedari kemarin teringat nama itu. Satu-satunya orang yang bisa menjadi dewa penolong anaknya hanyalah Lao Bo. Tidak ada yang lain! Lao Bo adalah Sun Yu Bo. * Dunia ini memang tidak adil dan banyak orang yang mengalami ketidakadilan itu. Untunglah selain Thian, masih ada orang bernama Sun Yu Bo. Walau kau sangat miskin tetapi manakala kau mengalami suatu ketidakadilan dan datang padanya, maka ia akan mengangap masalahmu sebagai masalahnya dan akan memikirkan cara untuk memecahkannya.

Sun Yu Bo tidak akan mengecewakan orang yang datang padanya. Kau tidak perlu membayar apa pun, semua pasti akan ditolongnya, entah ia teman atau bukan, miskin atau kaya, ia tetap akan membantumu. Karena, ia senang menegakkan keadilan dan membenci segala ketidakadilan seperti petani membenci hama. Walau ia tidak menerima bayaran, secara tidak sengaja orang-orang sudah memberi sesuatu kepadanya. Bayaran itu berupa penghormatan dan persahabatan. Karena itu pula mereka memanggilnya Lao Bo, Paman Bo. Dan ia bangga dengan panggilan itu. * Ia memang senang membantu orang seperti ia menyukai bunga yang bermekaran. Karenanya tidaklah mengherankan jika tempat tinggal Lao Bo bagai sebuah kota bunga. Di setiap musim berbeda pasti ada jenis bunga yang berbeda keindahan dan berbeda waktu mekarnya. Dan Lao Bo selalu berada di tempat di mana bunga mekar sedang indah-indahnya. Bunga yang paling banyak mekar saat ini adalah chrysan, maka Lao Bo pun berada di sana sambil menjamu para tamunya. Tamu-tamu Lao Bo datang dari berbagai daerah dan wilayah, membawa berbagai macam bingkisan, mulai dari yang mahal hingga buah dan sayuran, atau hanya sekedar membawa diri dan perasaan hati yang tulus. Lao Bo menganggap mereka sama, ia tetap akan melayani setiap tamunya dengan cara yang sama. Terutama pada hari ini, ia lebih ramah daripada biasanya karena hari ini istimewa. Inilah hari ulang tahunnya. Sebenarnya tubuh Lao Bo tidak tinggi, tapi orang-orang bilang tubuh Sun Yu Bo terlihat paling tinggi.wajahnya selalu tersenyum, tapi keramahannya tidak mengurangi wibawanya. Semua orang tetap menghormatinya. Di samping Lao Bo berdiri Sun Jian yang lebih muda. Jelas terlihat mereka lebih menghormati Sun Yu Bo daripada Sun Jian. Sun Jian bertubuh tidak begitu tinggi, tapi dari keseluruhan posturnya seperti

mengandung tenaga besar yang tidak ada habisnya Sun Jian adalah putra Lao Bo. Seperti ayahnya, ia juga senang menolong orang. Ia sering melepas bajunya buat membantu siapa pun. Tapi orang selalu menganggap ia tidak seperti ayahnya. Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara, setiap saat dapat meledak. Sifat seperti itu sering membuatnya salah langkah. Karena itu juga ia sering kehilangan teman. Orang lain bukan tidak mau mendekatinya, melainkan takut pada sifatnya itu. Tapi kaum perempua adalah pengecualian. Walau perempuan takut padanya, tapi sulit menolak daya tariknya. Banyak perempuan rela mengikutinya. Sekarang Sun Jian berdiri di luar taman chrysan menemani ayahnya menyambut tamu. Ia kesal karena sudah lama berdiri di sana. Untungnya sekarang sudah waktunya makan dan sudah cukup banyak tetamu yang hadir. Di antara para tetamu ada yang ia kenal, tapi banyak juga yang tidak ia kenal. Salah seorang di antaranya adalah pemuda yang mengenakan pakain sederhana dan berwajah dingin. Pemuda itu datang membawa bingkisan yang tidak terlalu mahal juga tidak terlalu murah. Namun ayah dan anak Sun tidak mengenalnya. Tentu hal ini tidak masalah karena mereka senang berteman. Pintu rumah Lao Bo selalu terbuka untuk semua orang. Asal kau datang, Lao Bo pasti senang. Apalagi pemuda asing itu terlihat menyenangkan. Ayah dan anak Sun sangat senang menyambutnya. Sun Jian juga suka berteman. Karenanya ia sengaja melihat kartu nama yang tertera pada bingkisan yang dibawa pemuda itu. Namanya Chen Zhi Ming. Nama yang sangat biasa. Mata Sun Yu Bo sangat awas dalam mengenali bakat dan perbawa seseorang, segera ia bisiki anaknya, Apa kau pernah mendengar nama ini? Tidak, balas berbisik Sun Jian. Sun Yu Bo mengerut dahi. Dua tahun belakangan ini kau senang berkelana, masakah tidak mengetahui nama ini?

Kemungkinan nasibnya kurang mujur, jadi namanya tidak dikenal. Sun Yu Bo berfikir sebentar kemudian katanya, Nanti kau harus tanya Lu Xiang Chuan, mungkin ia tahu siapa pemuda ini. Baiklah, jawab Sun Jian. Walau Sun Jian berjanji untuk bertanya, namun ia tidak sempat menanyakannya ke Lu Xiang Chuan karena tamu yang berdatangan semakin banyak dan ia segera melupakan kejadian tadi. Seandainya Sun Jian tidak lupa pun belum tentu ia akan bertanya ke Lu Xiang Chuan. Ia menganggap Lu Xiang Chuan kebanci-bancian dan ia tidak suka lelaki seperti itu. Seandainya ia mengikuti nasihat ayahnya guna mencari tahu siapa pemuda itu, mungkin banyak hal yang akan membuat darah bergolak dan air mata mengalir bisa dicegah. Sebetulnya pemuda itu bukan bernama Chen Zhi Ming, ia datang ke tempat itu hanya untuk membunuh orang, dan orang yang ingin ia bunuh adalah Sun Yu Bo. Nama asli Chen Zhi Ming adalah Meng Xin Hun. 6. Han Tang Bila Sun Jian sempat bertanya kepada Lu Xiang Chuan, ia pasti akan menyelidiki pemuda itu. Jika tidak berhasil, ia tidak akan puas begitu saja dan akan terus mencari hingga menemukan jawaban. Lu Xiang Chuan sebenarnya tidak seperti perempuan, tapi ia seorang yang teliti, sedemikian teliti dan hati-hatinya sehingga melebihi perempuan. Lu Xiang Chuan dan Sun Jian memiliki sifat yang bertolak belakang, wajah mereka pun berbeda. Sun Jian berwajah gagah, beralis tebal, bermata besar, berkulit coklat terbakar matahari. Saat ia memelototi dirimu maka kau tidak akan bisa mengalihkan pandanganmu kepada orang lain dan tidak akan punya kekuatan untuk memandang yang lain. Lu Xiang Chuan berwajah pucat, terlihat sangat terpelajar, terkadang musuh meremehkannya, menganggap ia tidak bisa apa-apa. Dan ini merupakan kesalahan sederhana yang bisa berakibat fatal.

