BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapas Sukamiskin yang berlokasi di jalan A.H Nasution No. 114 Bandung. Sejak 2012, Lapas Sukamiskin telah ditetapkan sebagai lapas khusus tindak pidana korupsi (tipikor). Hingga Juni 2013 kemarin, Lapas Sukamiskin Bandung telah menampung 287 narapidana korupsi. Mereka berasal dari berbagai daerah, mulai dari DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Banten dan Sulawesi Utara. 2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi penelitian ini adalah narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Artinya, sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sebagai sumber data yang benar-benar mewakili keseluruhan populasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purpossive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangannya adalah individu yang dipilih sebagai sampel merupakan narapidana dengan masa tahanan lebih dari dua tahun. B. Desain Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu tipe kepribadian variabel independen dan problem solving appraisal sebagai variabel dependen. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
40 (Sugiyono, 2008). Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008). Selain itu terdapat satu variabel mediator, yakni cognitive appraisal. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2008). Di antara ketiga variabel ini akan dicari hubungannya masingmasing, dan variabel moderator akan diuji sejauh mana variabel tersebut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (lihat gambar 3.1). Analisa data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah statistik korelasional product moment dan uji coba model mediasi dengan metode causal steps didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui kuesioner pengukuran tipe kepribadian, cognitive appraisal dan problem solving appraisal. Tipe Kepribadian (Variabel Independen) Problem Solving Appraisal (Variabel Dependen) Cognitive Appraisal (Variabel Moderator) Gambar 3.1. Desain Penelitian Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Problem Solving Appraisal pada Narapidana Korupsi Lapas Sukamiskin Bandung
41 C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu faktor atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2004). Dalam penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel tipe kepribadian, cognitive appraisal, dan problem solving appraisal. D. Definisi Operasional 1. Tipe Kepribadian Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan respon-respon dan kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkan napi dalam menghadapi trauma atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama di lapas. Tipe kepribadian ini akan diambil dengan menggunakan instrumen tipe kepribadian oleh Andanawari (2013) yang di adaptasi dari Eysenck Personality Inventory (EPI). 2. Cognitive Appraisal Cognitive appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan napi terhadap lingkungan lapas. Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner cognitive appraisal berdasarkan teori Lazarus, yaitu primary appraisal dan secondary appraisal. Primary appraisal adalah penilaian napi terhadap situasi yang dihadapinya selama di lapas. Secondary appraisal adalah penilaian napi terhadap kemampuannya dalam mengatasi permasalahan di lapas dan sumber adekuat yang dimilikinya. Hal ini
42 akan digambarkan melalui instrumen cognitive appraisal yang didasarkan pada teori cognitive appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984). 3. Problem Solving Appraisal Problem solving appraisal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian napi terhadap kepercayaan dirinya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan di lapas. Serta kecenderungan untuk menghindari atau menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengontrol diri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah di lapas. Hal ini akan digambarkan melalui instrumen problem solving appraisal oleh Septiani (2013) yang diadaptasi dari The Problem Solving Inventory (PSI). E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket atau kuesioner dengan menggunakan skala psikologis. Instrumen yang digunakan terdiri dari instrumen yang mengungkap hubungan antara tipe kepribadian dengan problem solving appraisal pada narapidana korupsi, dan instrumen cognitive appraisal sebagai mediasi. 1. Instrumen Tipe Kepribadian Alat ukur tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari instrumen tipe kepribadian oleh Andanawari (2013), yang berdasarkan pada Eysenck Personality Inventory (EPI). Eysenck (1963) mengembangkan sebuah inventori untuk menentukan kecenderungan tipe kepribadian extraversionintroversion dan neuroticism-non neuroticism. EPI terdiri dari 70 item yang terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 28 item mengukur neuroticism-stabilitas emosi, 31 item mengukur ekstrovert-introvert, dan 11 item sebagai lie scale. Dalam penelitian ini, item EPI yang digunakan difokuskan pada dimensi ekstrovert-introvert sesuai area permasalahan yang akan diteliti.
