BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bidan merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai peran

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PERAWAT DI IRD RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah. factor.adapun factor yang apling dominan adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyelesaikan atau mengatasi stres dengan efektif maka stres tersebut berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja yang menantang dan kompleks serta semakin cepatnya perubahan menuntut

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada kenyataannya peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital. Dewasa ini, perawat merupakan segmen profesi terbesar dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sekarang terdapat lebih dari 9 juta perawat dan bidan di 141 negara. The Athlantic Monthly menyatakan bahwa keperawatan merupakan perpaduan dari perhatian, pengetahuan dan keterandalan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pasien (Inawati, 2004). Perawat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pemulihan pasien, tidak hanya sekedar melakukan rutinitas seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi, atau suhu pasien saja. Menurut The American Medical Association Encyclopedia of Medicine bahwa perhatian perawat lebih tertuju pada reaksi keseluruhan pasien terhadap penyakitnya daripada penyakit itu sendiri. Perawat lebih memusatkan perhatiannya untuk mengatasi rasa sakit fisik pasien, melepaskan pasien dari penderitaan mental dan jika mungkin menghindari timbulnya komplikasi. Selain itu, perawat juga memberikan perhatian yang penuh pengertian yang mencakup mendengarkan dengan sabar semua kekhawatiran dan ketakutan pasien serta memberikan dorongan emosi dan penghiburan (Inawati, 2004).

Menurut Haryani (2008) yang mengutip pendapat Irwandy (2007), dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul Dasar Susunan Personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat analisa beban kerjanya dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik. Undang-Undang R.I No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 164 dan Pasal 165, upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud paa ayat (1) meliputi pekerja di sektor formal dan informal, upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja, pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku ditempat kerja.

Dengan adanya program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang meringankan biaya bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan, maka Rumah Sakit milik pemerintah menjadi padat pengunjungnya. Semakin banyak pengunjung suatu Rumah Sakit maka, akan meningkatkan angka Bed Occupancy Rate (BOR). Semakin padat pengunjung maka akan semakin berat beban kerja yang ditanggung oleh petugas kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit tersebut (salah satunya adalah perawat). Semakin berat beban kerja yang ditanggung maka akan semakin besar resiko perawat yang bekerja di tempat tersebut terkena stres (Mahwidhi, 2008). Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Bernardin cit anonim2, 2007). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berhubungan dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat (Abraham & Shanley, 1997). Stres biasanya muncul pada situasi-situasi yang kompleks, menuntut sesuatu di luar kemampuan individu, dan munculnya situasi yang tidak jelas. Dalam konteks pekerjaan biasanya stres dapat timbul dari beban tugas yang tinggi, kerumitan tugas, tidak tersedianya fasilitas untuk mengerjakan tugas, kebijakan perusahaan, atasan yang otoriter, kondisi fisik lingkungan yang panas, bising dan berbau. Stres pun bisa muncul dari hubungan yang tidak harmonis antara atasan dan bawahan, adanya

konflik antara rekan kerja, kekaburan peran dan tanggungjawab dalam pekerjaan, adanya persaingan yang tidak sehat antar sesama rekan kerja (Rice, 1992, dalam Safaria dan Saputra, 2009). Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, la akan mengalami stres (Siagian, 2008). National Safety Council (2003) menyatakan bahwa 2 dari 3 pekerja mengaku mengalami stres kerja dan 80% penyakit dan kesakitan dipicu dan diperburuk oleh stres. Andil stres berbeda untuk tiap penyakit, mulai dari yang paling rawan seperti penyakit-penyakit gastrointestinal, sakit kepala, kelelahan yang kronis, sampai penyakit dimana stres hampir tidak berperan didalamnya seperti keracunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pencetus terjadinva kanker juga sering kali disebabkan oleh stres yang berkepanjangan (Siswanto, 2007). Menurut Marbusan (2007), konsekuensi stres mencangkup empat macam yaitu: penyakit fisik yang di timbulkan oleh stres, kecelakaan kerja terutama pada pekerja dengan tuntutan kinerja yang tinggi dan perhatian yang kurang, Absentateisme sering terjadi pada individu yang sulit menyesuaikan diri dengan pekerjaanya sebagai akibat stres pekerjaan, lesu kerja (burn-out) terjadi bila individu kehabisan motivasi dalam upaya meneruskan suatu kinerja yang tinggi. Menurut Rini (2002), beberapa dampak negatif yang dapat di timbulkan oleh

stres kerja dapat berupa: terjadinya kekacauan hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan rumah sakit. Selanjutnya stres kerja pada perawat berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, ini sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan stres dengan kinerja, yaitu hubungan terbalik, artinya makin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stres sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja (Ilmi, 2003). Apabila stres mencapai titik puncak yang kira-kira sesuai dengan kemampuan maksimum kinerja karyawan maka pada titik ini stres tambahan cenderung tidak menghasilkan perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun, karena stres tersebut mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya atau menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat yang paling ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan mengalami gangguan, menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar atau menolak bekerja (Anonim, 2007). Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu Lembaga Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja menetapkan perawat sebagai profesi yang beresiko sangat tinggi terhadap stres. Hasil penelitian Selye (1996), menunjukkan alasan mengapa profesi perawat mempunyai resiko