Lu Xiang Chuan adalah tangan kanan Sun Yu Bo. Ia pesilat tangguh yang tidak memerlukan pedang, golok, pisau, atau parang, karena ia menggunakan senjata rahasia. Seseorang yang di balik tubuhnya penuh dengan senjata rahasia tentu tidak memerlukan senjata lain. Senjata rahasianya sangat menakutkan, mungkin di dunia ini tidak ada yang bisa menandinginya. Ia bisa mengeluarkan senjata rahasinya kapan pun ia mau. * Sun Yu Bo melihat labu dan anggur di dalam keranjang. Ia tahu Zhang Lao Tou sudah datang. Dalam setahun Zhang Lao Tou rajin bekerja, jarang memiliki waktu luang, jarang menikmati hidup. Hanya saat berkunjung ke tempat Lao Bo ia bisa bersenang-senang, menikmati makanan dan hiburan yang tidak pernah ia nikmati di tempat lain. Karena itu setiap kali Zhang Lao Tou datang pasti terlihat riang. Tapi kali ini ia datang dengan air mata bercucuran. Dengan kasih sayang Lao Bo membawa Zhang Lao Tou ke perpustakaan, memberinya secangkir arak dan pipa rokok agar Zhang Lao Tou bisa lebih tenang. Ruang itu hening dan kedap suara dengan privasi tinggi, siapa pun yang bercakap di dalamnya tidak akan terdengar orang lain. Akhirnya Zhang Lao Tou menceritakan kemalangan putrinya yang diperkosa Jian bersaudara. Setelah mendengar cerita itu Lao Bo marah hingga wajahnya kehijauan. Walau Sun Yu Bo tidak menjanjikan apa pun, tapi Zhang Lao Tou tahu ia pasti akan menyelesaikan masalah dan menghukum dua binatang itu dengan adil. Sewaktu Zhang Lao Tou meninggalkan perpustakaan, hatinya tenang dan sangat berterima kasih. Demikian pula halnya dengan Fang You Ping yang menceritakan hubungan istrinya dengan Mao Wei, juga Wu Lao Dou yang mengadukan nasib anaknya, Xiao Wu. Kemudian ada pula beberapa tetamu yang meminjam uang dan permasalahan

lain. Mereka pulang dengan puas. Siapa pun yang meminta keadilan pada Lao Bo pasti tidak akan kecewa. * Setelah para tetamu yang berkeluh kesah pergi, Lao Bo memangil Lu Xiang Chuan. Lu Xiang Chuan tahu Sun Yu Bo akan memberi tugas padanya. Perintan Sun Yu Bo biasanya sangat sederhana. Lao Bo mengusulkan agar dalam tiga hari sudah ada yang mendatangi rumah Qu Xing Song guna mencari Jiang bersaudara dan memberi pelajaran pada keduanya. Tidak usah sampai mencabut nyawa, tapi cukup agar mereka terkapar selama tiga bulan. Lu Xiang Chuan setelah berpikir lalu berkata, Bagaimana kalau menugaskan Wei Hu dan Wei Bao? Mereka sangat berpengalaman mengurus hal ini. Sun Yu Bo mengangguk. Kemudian ia beralih pada kasus Fang You Ping. Setelah menjelaskan permasalahannya, Lao Bo berkata, Mao Wei harus dihadapi langsung oleh Sun Jian. Lu Xiang Chuan tertawa, ia sudah mengetahui maksud Lao Bo. Jika ia menyuruh putranya menghadapi seseorang, berarti kiamat bagi orang itu. Sun Yu Bo berlanjut pada permasalahan Xiao Wu. Sebaiknya yang menyelesaikan masalah ini kau sendiri. Wan Peng Wang orang yang sangat menyusahkan, kuharap kau pulang membawa anak gadis bernama Dai Dai itu. Lao Bo hanya memerintah, tidak menjelaskan. Ia menyuruhmu melaksanakan perintahnya dan tidak boleh gagal. Bagaimana kau melakukan dan dengan cara apa menyelesaikannya itulah urusanmu sendiri. Lu Xiang Chuan tahu tugas ini sangat sulit, namun wajahnya tidak menampakkan kesusahan. Semua orang tahu, demi Lao Bo, Lu Xiang Chuan mau melakukan apa pun. Lao Bo memberi tugas yang paling sulit padanya, artinya Lao Bo mempercayainya. Memikirkan hal ini Lu Xiang Chuan tersenyum sendiri. Lao Bo seperti bisa membaca isi hatinya, ia menepuk pundak Lu Xiang Chuan. Kau anak baik, kuharap kau adalah anak lelakiku sendiri.

Lu Xiang Chuan menahan gejolak hatinya. Setelah pembagian tugas selesai, akhirnya Lu Xiang Chuan berkata, Han Tang sudah datang, ia sudah lama menunggu di luar. Ia ingin berpamitan pada Tuan. Mendengar nama Han Tang wajah Lao Bo seketika membeku. Seharusnya ia jangan datang. Lu Xiang Chuan tidak berkata apa-apa karena ia tidak tahu Han Tang orang macam apa. Lu Xiang Chuan jarang bertemu Han Tang, namun kala bertemu ia hanya bisa bergidik ngeri. Mengapa bisa begitu, Lu Xiang Chuan sendiri tidak memahami. Han Tang tidak galak tapi sopan, matanya selalu memancar dingin. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Ia sendiri tidak mau dekat dengan orang lain. Bila ada yang mendekatinya, ia segera menjauh. Di depan Lao Bo pun Han Tang jarang membuka mulut. Sepertinya, ia hanya menggunakan isyarat untuk mengutarakan maksudnya. Lu Xiang Chuan melihat di antara Han Tang dan Lao Bo seperti tidak ada persahabatan, hanya rasa hormat. Akhirnya Lao Bo menghela nafas. Jika ia sudah datang, persilahkan masuk. Begitu Han Tang memasuki perpustakaan, ia langsung berlutut, mencium kaki Lao Bo. Kelakuan ini sungguh berlebihan, membuat orang tertawa. Namun bila yang melakukan Han Tang, tidak seorang pun yang tertawa. Walau ia melakukan sesuatu yang lucu, orang tidak akan tertawa. Karena ia adalah Han Tang. Dan Han Tang selalu mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. Kesungguhannya membuat orang ikut terpengaruh, malah terkadang takut.

