SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS"

Transkripsi

1 TROPICAL PLANT CURRICULUM (TPC) PROJECT SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS DARI INDONESIA Nuri Andarwulan RH Fitri Faradilla Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Research and Community Service Institution BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY

2 DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Bogor Agricultural University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.

3 Tropical Plant Curriculum (TPC) Project SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS DARI INDONESIA Penulis: Nuri Andarwulan RH Fitri Faradilla Pertama kali diterbitkan oleh: South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor Bogor, 2012 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan ISBN Hak Cipta 2012 South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor

4 Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous KATA PENGANTAR The phytochemicals, antioxidants, and fiber all of the healthful components of plant foods originate in plants, not animals. If they are present, it is because the animal ate plants. And why should we go through an animal to get the benefits of the plants themselves? To consume unnecessary, unseemly, and unhealthy substances, such as saturated fat, animal protein, lactose, and dietary cholesterol, is to negate the benefits of the fiber, phytonutrients, vitamins, minerals, and antioxidants that are prevalent and inherent in plants. Colleen Patrick Goudreau (an Author) Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas perkenannya sehingga buku Senyawa Fenolik Pada Beberapa Sayuran Indigenous Dari Indonesia ini dapat disusun. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, IPB melalui Tropical Plant Curriculum Project yang telah memfasilitasi penyusunan buku ini. Sayuran merupakan pangan esensial jika dilihat dari kandungan zat gizi mikronya yaitu vitamin dan mineral. Kedua kelompok zat gizi mikro tersebut merupakan zat yang tidak dapat disintesa oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Selain itu, sayuran juga merupakan sumber serat pangan yang menyehatkan saluran pencernaan. Vitamin, mineral dan serat pangan ini telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai zat gizi dan non gizi yang diperoleh dari sayuran. Dewasa ini, pengetahuan zat non gizi lainnya yang terkandung dalam sayuran yang menunjukkan manfaatnya bagi kesehatan telah banyak diteliti. Senyawasenyawa tersebut dikenal dengan istilah fitokimia, dan diantaranya adalah senyawa fenolik, karotenoid, alkaloid, steroid, terpenoid, dan lainnya. Pembahasan tentang karakteristik senyawa fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran sangatlah menarik. Senyawa fenolik dalam sayuran merupakan senyawa yang paling banyak diteliti terkait manfaatnya sebagai antioksidan. i

5 Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous Oleh karena itu, buku ini disusun sebagai materi pembelajaran untuk mahasiswa, pelajar dan juga untuk praktisi industri pangan yang menggunakan materi sayuran sebagai ingredien pangan fungsional. Sayuran yang telah diketahui manfaatnya bagi kesehatan, namun belum dibudidayakan dan belum dikenal luas oleh masyarakat jika dipelihara keberlangsungannya, sangat mendukung penyelamatan sumberdaya alam. Pemanfaatan sayuran yang belum dibudidayakan untuk pangan, selain upaya mendapatkan pangan sehat untuk dikonsumsi juga dapat meningkatkan nilai tambah hasil alam. Karakteristik senyawa fenolik dalam sayuran dan pengenalan beberapa sayuran indigenous dari Indonesia yang dibahas dalam buku ini tentulah belum mencakup keseluruhan sayuran yang dapat digunakan sebagai pangan sehat. Namun demikian, pengetahuan tentang senyawa senyawa yang terdapat pada sayuran sayuran tersebut dapat digunakan untuk lebih memahami peranan sayuran sebagai sumber antioksidan. Sayuran indigenous yang tercakup dalam bahasan dalam buku ini, telah ada yang dikomersialkan; diantaranya adalah katuk, kucai dan kecombrang. Namun, ketersediaan sayuran tersebut di pasaran juga sangat terbatas. Untuk itu, upaya upaya komersialisai melalui budidaya yang baik serta promosi perihal manfaat kesehatan sayuran indigenous menjadi tantangan kita semua. Masyarakat Indonesia di pedesaan seharusnya dapat mencukupi kebutuhan sayuran konsumsinya dari penanaman sayuran indigenous ini dihalaman rumahnya ataupun areal tegalan di ladang. Bogor, Februari 2012 Penulis ii

