PENERAPAN MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK DENGAN MEMPERHATIKAN LAJU INTRINSIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK DENGAN MEMPERHATIKAN LAJU INTRINSIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang

Agus Suryanto dan Isnani Darti

MODEL EPIDEMI RANTAI MARKOV WAKTU DISKRIT SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED DENGAN DUA PENYAKIT

T - 11 MODEL STOKASTIK SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR)

Perbandingan Proyeksi Penduduk Jawa Barat Menggunakan Model Malthus dan Verhulst dengan Variasi Interval Pengambilan Sampel

MODEL PEMANENAN LOGISTIK DENGAN DAYA DUKUNG BERGANTUNG WAKTU

Estimasi Solusi Model Pertumbuhan Logistik dengan Metode Ensemble Kalman Filter

PERBANDINGAN MODEL MALTHUS DAN MODEL VERHULST UNTUK ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN

Growth Projections of Private Cars (Black Plate) in Manado Using Differential Equations with Continuous Population Growth Model (Logistic Model)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA BARAT

PROBABILITAS WAKTU DELAY MODEL EPIDEMI ROUTING

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. memakai matematika dalam penyelesaian masalahnya adalah biologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PARAMETER PENENTU KESTABILAN MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK DENGAN WAKTU TUNDA

PROSES PERCABANGAN PADA PEMBELAHAN SEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

T 7 Model Sir (Suspectible Infected Recovered) Dengan Imigrasi Dan Pengaruh Sanitasi Serta Perbaikan Tingkat Sanitasi

T 4 Simulasi Level Sanitasi Pada Model Sir Dengan Imigrasi Dan Vaksinasi

MODEL LOGISTIK PENGARUH POHON TERHADAP POPULASI BURUNG

PROSES POISSON MAJEMUK DAN PENERAPANNYA PADA PENENTUAN EKSPEKTASI JUMLAH PENJUALAN SAHAM PT SRI REJEKI ISMAN TBK

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

T 1 Simulasi Laju Vaksinasi Dan Keefektifan Vaksin Pada Model Sis

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Epidemi Demam Berdarah Dengue. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Program Studi S2 Matematika

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

Aplikasi Metode Reduksi Graf pada Model Pertumbuhan Populasi Kutu Daun (Pea Afid)

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

PERILAKU SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LOGISTIK DENGAN PEMBERIAN DELAY

ABSTRAK. Kata Kunci: SEIS, masa inkubasi, titik kesetimbangan, pertussis, simulasi. iii

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

oleh DYAH WARDIYANI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

THE EFFECT OF DELAYED TIME OF OSCILLATION IN THE LOGISTIC EQUATION

MODEL EPIDEMI STOKASTIK SUSCEPTIBLE INFECTED SUSCEPTIBLE (SIS)

PERILAKU SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LOGISTIK DENGAN PEMBERIAN DELAY

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR

T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA

ANALISIS MODEL SEIR (SUSCEPTIBLE, EXPOSED, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BOGOR

MODEL STOKASTIK PERTUMBUHAN POPULASI (PURE BIRTH PROCESS)

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

JURNAL. Aplikasi Persamaan Diferensial Model Populasi Kontinu Pada Pertumbuhan Penduduk Di Kabupaten Kediri

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

Kestabilan Model SIS dengan Non-monotone Incidence Rate & Treatment

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

MODEL EPIDEMI ROUTING

PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.1

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI POISSON

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM MODEL EPIDEMI SIR DENGAN EFEK DEMOGRAFI

Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi pada Penyakit Hepatitis A di Kabupaten Jember

Penerapan Model epidemic type aftershock sequence (ETAS) pada Data Gempa Bumi di Sumatra

Pertambahan Penduduk Bumi. Pertanyaan Utama: Mengapa pertambahan penduduk bumi menjadi dasar Masalah Lingkungan?

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

Analisa Waktu Percepatan Kendaraan dengan Model Lorentz

Oleh: Isna Kamalia Al Hamzany Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita W, M.Si. Dra. Nur Asiyah, M.Si

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi

DINAMIKA POPULASI BURUNG KOWAK DI JALAN GANESHA DAN KAMPUS ITB

KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN IMIGRASI DAN SANITASI

Laju pertumbuhan penduduk geometrik menggunakan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk sama setiap tahunnya.