Sun Yu Bo menerima penghormatan itu tanpa basa-basi. Hal ini jarang terjadi. Selamanya Lao Bo tidak mau ada yang berlutut untuknya. Lu Xiang Chuan tidak mengerti mengapa Han Tang merupakan pengecualian. Kau baik-baik saja? tanya Lao Bo. Ya. jawab Han Tang. Apa sudah punya kekasih? tanya Lao Bo lagi. Belum. Kau harus mencari perempuan. Aku tidak percaya perempuan. Lao Bo tergelak. Terlalu percaya perempuan tidak baik, tidak percaya perempuan pun tidak baik. Perempuan bisa menyenangkan lelaki. Perempuan juga bisa membuat lelaki gila, jawab Han Tang. Kau sudah melihat si cantik Xiao Fang? Ia tidak melihatku. Lao Bo mengangguk seperti menyetujui pernyataan itu. Han Tang tiba-tiba berkata, Walau melihatku, ia pasti tidak mengenaliku. Setelah menyatakan itu matanya yang dingin sedikit terlihat ekspresi, seperti menertawakan sesuatu. Lu Xiang Chuan tidak pernah melihat ekspresi itu di mata orang lain. Kau boleh pergi, kata Lao Bo, tahun depan tidak perlu kemari. Aku sudah mengerti isi hatimu. Han Tang menunduk, setelah lama baru berkata, Tahun depan aku tetap akan datang. Tiap tahun aku hanya keluar sekali. Di dalam hati Lao Bo merasa kasihan padanya, tapi ia tidak menunjukkan itu. Hanya Lao Bo yang mengerti kesulitan Han Tang. Namun Lao Bo tidak mau membantunya, ia juga tidak dapat membantunya. Karena itukah Lao Bo enggan bertemu Han Tang? Han Tang sudah membalik tubuh, siap beranjak keluar ruangan. Lu Xiang Chuan tidak tahan berseru penuh simpati, Kamarku kosong, tidak ada orang lain, bila kau mau, bisa tinggal sehari dua hari buat mengobrol denganku. Han Tang menggeleng kepala, langsung keluar.

Lu Xiang Chuan tiba-tiba merasa Lao Bo menatap tidak senang padanya. Setelah Han Tang berlalu, Lao Bo baru bertanya, Kau kasihan padanya? Lu Xiang Chuan menunduk kepala, menganguk. Bila kau merasa kasihan pada orang, itulah suatu kebaikan. Tapi, jangan kau merasa kasihan padanya. Lu Xiang Chuan ingin bertanya tapi tidak berani. Akhirnya Lao Bo sendiri yang menjelaskan, Bila kau kasihan padanya, dia bisa gila. Lu Xiang Chuan tidak mengerti. Lao Bo menarik nafas. Sebenarnya dari dulu dia sudah gila dan sebenarnya dia sudah mati. Tapi sekarang dia masih bertahan hidup karena dia merasa semua orang tidak ada yang baik padanya. Karena itu, jangan berbaik padanya! Lu Xiang Chuan tetap tidak mengerti, akhirnya bertanya, Sebenarnya dia macam apa? Apa pula yang sudah dia lakukan? Wajah Lao Bo terlihat gusar. Kau tidak perlu tahu dia macam apa! Banyak hal yang tidak perlu kau ketahui! Lu Xiang Chuan menunduk dan berkata, Ya. Lao Bo akhirnya menarik nafas. Biarlah kuberitahu sedikit. Dia sudah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang, juga tidak akan ada orang lagi yang akan melakukannya. Memangnya apa yang sudah dilakukan Han Tang? Lu Xiang Chuan masih menunduk kepala. Saat ia keluar ruangan, tiba-tiba terjadi keributan besar. Banyak orang berteriak. * Yang membuat heboh ternyata Tie Cheng Gang. Ia terlihat sangat menakutkan. Sekujur tubuhnya penuh luka, rambutnya habis terbakar, wajahnya hangus hingga berubah bentuk, matanya merah seperti darah, bibirnya kering dan pecah seperti padang tandus. Ia menerobos masuk layaknya binatang liar yang dikejar pemburu. Dari

tenggorokannya keluar suara terengah dan berteriak. Hampir tidak ada yang bisa menangkapnya, padahal yang ia teriakkan hanya satu nama: Lao Bo. Ketika itu Sun Jian sedang mengobrol dengan seorang perempuan. Ia tidak tahu siapa perempuan itu, yang pasti perempuan itu bukan istri orang dan bukan perempuan baik-baik. Saat itulah ia melihat Tie Cheng Gang. Ia sudah lama mengenal Tie Cheng Gang, namun sekarang ia hampir tidak mengenalinya. Sun Jian mendekati Tie Cheng Gang kemudian memapahnya ke dalam. Kenapa kau seperti ini? tanya Sun Jian sambil mengayun tangan meminta arak. Setelah arak datang ia meminumkannya pada Tie Cheng Gang. Sekarang Tie Cheng Gang sedikit tenang, namun masih belum bisa bicara. Sorot matanya sangat ketakutan. Tidak perlu takut, kata Sun Jian, Bila sudah di sini, kau tidak perlu takut. Tidak akan ada yang berani melukaimu lagi! Belum habis ucapannya, tiba-tiba terdengar orang berkata, Kalimat terahir itu tidak boleh diucapkan! Yang bicara adalah Yi Qiang. Ternyata Huang Shan San You sudah mengejar Tie Cheng Gang hingga ke sini. Kenapa tidak boleh? tanya Sun Jian. Mungkin kau belum tahu, ia seorang pembunuh. Yang dibunuh adalah pamannya sendiri, kata Yi Qiang. Aku hanya tahu ia adalah temanku, kata Sun Jian gusar, Sekarang ia terluka dan kutahu ia percaya padaku, karenanya datang ke sini. Tiada seorang pun yang bisa membawanya dari sini. Yi Qiang marah. Suruh ayahmu ke luar, kami ingin bicara dengannya. Urat dahi Sun Jian seketika menonjol. Omongan ayah akan sama denganku. Siapa pun tidak ada yang bisa membawanya dari sini! Kau sangat lancang! Ayahmu pun tidak berani sembarangan dengan kami! Tiba-tiba terdengar jawaban, Kau salah! Ia lancang karena itulah sifat turunan. Bahkan ayahnya lebih lancang lagi! Kata-kata itu terdengar sangat tenang, berwibawa. Yi Qiang bertanya, Bagaimana kau tahu

Aku pasti tahu, karena aku ayahnya. Yi Qiang melengak. Ia hanya pernah mendengar nama Lao Bo, tapi belum pernah bertemu dengannya. Yi Yun ikut bicara, Mungkin Tuan Sun tidak mengenal kami, maka bicara begitu. Andai pun kukenal kalian, kata Sun Yu Bo, perkataanku sama saja! Yi Qiang marah sekali. Sudah lama kudengar bahwa Sun Yu Bo orang yang sangat adil, kenapa hari ini melindungi seorang pembunuh? Seandainya ia pembunuh pun kita harus menunggu lukanya sembuh, baru bertanya, kata Sun Yu Bo, Apalagi, tidak ada yang bisa membuktikan bahwa ia pembunuh. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, apa itu tidak cukup? tanya Yi Yun. Sun Yu Bo menanggapi, Kalian melihat sendiri, tapi aku tidak melihatnya. Aku hanya tahu bila ia seorang pembunuh, ia tidak akan berani menemuiku. Memang tidak ada yang berani menipu Lao Bo. Jika ada yang berani tidak jujur pada Lao Bo, sama dengan mencari kubur sendiri. Yi Yun berteriak, Apakah kata-kata Huang Shan San You kau tidak percaya? Huang Shan San You manusia, Tie Cheng Gang juga manusia. Semua orang punya hak bicara. Sekarang aku mau dengar apa yang ingin ia katakan. Sekuat tenaga Tie Cheng Gang berteriak, Mereka adalah pembunuh, aku punya buktinya. Mereka tahu aku memiliki bukti itu, karenanya mereka ingin melenyapkanku. Mana buktinya? tanya Sun Yu Bo. Tie Cheng Gang dengan payah berusaha duduk, dari pakaiannya ia keluarkan sepasang tangan yang sudah kering. Melihat sepasang tangan itu wajah Huang Shan San You berubah. Yi Shi berteriak, Pembunuh ini harus mati, tidak perlu banyak bicara lagi, bunuh dia! Pedangnya lebih cepat daripada suaranya, secepat kilat menusuk tenggorokan Sun Yu Bo. Pedang Yi Qiang dan Yi Yun pun tidak kalah cepat, yang mereka arah adalah Tie Cheng Gang dan Sun Jian. Lao Bo tidak bergerak. Jari-jarinya pun tidak bergerak. Semua orang merasa marah dan berlari ke arah Sun Yu Bo untuk melindungi.