6 Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i I. SENYAWA FENOLIK... 1 A. C 6 : Fenolik Sederhana... 3 B. C 6 C 1 : Asam Fenolat dan Senyawa yang Berhubungan Lainnya (Aldehid)... 4 C. C 6 C 2 : Asetofenon dan Asam Fenilasetat... 5 D. C 6 C 3 : Asam Sinamat, Sinamil Aldehid, dan Sinamil Alkohol... 6 E. C 6 C 3 : Koumarin... 7 F. Flavonoid (C 15 )... 8 G. C 30 : Biflavonil H. C 6 C 1 C 6, C 6 C 2 C 6 : Benzofenon, Xanton, dan Stilben I. C 6, C 10, C 14 : Kuinon J. C 18 : Betasianin K. Lignan, Neolignan, dan Lignin L. Tanin M. Phlobaphene II. BIOSINTESIS SENYAWA FENOLIK A. Flavonoid B. Stilben III. SIFAT KIMIA SENYAWA FENOLIK A. Kerangka Fenolik B. Keasaman Senyawa Fenolik C. Ikatan Hidrogen pada Senyawa Fenolik D. Esterifikasi E. Pembentukan Eter F. Oksidasi Senyawa Fenolik IV. FLAVONOL DAN FLAVON iii

7 Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous V. SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA A. Turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) B. Kucai (Allium schoenoprasum L.) C. Takokak (Solanum torvum Swartz) D. Kelor (Moringa pterygosperma Gaertn.) E. Daun Pucuk Mengkudu (Morinda citrifolia L.) F. Lembayung/Daun Kacang Panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.) G. Terubuk (Saccharum edule Hassk) H. Mangkokan Putih (Nothopanax scutellarium (Burm.f.) Fosb.) I. Daun Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz.) J. Bunga Pepaya (Carica Papaya L.) K. Pucuk Mete (Anacardium occidentale L) L. Daun Pakis (Arcypteris irregularis (C.Presl) Ching) M. Antanan Beurit (Hydrocotyle sibthorpioides Lam.) N. Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K) O. Beluntas (Pluchea indica Less.) P. Mangkokan (Nothopanax scutellarium) Q. Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) R. Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) S. Katuk (Sauropus androgynus) T. Kedondong Cina (Polyscias pinnata) U. Antanan (Centella asiatica) V. Pohpohan (Pilea trinervia) W. Daun ginseng (Talinum paniculatum) X. Krokot (Portulaca oleracea) DAFTAR PUSTAKA iv

PEWARNA ALAMI UNTUK PANGAN

PEWARNA ALAMI UNTUK PANGAN DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh RATNA BATARI F24103120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA

Lebih terperinci

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Pendahuluan Prof.DR.Ir. Nuri Andarwulan, MSi Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh: DEWI KURNIASIH F

SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh: DEWI KURNIASIH F SKRIPSI KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA KAROTENOID, ANTOSIANIN DAN ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh: DEWI KURNIASIH F405370 00 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI PORANG (ILES-ILES)

PENGOLAHAN UMBI PORANG (ILES-ILES) PENGOLAHAN UMBI PORANG (ILES-ILES) Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA. Oleh: RIZA ARIS APRIADY F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA. Oleh: RIZA ARIS APRIADY F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM FENOLAT PADA SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA Oleh: RIZA ARIS APRIADY F24050276 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM

Lebih terperinci

A. SAYURAN INDIGENOUS

A. SAYURAN INDIGENOUS II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAYURAN INDIGENOUS Indonesia memiliki keragaman sumber daya hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya hayati tersebut adalah sayursayuran yang memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F24104043 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GADUNG

PENGOLAHAN UMBI GADUNG PENGOLAHAN UMBI GADUNG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

PENGOLAHAN UMBI GANYONG PENGOLAHAN UMBI GANYONG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

Jurnal Siliwangi Vol. 1 No. 1 Des 2015 ISSN Seri Pengabdian Pada Masyarakat

Jurnal Siliwangi Vol. 1 No. 1 Des 2015 ISSN Seri Pengabdian Pada Masyarakat SAYURAN INDIGENOUS SEBAGAI SUBSTITUSI GIZI BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN MABDAUL ULUM DI KELURAHAN MULYASARI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA Dwi Pangesti Soesiawaningrini* 1, Tini Sudartini 2, Dedi

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN INSTAN JAHE MERAH DI KOTA MANADO

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN INSTAN JAHE MERAH DI KOTA MANADO MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN INSTAN JAHE MERAH DI KOTA MANADO PENYUSUN IR. MAGRIETJE.B. LELEMBOTO,MSi IR. MAYA LUDONG,MS PROF. IR. JEN TATUH, MS(KOORDINATOR TIM) KERJASAMA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Nyoman Semadi Antara, Ph.D.

