Jurnal Siliwangi Vol. 1 No. 1 Des 2015 ISSN Seri Pengabdian Pada Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS

PEWARNA ALAMI UNTUK PANGAN

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

Sayuran Indigenous alternatif sumber pangan bernilai gizi tinggi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI YAYASAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH MAKASSAR SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI MAHASISWI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTA

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

DASAR-DASAR ILMU GIZI

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN SISWA SLTP NEGERI (PENELITIAN) ( Chudus Mariawati, Pembimbing: Surja Tanurahardja, dr, MPH, DTM&H)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

MENGATASI HAMBATAN PEMELIHARAAN ITIK SECARA EKSTENSIP (DIGEMBALAKAN)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

Transkripsi:

SAYURAN INDIGENOUS SEBAGAI SUBSTITUSI GIZI BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN MABDAUL ULUM DI KELURAHAN MULYASARI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA Dwi Pangesti Soesiawaningrini* 1, Tini Sudartini 2, Dedi Natawijaya 3 1 Program Studi Agroteknologi Fakultas PertanianUniversitas Siliwangi, 1 dwi_pangesti@yahoo.com, 2 tinisudartini@yahoo.com, 3 dedinatawijaya@yahoo.com Abstrak Para remaja yang tinggal di pondok pesantren Mabdaul Ulum yang terletak di Kel. Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya pada umumnya merupakan kelompok remaja yang biasa hidup sederhana karena kondisi yang mereka alami jauh dari orang tua, sementara orangtua merekapun kondisinya tidak terlalu berlebihan. Untuk konsumsi hariannya, kadangkala bila akhir bulan, pada saat keuangan para santri menipis, maka konsumsi laukpun menjadi ala kadarnya. Hal inilah yang menyebabkan AKG menjadi tidak terpenuhi, dan akibatnya akan menyebabkan aktifitas belajar serta pertumbuhan fisik para santri akan terganggu.untuk mengatasi keadaan itu, maka perlu dilakukan suatu kegiatan yang membantu mengenalkan bahan baku makanan yang ada disekitar mereka yang ternyata dapat membantu pemenuhan gizi harian. Bahan makanan tersebut adalah sayuran tradisional yang sekarang lebih dikenal dengan nama sayuran. ini ada di sekeliling kita, namun para santri belum mengetahui yang mana saja tanaman yang ada di sekitar mereka yang berpotensi sebagai sayuran. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan dua metode yaitu survey dan melaksanakan penyuluhan serta pelatihan. Kesimpulan, peserta dan pimpinan Pontren baru mengetahui bahwa sayuran yang terdapat disekitar lingkungan tinggal mereka, memiliki nilai gizi yang tinggi untuk pemenuhan gizi harian mereka, juga dapat digunakan sebagai pengobatan herbal. Saran, perlu waktu yang cukup untuk melatih budidaya dan mengolah sayuran menjadi berbagai resep makanan. Juga perlu dilakukan monitoring secara berkala agar pelaksanaan di lapangan terkontrol dan pemanfaatan sayuran untuk substitusi gizi juga dilaksanakan oleh para santri. Keyword: santri pontren Mabdaul Ulum, gizi, sayuran Abstract Adolescents who live in Pondok Pesantren Mabdaul'Ulum located at Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Tasikmalaya city in general are a group of usual teenagers living simply because the conditions they experience far from their parents, while condition their parent also is not too excessive. For daily consumption, sometimes when the end of the month, at the time the students depleted finances, the consumption food be perfunctory. This is what causes the AKG (angka kebutuhan gizi) is not consummated, and consequently will causing learning activities as well as physical growth of the students will be disrupted.to overcome this situation, it is necessary to do an activity that helps introduce vegetables around them who was able to help meet the daily nutrition. The food ingredients are traditional vegetables that are now better known by the name of vegetables. These vegetables are all around us, but the students do not know that any plants that are around them potentially as vegetables.this activitiesis carried out by two methods: survey and counseling and training.in conclusion, students and leaders Pontren learned that vegetables found around their living environment, have a high nutritional value for their daily nutrition, can also be used as a herbal medicine. Suggestions, needs sufficient time to training the cultivation and processing of vegetables into a variety of recipes. Also need to be done periodically in order to monitoring the implementation in the field of control and utilization of vegetables for nutritional substitution also carried out by the students. Keyword: students pontrenmabdaul'ulum, nutrition, vegetable 13