Saat pedang Yi Shi baru menusuk, ia sudah terjatuh dan tersungkur. Tangannya yang memegang pedang sudah penuh dengan paku. Paku-paku itu senjata rahasia. Yi Shi tidak melihat senjata rahasia itu datang dari mana. Ia hanya melihat seorang pemuda terpelajar berdiri di belakang Sun Yu Bo mengayun lengan perlahan. Tiba-tiba, senjata rahasia telah menusuk tangannya. Rasa sakit tidak ia rasakan karena tiba-tiba mati rasa. Di sat itu Sun Jian mengamuk seperti singa, ia menerkam Yi Qiang. Ia tidak perduli kalau Yi Qiang masih memegang pedang yang bisa mencabut nyawanya. Bila ia sedang marah, walau ada bahaya di depan mata, ia tetap akan menerjang musuhnya. Yi Qiang tidak pernah berpikir di dunia ini ada orang semacam ini. Saat ia terkejut, pedangnya sudah dicengkram sebuah tangan. Itulah sebuah tangan yang hidup. Hanya terdengar suara krek! Dan pedang yang terbuat dari baja murni itu putus menjadi dua. Dari tangan Sun Jian mengalir darah merah. Bagi Sun Jian, darah yang tumpah tidak menakutkannya. Baginya, asalkan bisa mengalahkan lawan, apa pun ia tidak perduli Yin Yun yang berada di sisi Yi Qiang turut terkejut, gerakannya sedikit melambat. Di saat itulah datang berkelebat seseorang memasuki arena pertempuran. Begitu cepat, tidak ada yang bisa melihat, yang terlihat hanyalah lelaki itu mengenakan jubah kelabu. Walau tidak jelas sosoknya, setiap orang jelas mendengar ucapannya, Siapa yang tidak hormat pada Lao Bo harus mati! Mengucapkan kata-kata itu tidak membutuhkan waktu yang panjang. Begitu selesai ucapannya, Huang Shan San You sudah menjadi tiga mayat. Ketiga biksu itu dalam waktu bersamaan sudah putus nyawa. * Tidak ada yang bisa melihat jelas kejadian tadi. Namun jika diputar dalam adegan lamban kurang lebih terlihat begini:

Ketika lelaki berjubah kelabu itu menerjang, belati yang dipegang di tangan kirinya sudah menusuk ketiak Yi Qiang. Begitu berhasil menusuk, tangannya melepaskan belati. Segera terdengar suara kepalan tangan memukul hidung Yi Shi, tangan kanannya pun mencekal ikat pinggang Yi Yun. Yi Yun sangat terkejut dan mengayunkan pedangnya. Pedang belum sempat diayunkan, namun orangnya sudah terlempar. Kepalanya remuk membentur batu. Semua orang bisa mendengar suara tengkorak yang retak. Sewaktu tangan kanannya melempar Yi Yun, ia segera melumuri wajahnya dengan tangan kiri yang telah bersimbah darah Yi Shi, hingga orang sulit mengenalinya. Sebenarnya ia tidak perlu melakukan itu, karena semua orang dalam keadaan terkejut, tidak sempat memperhatikan wajahnya. Yang datang ke tempat itu tokoh-tokoh dunia persilatan. Namun mereka tetap terkejut dengan tindakan tadi. Membunuh dua hingga tiga orang bagi kaum persilatan bukan hal yang aneh, yang menakutkan justeru cara lelaki jubah kelabu itu membunuhnya. Cepat. Tepat. Kejam. Sangat telengas. Tidak seorang pun yang pernah melihat cara membunuh secepat, setepat, sekejam, dan setelengas itu. Sebelum kejut orang-orang hilang, lelaki jubah kelabu sudah pergi entah kemana. * Sepasang tangan kering dan keriput akhirnya dengan paksa berhasil direntang. Itulah sepasang tangan yang dibawa Tie Cheng Gang. Barang yang digengam erat ternyata separuh pita kuning serta secarik kain biru yang terdapat kancing berwarna kuning. Pita pedang itu dengan pita pedang Huang Shan San You sama. Perca kain dengan pakaian mereka pun sama. Namun bukti itu tidak penting. Pokoknya, mereka sudah tidak sopan kepada Lao Bo. Karenanya, Huang Shan San You harus mati!

Kata-kata itu pasti disetujui semua orang. Kata-kata itu pun tidak akan dilupakan semua orang, termasuk Meng Xing Hun. Ketika Huang Shan San You tewas, Meng Xing Hun sudah meninggalkan taman crysan itu. Ia tidak perlu ada di sana lagi karena sudah cukup melihat dan mendengar. Ia pun sekarang cukup tahu kekuatan Lao Bo: seorang putra, seorang tangan kanan, lelaki jubah kelabu, dan entah apa lagi? Profesinya adalah pembunuh. Tugasnya membunuh orang. Langkah pertama yang harus dilakukan seorang pembunuh bayaran adalah mengetahui kekuatan target sasarannya. Itulah yang terpenting, hal lain bisa menunggu lain hari. Ia tidak tergesa. Batas waktu yang diberikan Kakak Gao masih 113 hari lagi. * Sun Jian paling benci pada orang yang kerjanya tidak tegas, pun ia tidak suka mengulur-ulur waktu. Dalam mengerjakan segala sesuatu, ia lebih menyukai cara langsung, tepat menuju sasaran, dan tidak mau dihalangi sebelum mencapai tujuan. Ketika Lao Bo menyuruhnya mencari Mao Wei, tanpa banyak kata ia langsung menuju rumah Mao Wei. Mao Wei sedang duduk di ruang tamu, minum-minum ditemani anak-anak buahnya. Ketika itulah penjaga pintu menghantarkan kertas putih yang bertuliskan dua huruf sangat besar: Sun Jian. Mao Wei mengerut alis. Siapa pernah dengar nama ini? 7. Sun Jian Sepertinya dia anak Sun Yu Bo, jawab salah seorang anak buahnya. Maksudmu Sun Yu Bo yang biasa dipangil Lao Bo itu? Benar, ia senang dipanggil Lao Bo. Ada apa anaknya mencariku? Kata orang, Lao Bo senang berteman. Mungkin dia datang buat berteman dengan Tuan. Sesungguhnya anak buah Mao Wei tahu mengapa Sun Jian datang, mereka