43 Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Eysenck Personality Inventory (EPI) Dimensi Sub Dimensi Indikator No Item Pertanyaan Ekstrovert- Activity - Aktivitas fisik 1, 6, 16, 19, Introvert - Kecepatan dalam 20, 21, 23 bergerak Sociability - Kesukaan dalam mencari teman dan bertemu dengan banyak orang Risk Taking - Keberanian mengambil resiko Impulsiveness Expressiveness Reflectiveness Responsibility - Kecenderungan bertindak secara mendadak - Kurang menggunakan pertimbangan - Pernyataan perasaan - Kemauan memperlihatkan emosi secara terbuka - Kedalaman berpikir - Rasa tanggung jawab terhadap tugasnya Jumlah Item 7 2, 10, 17, 24 4 3, 18, 25 3 4, 8, 9, 11, 12, 14, 22 7 5, 27 2 13, 15, 26, 28 4 7, 29 2 Jumlah Total Item 29 Peneliti membagikan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan membubuhkan tanda silang (X) di bawah pilihan jawaban Ya atau Tidak. Setiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut mengandung indikasi sebagai berikut.
44 a. ae untuk pertanyaan affiliative extraversion b. ne untuk pertanyaan non affiliative extraversion Tabel 3.2. Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory (EPI) Poin Ya Tidak ae 1 0 ne 0 1 Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu; untuk pertanyaan ektrovert-introvert, subjek dikatakan memiliki kecenderungan ekstrovert apabila nilai yang dicapai lebih dari median. Sebaliknya, subjek dikatakan memiliki kecenderungan introvert apabila nilai yang dicapai kurang, dan sama dengan nilai median. 2. Instrumen Cognitive Appraisal Instrumen cognitive appraisal yang digunakan berdasarkan teori cognitive appraisal oleh Lazarus & Folkman (1984), yang terdiri dari primary appraisal dan secondary appraisal. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks dan permasalahan yang akan diteliti, dan untuk penelitian ini teori yang dipakai hanya primary appraisal. Primary appraisal melibatkan tiga aspek, yaitu; irrelevant, benign-positive, dan stressful (harm/loss, treat, challenge). Penilaian yang irrelevant adalah penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas yang tidak membawa implikasi terhadap kehidupan napi. Benign-positive akan ditafsirkan pada penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas sebagai sesuatu yang positif yang dapat mendukung kehidupan napi. Sedangkan stressful merupakan penilaian napi terhadap suatu tekanan yang membuat napi merasa tertekan dan tidak nyaman terhadap kehidupan di lapas, sehingga memunculkan perilaku stres. Instrumen cognitive appraisal terdiri dari 26 item, yang mengukur dimensi primary appraisal. Instrumen menggunakan skala Likert, yang merupakan metode penskalaan yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
45 kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Pada kuesioner terdapat lima pilihan dalam menjawab setiap pernyataan. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif pilihan yang tersedia, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan dari setiap pernyataan memiliki nilai sebagai berikut: Tabel 3.3. Bobot Penilaian Instrumen Cognitive Appraisal Alternatif Pilihan Item Favorabel Unfavorabel Sangat Setuju (SS) 5 1 Setuju (S) 4 2 Ragu-ragu (R) 3 3 Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 Intrumen berupa kuesioner dengan rating scale. Kuesioner rating scale yaitu sebuah pernyataan tertulis yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan (misalnya: mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju) untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi cognitive appraisal napi dalam menghadapi kehidupan di Lapas. Sebaliknya napi dengan skor yang rendah, menunjukkan cognitive appraisal yang rendah. Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Cognitive Appraisal Dimensi Primary Appraisal Sub Dimensi Irrelevant Indikator Napi merasa pengalaman atau keadaannya di lapas sebagai sesuatu yang tidak membawa implikasi terhadap kehidupannya. Fav 1, 7, 12, 18, 25, 29 Item Unfav Jumlah Item - 6 Benignpositive Napi menafsirkan pengalaman atau 2, 8, 13, 19, 30 5
46 keadaannya di lapas sebagai sesuatu yang positif yang dapat mendukung kehidupan napi. Stressful Harm/loss Napi menganggap keberadaannya di lapas sebagai sesuatu yang dapat merusak kehidupannya, dan dapat membuatnya kehilangan sesuatu yang berharga atau dicintai. - 3, 9, 14, 20, 26, 27 6 Threat Napi menganggap keadaan di lapas sebagai sesuatu yang dapat mengancam dirinya. - 4, 10, 15, 21, 22 5 Challenge Napi menganggap pengalaman atau keadaan di lapas sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi. 5, 16, 23, 28 4 Jumlah Total Item 26 Keterangan: Fav = Favorabel Unfav = Unfavorabel 3. Instrumen Problem Solving Appraisal Instrumen yang digunakan untuk mengukur problem solving appraisal diadaptasi dari instrumen problem solving appraisal oleh Septiani (2013), yang berdasarkan pada The Problem Solving Inventory (PSI). Heppner (1982) mengembangkan PSI untuk mengukur kesadaran individu pada kemampuan problem solving secara umum. PSI merupakan inventori yang menggunakan tipe
