BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

Jenis jenis audit Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias (Sawyer, 2005:8).

PERBEDAAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DAN GOVERNMENT AUDIT STANDARDS BAGIAN PENDAHULUAN

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain, serta adanya kejujuran

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

DAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan

BAB 1 PENGANTAR AUDITING

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha dan keadaan ekonomi yang terus menerus mengalami perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) (Brigham et al

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Standar Profesi Audit Internal (SPAI) (2004:5)

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory menjelaskan hubungan antara pemberi kerja dan penerima amanah untuk melaksanakan pekerjaan. Pemberi kerja yang disebut dengan prinsipal akan memberikan hak kepada orang lain yang disebut dengan agen untuk menjalankan haknya. Kedua belah pihak diikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Menurut Wolk et al. (2001:45) yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemilik perusahaan, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam mewujudkan kontrak kerja yang dimaksud, prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Di lain pihak agen sebagai pengelola perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana yang diamanahkan oleh para pemegang saham (prinsipal), yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya, agen akan memperoleh gaji, bonus dan berbagai macam kompensasi lainnya. Dalam penelitian ini pemilik BPR diumpamakan sebagai prinsipal dan auditor internal sebagai agen. Berdasarkan pengertian diatas agen atau dalam hal ini auditor internal memiliki kewajiban untuk mengelola BPR sesuai dengan yang diamanahkan oleh pemilik BPR, yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik BPR

dengan meningkatkan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya, auditor internal akan memperoleh gaji, bonus dan berbagai macam kompensasi lainnya. Tapi dalam meningkatkan kemakmuran pemilik, auditor inernal harus tetap mengedepankan independensi serta kode etik profesionalnya agar tidak pelaksanaan audit menjadi semakin efektif. 2.1.2 Pengertian Auditing Auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9). Arens et all (2008:11) mengemukakan bahwa auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menjelaskan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang tersedia dengan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

2.1.3 Jenis-jenis Audit Menurut Arens et all (2008:13) ada tiga jenis audit yang dikemukakan yaitu: 1) Audit Operasional (Operational Audits) Audit operasional merupakan review atas setiap bagian prosedur operasional perusahaan dan metode-metode dengan tujuan untuk mengevaluasi efficiency dan effectiveness. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut. 2) Audit Ketaatan (Compliance Audits) Audit ketaatan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit ketaatan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dalam membuat kriteria. Audit ketaatan banyak dijumpai dalam pemerintahan. 3) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audits) Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hasil audit terhadap laporan keuangan disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang akan dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari audit operasional ini berbentuk rekomendasi kepada manajemen untuk melakukan perubahan terhadap operasi unit yang bersangkutan agar hasil operasi yang

diharapkan tercapai. Dalam audit ketaatan, dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang diperiksa telah mengikuti prosedur-prosedur atau peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemegang wewenang yang lebih tinggi. Sedangkan audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan perusahaan sesuai dengan penyajiannya, dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Dan di Indonesia standar yang berlaku umum adalah Standar Akuntansi Keuangan. 2.1.4 Jenis-jenis Auditor Chasin dalam Citra Monica (2007:10) mengelompokkan auditing ke dalam tiga cabang bidang auditing yaitu: independent auditing, Internal auditing, governmental auditing. Selanjutnya Arens and Loebbecke dalam buku Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;6) secara umum mengelompokkan auditor menjadi empat jenis, yaitu: 1) Auditor Internal a. Auditornya adalah pegawai dari perusahaan atau organisasi itu sendiri, seperti sistem pengendalian intern pada BUMN atau BUMD. b. Aktivitas pekerjaannya adalah menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi, menelaah struktur pengendalian intern yang dirancang, menelaah tingkat kepatuhan entitas, menelaah sarana untuk melindungi asset perusahaan dan mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan. c. Tujuannya adalah membantu manajemen untuk memajukan perusahaan.

d. Orientasi pelaksanaan auditnya adalah audit kepatuhan dan audit operasional. e. Kedudukan auditor internal adalah bersifat independen dari pihak perusahaan dan memerlukan dukungan dari top manajemen. 2) Auditor Independen atau Akuntan Publik Terdaftar a. Auditornya berasal dari Kantor Akuntan Publik. b. Pelayanan jasanya terdiri dari jasa atestasi, jasa kompilasi, perpajakan dan lain-lain. c. Kedudukannya bersifat tidak memihak, independen dan objektif. d. Perangkat peraturannya adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode Etik dan Quality Control. 3) Auditor Pemerintah a. Auditornya berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, yaitu seperti dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal (ITJEN) pada departemen-departemen pemerintah di Indonesia atau General Accounting Office (GAO) di Amerika Serikat. b. Aktivitas kegiatan auditnya adalah audit keuangan dan audit kinerja. c. Kedudukannya bersifat independen terhadap pihak yang diperiksa. 4) Auditor Pajak a. Auditornya adalah para pegawai pajak yang bertugas sebagai auditor b. Orientasi auditnya adalah untuk menilai ketaatan terhadap Undang- Undang Perpajakan yang berlaku. c. Kedudukannya independen terhadap pihak yang diperiksa