hanya memilih kata-kata yang enak didengar majikannya. Mao Wei tertawa. Kalau begitu, persilahkan masuk. Sun Jian tidak perlu dipersilahkan masuk, ia sudah masuk sendiri sebab tidak suka menunggu terlalu lama di luar. Mereka yang melarangnya sudah terkapar dan tidak dapat bangun. Mao Wei berdiri dan memelototinya. Sun Jian tidak berlari, juga tidak melompat, namun hanya dengan dua tiga langkah ia telah berada di hadapan Mao Wei. Tidak ada yang bisa melukiskan kecepatan geraknya. Mao Wei mulai takut. Apa Tuan yang bernama Sun? Sun Jian hanya mengangguk, balik bertanya, Dan kau adalah Mao Wei? Apa maksud Tuan ke sini? tanya Mao Wei. Apa kau mengenal istri Fang You Ping? Sun Jian balas bertanya, Benarkah kau berhubungan gelap dengannya? Pertanyaannya cekak aos, langsung ke permasalahan, membuat wajah Mao Wei seketika berubah. Anak buahnya pun sudah berada di dekatnya. Satu di antaranya yang berwajah bopeng mendekati Sun Jian, bermaksud mendorong dada putra Lao Bo itu. Sun Jian membentak, Kau berani?! Bila Sun Jian marah dari tubuhnya memancar tenaga yang sulit ditakar kekuatannya. Tangan si Bopeng segera ditarik kembali. Menjadi tukang pukul memang tidak mudah, harus siap menjual nyawa demi majikan. Beberapa tahun belakangan Mao Wei semakin terkenal, sehingga si Bopeng jarang mengeluarkan tenaga guna menjalankan tugas. Sudah beberapa tahun ini si Bopeng keenakan hidup, ia tidak ingin kehilangan pekerjaan. Segera ia mengepal tangan memukul dada Sun Jian. Sun Jian tiba-tiba memegang pergelangannya, membalikan telapaknya, dan seketika memukul punggungnya. Si Bopeng berteriak. Bersamaan dengan teriakan si Bopeng, terdengar tulang retak. Begitu ia roboh, tubuhnya langsung lemas seperti lumpuh. Sun Jian melakukannya dengan tuntas, ia tidak ingin terlalu banyak berurusan dengan kroco seperti ini.

Anak buah yang tadi bersama-sama si Bopeng garang mengurung Sun Jian, sekarang tidak ada yang berani menyerang. Mereka sadar, melaksanakan tugas memang penting, tapi kalau harus menyerahkan nyawa begitu saja, mereka harus berpikir ulang. Sun Jian enggan berurusan dengan mereka. Ia terus memelototi Mao Wei. Pertanyaanku tadi sudah kau dengar? Wajah Mao Wei sudah merah dan nadi di leher sudah merongkol keluar. Apa hubungannya denganmu? tanyanya. Sekali tangan Sun Jian mengayun langsung menghajar rusuk Mao Wei. Ini bukan jurus yang istimewa, tapi sangat cepat dan tepat, sama sekali tidak memberi kesempatan Mao Wei mengelak. Teriakan Mao Wei lebih histeris daripada si Bopeng. Sudah puluhan tahun ia tidak kena pukul orang. Kali ini kau beruntung, tidak kupukul wajahmu. Lain kali, aku tidak akan sungkan lagi. Wajah Mao Wei sudah mengerut kejang menahan sakit, tapi ia masih berusaha mengangguk. Sekarang aku bertanya, dan kau harus jawab sejujurnya, mengerti? tanya Sun Jian sambil menjambak baju di dada Mao Wei. Ia memelototinya dengan tajam. Mao Wei hanya bisa mengangguk. Betulkah kau menggoda istri Fang You Ping? Mao Wei mengganguk lagi. Apa kau masih ingin berselingkuh dengannya? Mao Wei menggeleng kepala. Tiba-tiba dari tenggorokkannya keluar teriakan bercampur erangan, Perempuan itu anjing betina, dia pelacur! Sun Jian melihat Mao Wei begitu marah. Sudah tentu kelak ia tidak akan berselingkuh lagi dengan perempuan itu. Mao Wei pasti menilai bahwa siksaan yang ia terima saat ini gara-gara perempuan itu. Mao Wei, seperti kebanyakan orang yang bersalah, saat mengalami masalah cenderung menyalahkan orang lain. Ia sama sekali tidak merasa bersalah dan tidak mau disalahkan.

Sun Jian merasa sangat puas. Baiklah, bila kau berjanji tidak akan berselingkuh lagi dengannya, umurmu lebih panjang. Mao Wei menarik nafas, mengira urusan selesai. Ternyata Sun Jian masih berkata, Kelak bila perempuan itu berselingkuh lagi dengan orang lain, aku tetap akan mencarimu. Mao Wei terkejut. Ia langsung protes, Perempuan itu sudah terlahir sebagai pelacur, mana bisa kuawasi dia? Kupikir kau pasti punya cara yang baik, dingin jawaban Sun Jian. Sesat Mao Wei tertegun, akhirnya berkata, Baiklah, aku mengerti! Pertama kali Mao Wei melihat senyum di wajah Sun Jian saat ia berkata, Betul, perempuan itu memang sudah ditakdirkan sebagai pelacur, kapan pun ia bisa berselingkuh lagi. Kau sudah mempunyai cara. Bila dijalankan, semakin cepat semakin baik. Aku tahu, kata Mao Wei patuh. Tiba-tiba tangan Sun Jian kembali bergerak, kali ini menghantam tepat ulu hati Mao Wei. Mao Wei langsung terbungkuk. Sayur dan arak yang tadi dimakannya tumpah semua. Wajah Sun Jian tetap tersenyum. Ini bukan untuk memberi pelajaran, melainkan hanya kenang-kenangan saja. Sekali Sun Jian memukul orang, sekurangnya setengah bulan tidak bisa bangun. Barusan ia bilang, itu bukan pukulan sesunguhnya, membuat Mao Wei tertawa tidak menangis pun tidak. Tapi ia tahu, setiap kata Sun Jian harus didengar! Sun Jian mendekati meja dan menghabiskan arak yang tersisa. Seketika ia mengerut dahi. Dasar Orang Kaya Baru, tidak bisa membedakan arak bagus atau jelek, mana bisa membedakan perempuan baik atau tidak? Mao Wei menanggapi. Walau perempuan itu pelacur, tapi sungguh perempuan yang menarik. Bagaimana dengan istri-istrimu? Mereka tidak dapat menandinginya. Sun Jian memelototi Mao Wei, kemudian mengeleng-geleng kepala. Aku tidak