Nyoman Semadi Antara, Ph.D. Pengkayaan Materi Pelajaran dengan Praktek Baik Pasca Panen dan Pengolahan Tanaman Tropis yang Belum Termanfaatkan Nyoman Semadi Antara, Ph.D. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana 1 DISCLAIMER.

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh RATNA BATARI F4030 007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN

Lebih terperinci

TROPICAL CURRICULUM PROJECT

TROPICAL CURRICULUM PROJECT MODUL 1 PEMBELAJARAN PESTISIDA HAYATI Oleh: MARTHEN THEOGIVES LASUT TROPICAL CURRICULUM PROJECT Kerjasama USAID-TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS SAM RATULANGI 2011 DISCLAIMER This publication is made possible

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia SEAFAST, Laboratorium Kimia Pusat Studi BIOFARMAKA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Kimia Universitas Sahid

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI Prof. Dr. Nyoman Sadra Dharmawan Workshop Pengkayaan Kurikulum Sekolah Vokasi Dengan Biodiversitas dan Konservasi Tanaman Tropis Jumat, 9 Desember 2011 DISCLAIMER.

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh : HARDIANZAH RAHMAT F404043 009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM PENGAWASAN MUTU dan KEAMANAN PANGAN

SISTEM PENGAWASAN MUTU dan KEAMANAN PANGAN MODUL PELATIHAN SISTEM PENGAWASAN MUTU dan KEAMANAN PANGAN PENGOLAHAN REBUNG BAMBU Prof. Nyoman Semadi Antara, Ph.D. Pusat Studi Ketahanan Pangan, LPPM, Unud 1 DISCLAIMER. This presentation is made possible

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. TOTAL KAROTENOID Karotenoid merupakan pigmen berwarna jingga atau merah yang terdapat di berbagai macam plastida berwarna (kromoplas) di akar, batang, daun, bunga, dan buah

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made

Lebih terperinci

Stevia, Pemanis Alami Baru untuk Industri Pangan Diposting oleh admin pada tanggal 14 April 2015

Stevia, Pemanis Alami Baru untuk Industri Pangan  Diposting oleh admin pada tanggal 14 April 2015 Stevia, Pemanis Alami Baru untuk Industri Pangan http://news.ipb.ac.id Diposting oleh admin pada tanggal 14 April 2015 Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pangan dan Pertanian Asia Tenggara (South East

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

Ubijalar. Potensi Pengembangan. dalam mendukung Diversifikasi Pangan. Diversifikasi Pangan Pokok. Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) /E~F~/T

Ubijalar. Potensi Pengembangan. dalam mendukung Diversifikasi Pangan. Diversifikasi Pangan Pokok. Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) /E~F~/T /E~F~/T. -CENT3R~ Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) Diversifikasi Pangan Pokok Potensi Pengembangan Ubijalar dalam mendukung Diversifikasi Pangan Dahrul Syah Ratih Dewanti-Hariyadi Antung Sima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dan minuman. Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009),

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga menghasilkan sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati

Lebih terperinci

SEAFAST Center yang termasuk dalam. (Marinova et al.

SEAFAST Center yang termasuk dalam. (Marinova et al. Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous I. SENYAWA FENOLIK Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang menempel di cincin aromatik. Dengan kata lain, senyawaa fenolik

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE

Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE Nyoman Semadi Antara Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 2012 DISCLAIMER This publication is made possible by the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,

Lebih terperinci

TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT. Modul Pelatihan. Pembuatan Jam. Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 1/1/2012

TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT. Modul Pelatihan. Pembuatan Jam. Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 1/1/2012 TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Modul Pelatihan Pembuatan Jam Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 1/1/2012 DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ORGANOLEPTIK TEH CELUP BATANG DAN BUNGA KECOMBRANG PADA VARIASI SUHU PENGERINGAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ORGANOLEPTIK TEH CELUP BATANG DAN BUNGA KECOMBRANG PADA VARIASI SUHU PENGERINGAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ORGANOLEPTIK TEH CELUP BATANG DAN BUNGA KECOMBRANG PADA VARIASI SUHU PENGERINGAN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif

Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu & Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman teh banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki sifat yang menyegarkan,

Lebih terperinci

Studi Etnobotani Pemanfaatan Tanaman Sayuran di Kabupaten Pamekasan. Ethnobotanical Study on Utilization of Vegetable Crops in Pamekasan District

Studi Etnobotani Pemanfaatan Tanaman Sayuran di Kabupaten Pamekasan. Ethnobotanical Study on Utilization of Vegetable Crops in Pamekasan District Volume 10 No 1, April 2017 Hlm. 1-8 ISSN 0216-9495 (Print) ISSN 2502-5325 (Online) Studi Etnobotani Pemanfaatan Tanaman Sayuran di Kabupaten Pamekasan Eko Setiawan Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M.0304067 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antioksidan memiliki arti penting bagi tubuh manusia,

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan

Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan ferfr/t CENTER Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan Oleh Dahrul Syah Dian Herawati Antung Sima Firlieyanti Ratih Dewanti Hariyadi Feri Kusnandar Nurtleni Sri Palupi Sutrisno

Lebih terperinci

Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous DAFTAR PUSTAKA

Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003a. Terapi alam cara alami hilangkan bau badan. http://www. Sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0725/kes2.html. [8 Agustus 2007]. Anonim. 2003b. Som Jawa. http://portal.cbn.net.id/cbprlt/cybermed/detail.aspx?x=natur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt merupakan salah satu produk minuman susu fermentasi yang populer di kalangan masyarakat. Yoghurt tidak hanya dikenal dan digemari oleh masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan untuk membuat ekstrak sayuran dan bahan untuk analisis. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS. Oleh RINA EKAWATI A

PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS. Oleh RINA EKAWATI A PENGARUH NAUNGAN TEGAKAN POHON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA TANAMAN SAYURAN INDIGENOUS Oleh RINA EKAWATI A24054344 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat dihambat (Suhartono,

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan

I. PENDAHULUAN. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah sejenis tanaman tahunan. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan industri. Hampir semua bagian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proksimat Semanggi Air (Marsilea crenata) Semanggi air yang digunakan dalam penelitian ini merupakan semanggi air yang berasal dari daerah Surabaya, Jawa Timur kemudian semanggi

Lebih terperinci

V. SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA

V. SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA V. SAYURAN INDIGENOUS INDONESIA A. Turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) Deskripsi tanaman Batang : tinggi dapat mencapai 15 m dengan diameter 30 cm. Daun : bersirip mengumpul, panjang sampai 30 cm termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng dalam minyak. Masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goreng untuk mengolah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPEKTRUM WARNA SAYURAN DI KABUPATEN JEMBER IDENTIFICATION OF THE SPECTRUM COLORS Of VEGETABLES IN THE DISTRICT OF JEMBER

IDENTIFIKASI SPEKTRUM WARNA SAYURAN DI KABUPATEN JEMBER IDENTIFICATION OF THE SPECTRUM COLORS Of VEGETABLES IN THE DISTRICT OF JEMBER 2-013 IDENTIFIKASI SPEKTRUM WARNA SAYURAN DI KABUPATEN JEMBER IDENTIFICATION OF THE SPECTRUM COLORS Of VEGETABLES IN THE DISTRICT OF JEMBER Kutsiatul Hidayah 1) Sawitri Komaranyanti 2) Elfien Herianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tolak ukur kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tolak ukur kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tolak ukur kesehatan suatu negara. Dewasa kini penggunaan pangan sebagai obat, dan obat ada dalam pangan sudah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang pesat, peningkatan pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan

Lebih terperinci

ii Nilai Gizi Pangan

ii Nilai Gizi Pangan Bab 1: Pangan dan Gizi i ii Nilai Gizi Pangan Bab 1: Pangan dan Gizi iii iv Nilai Gizi Pangan NILAI GIZI PANGAN Oleh: Dr. Ir. Tejasari, M.Sc Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2005 Hak Cipta 2005 pada penulis,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diuretik adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih, bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Diuretik adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih, bekerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diuretik adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih, bekerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Raharja, 2002). Diuretik bekerja pada ginjal untuk mengeluarkan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang menjadikan minuman teh sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki khasiat