sangat tinggi terpapar oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia (Basuki, 2009). Beban kerja perawat akan memberikan dampak terhadap kualitas layanan, terutama dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Selain terganggunya kinerja perawat, juga dapat menimbulkan stres pada pekerjaan, kebosanan atau kejenuhan, kelelahan mental, dan menurunnya efektifitas kerja. Adapun dampak psikologis yang dirasakan akibat beban kerja yang tinggi adalah stres, ketegangan dan kebosanan atau kejenuhan dan ada pula perasaan jengkel, wring march atau meningkatnya emosi (Qadarsyah, 2006). Menurut Basuki (2009) yang mengutip pendapat Robin (1998), bahwa stres kerja yang dihadapi oleh perawat akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Sedangkan Arnold (1986), menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan (Widyasari, 2010). Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh merupakan satu-satunya unit pelayanan kesehatan jiwa yang ada di Pemerintah Aceh, dengan jumlah pegawai sampai bulan Desember 2010 adalah sebanyak 348 orang dengan rincian 262 orang berstatus pegawai negeri sipil, 1 orang tenaga diperbantukan dan 85 orang tenaga kontrak. Dari bagian rekam medik Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh diperoleh bahwa terdapat 400 orang pasien yang di rawat inap setiap bulannya selama tahun 2009.

Berdasarkan hasil observasi peneliti peneliti, terdapat 13 ruangan di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, yaitu antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Ruang Narkoba sebanyak 14 pasien Ruang Dahlia sebanyak 3 pasien Ruang Anggrek sebanyak 6 pasien Ruang Jeumpa sebanyak 87 pasien Ruang Cempaka sebanyak 16 pasien Ruang Selanga sebanyak 90 pasien Ruang Tanjung sebanyak 90 pasien Ruang Bougenvil sebanyak 90 pasien Ruang Melati sebanyak 33 pasien Ruang Asoka sebanyak 16 pasien Ruang Teratai sebanyak 73 pasien Ruang Melur sebanyak 20 pasien Ruang Mawar sebanyak 30 pasien Jumlah pasien pada observasi ini adalah 568 pasien. Jumlah ini tentu saja melebihi kapasitas dari jumlah pasien yang seharusnya dapat ditampung di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Sedangkan untuk jumlah perawat tidak mengalami penambahan. Hal ini menyebabkan perawat memiliki beban kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan standar di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. Dalam melakukan pekerjaannya, perawat diberlakukan 3 shift, yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam. Perawat tidak memiliki jumlah tanggungan pasien yang pasti dalam

pelaksanaan perawatan, hal ini dikarenakan jumlah pasien yang berbeda-beda dalam setiap ruangan. Akan tetapi, minimal dalam setiap ruangan terdapat dua orang perawat per setiap shift dan maksimal terdapat 9 orang perawat, di mana untuk 9 orang perawat ini dibagi dalam 3 shift, yaitu 5 orang pada shift pagi, 2 orang pada shift siang dan 2 orang pada shift malam. Jumlah perawat ini disesuaikan dengan jumlah pasien yang ada di masing-masing ruangan. Di antara 3 shift tersebut, ada kalanya mereka libur 1 atau 2 orang dan ada yang libur ketika naik dinas malam dan ada juga libur setelah menjalankan dinas malam. Semua itu belum termasuk libur mingguan dan libur di hari-hari besar. Hal ini menyebabkan beban kerja perawat yang berdinas semakin berat. Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa jumlah antara pasien dan perawat belum proporsional, dikarenakan jumlah pasien yang banyak yang tidak didukung oleh jumlah perawat yang memadai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijono (2006), yang dimuat dalam Jurnal Kesehatan Insan Vol 8 No 3 Desember 2006 tentang Pengaruh Type A dan Peran Terhadap Stres Kerja Perawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa tipe A dan peran berpengaruh sekaligus terhadap stres kerja perawat, dimana pengaruh variable kepribadian tipe A dan peran sekaligus dengan variabel stres kerja sebesar 33,2 %, sedangkan sisanya (66,8%) dipengaruhi oleh variabel lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2006), menunjukan bahwa ada beberapa fenomena yang terjadi berkaitan dengan stress kerja diantaranya adalah tingginya jumlah pasien mondok di Rumah Sakit Islam Surakarta, banyaknya pasien

yang memerlukan tindakan perawatan medis, tingkat pendidikan dan masa bekerja yang berbeda, hubungan antar karyawan yang kurang harmonis. Pendidikan diyakini mempunyai kaitan dengan tingkat stres kerja, seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi dipandang cukup cakap melakukan coping ketika menghadapi masalah sehingga tingkat stres nya juga akan menururn. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja pada Perawat terhadap Tingkat Stres kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. 1.2. Permasalahan Permasalahan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja pada perawat terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. b. Menganalisis pengaruh masa bekerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh c. Menganalisis pengaruh beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh

d. Menganalisis faktor yang paling dominan yang mempengaruhi stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. 1.4. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk : 1.5.1. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat tertentu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh. 1.5.2. Perawat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, sehingga diharapkan agar perawat dapat mengantisipasi stres yang diakibatkan oleh beban kerja dengan cara yang asertif.

1.5.3. Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh Penelitian ini menyediakan data tentang pengaruh tingkat pendidikan, lamanya kerja tentang pengaruh tingkat pendidikan, masa bekerja dan beban kerja terhadap tingkat stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh, dapat mengambil kebijakan tentang pengaturan dan pengorganisasian perawat pada setiap ruangan sehingga diperoleh jumlah perawat yang proporsional, yang sesuai dengan jumlah pasien.