1. PENDAHULUAN Pondok pesantren Mabdaul Ulum terletak di Kel. Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya, berdiri sejak 1991 dan kini dipimpin oleh KH Ateng Jaelani. Pesantren Mabdaul Ulum adalah pesantren yang mayoritas santrinya berusia sekitar 13 sampai 18 tahun. Terdiri dari santri setingkat SLP berjumlah tujuh orang terdiri dari empat santri putra dan tiga santri putri; santri setingkat SMU berjumlah 47 orang, terdiri dari 24 santri putra dan 15 santri putri; serta santri yang telah kuliah sejumlah 16 orang terdiri dari sepuluh orang santri putra dan enam orang santri putri. Selain itu ada pula santri yng hanya masantren tidak bersekolah formal, berjumlah sepuluh orang, terdiri dari enam santri putra dan empat santri putri. Hurlock (1980) dalam Hazelia (2012) mengemukakan bahwa perkembangan remaja berlangsung mulai umur 13 tahun sampai 18 tahun. Kelompok umur remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat, yang disebut adolescence growth spurt. Pada fase pertumbuhan ini, tubuh memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya, yang dapat dipenuhi dari konsumsi pangan sehari-hari. Para santri di pondok pesantren ini sebagian besar berasal dari daerah di sekitar kabupaten Tasikmalaya, yang dititipkan oleh orangtua mereka di pontren Mabdaul Ulum karena mereka menghendaki agar putra putri mereka kelak menjadi orang yang beriman dan bertaqwa ke pada Allah SWT sebagai umat muslim yang taat. Pihak pesantren memahami kondisi para orangtua, sehingga tidak memungut biaya besar untuk proses belajar mengajar serta asrama bagi para santri tersebut. Hal ini berdampak pula pada pola konsumsi harian para santri yang terkesan seadanya tanpa melihat Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Meskipun konsumsi makanan harian dikelola oleh pihak pesantren, namun masalah gizi tergantung dari ketersediaan uang para santri setiap bulannya. Kadangkalabila akhir bulan, pada saat keuangan para santri menipis, maka konsumsi laukpun menjadi ala kadarnya. Hal inilah yang menyebabkan AKG menjadi tidak terpenuhi, dan akibatnya akan menyebabkan aktifitas belajar serta pertumbuhan fisik para santri akan terganggu.sejalan dengan pendapat Riyadi, 2001, yang menyatakan bahwa gizi merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Reski Amelia, Aminuddin Syam, St. Fatimah (2013) yang menyimpulkan bahwa para santri putri di pondok pesantren Hidayatullah Makassar Sulawesi Selatan memiliki asupan zat gizi makro, asupan lemak santri sebagian besar termasuk dalam kategori cukup banyak, asupan protein santri termasuk dalam kategori cukup dan asupan karbohidrat santri sebagian besar termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Asupan zat gizi mikro semua responden termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Terdapat korelasi positif antara asupan energi, protein dan zink dengan status gizi santri. Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, Cakrawati, 2011, mengemukanan bahwa asupan energi anak perempuan pada tiga tahap perkembangan (pra -pubertas, tumbuh cepat, danpasca pubertas) berhubungan dengan tingkat perkembangan fisiologis, bukan dengan usia. Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37 persen dari asupan energi total remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja sering mengkonsumsi lemak yang berlebih sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi. Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah memanfaatkan aneka buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan rendah lemak. adalah tanaman asli Indonesia dari beberapa daerah yang terdapat di Indonesia yang sebetulnya telah dikomsumsi oleh masyarakat kita sejak jaman nenek moyang, bahkan sebagian dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal. Namun selain tanaman asli Indonesia, juga ada sayuran introduksi yang sudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia dan 14

