Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus LINK.

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE A.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Koloni bakteri endofit

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

II. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA EKSTRAK DAUN KAYU MANIS DAN UJI EFEKTIVITAS TERHADAP BEBERAPA JENIS JAMUR FUSARIUM SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini bersifat eksperimental karena pada

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

II. METODE PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Transkripsi:

Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus LINK. IRMA SELVYANA Br. SITEPU I KETUT SUADA*) I GEDE KETUT SUSRAMA PS Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali *)Email: ketutsuada@yahoo.com ABSTRACT The Antimicrobial Activity Test of Some Kitchen Seasoning Extracts on Growth of Fungus Curvularia lunata (Wakk.) Boed. and Aspergillus flavus LINK. This research was aimed to determine the ability of herbs extract in inhibiting the growth of fungus C. lunata and A. flavus and to determine the minimum inhibition concentration of each extracts as well. The results showed that the extracts could inhibit the growth of the two fungus. The most effective extract was turmeric against C. lunata and galangal extract against A. flavus with each inhibition was 38,6% and 26,6% respectively. The minimum inhibition concentration of all extracts were 0,5% on both C. lunata and A. flavus. Keyword : Antimicrobial, Kitchen seasoning, Curvularia lunata, Aspergillus flavus 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jamur C lunata dapat menyebabkan penyakit bercak coklat pada daun maupun pada buah padi. Selain itu, jamur ini dapat menyebabkan hawar semai yang menghambat pertumbuhan padi (Semangun, 1991). Gejala pasca panen yang timbul adalah beras menjadi hitam sehingga sangat menurunkan kualitasnya. Selain jamur C. lunata, A. flavus merupakan jamur pasca panen yang menghasilkan aflatoksin. Pengaruh aflatoksin terhadap keamanan pangan menjadi nyata terkait dengan kemampuannya untuk terakumulasi dalam bahan pangan. Potensi bahaya kontaminasi aflatoksin membutuhkan penanganan yang tepat dan terencana, termasuk penyediaan metode untuk menganalisis keberadaan aflatoksin dalam komoditas pertanian dengan cepat (Nuryani, 2011). Oleh karena itu sangat diperlukan untuk mengurangi serangan A. flavus pada berbagai bahan pasca panen. Menurut Kordi (2004) metode yang paling baik dalam penanggulangan hama dan penyakit adalah metode yang tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penggunaan bahan alami dalam 107 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

penanggulangan hama dan penyakit khususnya jamur dinilai bersifat ramah lingkungan Penggunaan bahan alami terus diteliti seperti penggunaan ekstrak rimpang lengkuas, kunyit, jahe, dan bawang putih. Penelitian Yuharmen, dkk (2002) menunjukkan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Penelitian dan penggunaan ekstrak rimpang lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, dan kayu manis untuk menghambat pertumbuhan jamur C. lunta dan A. flavus belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak beberapa bahan bumbu dapur terhadap jamur C. lunata dan A. flavus. 2. Bahan dan Metode 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. P.B. Sudirman, Denpasar mulai bulan April sampai dengan September tahun 2012. 2.2 Alat dan Bahan Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rimpang jahe, kunyit, lengkuas bawang putih, dan kayu manis. Bahan yang telah terkumpul dicuci bersih dengan air mengalir lalu dikeringanginkan dalam udara terbuka dan tidak terkena sinar matahari langsung. Jamur C. lunata diisolasi dari daun padi yang menunjukkan gejala bercak daun coklat dan A. flavus diisolasi dari biji jagung yang terserang penyakit busuk tongkol. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah kantong plastik, petridish, botol, timbangan elektrik, autoklaf, mikropipet, erlenmeyer, tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, evaporator, kain kasa, kertas saring, kamera, pinset, mikrotube, mikroskop, preparat, lampu spiritus, laminar flow kabinet, tissue, aluminium foil, dan alat cuci. 2.3 Isolasi Jamur Patogen Untuk mengisolasi jamur patogen dari lapangan, diperlukan media tumbuh yang sesuai. Media yang digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar), dibuat dari 250 g kentang, 17 g agar, 25 g gula, dan 1 liter air. Pertama-tama kentang dirajang, lalu direbus dengan air, kemudian disaring. Air saringan tersebut ditambah dengan gula dan agar sesuai takaran kemudian dipanaskan sambil diaduk rata. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer, ditutup aluminium foil kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. Setelah selesai sterilisasi dan suhu media turun sampai 40 0 C, ditambahkan streptomycin 100 mg untuk menekan pertumbuhan bakteri, kemudian tabung digoyang agar bahan tercampur merata. Sebanyak 20 ml media dimasukkan ke piring petri diameter 9 cm kemudian ditunggu sampai memadat. 2.4 Persiapan Inokulum Jamur Patogen Sampel tanaman yaitu daun dan batang yang bergejala penyakit dipotong kurang lebih 1cm x 1cm, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 70% dalam gelas ukur, lalu dibilas dengan akuades steril dan dituang ke dalam cawan petri. Petri yang sudah http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 108

