PENGGUNAANAK TIVATOR KOMPOS SAMPAH ORGANIK RUMAH. Muchsin Riviwanto dan Andree Aulia Rahmad (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

TINJAUAN LITERATUR. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

DWI SETYO ASTUTI A

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS

PENGOMPOSAN K1UDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT ORGANIK (SAMPAH SAYURAN DAN AMPAS TEBU)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM-4 (Effective microorganism) DAN MOL (MIKROORGANISME LOKAL) NASI BASI TERHADAP WAKTU TERJADINYA KOMPOS

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE TAKAKURA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

Mochamad Arief Budihardjo *)

TINJAUAN PUSTAKA II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penambahan EM-

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH- BUAHAN DALAM PEMBUATAN BIOAKTIVATOR SEDERHANA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN(STUDI PENDAHULUAN)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

S U N A R D I A

MATERI DAN METODE. Materi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

Ardhi Ristiawan, Syafrudin, Ganjar Samudro Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Abstract

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI LIMBAH PENGOLAHAN IKAN TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERPIHAN KAYU TERHADAP KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK SEJENIS DALAM KOMPOSTER RUMAH TANGGA

bio.unsoed.ac.id lntisari Jika ditelusuri, sampah diproduksi oleh rumah tangga, pasar, dan industry.

Transkripsi:

PENGGUNAANAK TIVATOR KOMPOS SAMPAH ORGANIK RUMAH Muchsin Riviwanto dan Andree Aulia Rahmad (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The purpose of the study was to determine the use of activator EM4 and MOL. This research was applicable to the subject of organic waste (leftover vegetables, fruits and food waste) as much as 50 kg. Data analysis is done in the farm laboratory Andalas University. The results of data from composting were processed by computer. The results showed that the quality of the compost with the help of EM4 obtained C / N at 17.486. While the quality of the compost with the help MOL could obtain C / N of 7.0800. The results in accordance with ISO 19-7030-2004 was named quality C / N optimal compost at 10-20. Keywords: activator, garbage and compost, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan aktivator EM4 dan MOL. Penelitian ini bersifat aplikatif dengan subyek sampah organik (sisa sayuran, sisa buahan dan sisa makanan sebanyak 50 Kg. Data dianalisis dilakukan di laboratorium pertanianuniversitas Andalas. Hasil data dari pengomposan diolah dengan komputer. Hasil penelitian menunjukan kualitas kompos dengan bantuan EM4 didapatkan C/N sebesar 17,486. Sedangkan kualitas kompos dengan bantuan MOL didapatkan C/N sebesar 7,0800. Hasil sesuai dengan SNI 19-7030-2004 yaitu kualitas C/N kompos optimal sebesar 10-20. Untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos dapat digunakan EM4. Sebaiknya masyarakat membuat aktivator EM4 guna untuk mendapatkan kualitas kompos yang terbaik. Kata kunci : activator,sampah dan kompos

PENDAHULUAN Sampah merupakan sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang dan biasanya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.sebagian besar sampah biasanya datang dari kegiatan rumah tangga. Sampah jika tidak dikelola dengan baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Sampah terdiri dari dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan dengan proses alami. Sampah dapat memberikan manfaat secara ekonomi, kehidupan yang sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. 5 Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia yaitu berupa kompos.. Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah, dimana metode tersebut bertujuan untuk mengurangi volume sampah atau merubah komposisi dan bentuk sampah menjadi produk yang bermanfaat.pengolahan sampah tersebut dapat dilakukan langsung pada sumbernya, pada tempat yang dirancang khusus, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dalam SNI T-13-1990-F tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, pengomposan didefinisikan sebagai sistem pengolahan sampah organik dengan bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk kompos). Pengertian lainnya disampaikan oleh Wahyono (2005) yang menyatakan bahwa pengomposan sampah didefinisikan sebagai proses dekomposisi sampah organik oleh mikroorganisme dalam kondisi yang terkendali menjadi produk kompos. Kompos yang baik dapat dilihat dari kualitas fisik, kimia, dan waktu matangnya kompos.kualitas fisik terdiri dari warna, penyusutan suhu, ph kompos.kualitas kimia kompos dilihat dari kandungan unsur makro kompos seperti nitrogen (N), fosfor (F), kalium (K), dan rasio C/N (Muryana, 2011). Kompos dapat dibedakan menjadi kompos padat dan kompos cair.kompos padat yaitu kompos yang dibuat dalam bentuk padat yang terdiri dari bahan organic yang berasal dari tanaman atau hewan, yang digunakan untuk menyuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sukses tidaknya membuat kompos juga tergantung padawaktu pengomposan.semakin cepat kompos dihasilkan maka semakin tinggi pula tingkat kesuksesannya. Pada prinsipnya kompos dapat terbentuk secara alami, tetapi akan membutuhkan waktu yang cukup lama, 2-3 bulan. Bahkan ada yang

