Blending Agregat Menggunakan Algoritma Genetika

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH KURVA GRADING IDEAL AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN VARIASI BLENDING MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

STUDI PENGARUH KURVA GRADING IDEAL AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN VARIASI BLENDING MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

STUDI PENGARUH KURVA GRADING IDEAL AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN VARIASI BLENDING MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

OLEH : YUDHISTIRA BAWA YUSHA DOSEN KONSULTASI Bambang Piscesa, ST, MT Ir. Aman Subakti, M.Sc

Optimasi (Unequal) Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya:

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1

Prediksi Kuat Tekan Beton Berbahan Campuran Fly Ash dengan Perawatan Uap Menggunakan Metode Kematangan

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

Algoritma Genetika Ganda untuk Capacitated Vehicle Routing Problem

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya

Bab II Konsep Algoritma Genetik

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya,

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL PENYELESAIAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE LOCAL SEARCH ALGORITHM DENGAN CROSS OVER

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS

OPTIMASI PENJADWALAN SUMBER DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIK TESIS MAGISTER OLEH: DEDE SUMIRTO PEMBIMBING: DR.IR. BIEMO W.

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

Algoritma Genetika Ganda (AGG) untuk Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP)

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai pedoman perawatan adalah sebuah panduan sebagaimana

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Perbandingan Produktivitas Static Tower Crane dan Mobile Crane dengan Modifikasi Posisi Titik Supply

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

LABORATORIUM BETON PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA JL. KAPTEN MUKHTAR BASRI NO.

BAB I PENDAHULUAN. beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Semakin meluasnya penggunaan beton

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit

ANALISIS UKURAN AGREGAT KASAR PADA SIFAT MEKANIS BETON

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Perancangan Dan Pembuatan Aplikasi Rekomendasi Jadwal Perkuliahan Pada Institut Informatika Indonesia Memanfaatkan Algoritma Genetika