berisi potongan daun dibungkus dengan plastik dan ditunggu 2-3 hari. Jamur yang tumbuh diamati dibawah mikroskop untuk memastikan jamur yang dicari. 2.5 Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang dalam Menghambat Jamur C. lunata dan A. flavus Sebanyak 2 kg bahan uji di cuci dengan air mengalir dan dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Setelah kering dipotong-potong kecil kemudian diblender sampai halus. Bahan kemudian dimaserasi dengan pelarut methanol selama 48 jam dengan pengocokan 5 rpm. Hasil rendaman yang telah disaring dievaporasi dengan alat evaporator pada suhu 49-50 0 C sampai semua pelarut menguap. Ekstrak pekat yang diperoleh dikumpulkan dan siap diuji. 2.6 Uji Konsentrasi Minimum Daya Hambat Ekstrak Uji ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi terendah ekstrak rimpang yang masih menunjukkan daya hambat terhadap jamur patogen C. lunata dan A. flavus. Konsentrasi ekstrak yang diuji adalah 0, 0,5, 1,0, 2,0, 4,0% dengan metode difusi sumur. Media PDA (10 ml) yang masih encer (suhu ± 45 0 C) dituangkan ke dalam petri yang sudah diisi dengan 1 ml suspensi spora jamur dan dibiarkan memadat. Media dilubangi dengan cork borer kemudian diisi dengan ekstrak. Pengujian ini diulang tiga kali dan diameter zona hambatan yang terbentuk pada hari pertama dicatat. 2.7 Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Konsentrasi ekstrak untuk uji ini adalah 0,0, 0,5, 1,0, 2,0, 4,0% dengan menuangkan ekstrak ke dalam petri. Untuk memperoleh media uji 0,5%, 10 ml media ditambahkan 500 µl ekstrak 10% yang telah dibuat sebelumnya. Koloni jamur diameter 5 mm secara aseptik diletakkan tepat di bagian tengah petri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar dan diameter koloni diukur selama beberapa hari sampai jamur pada kontrol memenuhi petri. Daya hambat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Rai, 2006): h %= Diameter koloni kontrol Diameter koloni perlakuan 100% Diameter koloni kontrol 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Uji Pendahuluan Uji pendahuluan pada konsentrasi 1,0% semua ekstrak memberi hambatan terhadap jamur C. lunata dan A. flavus. Hambatan tersebut berupa zona terang yang terbentuk disekitar ekstrak. Pelarut yang digunakan adalah methanol yang bersifat polar. Pelarut polar akan mengekstrak senyawa yang bersifat polar pula. Sehingga senyawa yang bersifat antijamur itu diduga bersifat polar. Menurut Ardiansyah (2005), jika zona hambatan lebih besar dari 20 mm maka daya hambatnya sangat kuat, 10-20 mm daya hambatnya kuat, 5-10 mm daya hambatnya sedang, dan lebih kecil dari 5 mm daya hambatnya kecil atau lemah. Berdasarkan kategori tersebut maka ekstrak lengkuas dengan zona hambat 19 mm termasuk kategori kuat terhadap A. flavus. Sementara ekstrak lainnya menunjukkan daya hambat lemah. 109 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