47 skala likert dengan sistem penyekoran dari 1 (sangat setuju) sampai dengan 5 (sangat tidak setuju). Item-item yang digunakan terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat positif dan negatif atau favorable dan unfavorable. Tabel 3.5. Bobot Penilaian Instrumen Problem Solving Appraisal Alternatif Pilihan Item Favorabel Unfavorabel Sangat Setuju (SS) 5 1 Setuju (S) 4 2 Ragu-ragu (R) 3 3 Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 Instrumen The Problem Solving Inventory (PSI) terdiri dari 33 item, yaitu 11 item untuk mengukur problem solving confidence, 16 item untuk mengukur the approach-avoidance style, dan 6 item untuk mengukur personal control. Tingginya nilai PSI diartikan bahwa individu tidak yakin bahwa dirinya dapat memecahkan permasalahan secara efektif (ineffective problem solvers) (Heppner & Petersen, 1982). Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Problem Solving Appraisal No. Dimensi Indikator 1. Problem solving cofidence Napi percaya terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapinya di Lapas Favorabel 5, 6, 10, 12, 19, 20, 23, 24, 27, 28, 33 Item Unfavorabel Jumlah Item - 11 2. The Approachavoidance style Napi cenderung memilih menyelesaikan masalah atau menghindari masalah saat menghadapi permasalahan di Lapas 2, 7, 13, 15, 16, 17, 18, 22, 29, 31 1, 4, 14, 21, 26, 30 16
48 3. Personal control Napi percaya bahwa ia dapat mengendalikan emosi dan perilakunya saat mencoba untuk menyelesaikan permasalahan di Lapas 3, 8, 9, 11, 25, 32 6 Jumlah Total Item 33 F. Proses Pengembangan Instrumen Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan uji coba untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat variabel yang akan diukur. Uji coba instrumen dalam penelitian ini bersifat uji coba terpakai, yang berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Data yang terkumpul akan diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas, yang kemudian diolah lagi dengan menghilangkan item-item yang tidak valid ataupun reliabel. 1. Uji Validitas a. Validitas isi Untuk uji validitas, peneliti menggunakan pengujian validitas isi (content validity). Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-item alat ukur mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauhmana item-item tersebut mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2010). Uji validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan expert atau professional judgement. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di Jurusan Psikologi yaitu Drs. MIF Baihaqi, M.Si. dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. untuk melakukan penilaian terhadap instrumen cognitive appraisal. Setelah dianalisis terdapat beberapa perbaikan pada beberapa item, dan penambahan jumlah item. Instrumen yang awalnya berjumlah 27 diperbaiki dan ditambahkan 3 item menjadi 30 item. Akan tetapi setelah dilakukan
49 pengolahan data, dimensi secondary appraisal akhirnya dihapus sehingga tersisa 26 item. Untuk dua instrumen lainnya, yaitu tipe kepribadian dan problem solving appraisal, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada. b. Analisis Item Analisis item merupakan prosedur untuk meningkatkan validitas dan reabilitas suatu alat tes dengan cara memilih item-item yang sesuai dengan tujuan alat tes (Crocker dan Agina dalam Septiani, 2013). Analisis item didasarkan dari data empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-parameter item seperti indeks kesukaran item, indeks diskriminasi item, analisis reabilitas dan validitas alat ukur tersebut (Azwar, 2010). Setelah melakukan mengambilan data, peneliti melakukan pemilihan item melalui pengujian daya diskriminasi item yang akan menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan corrected item-total correlation atau daya beda item (Azwar, 2010: 59). Suatu item dikatakan layak jika memiliki koefisien korelasi r 0,30 tetapi jika jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka koefisien korelasi dapat diturunkan dari 0,30 menjadi 0,20 (Azwar, 2010). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, terdapat beberapa item yang tidak layak untuk digunakan. Item-item tersebut kemudian tidak akan disertakan dalam proses pengolahan data. Hasil pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
50 Tabel 3.7. Hasil Pengembangan Instrumen Tipe Kepribadian Dimensi Sub Dimensi No Item yang Layak Ekstrovert dan Introvert No Item yang Tidak layak Activity 1, 6, 16, 19, 21 20, 23 Sociability 2, 10 17, 24 Risk Taking 3, 18, 25 - Impulsiveness 4, 8, 9, 14, 22 11, 12 Expressiveness 27 5 Reflectiveness 26, 28 13, 15 Responsibility 7, 29 - Total 20 9 Tabel 3.8. Hasil Pengembangan Instrumen Cognitive Appraisal Dimensi Sub Dimensi No Item yang Layak No Item yang Tidak layak Primary Appraisal Irrelevant 1, 7, 18, 25, 29 12 Benign-positive 2, 13 8, 19, 30 Stressful Harm/loss 3, 9, 14, 20, 26, 27 - Threat 4, 15, 21, 22 10 Challenge 16, 28 5, 23 Total 19 7 Tabel 3.9. Hasil Pengembangan Instrumen Problem Solving Appraisal Dimensi No Item yang Layak No Item yang Tidak layak Problem Solving Confidence 5, 6, 10, 12, 19, 20, - 23, 24, 27, 28, 33 The Approach-avoidance Style 1, 2, 4, 7, 13, 14, 15, 17, 26, 29 16, 18, 21, 22, 30, 31 Personal Control 3, 8, 32 9, 11, 25 Total 27 6 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran sehingga reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 2010). Reliabilitas