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

Lingkup Metode Optimasi

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Optimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-113 Blending Menggunakan Algoritma Genetika Yeni Rochsianawati, PujoAji dan Januarti Jaya Ekaputri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 E-mail: pujo@ce.its.ac.id Abstrak Blending agregat merupakan proses untuk menentukan proporsi yang tepat dari agregat yang kemudian dicampur sehingga dapat ditemukan gradasi atau susunan besar butir agregat yang sesuai dengan spesifikasi batasan yang ada. Blending agregat dapat diselesaikan menggunakan beberapa metode, diantaranya metode coba-coba, metode grafis dan metode optimasi. Di Indonesia, penyelesaian blending agregat masih dikerjakan secara manual (metode coba-coba dan metode grafis). Dengan menggunakan metode tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasil dari proses blending agregatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat dibuat sebuah program yang bisa menjalankan proses blending agregat dengan cepat, baik itu untuk agregat halus maupun agregat kasar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan algoritma genetika. Algoritma Genetika merupakan metode optimasi yang dikembangkan berdasarkan pada teori evolusi biologi. Pada penelitian ini, syarat batasan gradasi agregat yang dipakai untuk blending diambil dari ASTM C33-3. Hasil dari program ini berupa nilai proporsi dari tiap agregat yang diblending. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil proporsi agregat yang dihasilkan dari program ini dapat menghasilkan gradasi agregat yang memenuhi atau paling mendekati syarat batasan gradasi ASTM C33-3. Program blending agregat ini dapat digunakan untuk blending n agregat sekaligus, dimana n merupakan jumlah jenis agregat dan hasil dari programnya dapat diketahui dengan cepat karena untuk sekali proses running hanya dibutuhkan waktu < 1 detik saja. Kata Kunci algoritma genetika, blending agregat, gradasi agregat I. PENDAHULUAN GREGAT, baik itu agregat kasar maupun halus memiliki Agradasi yang bervariasi. yang ada di pasaran dikelompokkan menjadi agregat yang siap pakai dan agregat yang harus diolah terlebih dahulu [1]. Jika agregat yang belum diolah atau diayak tersebut akan digunakan untuk bahan baku beton, maka masih banyak agregat yang belum memenuhi persyaratan susunan besar butir atau gradasi agregat yang baik. Di dalam ASTM C33-3, telah disebutkan syarat-syarat gradasi agregat halus dan kasar yang baik, dimana nilai persen lolos atau persen tertahan dari agregat yang telah diayak harus memenuhi batasan-batasan gradasi agregat dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Apabila nilai tersebut tidak memenuhi persyaratan batasan gradasi, maka dilakukan pencampuran agregat / blending sampai didapatkan susunan gradasi yang memenuhi persyaratan batas gradasi [2]. Permasalahan dari blending agregat ini yaitu bagaimana menentukan proporsi agregat agar gradasinya dapat memenuhi persyaratan batas gradasi. Akan sulit untuk menentukan proporsi agregatnya jika yang akan diblending terdiri lebih dari 2 macam fraksi. Sudah banyak metode yang dikembangkan dalam menyelesaikan problem blending agregat ini dan metode tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu metode coba-coba (trial and error), metode grafis serta metode optimasi [3]. Di Indonesia, telah ada penelitian mengenai pengaruh gradasi agregat terhadap perilaku beton yang dilakukan oleh Hermanto dan Prabowo [4]. Pada penelitian ini, agregat yang akan diblending hanya terdiri dari satu macam fraksi untuk agregat kasar dan satu macam fraksi untuk agregat halus, dimana standar untuk batasan gradasinya menggunakan ASTM C33-3[2] dan untuk menentukan proporsi masingmasing agregat masih menggunakan metode coba-coba. Selain itu, permasalahan blending agregat untuk beberapa macam fraksi lebih sering dijumpai pada permasalahan perkerasan jalan aspal beton dan biasanya diselesaikan menggunakan metode