mencapai 6-12 bulan, tergantung dari bahan organic yang digunakan. Oleh karena itu, perlu diterapkan berbagai perlakuan untuk mempercepat waktu pengomposan.pada prinsipnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mempercepat pengomposan, diantaranya pemilihan bioaktivator. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut proses pengomposan dapat dipercepat dari yang biasanya 2-3 bulan menjadi 2-3 minggu. Beberapa metode pembuatan kompos dengan menggunakan bantuan activator, diantaranya activator EM4 dan MOL. Aktivator EM4 dan MOL merupakan activator kompos yang mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan dapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat proses pengomposan. Aktivator EM4 (effectife microorganism) ditemukan oleh Terugo Higa(Jepang). MOL (micro organism local) merupakan cairan yang terbuat dari bahan organik alami.larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro serta mikroba. Adanya mikroba dalam larutan MOL berpotensi sebagai perombak bahan organic, perangasang pertumbuhan, dan agen pengendali penyakit maupun hama tanaman. Berdasarkan uraian diatas maka telahdilakukan penelitian tentang penggunaan Aktivator kompos sampah organic rumah tangga.tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan aktivator EM4 dan MOL kompos sampah organik. METODE PENELITIAN Penelitian bersifat aplikatif aktivator EM4 (effective microorganism 4) dan MOL (micro organism local) kompos sampah rumah tangga. Penelitian ini dilakukan pada di Workshop Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI Padang dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Pertanian Universitas Andalas Padang. Subyek penelitian adalah kompos padat sampah organik yang menggunakan activator MOL dan EM4.Di dalam SNI 19-7030-2004 rasio C/N kompos yang diijinkan adalah 10 20. Data dianalisa dengan dua cara yaitu manual dan komputerisasi. Data yang diolah secara manual adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar C dan N dilaboratorium dan untuk analisis data selanjutnya dilakukan secara komputerisasi. Pembuatan MOL dengan menggunakan nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola ping-pong sebanyak 4 buah. Tuang air bekas pencucian ikan satu gayung ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.diamkan selama satu minggu.mol sudah bisa digunakan sebagai starter untuk membuat kompos dengan dicampur air.perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5

HASIL PENELITIAN Perubahan warna, dan bau Selama proses pengomposan warna bahan berubah dari warna aslinya ke arah coklat dan akhirnya menjadi coklat kehitaman setelah proses pengomposan berlangsung selama 4 minggu. Pada minggu ke-1 dan ke-2 kompos mengeluarkan aroma yang sangat bau akibat kadar air yang tinggi dan proses dekomposisi. Untuk menurunkan kadar air dan menghilangkan bau busuk maka dilakukan pembalikan setiap 2 hari sekali. Pada minggu ke-4 kompos sudah mengalami perubahan dari berbau busuk hingga berbau seperti tanah dan terjadi perubahan bentuk menjadi seperti tanah, remah, dan tidak lengket/menempel di tangan apabila dipegang. Penyusutan Berat bahan yang dikomposkan mengalami penyusutan yang berarti setelah kompos matang. Pada awal proses pembuatan kompos dilakukan penimbangan bahan sampah organik 5 Kg untuk masing-masing pengulangan. Pada hari terakhir (hari ke-30) dilakukan penimbangan guna untuk mengetahui penyusutan, didapatkan hasil rata-rata dengan penambahan EM4 yaitu 2,54 Kg sedangkan dengan penambahan MOL yaitu 2,46 Kg. Artinya terjadi penyusutan berat bahan sebesar setengah dari berat awal bahan. Suhu ( 0 C) Pengomposan Selama 30 hari proses pengomposan dilakukan pengamatan suhu, suhu pengomposan yang baik berkisar antara 31 0 C 33 0 C. Kelembaban (%) Selama 30 hari proses pengomposan dilakukan pengamatan kelembaban, kelembaban optimum untuk berlangsungnya proses pengomposan adalah 50% - 60%. Kualitas Kimia Kompos (C/N Ratio) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 30 hari, diperoleh kompos organik dengan kualitas C/N sebagai berikut: Tabel 1. Kualitas (C/N) Kompos Organik dengan Bantuan EM4 dan MOL aktivator Kualitas (C/N) Kompos Optimum Effective 17,324 Microorganism 10 20 (EM4) Micro Organism Local (MOL) 7,071 Pemeriksaan kualitas kompos dilakukan sesudah kompos matang. Kompos mengalami kematangan setelah proses pengomposan berlangsung selama 30 hari.dari rata-rata kualitas C/N diketahui bahwa kompos dengan bantuan Effective Microorganism (EM4) memiliki kualitas C/N kompos mendekati kadar C/N kompos optimal dibandingkan dengan bantuan Micro Organism Local (MOL).