51 menunjukkan sejauhmana konsistensi hasil pengukuran apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2009). Instrumen yang reliabel cenderung menghasilkan data yang sama dalam waktu yang berbeda. Pengukuran reliabilitas dihitung dengan koefisien alpha cronbach. Aiken (2002) mengatakan bahwa koefisien alpha cronbach sebesar 0,6 sampai 0,8 dikatakan cukup pada sebuah alat untuk menentukan perbedaan antar kelompok, selama alat itu tidak dipergunakan untuk membandingkan tiap individu dengan individu lainnya. Pembagian koefisien alpha cronbach pun dapat dibedakan sebagai berikut (Guilford dalam Sugiyono, 2010). Tabel 3.10. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach Kriteria Koefisien Sangat Reliabel >0,900 Reliabel 0,700-0,900 Cukup Reliabel 0,400-0,700 Kurang Reliabel 0,200-0,400 Tidak Reliabel <0,200 Dengan mengacu pada kategorisasi koefisien reliabilitas alpha cronbach di atas, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang diuji cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian reliabilitas ketiga instrumen penelitian ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 3.11. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Sebelum dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.696 29
52 Tabel 3.12. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Setelah dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.778 20 Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen tipe kepribadian sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,696. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tipe kepribadian cukup reliabel. Setelah dilakukan seleksi item, instrumen tipe kepribadian mengalami peningkatan nilai alpha cronbach menjadi 0,787 dan reliabilitasnya menjadi reliabel. Tabel 3.13. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Sebelum dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.772 26 Tabel 3.14. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Setelah dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.803 19 Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen cognitive appraisal sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,772, dan setelah seleksi item bernilai 0,803. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.
53 Tabel 3.15. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Sebelum dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.783 33 Tabel 3.16. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Setelah dilakukan Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.869 27 Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen problem solving appraisal sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,783, dan setelah seleksi item bernilai 0,869. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Pertimbangan penggunaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data adalah banyaknya jumlah subjek penelitian, sehingga digunakan kuesioner agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien. H. Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan hasil uji asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan linear, maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik parametrik. Namun jika hasil uji asumsi menunjukkan data tidak berdistribusi
54 normal atau linear maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik nonparametrik. 1. Uji Asumsi a. Uji normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 20.0 for Windows dengan metode uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya > 0,05. Sedangkan data berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya 0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.17. Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tipe Kepribadian Cognitive Appraisal Problem Solving Appraisal N 43 43 43 Normal Parameters a,b Mean 8.2326 68.5116 104.2558 Std. Deviation 3.77231 9.31556 8.95516 Most Extreme Differences Absolute.163.104.175 Positive.163.069.175 Negative -.108 -.104 -.149 Kolmogorov-Smirnov Z 1.069.680 1.149 Asymp. Sig. (2-tailed).204.745.143 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2- tailed) dari variabel Tipe Kepribadian, Cognitive Appraisal, dan Problem Solving Appraisal masing-masing sebesar 0,204, 0,745 dan 0,143. Ketiganya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel tersebut berdistribusi normal.
55 b. Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk melihat hubungan secara linear antara variabel tipe kepribadian dengan problem solving appraisal, tipe kepribadian dengan cognitive appraisal, dan cognitive appraisal dengan problem solving appraisal. Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel lainnya dengan membentuk garis linear. Suatu hubungan dapat dikatakan linear apabila adanya kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua variabel tersebut. Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 20.0 for Windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Hasil perhitungan uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.18. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Problem Solving Appraisal ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 22.686 1 22.686.278.601 b 1 Residual 3345.500 41 81.598 Total 3368.186 42 a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,601 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian dengan problem solving appraisal tidak linear.