grafis dan analitis seperti penelitian yang dikerjakan oleh Fannisa dan Wahyudi [5]. Sedangkan di luar Indonesia, penelitian mengenai blending agregat untuk beberapa macam fraksi telah menempati ruang lingkup yang lebih luas dimana tidak hanya menggunakan metode coba-coba dan grafis saja, melainkan telah dilakukan juga penyelesaian menggunakan metode optimasi yang berbasis pada bahasa pemrograman komputer. Algoritma Genetika (AG) merupakan metode optimasi yang berdasarkan pada teori evolusi dan suksesi generasi terbaik yang diperkenalkan pertama kali oleh Holland (1975). AG dikelompokkan dalam metode pencarian heuristik seperti simulated annealing, ant colony optimization dan tabu search. Dengan menggunakan AG akan diperoleh solusi permasalahan yang berupa sekumpulan populasi yang diperoleh dari inisiasi generasi dan sebuah proses iterasi operator genetika yaitu reproduksi, crossover dan mutasi [6]. AG dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan blending agregat seperti yang telah dikerjakan oleh Toklu [6]. Pada penelitian ini, permasalahan blending agregat akan coba diselesaikan menggunakan metode optimasi algoritma genetika yang dimodelkan sebagai single objective problem. Diharapkan dengan program baru ini, permasalahan blending agregat ini dapat diselesaikan dengan praktis, cepat dan mudah serta dapat memenuhi persyaratan batasan gradasi yang ada.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-114 II. URAIAN PENELITIAN Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : A. Studi literatur dan studi kasus mengenai Blending agregat dan algoritma genetika 1) Blending Berikut ini merupakan tahapan dari proses blending agregat yaitu [7] : a. yang akan diblending harus melalui tes analisa ayakan. b. Dari hasil tes analisa ayakan tersebut akan diperoleh berat tertahan agregat di tiap-tiap ayakan. c. Dilakukan proses perhitungan untuk mencari nilai % berat tertahan dan nilai % berat yang lolos yang dihitung secara kumulatif pada tiap-tiap ayakan. d. Jika hasil dari perhitungan tersebut berada diantara nilai syarat batasan gradasi, maka gradasi tersebut memenuhi persyaratan. Apabila hasilnya berada di luar syarat batasan gradasi, maka gradasi agregat tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi syarat campuran beton yang baik dan perlu untuk dilakukan blending agregat. e. Perhitungan blending agregat dilakukan secara analitis untuk memperoleh susunan gradasi yang memenuhi syarat ASTM C33-3 [2]. Rumus analitis yang digunakan untuk blending n jenis agregat yaitu :... (1) dengan 1 (2) dan (3) dimana : A 1 = nilai % lolos agregat pertama pada ayakan tertentu A 2 = nilai % lolos agregat kedua pada ayakan tertentu A n = nilai % lolos agregat ke-n pada ayakan tertentu x 1, x 2, x n = prosentase agregat yang dicari y = nilai batas syarat agregat pada ayakan tertentu n = jumlah jenis agregat f. Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil berupa proporsi dari tiap agregat yang diblending. Jika hasil proporsi yang didapatkan berada di luar batasan gradasi dan masih belum memenuhi (2) dan (3), maka perhitungan blending harus diulang kembali sampai didapatkan hasil yang dapat memenuhi semua persyaratan tersebut. Studi kasus blending agregat yang dipakai pada penelitian ini yaitu blending untuk 2, 3 dan 4 agregat dengan jenis agregat yang sama. halus (AH) diblending dengan AH dan agregat kasar (AK) diblending dengan AK [8]. 2) Algoritma Genetika Algoritma Genetika (AG) merupakan metode yang diadopsi dari ilmu biologi, maka banyak istilah-istilah biologi yang dipakai selama menjalankan proses AG [9]. Gambar 1 berikut ini merupakan flowchart cara kerja dari algoritma genetika. Gambar 1. Flowchart Cara Kerja Algoritma Genetika B. Pemodelan Objective Function untuk Proses Optimasi Setelah proses perhitungan dengan menggunakan persamaan (1), gradasi yang diblending seharusnya menempati posisi diantara batasan gradasi yang telah tercantum dalam ASTM C33-3. Jika gradasi yang diperoleh berada di luar batasan, maka harus diatur