percaya kata-katamu. Arak saja tidak bisa kau bedakan, apalagi perempuan! Belum habis perkataannya, ia sudah berkelebat masuk ke bagian dalam rumah karena melihat di balik tirai banyak perempuan yang mengintip. Begitu masuk ke dalam, Sun Jian langsung memilih yang tercantik dan membopongnya. Perempuan itu sangat terkejut, tidak berani bergerak. Mao Wei pun terkejut. Kau apa yang kau lakukan? Tidak melakukan apa-apa, hanya melakukan yang biasa kau lakukan, jawab Sun Jian. Dengan sebelah tangan ia membopong perempuan itu, sebelah tangan lainnya menarik Mao Wei dan membentak, Hayo, antar aku keluar. Ia tidak ingin di tengah jalan bercapai lelah menghadapi para pengawal Mao Wei. Bukannya takut, hanya malas direpotkan saja. Terpaksa Mao Wei mengantarkannya keluar. Air matanya hampir menetes. Asal kau mau melepaskan Feng Jian, akan kuberi kau 1.000 tail emas. Sun Jian mengedip mata sambil menepuk pantat perempuan yang digendongnya. Apa harga Feng ini begitu mahal? Mao Wei tidak menjawab. Apa kau menyukainya? Tetap tidak menjawab. Sun Jian tertawa. Lain kali kalau kau ingin berselingkuh dengan istri orang, kau pikir dulu istri sendiri. * Seekor kuda tinggi besar berada di depan pintu. Itulah kuda yang sangat bagus. Begitu Sun Jian keluar pintu, ia langsung meloncat ke atas kuda, tidak memberi kesempatan Mao Wei bertindak. Itulah pelajaran yang diberikan Sun Jian. Sun Jian tidak banyak bicara, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya sulit dilupakan. Kuda sudah menempuh jarak puluhan kilometer, perempuan yang berada di pundak Sun Jian tiba-tiba tertawa. Sun Jian turut tertawa. Tanyanya, Kau tidak pingsan?

Feng Jian tetap tertawa. Aku? Tidak! Sebenarnya sudah sedari tadi kuingin mengikutimu pergi. Kenapa? Karena kau lelaki jantan, kusangat tertarik padamu. Apa perlakukan Mao Wei baik padamu? Ia punya banyak uang, sangat pelit, tapi cukup baik padaku. Kalau tidak, mana mau ia mengeluarkan 1.000 tail emas? Sun Jian mengangguk, tidak bicara lagi. Feng Jian justeru berkata, Aku di punggungmu, sungguh tidak nyaman, lebih baik turunkan aku. Aku ingin duduk di pangkuanmu. Sun Jian menggeleng-geleng kepala. Tadi ia memilih perempuan ini karena punya alasan sendiri, terutama karena tatapan perempuan ini yang begitu binal padanya. Feng Jian menghela nafas. Kau memang lelaki aneh. Sun Jian membedal kuda lebih cepat lagi. Di depan tampak hutan yang luas. Begitu sepi, tidak ada orang. Kemana kau mau membawaku? tanya Feng Jian. Ke suatu tempat yang tak terpikir olehmu. Feng Jian tertawa genit. Kutahu kau tertarik padaku. Sebenarnya mau di sini atau di sana, di mana saja, ya sama saja Karena tidak mendapat tangapan, ia melanjutkan, Aku mengenal seorang perempuan bernama Zhu Qing. Oh! hanya itu reaksi Sun Jian. Perempuan itu memang ditakdirkan sebagai pelacur. Tiap hari kerjanya hanya begituan melulu. Bila menyuruhnya tidak selingkuh, seperti berharap matahari terbit dari utara. Aku tidak mengerti dengan cara apa Mao Wei akan menghukumnya. Sun Jian berkata dingin, Pelacur yang mati tidak akan bisa selingkuh lagi. Seiring ucapannya, tangan yang tadi membopong Feng Jian tiba-tiba dilepas begitu saja. Seketika perempuan itu jatuh seperti kantung terigu. Ada apa denganmu? teriak Feng Jian. Kuda Sun Jian sudah berlari beberapa meter ke depan sana, kini kembali lagi.

Dingin tatapan Sun Jian dari atas kuda. Feng Jian mengulur tangan. Cepatlah tarik aku ke atas. Tanya Sun Jian, Bila aku menarikmu naik, buat apa kubiarkan kau jatuh? Tadinya Feng Jian masih ingin bersikap genit, tapi sekarang wajahnya telah kaku karena takut. 8. Lu Xiang Chuan Dengan berteriak, Feng Jian berkata, Kau menculikku! Apa kau membawaku ke sini hanya untuk dilempar begitu saja? Sedikit pun tidak salah. Apa maksudmu? Sun Jian tertawa dan ia membedal kuda meninggalkan Feng Jian. Ia merasa tidak perlu menjelaskan perbuatannya. Feng Jian marah dan memaki. Seluruh perkataan kotor keluar dari mulutnya, kemudian menangis tersedu. Ia menangis bukan karena tulangnya sakit terjatuh tadi, bukan pula karena harus pulang jalan kaki. Ia menangis karena tahu Mao Wei tidak akan mempercayai kata-katanya, juga tidak percaya bahwa Sun Jian tidak melakukan apa-apa padanya. Bila Sun Jian benar-benar melakukannya, Feng Jian malah merasa tidak sakit hati. Memang terkadang di dunia ini terdapat semacam perempuan yang tidak bisa membedakan antara harga diri dan penghinaan. Feng Jian adalah perempuan semacam itu. Jika orang lain menghinanya, ia malah senang. Jika tidak menghinanya, harga dirinya malah terganggu. Ya, mengapa Sun Jian tidak melakukannya? Harga diri Feng Jian sungguh terusik. Selamanya ia tidak bisa mengerti maksud Sun Jian. Padahal, Sun Jian melakukan itu hanya ingin agar Mao Wei tahu bagaimana rasanya bila istri diculik orang. Ia pun sengaja menculik Feng Jian, sekali pandang ia bisa mengenali istri macam apa perempuan itu. Karenanya, ia perlu memberi pelajaran. Sekali tepuk dua nyawa!

* Hutang darah bayar darah, pikir Sun Jian. Bukankah itu yang diajarkan Lao Bo? Lao Bo menggunakan cara seperti ini untuk membunuh penjahat, pikirnya dalam hati. Sun Jian tidak bisa memikirkan cara yang lebih baik lagi, karena memang tidak ada cara yang lebih baik daripada caranya itu. Memikir apa yang telah ia lakukan, Sun Jian tertawa sendiri. Lao Bo tidak pernah memberi petunjuk cara membereskan masalah. Sun Jian percaya, jika Lao Bo sendiri yang melakukannya, belum tentu akan lebih baik daripada caranya tadi. Dalam beberapa tahun ini Sun Jian sedikit demi sedikit merasa sudah bisa meniru cara dan teknik Lao Bo memecahkan masalah. Dan Sun Jian merasa sangat puas. * Senja. Lao Bo masih berada di taman bunga. Ia sedang membuang ulat yang berada pada sekuntum chrysan serta menggunting dedaunan yang layu. Itulah bagian dari pekerjaannya. Lao Bo senang melakukan pekerjaan itu sendiri. Itu adalah hiburan dan hobinya, dan karenanya ia tidak memberi pekerjaan membuang ulat dan menggunting daun pada orang lain. Di saat itu Wen Hu dan Wen Bao bersaudara masuk. Lao Bo meletakkan gunting yang dipegangnya. Menghadapi anak buah pun bagian dari pekerjaannya. Ketika bekerja, ia akan lakukan dengan sepenuh hati. Begitu pula saat ia melaksanakan hobi dan kesenangannya. Lao Bo tidak mencampuradukkan kedua tugas itu. Wen Hu dan Wen Bao, dua pemuda sangat pemberani, sering melakukan tugas berat. Wajah mereka mulai keriput, apakah karena tugas yang dipikul terlalu berat? Wajah itu kali ini pun terlihat lelah. Dua hari ini mereka telah bekerja keras. Tapi hanya dengan melihat senyum Lao Bo, kelelahan itu seketika lenyap. Sambil tersenyum, Lao Bo bertanya, Apa tugas kalian sudah selesai?