... Difference equation dapat diselesaikan menggunakan proses iterasi. Didefinisikan fungsi

SIMULASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI

SIMULASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS PADA KONDISI PENYIMPANGAN ASUMSI NORMALITAS

Estimasi Parameter Model Epidemic Type Aftershock Sequence (ETAS) Spasial untuk Gempa Bumi di Pulau Jawa

Analisis Model Penyebaran Penyakit Menular Dengan Bakteri dan Hospes

Interaksi Jamur Parasit dengan Tumbuhan Perennial : Model Matematika dan Simulasi

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir Kajian Matematika Murni

MODEL LOGISTIK UNTUK SATU SPESIES

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

PERBANDINGAN KEPEKAAN UJI KENORMALAN UNIVARIAT PADA KATEGORI MOMEN MELALUI SIMULASI MONTE CARLO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the

Penggabungan dan Pemecahan. Proses Poisson Independen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI MODEL EPIDEMIK TIPE SIR DENGAN STRATEGI VAKSINASI DAN TANPA VAKSINASI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

APLIKASI METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER (ENKF) PADA MODEL PENURUNAN PRODUKSI SUMUR PANAS BUMI

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

DINAMIKA PROBLEMA PENYAKIT MALARIA

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK DENGAN MEMPERHATIKAN LAJU INTRINSIK Andrian Guntur Nugrahanto, Respatiwulan dan Siswanto Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret ABSTRAK: Perubahan jumlah populasi setiap waktu merupakan salah satu penanda terjadinya pertumbuhan. Pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian, emigrasi, dan imigrasi. Salah satu model matematika yang mengkaji pertumbuhan populasi adalah model pertumbuhan logistik. Model pertumbuhan logistik dibatasi oleh suatu ruang yang terbatas artinya pertumbuhan populasi bergantung pada kerapatan wilayahnya. Tujuan penelitian ini adalah mengonstruksi ulang model pertumbuhan logistik serta menyimulasikannnya. Nilai laju intrinsik merupakan nilai yang diharapkan dapat menggambarkan daya tumbuh suatu populasi yang didapatkan dari laju kelahiran dikurangi laju kematian. Model pertumbuhan logistik diterapkan pada Kabupaten Klaten dengan laju intrinsik diperoleh dari data tahun 1984 sampai 2010. Dari pembahasan didapatkan jika semakin besar nilai laju intrinsik maka pertumbuhan populasi semakin cepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil simulasi pada saat = 100 dan = 0,008152866 jumlah populasi Kabupaten Klaten adalah 1.502.740 jiwa sedangkan pada saat = 100 dan = 0,00555521 adalah 1.397.490 jiwa dan pada saat = 100 dan = 0,002957554 adalah 1.281.140 jiwa. Kata Kunci: model pertumbuhan logistik, laju intrinsik, laju kelahiran, laju kematian, kapasitas batas lingkungan 1. PENDAHULUAN Makhluk hidup mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dimulai dari lahir, tumbuh, berkembang biak hingga mengalami kematian. Proses berkembang biak merupakan kemampuan dari suatu individu untuk melakukan reproduksi dalam rangka mempertahankan keturunannya. Menurut Tobing [6], populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama serta hidup atau menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu. Suatu populasi dapat mengalami pertumbuhan dengan baik jika memiliki persediaan pangan yang cukup dan luas wilayah yang memadai. Perubahan jumlah populasi setiap waktu merupakan salah satu penanda terjadinya pertumbuhan populasi yang dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian, emigrasi, dan imigrasi. 1