bagaimana caranya agar gradasi hasil blending nanti bisa berada di antara batasan atas dan batasan bawah. Berikut ini merupakan rumusan pemodelan objective function yang akan digunakan untuk proses optimasi pada program blending agregat yaitu : dimana,,, (5), dengan, A = jumlah kuadrat jarak gradasi di tiap-tiap ayakan x = nilai hasil perhitungan jarak gradasi dengan batasan j = nomor ayakan ke-... z = nilai hasil blending agregat bb = batas bawah gradasi agregat sesuai ASTM C33-3 ba = batas atas gradasi agregat sesuai ASTM C33-3 Constraint : - Syarat batasan gradasi ASTM C33-3 [2] - (2) dan (3) (4)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-115 Jika dihasilkan hasil yang minimum, yaitu nilai A =, maka maka hasil proporsi agregat yang diperoleh akan membuat gradasi agregatnya berada di antara syarat batasan gradasi dan apabila hasilnya dijumlahkan akan bernilai 1 dan nilainya >. Jika hasil A >, nilai proporsi yang didapat akan tetap berjumlah 1 dan bernilai >, akan tetapi hasil gradasi agregatnya masih ada yang tidak memenuhi batasan. Hasil gradasi tersebut merupakan hasil yang paling optimum dan yang paling mendekati batasan yang ada yang dapat dihasilkan oleh AG [8]. III. HASIL DAN ANALISA Proses dari program blending agregat ini dibagi menjadi dua bagian yaitu proses awal perhitungan blending agregat dan proses optimasi untuk mencari proporsi agregat yang diblending. Input untuk proses awal perhitungan blending agregat berupa data berat agregat yang tertahan pada tiap-tiap ayakan. Hasil dari proses ini berupa nilai persen lolos kumulatif pada tiap-tiap ayakan dimana hasil tersebut digunakan sebagai input untuk proses optimasi. Berikut ini merupakan metode yang dipilih untuk menjalankan proses optimasi algoritma genetika : - Nilai fitness yang akan dipakai untuk proses seleksi diskala dengan menggunakan metode ranking dimana individu terbaik pertama diberi ranking pertama, individu terbaik kedua diberi ranking kedua dan demikian seterusnya. - Proses seleksi menggunakan metode stochastic uniform. - Proses crossover menggunakan metode scattered. - Proses mutasi menggunakan metode adaptive feasible karena fungsi yang dioptimasi mempunyai constraint. Untuk proses optimasi, algoritma dijalankan dengan 1 generasi dengan 2 individu pada setiap generasinya. Hasil dari proses optimasi tersebut adalah proporsi dari setiap agregat yang dblending. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali running program untuk mendapatkan proporsi tersebut dibutuhkan waktu < 1 detik dengan menggunakan program komersial matematika. Hasil proporsi tersebut kemudian dikalikan dengan nilai persen lolos kumulatif pada tiap-tiap ayakan sehingga dapat diperoleh hasil sebuah gradasi gabungan. Program blending agregat ini telah diuji dengan menggunakan contoh kasus blending untuk dua, tiga dan empat jenis fraksi agregat, baik itu untuk agregat kasar maupun agregat halus [8]. Pada Gambar 2 berikut merupakan gambar grafik gradasi dua agregat kasar dengan ukuran 25 mm beserta batasan ASTM C33-3. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan algoritma genetika, diperoleh hasil gradasi gabungan seperti yang terdapat pada Gambar 3. Sedangkan contoh untuk blending dua agregat halus seperti yang terdapat pada Gambar 4 dengan hasil gradasi gabungan seperti pada Gambar 5. Dari Gambar 3 maupun Gambar 5 dapat dilihat bahwa gradasi gabungan hasil blending berada diantara batasan gradasi yang telah ditentukan pada ASTM C33-3 [2]. Hasil proporsi yang digunakan untuk membuat grafik gradasi gabungan tersebut terdapat pada Tabel 1. Dari hasil pada kolom jumlah pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil proporsi yang didapat telah memenuhi (2) dan (3). 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 2. Grafik Gradasi untuk Blending 2 Kasar 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 3. Grafik Gradasi Blending 2 Kasar 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 4. Grafik Gradasi untuk Blending 2 Halus AK 1 AK 2 AKG 2 AH 1 AH 2