juga sudah akrab dengan lidah masyarakat kita di beberapa daerah di seluruh Indonesia dan disebut juga sayuran. Nuri dan Fitri, 2012, telah mengidentifikasi sayuran dari Indonesia yang memiliki kandungan nilai gizi yang penting bagi kesehatan tubuh manusia. tersebut antara lain: turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.),takokak (Solanum torvum Swartz), daun pucuk mengkudu ( Morinda citrifolia L.), daun kacang panjang ( Vignaunguiculata (L.) Walp.),terubuk ( Saccharum edule Hassk), daun labu siam ( Sechium edule (Jacq.) Swartz.), bunga pepaya (Carica Papaya L.), kenikir (Cosmos caudatus H.B.K), beluntas (Pluchea indica Less.), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum Linn.), katuk ( Sauropus androgynus). Akhir-akhir ini sayuran semakin populer, namun ternyata sebagian besar masyarakat kita masih belum banyak yang mengenal dan memanfaatkan peluang untuk perbaikan gizi, pengembangan, dan budidaya serta meningkatkan nilai ekonomisnya. Masyarakat kita masih belum banyak yang mengetahui bahnwa sayuran memiliki beberapa karakteristik yang cukup menjanjikan, yaitu dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang beragam dan juga merupakan sumber protein, antioksidan, vitamin, mineral (Suryadi dan Kusmana, 2004), mengandung senyawa-senyawa fenolik yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh (Nuri dan Fitri, 2012) dan mengandung serat yang cukup tinggi, serta secara tradisional sudah merupakan salah satu komponen pola tanam, khususnya dalam pemanfaatan pekarangan dan relatif tahan terhadap cekaman lingkungan (Putrasameja, 2005). Berangkat dari kondisi pesantren Mabdaul Ulum yang berlokasi di kelurahan Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya, permasalahan yang masih dihadapi oleh para santri adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan pengetahuan tentang gizi yang terkandung di dalam sayuran, terutama sayuran 2. Belum mengetahui budidaya sayuran 3. Cara memproses sayuran untuk dijadikan menu masakan 4. Lahan kosong yang belum termanfaatkan, yaitu lahan pekarangan pontren. Solusi untuk mengatasi permasalahan gizi tersebut, maka kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan dan menunjukkan bahwa tanaman yang berpotensi sayuran dan bergizi tinggi yang ada disekitar lingkungan pesantren adalah tanaman sayuran. 2. Memberikan metode budidaya sayuran, agar sayuran dapat terangkat ke permukaan, sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomis sayuran, yang dampaknya dapat menambah penghasilan para santri khususnya dan umumnya masyarakat sekitar pondok pesantren Mabdaul Ulum 3. Memperkenalkan dan memkan berbagai resep untuk lauk pauk yang berbahan dasar sayuran yang bergizi tinggi 2. METODE 2.1.Tahap Persiapan. Persiapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini tersusun sebagai berikut: 1.Mengadakan koordinasi dengan pimpinan pesantren Mabdaul Ulum, untuk menyampaikan rencana program. 2.Kegiatan survey lapangan untuk melihat dan menemukan serta mengidentifikasi sayuran yang belum diketahui oleh para santri dan masyarakat sekitarnya. 3.Tahap berikutnya pertemuan dengan para santri untuk menyampaikan penyuluhan dan pelatihan. 4.Pemantauan hasil pelatihan budidaya sayuran 2.2.Metode Kegiatan 15

Metode kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan pelatihan terhadap para santri baik putra maupun putri dari pesantren Mabdaul Ulum, di kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Santri yang akan dilibatkan dibatasi sejumlah 30 orang. Adapaun keterkaitannya antara tujuan dan metode, dapat dilihat dalam Tabel2. Tabel 2. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang dipakai. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Seluruh kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat meliputi persiapan dan pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan sayuran dilakukan dari bulan September sampai dengan Nopember 2014. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. a. Penyuluhan Penyuluhan materi teori dilaksanakan di dalam ruangan pertemuan di Pontren Mabdaul Ulum. Adapun materi penyuluhan dan narasumber ada pada Tabel 1. Tabel 1. Materi Penyuluhan dan Narasumber No Materi Narasumber 1. Penyuluhan Pengenalan 2 Penyuluhan Pengenalan Resep Berbahan 3 Penyuluhan Budidaya Kecipir, Koro 4 Penyuluhan Budidaya Roay, Introduksi Chaya 5 Penyuluhan Nilai Ekonomis Dwi Pangesti S., Ir.M.P Dwi Pangesti S., Ir.M.P Tini Sudartini, Ir. M.P. Tini Sudartini, Ir. M.P. Ery Cahrial, Ir. M.P. sayuran Para santri sangat menyimak teori serta banyak yang bertanya kepada ke pemateri pada saat ceramah di kelas. Mereka sangat No Tujuan Metode Bentuk kegiatan 1 Mengenalkan tentang sayuran h dan nilai gizi yang dikandungnya 2 Penyuluhan dan Pelatihan budidaya sayuran 3 Penyuluhan dan Pelatihan memasak berbagai resep berbahan baku sayur 4 Penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah 5 Mengenalkan nilai ekonomis dan komersial dari sayuran h dan h dan h dan h ingin mengetahui lebih dalam tentang manfaat sayuran dan daun chaya dari segi kesehatan maupun manfaat untuk mengobati berbagai macam gangguan kesehatan serta cara budidayanya dan juga pemasarannya. Semua peserta melakukan secara aktiv setiap kegiatan budidaya tanaman sayuran dan tanaman chaya di kebun. Mulai dari pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk materi dan diskusi materi dan budidaya sayuran materi dan memasak materi dan pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah materi dan diskusi 16