3.2 Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Semua ekstrak menunjukkan zona hambat pada konsentrasi 0,5% (Tabel 1 dan 2) baik terhadap C. lunata maupun A. flavus, namun besarnya daya hambat (zona terang yang terbentuk) berbeda-beda. Hal ini berarti konsentrasi hambat minimum (MIC, Minimum Inhibition Concentiation) semua ekstrak adalah 0,5% baik terhadap C. lunata dan A. flavus. Zona hambat terbesar ditunjukkan oleh ekstrak lengkuas dengan diameter 19 mm terhadap C. lunata dan 9 mm terhadap A. flavus. Ekstrak lainnya yaitu ekstrak jahe, kunyit, bawang putih, dan kayu manis hanya menimbulkan zona terang yang kecil yaitu berturut-turut 3, 2, 3, dan 2 mm terhadap C. lunata dan 4, 4, 5, dan 3 mm terhadap A. flavus (Tabel 1 dan 2, Gambar 1 dan 2). Tabel 1 Diameter zona hambat ekstrak bumbu dapur terhadap C. lunata. Konsentrasi (%) Jenis Ekstrak 0,0 0,5 1,0 2,0 4,0 ----------------------------- mm --------------------------------- Lengkuas 0 19 21 22 32 Jahe 0 3 3 4 4 Kunyit 0 2 3 3 3 Bawang putih 0 3 3 4 4 Kayu manis 0 2 3 3 3 Tabel 2 Diameter zona hambat ekstrak bumbu dapur terhadap A. flavus. Konsentrasi (%) Jenis Ekstrak 0,0 0,5 1,0 2,0 4,0 ------------------------------ mm --------------------------------- Lengkuas 0 9 21 23 30 Jahe 0 4 5 6 7 Kunyit 0 4 4 5 9 Bawang putih 0 5 5 6 6 Kayu manis 0 3 4 5 7 ZH Gambar 1 Aktivitas antijamur ekstrak lengkuas pada hari ke tiga setelah perlakuan pada jamur C. lunata. ZH = Salah satu zona hambat (spora tidak berkecambah). http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 110

ZH Gambar 2 Aktivitas antijamur ekstrak lengkuas pada hari ke tiga setelah perlakuan pada jamur A. flavus. ZH = Salah satu zona hambat (spora tidak berkecambah). Terbentuknya zona hambatan di sekitar sumur sampel menunjukkan ekstrak rimpang mengandung bahan senyawa fungisida baik terhadap jamur C. lunata dan A. flavus. Martoredjo (1989) menyatakan bahwa konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sebagai antimikroba merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba yang diuji. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat fungisidal (membunuh jamur) dan fungistatik (menghentikan sementara pertumbuhan jamur). Suatu komponen akan bersifat fungisidal atau fungistatik tergantung pada sifat senyawa aktifnya, konsentrasi, dan media yang digunakan. 3.3 Pengujian Aktivitas Ekstrak terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Daya hambat ekstrak terhadap pertumbuhan koloni jamur C. lunata dan A. flavus diukur berdasarkan hambatan terhadap diameter koloni yang terbentuk pada media PDA (Tabel 3 dan 4). Tabel 3 Daya hambat ekstrak bumbu dapur terhadap pertumbuhan koloni C. lunata. Konsentrasi (%) Jenis Ekstrak 0,0 0,5 1,0 2,0 4,0 -------------------------------------- % -------------------------------------- Lengkuas 0 07,1 c 14,3 c 21,4 c 64,3 b 21,4 Jahe 0 03,5 d 07,1 d 21,4 c 32,1 d 12,8 Kunyit 0 28,6 a 39,3 a 42,9 a 82,1 a 38,6 Bawang putih 0 10,7 b 17,9 b 35,7 b 39,3 c 20,7 Kayu manis 0 03,5 d 03,5 e 21,4 c 32,1 d 12,1 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%. Hasil pengujian pengaruh ekstrak menggunakan koloni jamur berbeda dengan menggunakan spora seperti pada pengujian konsentrasi minimum. Pengujian dengan koloni jamur ternyata ekstrak kunyit paling efektif menekan C. lunata dengan daya hambat 28,6% pada konsentrasi 0,5% dan mencapai 82,1% pada konsentrasi 4,0% dan berbeda nyata dengan ekstrak lainnya pada seluruh konsentrasi yang dicoba (Tabel 3). 111 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Tabel 4 Daya hambat ekstrak bumbu dapur terhadap pertumbuhan koloni A. flavus. Konsentrasi (%) Jenis Ekstrak 0,0 0,5 1,0 2,0 4,0 ------------------------------------- % -------------------------------------- Lengkuas 0 28,0 a 24,0 a 32,0 a 44,0 a 25,6 Jahe 0 01,2 b 2,0 b 2,4 b 4,0 b 2 Kunyit 0 00,8 b 2,0 b 2,0 b 2,4 b 1,4 Bawang putih 0 01,2 b 2,0 b 2,0 b 3,2 b 1,7 Kayu manis 0 00,4 b 0,8 b 2,0 b 2,0 b 1 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%. Hal ini menunjukkan ekstrak kunyit sangat mampu mengendalikan penyakit bercak coklat padi, namun tidak efektif terhadap A. flavus. Di pihak lain, ekstrak lengkuas terbukti paling efektif terhadap A. flavus dan berbeda sangat nyata dengan ekstrak jahe, kunyit, bawang putih maupun kayu manis. Setiap adanya penambahan konsentrasi ekstrak memperlihatkan adanya penambahan daya hambat. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi ekstrak yang terdapat dalam medium, maka jumlah ekstrak yang berdifusi ke dalam sel jamur semakin meningkat sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan jamur bahkan menyebabkan kematian. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan cairan sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau fungsi material genetik (Anonimus, 2007). Zat yang bersifat antimikroba pada lengkuas adalah flavanoid, fenol, terpenoid asetoksicavikol, asetat, dan minyak atsiri lainnya (Yuharmen, dkk 2002). Senyawa tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba karena dapat bersifat koagulator enzim (Seputro, 1998) sehingga pembentukan dinding sel terhambat. Yuharmen, dkk (2002) menyatakan bahwa flavonoid dapat merusak membran sel bakteri karena flavanoid merupakan senyawa yang bersifat lipofilik. Dijelaskan pula bahwa efek antimikroba dari senyawa terpenoid adalah kemampuannya merusak membran sel bakteri, sedangkan minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel; membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna, sehingga tekanan osmosis sel terganggu dan mikroba mati. Pertumbuhan diameter koloni jamur C. lunata dan A. flavus disajikan pada Gambar 3 dan 4 berikut: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 112