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-116 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 5. Grafik Gradasi Blending 2 Halus AHG2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 7. Grafik Gradasi Blending 3 Halus AHG 3 No. Jenis agregat Tabel 1 Hasil Proporsi Blending 2 Objective Function Value Hasil Proporsi X1 X2 Jumlah 1 Halus. 58.33 41.67 1. 2 Kasar. 59.668 4.332 1. Berikut ini merupakan contoh kasus untuk blending 3 agregat. Gambar 6 merupakan gambar grafik gradasi tiga agregat halus beserta batasan ASTM C33-3. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan algoritma genetika, diperoleh hasil gradasi gabungan seperti yang terdapat pada Gambar 7. Sedangkan contoh untuk blending tiga agregat kasar dengan ukuran agregat sebesar 25 mm seperti yang terdapat pada Gambar 8 dengan hasil gradasi gabungan seperti pada Gambar 9. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 AK 1 AK 2 AK 3 Gambar 8. Grafik Gradasi untuk Blending 3 Kasar 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 AH 1 AH 2 Ah 3 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 AKG 3 Gambar 6. Grafik Gradasi untuk Blending 3 Halus Gambar 9. Grafik Gradasi Blending 3 Kasar

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-117 No. 1 2 Jenis agregat Halus Kasar Tabel 2. Hasil Proporsi Blending 3 Objective Function Value Hasil Proporsi X1 X2 X3 Jumlah. 68.72 17.868 13.43 1.. 68.57 11.327 2.616 1. Dari Gambar 7 maupun Gambar 9 dapat dilihat bahwa gradasi gabungan hasil blending berada diantara batasan gradasi yang telah ditentukan pada ASTM C33-3 [2]. Hasil proporsi yang digunakan untuk membuat grafik gradasi gabungan tersebut terdapat pada Tabel 2. Dari hasil pada kolom jumlah pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa hasil proporsi yang didapat telah memenuhi (2) dan (3). 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 1. Grafik Gradasi untuk Blending 4 Kasar 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 No. ayakan Gambar 11. Grafik Gradasi Blending 4 Kasar Pada Gambar 1 merupakan gambar grafik gradasi empat agregat kasar dengan ukuran 25 mm beserta batasan ASTM AK 1 AK 2 AK 3 AK 4 AKG 4 C33-3 dengan grafik hasil gradasi gabungan seperti yang terdapat pada Gambar 11. Sedangkan contoh untuk blending empat agregat halus seperti yang terdapat pada Gambar 12 dengan hasil gradasi gabungan seperti pada Gambar 13. No 1 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 12. Grafik Gradasi untuk Blending 4 Halus 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 13. Grafik Gradasi Blending 4 Halus Jenis agregat Halus Kasar Tabel 3 Hasil Proporsi Blending 4 Objective Function Value Hasil Proporsi X1 X2 X3 X4 Jumlah. 24.1 26.6 25.1 24.3 1.. 42.4 24.4 12.4 2.8 1. Dari Gambar 11 maupun Gambar 13 dapat dilihat bahwa gradasi gabungan hasil blending berada diantara batasan gradasi yang telah ditentukan pada ASTM C33-3 [2]. Hasil proporsi yang digunakan untuk membuat grafik gradasi gabungan tersebut terdapat pada Tabel 3. Dari hasil pada AH 1 AH 2 AH 3 AH 4 AHG 4

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 212) ISSN: 231-9271 D-118 kolom jumlah pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa hasil proporsi yang didapat telah memenuhi (2) dan (3). IV. KESIMPULAN Algoritma genetika dapat dipakai untuk menyelesaikan permasalahan blending agregat. Selama nilai dari fungsi obyektif yang dihasilkan bernilai, maka akan didapatkan gradasi yang memenuhi persyaratan batasan gradasi ASTM C33-3[2]. Dengan menggunakan algoritma genetika, pengguna dapat dengan segera menentukan proporsi dari tiaptiap agregat yang diblending untuk kebutuhan mix design. Pada penelitian ini, aplikasi dari program ini masih dengan studi kasus untuk blending agregat dengan jenis sama, yaitu agregat halus dengan agregat halus dan agregat kasar dengan agregat kasar. Program ini bisa dikembangkan lagi dengan studi kasus blending agregat kasar dengan agregat halus. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang telah memberikan dukungan finansial melalui beasiswa tahun 28-212. DAFTAR PUSTAKA [1] Silvia Sukirman, Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta : Granit (27) [2] ASTM Committee C9. ASTM C 33-3, Standard Specification for Concrete Aggregates. ASTM International (23). [3] S. Kikuchi, N. Kronprasert, dan Said Easa, Aggregate Blending using Fuzzy Optimization, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 1 (212) 1943-7862.. [4] One Sigit Hermanto dan Septian Lucky Prabowo, Pengaruh Gradasi Gabungan pada Perilaku Beton, Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang (21). [5] Fannisa, Henny dan Moh. Wahyudi, Perencanaan Campuran Aspal Beton dengan Menggunakan Filler Kapur Padam, Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang (21). [6] Y. C. Toklu, Aggregate Blending using Genetic Algorithms, Computer-Aided Civil and Infrastructure Engineering, Vol. 2 (25) 45-46. [7] Pujo Aji dan Rachmat Purwono, Pemilihan Proporsi Campuran Beton (Concrete Mix Design) sesuai ACI, SNI dan ASTM, Surabaya : ITS Press (211). [8] Yeni Rochsianawati, Blending Menggunakan Algoritma Genetika, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (212). [9] Arie Pangesti Aji, Optimasi Pendimensian Node Hardware pada Jaringan SDH Menggunakan Algoritma Genetika, Surabaya : PENS ITS (29).