Beberapa model matematika yang mengkaji pertumbuhan populasi adalah model pertumbuhan eksponensial dan model pertumbuhan logistik. Model pertumbuhan eksponensial pertama kali dikemukakan oleh Thomas R. Malthus pada tahun 1766-1834. Menurut Gotelli [3], Thomas R. Malthus menjelaskan di dalam model pertumbuhan eksponensial didasarkan pada sumber daya dan wilayah yang tidak terbatas. Pierre Verhulst pada tahun 1838 mengembangkan model pertumbuhan eksponensial menjadi model pertumbuhan logistik karena didasarkan pada kenyataan bahwa pertumbuhan populasi bergantung pada kerapatan wilayahnya (kapasitas batas lingkungan). Model pertumbuhan logistik dicetuskan oleh Pierre Verhulst pada tahun 1838 sehingga model tersebut sering juga disebut model Verhulst (Muchyidin [5]). Menurut Allen [1], pertumbuhan populasi pada model pertumbuhan logistik tidak hanya bergantung pada ukuran populasi tetapi juga efek dari carrying capacity atau kapasitas batas lingkungan yang akan membatasi pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi di dalam model pertumbuhan logistik dipengaruhi oleh laju intrinsik yaitu nilai yang diharapkan dapat menggambarkan daya tumbuh suatu populasi. Laju intrinsik di dalam model pertumbuhan logistik tidak konstan namun bergantung pada laju kelahiran dan kematian pada setiap periode waktu. Semakin besar laju intrinsik, populasi akan tumbuh semakin cepat. Penelitian ini mengonstruksi ulang model pertumbuhan logistik dan menyimulasikan model tersebut serta menginterpretasikannya. 2. MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK Model pertumbuhan logistik merupakan salah satu model yang digunakan untuk mengetahui perubahan jumlah populasi yang diturunkan terhadap waktu. Sehingga fenomena dari perubahan jumlah populasi dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial. Laju pertumbuhan intrinsik ( ) dalam model pertumbuhan logistik digunakan untuk mengetahui daya tumbuh populasi dan kapasitas batas lingkungan atau carrying capacity ( ) digunakan sebagai faktor penghambat pertumbuhan 2

populasi. Daya tumbuh merupakan kemampuan maksimal populasi untuk tumbuh dalam periode waktu tertentu. Untuk menurunkan ulang model pertumbuhan logistik terdapat beberapa asumsi, yaitu a. tidak ada struktur genetik yang artinya bahwa semua individu dalam populasi tersebut memiliki tingkat kelahiran dan kematian yang sama, sehingga tidak ada variasi genetik yang memengaruhi kelahiran dan kematian, b. tidak ada waktu tunda, yang artinya bahwa individu lahir dan mati secara kontinu, c. laju intrinsik selalu bernilai positif, yang artinya populasi selalu tumbuh dan tidak ada penurunan jumlah populasi karena laju intrinsik yang bernilai negatif dan, d. kapasitas batas lingkungan (carrying capacity) konstan, artinya bahwa luasan kawasan pada daerah yang diteliti tidak akan pernah berubah (tidak ada penambahan dan pengurangan wilayah) sehingga kapasitas batas individu pada kawasan tersebut tidak berkurang dan tidak bertambah. Menurut Gotelli [3], konstruksi model pertumbuhan logistik merupakan pengembangan dari model pertumbuhan eksponensial, yang dinyatakan = ( ). (2.1) Persamaan (2.1) merupakan persamaan pertumbuhan eksponensial. Persamaan (2.1) menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi selalu tumbuh dan belum dipengaruhi oleh suatu kapasitas batas lingkungan. Menurut Allen [1], pertumbuhan populasi pada model pertumbuhan logistik tidak hanya bergantung pada ukuran populasi tetapi juga efek dari kapasitas batas lingkungan yang akan membatasi pertumbuhan populasi. Maka akan dituliskan persamaan untuk dan sehingga didapatkan persamaan yang bergantung pada suatu kapasitas batas lingkungan. Menurut Gotelli [3], tingginya kepadatan populasi akan menurunkan laju kelahiran dan meningkatkan laju kematian yang dapat dinyatakan sebagai = commit to, user (2.2) 3