Gambar 3. Pertumbuhan koloni C. lunata pada ekstrak kunyit pada 4 hari setelah inokulasi. Gambar 4 Pertumbuhan koloni A. flavus pada ekstrak lengkuas pada 4 hari setelah inokulasi. 4. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak yang paling efektif menghambat jamur C. lunata adalah kunyit (38,6%), dan terhadap A. flavus adalah lengkuas (25,6%). Konsentrasi minimum masing-masing ekstrak adalah 0,5% baik C. lunata maupun A. flavus. Penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan identifikasi senyawa aktif yang bertindak sebagai antijamur terhadap C. lunata dan A. flavus perlu dilakukan. 5. Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terimakasih kepada ketua Laboratorium Bioteknologi Pertanian Universitas Udayana yaitu Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc. dan sekretarisnya yaitu Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, MS. untuk segala fasilitas yang diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. Daftar Pustaka Anonimus, 2007. Aktivitas Senyawa Antimikroba <http://repository.upi.edu/operator/upload/ s_bio_0608292_chapter 1. pdf> diakses tanggal 3 Mei 2012. 113 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Ardiansyah. 2005. Antimikroba dari tumbuhan (bagian kedua).<http://www.beritaiptek. com/zberita-beritaiptek-2007-06-09-antimikroba-dari-tumbuhan-(bagian- Kedua).shtml> diakses tanggal 15 Oktober 2011. Kordi. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. C.V. Aneka. Solo. Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi offset. Yogyakarta. Nuryani. 2011. Uji potensi isolat lokal Aspergillus flavus sebagai penghasil aflatoksin. Bogor: Departemen Penerbit ITP IPB. Rai, I. G. A. 2006. Aktivitas fungisida ekstrak daun saba (Piper majusculum Blume) terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae, penyebab penyakit Busuk Batang pada Panili. Tesis. Program Magister Program Studi Bioteknologi Universitas Udayana. Semangun, H. 1991. Pengendalian Penyakit Blas dan Penyakit Cendawan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Seputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jambatan. Jakarta. Yuharmen, Yum Eryanti, dan Nurbalatif. 2002. Uji aktivitas antimikroba minyak atsiri dan ekstrak metanol lengkuas (Alpinia galanga) Jurusan Kimia, FMIPA. Universitas Riau. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 114