56 Tabel 3.19. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Cognitive Appraisal ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 276.998 1 276.998 3.372.074 b 1 Residual 3367.747 41 82.140 Total 3644.744 42 a. Dependent Variable: Cognitive Appraisal b. Predictors: (Constant), Tipe Kepribadian Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,074 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian dengan cognitive appraisal tidak linear. Tabel 3.20. Hasil Uji Linearitas antara Cognitive Appraisal dengan Problem Solving Appraisal ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1027.689 1 1027.689 18.003.000 b 1 Residual 2340.497 41 57.085 Total 3368.186 42 a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal b. Predictors: (Constant), Cognitive Appraisal Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara cognitive appraisal dengan problem solving appraisal linear. 2. Uji Korelasi Uji korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini dilakukan uji korelasi untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel tipe kepribadian (independen), cognitive appraisal (mediator), dan problem solving appraisal (dependen). Untuk data yang berdistribusi normal dan
57 linear digunakan uji korelasi product moment Pearson sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal dan linear maka digunakan uji korelasi rank spearman. Berdasarkan hasil uji normalitas dan linearitas, data menunjukkan distribusi yang normal dan linear sehingga uji korelasi menggunakan uji korelasi product moment Pearson. Uji korelasi akan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS version 20.0 for Window. Setelah nilai koefisien korelasi didapatkan, maka untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai berikut (Arikunto, 2010). Tabel 3.21. Interpretasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,000 0,199 Sangat rendah 0,200 0,399 Rendah 0,400 0,599 Sedang 0,600 0,799 Kuat 0,800 1,000 Sangat kuat 3. Uji Signifikansi Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan berlaku untuk seluruh populasi atau tidak (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini uji signifikansi dilakukan dengan cara mengkonsultasikan angka Sig. dengan tingkat kesalahan α = 0,05. Apabila nilai Sig. hubungan kedua variabel tersebut < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan. Tabel 3.22. Kriteria Signifikansi Variabel Kriteria Probabilitas > 0,05 Probabilitas 0,05 H 0 diterima H 0 ditolak
58 4. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi Suatu variabel dapat disebut sebagai variabel mediator apabila variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan prosedur causal steps yang dikembangkan oleh Baron & Kenny (1986; dalam Andanawari, 2013). Dalam pengujian causal steps, peneliti harus mengestimasi tiga persamaan regresi sebagai berikut. a. Persamaan regresi sederhana variabel mediator (M) pada variabel independen (X). b. Persamaan regresi sederhana variabel dependen (Y) pada variabel independen (X). c. Persamaan regresi berganda variabel dependen (Y) pada kedua variabel independen (X) dan variabel mediator (M). Berdasarkan hasil estimasi ketiga model regresi tersebut, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar tercapainya mediasi. Pertama, variabel independen harus signifikansi mempengaruhi variabel mediator. Kedua, variabel independen harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Ketiga, variabel mediator harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Mediasi terjadi jika pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lebih rendah pada persamaan ketiga dibandingkan pada persamaan kedua (Baron & Kenny, 1986; dalam Andanawari, 2013). Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur Uji Sobel (Sobel Test) yang dikembangkan oleh Sobel (Andanawari, 2013). Uji Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) kepada variabel dependen (Y) melalui variabel mediator (M) (Andanawari, 2013). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur M Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c - c ), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, dan c adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M (Andanawari, 2013). Gambaran hubungan antara variabel independen dan dependen dengan pengaruh mediator dapat dilihat pada gambar berikut.
59 Gambar 3.2. Gambaran Hubungan antara Variabel Independen dan Dependen dengan Pengaruh Mediator Standar error koefisien a dan b ditulis dengan S a dan S b, sementara S ab menggambarkan besarnya standar error tidak langsung (indirect effect). S ab dihitung dengan rumus, Keterangan: S ab a b S a S b : Standar error tidak langsung : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh X terhadap M : Koefisien regresi tidak terstandar yang menggambarkan pengaruh M terhadap Y : Standar error dari koefisien a : Standar error dari koefisien b Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, perlu dihitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus,
60 Nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel, jika t hitung lebih besar dari nilai t tabel (+1,96) atau lebih kecil (-1,96) maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi. Tes Sobel dapat dihitung dengan bantuan kalkulator online yang dapat diakses di http://quantpsy.org/sobel/sobel.html dengan memasukkan angka-angka di atas (Andanawari, 2013).