Wen Hu menjawab penuh hormat, Ya. Ceritakanlah padaku, perintah Lao Bo dengan gembira. Kami sudah menyelidiki, ternyata Xu Qing Song punya seorang putri, dan kami pun menculiknya. kata Wen Hu langsung pada masalah. Tanya Lao Bo, Berapa usia Nona Xu? Apa sudah menikah? Putri Xu Qing Song dua puluh satu tahun, jawab Wen Hu, dan belum menikah, wajah maupun sifatnya sangat buruk. Konon, Nona Xu pernah bertunangan, tapi ia mengusir calon mertuanya. Teruskan ceritamu, Lao Bo mengangguk. Sebelumnya, kami berkenalan dulu dengan Jiang bersaudara, mencekok mereka dengan arak sampai mabuk, lalu membawa kehadapan Nona Xu, jelas Wen Hu. Wen Bao melanjutkan cerita kakaknya dengan bangga, Jiang bersaudara selagi mabuk seperti lalat melihat darah, tidak perduli siapa pun perempuan itu. Begitu bertemu Nona Xu, mereka segera melakukan pekerjaan bejat itu. Giliran Wen Hu meneruskan, Begitu selesai melakukannya, kami beri mereka pelajaran. Kata Wen Bao, Kami menghajar mereka dengan hati-hati, selalu menghindari kepala bagian belakang supaya tidak sampai gegar otak. Tapi dalam dua tiga bulan, berani jamin, mereka tidak bisa bangun dari tempat tidur. Wen Hu dan Wen Bao memiliki jurus lihai, yang satu bernama Jurus Memukul Harimau, satunya lagi Jurus Telapak Tangan Besi. Kungfu mereka pun seperti anak buah Lao Bo yang lain, tidak ada yang aneh-aneh, tapi kecepatan dan kekuatannya sangat dahsyat. Lao Bo selalu berkata, kungfu bukan untuk dipamerkan. Jadi, tidak perlu aneh-aneh. Kalau Jiang bersaudara tidak mabuk, barangkali masih bisa menahan serangan mereka. Tapi karena sudah mabuk, yang terdengar hanya jerit kesakitan. Jiang bersaudara tidak bisa apa-apa lagi. Kemudian kami menyewa tandu, mengantarkan mereka pada Xu Qing Song, jelas Wen Hu. Sayang kami tidak bisa melihat ekspresi Xu Qing Song, lanjut Wen Bao.

Penjelasan Wen bersaudara sangat singkat. Begitu habis cerita, mereka langsung berhenti. Mereka tahu, Lao Bo tidak suka bertele-tele. Nyatanya, mendengar sampai di sini, senyum Lao Bo hilang. Hati Wen bersaudara seketika tengelam. Melihat ekspresi Lao Bo, mereka menduga telah berbuat salah. Dan siapa melakukan kesalahan harus dihukum, begitu prinsip Lao Bo. Setelah lama, Lao Bo berkata gusar, Kalian tahu sudah melakukan kesalahan apa? Wen bersaudara menunduk kepala. Kata Lao Bo, Jiang bersaudara tidak bisa bangun dalam tiga bulan itu tidak masalah, ketidakadilan Xu Qing Song pun pantas diberi ganjaran. Untuk kedua hal ini kalian sudah melakukan tugas dengan baik. Tiba-tiba nada bicara Lao Bo semakin tegas, Lantas, apa kesalahan Nona Xu hingga kalian memperlakukannya seperti itu? Wen bersaudara seketika berkeringat dingin. Mereka hanya bisa tertunduk. Bila Lao Bo sedang marah, siapa pun tidak berani memandangnya. Setelah lama, kemarahan Lao O sedikit reda. Ini ide siapa? tanyanya. Wen bersaudara menjawab bersamaan, Aku! Lao Bo melihat keduanya, kemarahannya semakin berkurang. Perlahan ia berkata, Wen Hu lebih jujur, pasti bukan idenya. Tunduk Wen Bao semakin dalam. Sejak awal kakak sudah tidak setuju dengan ideku ini. Lao Bo menatap Wen Bao, Apa kau sudah menikah? Belum, jawab Wen Bao. Segera ambil undanganku. Kita kerumah Xu Qing Song melamar Nona Xu. Kaki Wen Bao seperti digigit ribuan semut. Tapi tapi Lao Bo kembali marah, Tidak ada tapi-tapian, segera lamar Nona Xu. Idemu sudah mencelakai orang, kau harus bertanggung jawab. Biar pun sifat Nona Xu tidak begitu baik, kau tetap harus mengalah. Siapa pun melakukan kesalahan harus dihukum. Sepertinya hanya Lao Bo yang bisa memikirkan cara menghukum Wen Bao. Bila Tuan Xu tidak mengijikan, bagaimana? tanya Wen Bao.

Tuan Xu pasti mengijinkan. Apalagi, sekarang, jawab Lao Bo. Siapa pun bisa menduga, Xu Qing Song pasti setuju, takut putrinya tidak bisa menikah lagi, pun Wen Bao pemuda yang baik. * Lao Bo menggunting dedaunan yang berlebihan. Ia tidak suka bunga yang terlalu banyak daun karena merusak keindahan. Ia juga tidak suka melihat hal yang rumit, karena kerumitan adalah sesuatu yang berlebihan dan harus bisa disederhanakan. Anak buah Lao Bo yang benar-benar bisa diandalkan tidak terlalu banyak, tapi ia percaya setiap anak buahnya punya kemampuan tinggi dan sangat setia padanya. Lao Bo selalu puas pada anak buahnya. Ia pun tahu mereka selalu melaksanakan tugas dengan baik. Karenanya, sudah lama Lao Bo tidak turun tangan langsung di lapangan. Walau ia lama tidak turun tangan, Lao Bo yakin masih punya kekuatan yang cukup untuk mengalahkan lawan-lawannya. Sewaktu pedang Yi Shi menyerang, Lao Bo sudah membaca kekurangan ilmu pedang lawan. Biar pun tidak dilindungi anak buah, ia tetap bisa mengalahkan Yi Shi. Dalam bertempur, Lao Bo selalu menunggu kesempatan terakhir mengalahkan lawan, karena di saat itulah lawan berada dalam keadaan lengah dan lelah, tenaga belum sepenuhnya pulih. Lawan-lawannya selalu mengira, kesempatan terakhir pasti berhasil. Di saat terakhir yang sangat menetukan itu, Lao Bo biasanya melakukan serangan balik. Serangan balik yang mematikan. Hanya saja menunggu dan menentukan saat tepat melancarkan serangan balik yang mematikan tidaklah mudah. Dibutuhkan kesabaran, keberanian, ketenangan, serta pengalaman yang luas. Sampai di sini, Lao Bo menghela nafas. Ia tahu Lu Xiang Chuan bukan anak kandungnya, tapi kesetiaannya melebihi Sun Jian anak kandung sendiri. Lao Bo sangat percaya dan suka pada Lu Xiang Chuan. Ia membagi separuh harta dan usahanya kepada Lu Xiang Chuan karena sifatnya sangat tenang