kandang, penanaman dan pemeliharaan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh instruktur. Pada kesempatan ini, kami menyumbangkan bibit chaya sebanyak 80 bibit yang telah tumbuh, yang sebagian dibagikan kepada masyarakat sekitar pontren dan sebagian lagi di tanam di lahan milik Pontren Mabdaul Ulum. b. Pelatihan Setelah diberi berbagai ilmu pengetahuan materi teori tentang sayuran dan chaya, dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pasca panen dilaksanakan di lahan seluas 490 meter persegi, milik pimpinan Ponpes Mabdaul Ulum Bp. KH Ateng Jaelani. Lahan tersebut diserahkan untuk dijadikan demplot yang akan dipelihara oleh para santri peserta pelatihan, yang pada gilirannya bila telah tumbuh dan berkembang dapat menjadi pusat pembibitan sayur di kelurahan Mulyasari khususnya, kecamatan Tamansari, kota Tasikmalaya. Jumlah peserta 25 orang santri putra dan putri yang sedang melaksanakan pendidikan di tingkat SMK. Tabel 2 berikut menyajikan materi pelatihan. Tabel 2. Materi Pelatihan dan Narasumber. No Materi Narasumber 1 Pelatihan Budidaya (Kecipir, Koro, Roay, Chaya) Tini Sudartini, Ir.M.P. 2 Pelatihan Pemanfaatan Lahan Kosong dan Pekarangan Rumah 3 Demo Memasak Tini Sudartini, Ir.M.P. Dwi Pangesti S,Ir.M.P Adapun demo pemanfaatan sayuran meliputi teori pembuatan nasi pepes, tahu isi chaya goreng, chaya isi bumbu goreng, dan pelaksanaan membuat pecel sayuran dan chaya, kemudian hasilnya dicicipi bersama-sama oleh seluruh peserta demo. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peserta dan pimpinan Pontren sangat antusias, mereka baru mengetahui bahwa sayuran yang terdapat disekitar lingkungan mereka memiliki nilai gizi yang tinggi untuk pemenuhan gizi harian mereka, juga dapat digunakan sebagai pengobatan herbal dan berharap kegiatan ini akan diteruskan, terutama untuk pegembangan tanamanan dan budidayanya juga pengolahan makanan berbahan sayuran. Saran Perlu waktu yang cukup untuk pengembangan dan pengenalan sayuran, karena setelah melatih budidaya dan mengolah sayuran menjadi berbagai resep makanan perlu dilakukan monitor secara berkala agar pelaksanaan di lapangan terkontrol dan pemanfaatan sayuran untuk substitusi gizi juga dilaksanakan oleh para santri, sampai menjadi kebiasaan memelihara dan memanfaatkan sayuran dengan baik. Karena bila sayuran telah mencukupi, bahkan bila hasil panennya berlebih untuk konsumsi harian, maka 17

sayuran tersebut dapat dijual dengan kualitas yang baik, dan selanjutnya dapat melakukan kerja sama dengan beberapa supermarket di sekitar kota dan kabupaten Tasikmalaya untuk menyuplai sayuran secara kontinyu. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua LPPM Universitas Siliwangi beserta jajarannya yang telah berkenan mendanai Pengabdian pada Masyarakat yang dilaksanakan di Pontren Mabdaul Ulum di kota Tasikmalaya. 2. Pimpinan Pontren Mabdaul Ulum beserta jajarannya dan juga para santrinya yang telah bersedia menerima penyuluhan dan pelatihan yang kami berikan, juga Pimpinan Pontren telah menyediakan sebidang tanah untuk di jadikan sebagai lahan pelatihan dan pelaksanaan budidaya sayuran dan sayuran cahya. Putrasamedja,S. 2005, Balai Penelitian Tanaman, Lembang, Buletin Plasma Nutfah,Vol.11 No.1 Th.2005 (http:// indoplasma.or.id/publikasi/buletin_ pn/pdf/ buletin_pn_11_1_2005_16-20_ sartono pdf), (diakses pada tanggal 2 Oktober 2014 Putrasamedja,S. 2005, Balai Penelitian Tanaman, Lembang, Buletin Plasma Nutfah,Vol.11 No.1 Th.2005 (http:// indoplasma.or.id/publikasi/buletin_ pn/pdf/ buletin_pn_11_1_2005_16-20_ sartono pdf), (diakses pada tanggal 2 Oktober 2014) Riyadi H., 2001, Metode Penilaian Status Gizi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Bogor. Suryadi dan Kusmana, 2004, Mengenal sayuran indijenes, Balai Peneltian Tanaman, Pusat Penelitian dan pengembangan hortikultura, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Monografi no. 25,ISBN:979-*304-44 6. DAFTAR PUSTAKA Cakrawati, Dewi, dkk., 2011. Bahan pangan gizi dan kesehatan. Alfabeta :Bandung. Hazelia, D. A. (2012) Hubungan Pengetahuan Gizi serta Tingkat Konsumsi terhadap Status Gizi Santri Putri di Dua Pesantren Modern di Kab. Bogor, http://repository.ipb.ac.id/ handle/ 123456789/54918 (diakses pada tanggal 3Oktober2014). Nuri Andarwulan dan RH Fitri Faradilla, 2012, Senyawa Fenolik pada beberapa sayuran dari Indonesia, Tropical Plant Curriculum (TPC) Project, South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2012, Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan ISBN 978-602-96665-4-0 18