2.1.5 Auditor Internal Arens and Loebbecke dalam buku Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003:7) mengatakan bahwa auditor internal adalah orang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen. Mulyadi (2002:29) mengatakan bahwa auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disintesakan bahwa auditor internal adalah orang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit yang memiliki tugas pokok menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2.1.6 Kualifikasi Auditor Internal Independensi auditor internal Agar seorang auditor internal efektif melaksanakan tugasnya, auditor harus independen atau bebas dari pengaruh-pengaruh objek yang akan diauditnya. Hal ini dapat tercapai jika ia diberikan kedudukan yang diisyaratkan dalam

organisasi dan memiliki tingkat objektifitas yang diperlukan. Dengan adanya independensi dan objektifitas yang dimiliki auditor internal untuk dapat melakukan pekerjaannya secara bebas dan objektif yang memungkinkan auditor membuat pertimbangan penting secara mental dan tidak menyimpang (Citra Monica, 2007:14). Independensi menyangkut dua aspek: a. Status Organisasi (Independensi Organisasi) Status organisasi audit internal harus berperan sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik serta harus mendapat dukungan dari pimpinan tingkat atas. Status yang dikehendaki adalah bahwa bagian audit internal harus bertanggung jawab kepada pimpinan yang memiliki wewenang cukup untuk menjamin jangkauan audit yang luas, pertimbangan dan tindakan yang efektif atas temuan audit dan perbaikan saran. b. Objektivitas Auditor Internal Seorang auditor internal dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest). Agar dapat mempertahankan sikap tersebut hendaknya auditor internal dibebaskan dari tanggung jawab operasi organisasi perusahaan. Kompetensi auditor internal Menurut Moeller and Wit dalam Citra Monica (2007:16) kemahiran professional yang harus diperoleh meliputi:

a. Staffing Mengacu pada persyaratan bahwa bagian audit internal harus memberikan jaminan mengenai keahlian dan latar belakang pendidikan audit internal yang memadai, yang akan berperan sebagai audit internal dalam perusahaan. b. Knowledge, Skill, and Discipline Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus mempunyai pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang tinggi yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab auditnya. c. Supervision Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus menyediakan jaminan bahwa audit internal harus diawasi sebagaimana mestinya. d. Compliance with Standart of Conduct Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus memenuhi standarstandar pelaksanaan professional dalam melakukan audit. e. Human Relation and Communication Mensyaratkan bahwa auditor internal harus terlatih dalam berhubungan dengan pihak lain dan dalam melakukan komunikasi secara objektif. f. Continuing Education Mensyaratkan bahwa auditor internal harus memelihara kompetensi pekerjaan melalui pendidikan lanjutan.

g. Due Profesional Care Mensyaratkan bahwa auditor internal harus melatih keahlian profesionalnya dengan berusaha mendapatkan pendidikan lanjutan untuk melaksanakan audit internal. 2.1.7 Karakteristik Auditor Internal Menurut Amin Wijaya Tunggal dalam Citra Monica (2000:24), karakteristik dari seorang auditor internal yang kompeten memiliki indikator sebagai berikut: 1) Curiosity (Keingintahuan) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai semua operasi mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 2) Persistence (Keras hati) Melakukan pengujian, pengecekan, atau memperoleh bukti yang memuaskan bahwa hal-hal sebenarnya dilakukan sesuai dengan yang dilukiskan. 3) Contructive approach (Pendekatan yang konstruktif) Melihat bagaimana kesalahan dapat dihindari, bukan dalam pendakwaan/penuduhan siapa yang bertanggungjawab. Suatu kesalahan dipertimbangkan untuk dilakukan perbaikan di masa yang akan datang. 4) Business sense (Mempunyai pemahaman terhadap usaha) Menelaah setiap hal dari pandangan yang luas dari akibat pada operasi yang menguntungkan dan efisiensi. Melakukan analisis dengan perspektif global daripada pandangan yang sempit.

5) Cooperation (Kerjasama) Mempertimbangkan auditee sebagai mitra. Tujuannya bukan untuk mengkritik, akan tetapi untuk memperbaiki operasi usaha. 2.1.8 Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya (Ludigdo dan Machfoedz, 1999:4). Menurut Thoha dalam Yunita (2005:23), persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaaan, dan penciuman. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya serta merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. 2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Citra Monica (2007:25) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: 1) Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu, motivasi, harapan, keinginan, perhatian, emosi dan suasana hati, dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

2) Faktor Struktural Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan otak-otak syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. 3) Faktor Kebudayaan Faktor kebudayaan atau kultur dimana individu tumbuh dan berkembang akan turut pula menentukan proses persepsi seseorang. Menurut Luthan dalam Citra Monica (2007:25) faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah psikologi, keluarga dan kebudayaan.. 2.1.10 Pengertian Kode Etik Profesional Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perseorangan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa professional akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhannya. Menurut Citra Monica (2007:26) kode etik professional adalah pernyataan-pernyataan yang berotorisasi yang digunakan sebagai pedoman perilaku dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. 2.1.11 Tujuan Kode Etik

Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif, auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi. Oleh karena, Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal menetapkan Kode Etik bagi para auditor internal. Kode etik dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku individu agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seseorang dari anggota profesi tertentu dapat menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi secara keseluruhan. 2.1.12 Pengertian Efektivitas Efektivitas selalu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Menurut Citra Monica (2007:29) efektivitas didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan (kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Mardiasmo (2002:4) efektivitas adalah suatu tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Jadi, efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diharapkan atau diinginkan organisasi. Efektivitas diperlukan karena merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi, sebab sebelum kita melakukan kegiatan dengan efisien kita harus yakin telah menemukan hal yang tepat untuk dilakukan.

2.1.13 Program Pelaksanaan Audit Internal Menurut Hiro Tugiman dalam Citra Monica (2007:31) auditor internal tidak terbatas pada perusahaan, tetapi meliputi semua organisasi baik yang berorientasi mencari laba maupun yang tidak, sedangkan aktivitas organisasi meliputi aktivitas yang berhubungan dengan finansial maupun non finansial. Menurut Hiro Tugiman dalam Citra Monica (2007:31), ada empat tahap pelaksanaan audit yaitu: 1) Tahap Perencanaan Audit Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan, yang harus disetujui dan ditinjau atau direview oleh pengawas. 2) Tahap Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Auditor internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. 3) Tahap Penyampaian Hasil Audit Pada tahap ini auditor internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. 4) Tindak Lanjut Hasil Audit Auditor internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terdapat temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Auditor internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah

menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan yang dilaporkan. 2.2 Penelitian Sebelumnya Yunita (2005) dan Citra Monica (2007) melakukan penelitian yang sama dengan judul Hubungan Persepsi Auditor Internal Atas Kode Etik Dengan Efektivitas Pelaksanaan Audit. Kedua peneliti tersebut menemukan bahwa persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung telah memadai, pelaksanaan audit pada bank-bank nasional Tbk di Bandung telah efektif. Kedua penelitian tersebut juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi auditor internal atas kode etik dengan efektivitas pelaksanaan audit pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung. Penelitian Yunita menemukan bahwa persepsi auditor internal atas kode etik memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas pelaksanaan audit sebesar 95 persen sedangkan sisanya sebesar 5 persen adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian. Sedangkan penelitian Citra menemukan bahwa persepsi auditor internal atas kode etik memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas pelaksanaan audit sebesar 80 persen sedangkan sisanya sebesar 20 persen adalah dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel kode etik dan efektivitas pelaksanaan audit. Dan perbedaannya adalah lokasi penelitian dan responden yang digunakan. Ringkasan peneliti sebelumnya dipresentasikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya No. Nama Variabel Model Analisis 1. Yunita Febriany Gunawan (2005) 2. Citra Monica (2007) Persepsi Auditor Internal Atas Kode Etik dan Efektivitas Pelaksanaan Audit Persepsi Auditor Internal Atas Kode Etik dan Efektivitas Pelaksanaan Audit Uji Rank Spearman Uji Rank Spearman Hasil Penelitian Persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung telah memadai, pelaksanaan audit pada bank-bank nasional Tbk di Bandung telah efektif dan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi auditor internal atas kode etik dengan efektivitas pelaksanaan audit pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung yaitu sebesar 95% sedangkan sisanya sebesar 5% adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung telah memadai, pelaksanaan audit pada bank-bank nasional Tbk di Bandung telah efektif dan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi auditor internal atas kode etik dengan efektivitas pelaksanaan audit pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung yaitu sebesar 80% sedangkan sisanya sebesar 20% adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2.3 Rumusan Hipotesis Yunita (2005) dalam penelitiannya yang dilakukan pada lima bank swasta nasional Tbk di Bandung, menemukan bahwa persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung telah memadai, pelaksanaan audit pada bank-bank nasional Tbk di Bandung telah efektif. Selanjutnya, Yunita (2005) menyajikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

persepsi auditor internal atas kode etik dengan efektivitas pelaksanaan audit pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung. Citra Monica (2007) melakukan penelitian yang sama dengan Yunita. Namun, penelitiannya dilakukan pada sembilan bank swasta nasional Tbk di Bandung. Dalam penelitiannya Citra Monica (2007) menemukan bahwa persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung telah memadai, pelaksanaan audit pada bank-bank nasional Tbk di Bandung telah efektif. Selanjutnya, Citra Monica (2007) menyajikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi auditor internal atas kode etik dengan efektivitas pelaksanaan audit pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung. Penelitian yang dilakukan Citra Monica (2007) konsisten dengan penelitian yang dilakukan Yunita (2005). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara kode etik profesional dengan efektivitas pelaksanaan audit