= +, (2.3) dengan dan merupakan laju kelahiran dan laju kematian yang dipengaruhi oleh suatu kepadatan, berbeda dengan dan yang merupakan laju kelahiran dan kematian saat sumber daya tidak terbatas. Konstanta dan menggambarkan kepadatan pada populasi tersebut, serta merupakan jumlah populasi. Persamaan (2.2) merupakan persamaan yang menunjukkan bahwa laju kelahiran menurun karena tingginya kepadatan. Persamaan (2.3) merupakan persamaan yang menunjukkan bahwa laju kematian meningkat karena tingginya kepadatan. Dari persamaan (2.1), (2.2), dan (2.3) diperoleh penurunan model pertumbuhan logistik dengan cara menyubstitusikan persamaan (2.2) dan (2.3) pada persamaan (2.1) sebagai = [( ) ( + )] = [( ) ( + ) ] = ( ) ( ) [( ) ( + ) ] = ( ) ( ) ( ) ( + ) ( ) Jika mengacu pada Allen dan Allen [2], Gotelli [3], serta Matis dan Kiffe [4] diketahui bahwa laju intrinsik (r) dapat dituliskan dengan =, dengan mengacu pada persamaan (2.2) dan (2.3) persamaan pada model dapat dituliskan = 1 ( + ) ( ) = 1 1 ( ) ( + ) Besaran ( ) adalah kapasitas batas lingkungan (K) yaitu kapasitas batas maksimal ( ) lingkungan (Gotelli [3]). Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai. = 1. (2.4). 4

Persamaan (2.4) disebut model pertumbuhan logistik yang mempunyai penyelesaian: ( ) = 1 +. (2.5) Persamaan (2.5) merupakan penyelesaian model pertumbuhan logistik dengan sebagai nilai awal. Menurut Matis dan Kiffe [4], jika nilai awal = 0, maka populasi akan terus meningkat sampai mendekati nilai kapasitas batas lingkungan. Jika nilai awal =, maka populasi tidak akan berkurang dan tidak akan bertambah, tetapi jika nilai awal >, maka populasi akan berkurang sampai berada pada =. 3. PENERAPAN DAN SIMULASI Model pertumbuhan logistik dapat didefinisikan sebagai model pertumbuhan yang dibatasi oleh suatu faktor penghambat serta memperhitungkan faktor logistik yang berupa makanan dan ruang hidup (Matis dan Kiffe [4]). Data untuk laju intrinsik model pertumbuhan logistik diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Klaten. Data yang didapatkan adalah jumlah penduduk, jumlah kelahiran, jumlah kematian serta jumlah imigrasi dan emigrasi di Kabupaten Klaten pada tahun 1984 sampai 2010. Menurut Gotelli [3], diasumsikan bahwa populasi tertutup yang artinya tidak ada individu yang berpindah (tidak ada imigrasi dan emigrasi). Asumsi ini digunakan karena laju pertumbuhan intrinsik pada model pertumbuhan logistik difokuskan pada kelahiran dan kematian. Dari asumsi tersebut penduduk yang masuk (imigrasi) dianggap sebagai penduduk yang lahir dan penduduk yang keluar (emigrasi) adalah penduduk yang mati. Dari data tersebut dicari nilai laju intrinsik pada setiap tahun. Laju intrinsik diperoleh dari nilai laju kelahiran dikurangi laju kematian ( = ). Laju kelahiran didapatkan dari jumlah kelahiran ditambah jumlah imigrasi dibagi jumlah penduduk dan laju kematian didapatkan dari jumlah kematian ditambah jumlah emigrasi dibagi jumlah penduduk. Perhitungan laju intrinsik disajikan dalam Tabel 1. 5