dan lincah. Sifat ini sangat berlawanan dengan Sun Jian yang ceroboh dan pemarah. Bisnis Lao Bo sangat luas dan besar, ia harus memiliki anak buah semacam Lu Xiang Chuan untuk menjaga dan meneruskan usahanya. Apalagi ketika dulu di awal mendirikan bisnis, tidaklah mudah. Perjuangan awal membutuhkan curahan tenaga, air mata, dan jiwa-jiwa muda pemberani seperti Lu Xiang Chuan. Tiba-tiba Lao Bo teringat lelaki berjubah kelabu. Di hadapan anak buahnya ia tidak pernah membicarakan lelaki ini, tapi anak buahnya bisa menduga lelaki jubah kelabu pernah muncul dalam kehidupan Lao Bo. Demi Lao Bo, si Jubah Kelabu rela melakukan hal yang orang lain belum pernah lakukan. Sesungguhnya Lao Bo menyadari, jika membiarkan si Jubah Kelabu tetap hidup, bisa menambah kesulitan. Dalam melakukan pekerjaannya, lelaki itu selalu menggunakan kekerasan. Sementara Lao Bo punya cara yang lebih jitu daripada menempuh jalan kekerasan. Dalam kematangan usianya sekarang, Lao Bo bukan ingin melenyapkan nyawa orang, melainkan ingin mendapatkan kesetiaan dan penghormatan. Sebab, bagi Lao Bo, membunuh tidak ada gunanya sama sekali. Tapi, mendapatkan penghormatan dan kesetiaan akan lebih bermanfaat. Alasan dan kemauan Lao Bo ini tidak dimengerti Sun Jian yang masih muda, apalagi lelaki jubah kelabu itu. Lao Bo menarik nafas. Sungguh, ia tidak suka cara-cara yang ditempuh si Jubah Kelabu. * Setiap orang yang menjalankan bisnis pasti memiliki rahasia, karenanya disebut rahasia bisnis. Tapi dengan si Jubah Kelabu, rahasia bisnis tidak bisa lagi disebut rahasia. Si Jubah Kelabu mengetahui terlalu banyak rahasia Lao Bo. Seperti pada kebanyakan orang, jika rahasianya diketahui terlalu banyak, mungkin sudah sejak dulu si Jubah Kelabu dilenyapkan. Tapi, Lao Bo bukan

kebanyakan orang. Karena itu, si Jubah Kelabu tidak ia lenyapkan. Itulah perbedaan Lao Bo dengan orang lain. Dalam mencapai tujuan, terkadang Lao Bo menghalalkan segala cara. Namun dalam segala cara yang halal itu sedapat mungkin ia mengharamkan pembunuhan. Lao Bo sangat menghargai jiwa orang dan sangat lapang dada serta berjiwa besar. Tidak ada yang bisa membantah ini. Seberapa banyak dan besarnyakah bisnis Lao Bo? Dalam bidang apa saja usahanya? Ini adalah rahasia. Kecuali Lao Bo sendiri, mungkin tidak ada yang tahu. Yang pasti, usahanya begitu banyak sehingga harus melibatkan begitu banyak orang. Karenanya, Lao Bo terus mencari tenaga-tenaga muda berbakat. Dalam hal ini, matanya sangat trampil menilai seseorang. Dalam penilaiannya itulah nama Chen Zhi Ming muncul ke perhatiannya. Lao Bo sangat menyukai pemuda bernama Chen Zhi Ming. Ia merasa, asalkan diarahkan dan dilatih, sebentar saja pemuda itu akan menjadi pembantu yang berguna. Tapi sayang semenjak hari ulang tahunnya pemuda itu tidak muncul lagi. Sepertinya aku sudah semakin tua, banyak hal tidak bisa dijalankan sempurna, sampai lupa meminta alamatnya, sesal Lao Bo dalam hati. Lao Bo menarik nafas dan menepuk-nepuk pinggang sendiri. Ia memandang matahari yang terbenam. Apakah dirinya sudah seperti matahari itu, sebentar lagi harus tenggelam? Sesaat ia teringat Lu Xiang Chuan. Tiap kali Lu Xiang Chuan menjalankan tugas, Lao Bo tidak pernah khawatir. Tapi kali ini Lao Bo tidak setenang biasanya. Lao Bo tahu kekuatan Wan Peng Wang dan juga sangat tahu cara apa yang biasa dipakai Wan Peng Wang. Terlalu menghawatirkan anak buah menjalankan tugas adalah perasaan seorang tua, Lao Bo menghela nafas. Mungkin ia memang sudah tua. Di bawah mentari senja ia berjalan menuju rumah. Sesaat melintas dalam benak Lao Bo untuk melepas segala kegiatan bisnisnya.

Mungkin sudah waktunya pensiun? Tapi itu hanya pemikiran sesaat. Begitu matahari terbit esok pagi, Lao Bo akan mengubah pikirannya lagi. Di dunia ini ada semacam orang yang tidak bisa dikalahkan oleh apa pun, termasuk tua dan kematian. Orang semacam itu tidak banyak, dan Lao Bo salah satunya. * Sewaktu Lu Xiang Chuan berada di dalam kereta, yang dipikirkannya bukan bagaimana cara memperlakukan Wan Peng Wang. Yang dipikirkannya adalah si Pembunuh Berjubah Kelabu yang membunuh orang seperti memotong rumput. Sewaktu si Jubah Kelabu mencabut nyawa Huang Shan San You, Lu Xiang Chuan tidak sempat melihat wajah yang sudah langsung dilumuri darah itu. Tapi sepertinya ia bisa menebak siapa orang ini. Namun Lu Xiang Chuan tidak berani bertanya pada Lao Bo. Hal yang Lao Bo tidak mau bicarakan, tidak ada yang berani memaksanya. Jika Lao Bo tidak mau membicarakan, bertanya pun sia-sia. Perasaan Lu Xiang Chuan menyatakan, si Jubah Kelabu adalah Han Tang. Cara orang ini membunuh sangat kejam dan cepat. Lu Xiang Chuan selamanya belum pernah melihat orang membunuh secepat dan sekejam itu. Lao Bo pernah bilang pada Lu Xiang Chuan, pekerjaan Han Tang tidak pernah dilakukan orang lain, nanti pun tidak ada orang yang bisa melakukannya. Kedudukan Lu Xiang Chuan semakin tahun semakin tinggi, kekuasaannya semakin besar. Ia sudah memimpin banyak bawahan. Tapi ia tahu, biar pun memakai semua cara guna mencari tahu tentang Han Tang, percuma saja. Meteor, Kupu-kupu dan Pedang I -2 By admin Nov 1st, 2008 Category: 2. Silat China, KL - Meteor, Kupu-kupu dan Pedang Semua orang pasti punya masa lalu, tapi Han Tang sepertinya tidak memiliki masa lalu. * Kereta kuda yang dinaiki Lu Xiang Chuan sangat indah.