PEMBAHASAN Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator. Beberapa jenis aktivator seringkali ditambahkan pada saat pembuatan kompos karena ada beberapa halyang menyebabkan gagalnya pengomposan. Misalnya karena tumpukan bahan organik terlalu sedikit sehingga beberapa aktivator untuk terjadinya pengoposan tidak terjadi secara alamiah. Pengomposan secara alamiah biasanya terjadi pada gundukan bahan organic 1 m 3. Activator tediri atas dua kategori, yaitu activator abiotic dan activator biotik (bioaktivator). 10 Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulen atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.berdasarkan hasil yang diperoleh, kualitas kompos (C/N) sampah organik dengan bantuan Effective Microorganism 4 (EM4) dan Micro Organism Local (MOL) dapat meningkatkan proses dekomposisi, meningkatkan kualitas kompos dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.kualitas (C/N) kompos dengan bantuan 100 ml Effective Microorganism 4 (EM4) berada di dalam rentang kadar optimum. Kualitas kompos dengan bantuan 100 ml Micro Organism Local (MOL) kurang dari nilai optimum. Perbedaan ini disebabkan karena MOL hanya terdiri dari dua jenis bakteri saja (Sacharomyces dan lactobacillus) sedangkan EM4 mengandung beberapa macam mikroorganisme yang terdiri dari bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik, actinomycetes, streptomyces, dan ragi yang berperan dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara, senyawa organiik pada tanaman dan meningkatkan kadar nitrogen. (Djuarni, 2004 : 50). Kemudian penerapannya di Indonesia banyak dibantu oleh Ir. Gege Ngurah Wididana, M.Sc. keunggulan dari EM4 adalah selain dapat mempercepat proses pengomposan, juga terbukti dapat menghilangkan bau yang timbul selama proses pengomposan bila berlangsung dengan baik. 10. Berdasarkan penelitian Utomo B. (2010), penggunaa bioaktivator (aktivator kompos) pada tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi pada tanaman sebesar 39,44% dan penggunaan mikroorganisme efektif (EM4), menurunkan C-organik dan meningkatkan N,P,K dan C/N yang terlarut dalam tanah serta memperbaiki sifat kimia tanah. Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Didalam perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik.perubahan hayati yang penting yaitu sebagai berikut

1).Penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa,2)penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO dan air 3) terjadi 2 peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasadjasad renik tersebut mati. 4) Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.umumnya mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembaban dengan 40-60%. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut aerobik atau anaerobic.temperatur optimal sekitar 30-50 0 C (hangat). Aktivitas mikroorganime dalam proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga temperatur tetap optimal sering dilakukan pembalikan. Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi sangat berkurang.sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004). Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya untuk membentuk sel bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 ( satuan berat n kering ), sedangkan C/N di akhir proses adalah 12-20. Pada rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan bahan yang mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan (Damanhuri dan Padmi, 2007). Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N, semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian Suhu pengomposan dengan bantuan Effective Microorganism 4 (EM4) dan Micro Organism Local (MOL) berkisar antara 31 0 C 33 0 C. Kelembaban selama proses pengomposan dengan bantuan Effective Microorganism 4 (EM4) dan Micro Organism Local (MOL) berkisar antara 50 % - 62 %. Kualitas kompos (C/N ratio) yang diperoleh dari hasil pengomposan sampah organik dengan bantuan activator EM4 yaitu 17,4860 dan aktivator MOLyaitu 7,0800. Kualitas kompos (C/N ratio) dengan bantuan Effective Microorganism 4 (EM4) memiliki kualitas baik dan memenuhi syarat SNI 19-7030-2004 karna berada diantara kualitas kompos optimal yaitu 10-20. Disarankan Bagi masyarakat sebaiknya dalam pembuatan kompos menggunakan bantuan aktivator Effective Microorganism 4 (EM4) untuk mendapatkan kualitas kompos yang lebih baik.untuk penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan kadar-em4 yang digunakan untuk mempercepat waktu pengomposan. DAFTAR PUSTAKA A Rohanah (2011), Makalah Ilmu Tentang Sampah. Universitas Sumatera Utara Bambang Wintoko 2009, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah. Darma Susetya, S.P. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Elvi Yenie (2008), Kelembaban Bahan dan Suhu Kompos Sebagai Parameter yang Fajrina (2013). Pembuatan Pupuk Kompos Dari Sampah Dedaunan. Puti Sri Komala, Rizki Aziz, Fitra Ramadhani (2012). Analisis Produktivitas Sistem Transportasi Sampah Kota Padang. Universitas Andalas. Untung Suwahyono (2014), Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. UU Republik Indonesia No.18 tahun 2008. Pengelolaan Sampah. Zainul Hamdi1, Sukartono dan Suwardji (2011)Penggunaan Arang Hayati (biochar) Sebagai