Tabel 1. Data laju intrinsik dengan kelahiran dan kematian Tahun Laju Intrinsik Tahun Laju Intrinsik 1983-1997 0,004233136 1984 0,012009219 1998 0,004434764 1985 0,009249276 1999 0,006918745 1986 0,004864096 2000 0,011903645 1987 0,005568975 2001 0,006016779 1988 0,004597049 2002 0,004903451 1989 0,005420401 2003 0,004515003 1990 0,005149074 2004 0,003502145 1991 0,004703622 2005 0,003502145 1992 0,004491733 2006 0,003321779 1993 0,00546343 2007 0,002887461 1994 0,005188977 2008 0,002696668 1995 0,010910281 2009 0,002627462 1996 0,006073045 2010 0,002785336 Dari perhitungan didapatkan nilai rata-rata laju intrinsik adalah 0,00555521, standar deviasi sebesar 0,002597656. Untuk mendapatkan nilai di atas rata-rata dan di bawah rata-rata maka nilai standar deviasi digunakan untuk menambah dan mengurangi rata-rata nilai laju intrinsik. Dari perhitungan didapatkan nilai sebesar 0,00555521, 0,008152866 dan 0,002957554. Nilai laju tersebut akan digunakan sebagai nilai laju intrinsik pada simulasi model pertumbuhan logistik. Jumlah populasi yang dapat ditampung oleh Kabupaten Klaten sebesar 3.072,41 jiwa/km sedangkan luas wilayah Kabupaten Klaten adalah 655,56 km sehingga = Luas daerah Kapasitas tampung/km = 655,56 km 3.072,41 jiwa/km = 2.014.149,1 2.014.150 jiwa Simulasi dari model pertumbuhan logistik diambilkan dari persamaan (2.5). Pertumbuhan populasi dengan laju intrinsik sebesar 0,00555521, 0,008152866 dan 0,002957554 serta nilai kapasitas batas lingkungan sebesar 2.014.150 dengan nilai awal = 1.138.542 serta rentang waktu adalah 100 tahun disajikan pada Gambar 1. 6

Gambar 1. Pertumbuhan populasi dengan = 2.014.150, = 1.138.542 Gambar 1 menunjukkan bahwa garis berwarna hijau mempunyai pertumbuhan populasi yang lebih cepat dari garis berwana merah dan biru. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil simulasi pada garis hijau yang menunjukkan jumlah populasi Kabupaten Klaten saat = 100 adalah sebesar 1.502.740 sedangkan jumlah populasi Kabupaten Klaten yang ditunjukkan garis berwarna merah adalah sebesar 1.397.490 dan untuk garis berwarna biru menunjukkan bahwa jumlah populasi Kabupaten Klaten saat = 100 adalah sebesar 1.281.140. Berdasarkan hasil simulasi dapat dikatakan bahwa saat nilai laju intrinsik besar maka pertumbuhan populasi semakin cepat yang artinya bahwa pertumbuhan populasi semakin cepat untuk mencapai nilai kapasitas batas lingkungan saat nilai laju intrinsik besar. 4. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan, diperoleh dua kesimpulan. 1. Model pertumbuhan logistik dapat dinyatakan sebagai = 1 7

2. Berdasarkan hasil penerapan dan simulasi model pertumbuhan logistik didapatkan jika semakin besar nilai maka pertumbuhan populasi semakin cepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil simulasi pada saat = 100 dan = 0,008152866 jumlah populasi Kabupaten Klaten adalah 1.502.740 sedangkan jumlah populasi Kabupaten Klaten pada saat = 100 dan = 0,00555521 adalah sebesar 1.397.490 dan pada saat = 100 dan = 0,002957554 jumlah populasi Kabupaten Klaten adalah sebesar 1.281.140. DAFTAR PUSTAKA [1] Allen, L. J. S., An Introduction to Stochastic Epidemic Models, Department of Mathematics and Statistic, Texas Tech University, Lubbock, Texas, 2008. [2] Allen, L. J. S., and E. J. Allen., A Comparison of Three Different Stochastic Population Models with Regard to Persistence Time. Theoretical Population Biology, Texas Tech University, Lubbock, Texas 64 (2003), 439-449 [3] Gotelli, N. J., A Primer of Ecology. Sinour Associates, Inc. University of Vermont, USA, 1995. [4] Matis, J. H., and T. R. Kiffe., Effect of Immigration on some Stochastic Logistic Models. Theoretical Population Biology, USA 56 (1999), 139-161 [5] Muchyidin, A., Model Pertumbuhan Populasi dan Kaitannya dengan Epidemi Penyakit Tuberkolosis. Thesis Magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2009. [6] Tobing, I. S. L., Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata. Universitas Jakarta, Jakarta, 2008, Vol 01, no. 01, 01-10. 8