Lebih terperinci

KANDUNGAN FENOL TOTAL EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SKRIPSI

KANDUNGAN FENOL TOTAL EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA KANDUNGAN FENOL TOTAL EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SKRIPSI ANITA RAHMAWATI 0105000301 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER JAKARTA JUNI, 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Muhammadiyah Semarang Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Muhammadiyah Semarang Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKMP. PEMANFAATAN DAUN TANAMAN KACANG BABI (Vicia faba L.) SEBAGAI BIOPESTISIDA

LAPORAN AKHIR PKMP. PEMANFAATAN DAUN TANAMAN KACANG BABI (Vicia faba L.) SEBAGAI BIOPESTISIDA LAPORAN AKHIR PKMP PEMANFAATAN DAUN TANAMAN KACANG BABI (Vicia faba L.) SEBAGAI BIOPESTISIDA Oleh : Renato Julius Johansen Sitanggang Rudi Irawan Windu Iriayanto Awan Subangkit E24070078 E24070072 E24070082

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan merupakan bagian dari siklus hidup yang normal bila datangnya tepat

Lebih terperinci

tahan tubuh atau kekebalan tubuh yang diistilahkan dengan imunopotentiator

tahan tubuh atau kekebalan tubuh yang diistilahkan dengan imunopotentiator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran hijau pada umumnya kaya akan sumber gizi yang penting bagi manusia. Pengikutsertaan sayuran hijau dalam makanan sehari-hari akan meningkatkan mutu gizi keseluruhan

Lebih terperinci

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL SEAFAST Center LPPM Dept Ilmu dan Teknologi Pangan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Presentasi disampaikan pada acara Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan minuman berwarna coklat dengan aroma yang harum serta rasanya yang khas. Teh biasanya terbuat dari pucuk daun muda pada tanaman teh (Camelia sinensis L.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketergantungan manusia terhadap pangan yang tinggi tanpa diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini menyebabkan konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi dengan

Lebih terperinci

EVALUASI SENYAWA FENOLIK ( Asam Ferulat dan Asam p-kumarat ) PADA BIJI, KECAMBAH DAN TEMPE KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)

EVALUASI SENYAWA FENOLIK ( Asam Ferulat dan Asam p-kumarat ) PADA BIJI, KECAMBAH DAN TEMPE KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata) EVALUASI SENYAWA FENOLIK ( Asam Ferulat dan Asam p-kumarat ) PADA BIJI, KECAMBAH DAN TEMPE KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata) Oleh WIDIA NINGSIH F34103044 2007 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah gizi yang umum melanda negara berkembang seperti Indonesia adalah malnutrisi. Malnutrisi merupakan kesalahan pangan terutama dalam ketidakseimbangan komposisi

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Seafast center LPPM Departemen Ilmu & Teknologi Pangan KETAHANAN PANGAN (Food Security) UU No 7 (1996) Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa dimana ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi bagi janin. Cara memenuhi kebutuhan gizi tersebut dengan mengkonsumsi makanan sehat, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sayuran Indigenous

TINJAUAN PUSTAKA Sayuran Indigenous 3 TINJAUAN PUSTAKA Sayuran Indigenous Sayuran adalah tanaman yang ditumbuhkan untuk mendapatkan bagian tanaman yang biasa dikonsumsi mentah atau dimasak sebagai bagian dari makanan (Somantri, 2006). Sayuran

Lebih terperinci

penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, diabetes mellitus, jantung koroner, rematik, katarak dan lain sebagainya disebabkan oleh

penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, diabetes mellitus, jantung koroner, rematik, katarak dan lain sebagainya disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengkajian mengenai radikal bebas (free radical) dan antioksidan saat ini semakin berkembang. Hal ini didasari karena sebagian besar penyakit degeneratif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Meningkatnya kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada kesehatan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat. Selain itu, setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik sendiri, seperti

Lebih terperinci

Latar Belakang : Dasar Tek Pengolahan Pangan

Latar Belakang : Dasar Tek Pengolahan Pangan () Sterilisasi UHT dan Pengolahan Aseptik: engawetkan dan empertahankan utu Susu Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kemampuan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) dalam menghambat oksidasi gula. Parameter

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI Oleh : ANGELINA THIODORA MONE NPM : 0933010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup menuntut semua serba cepat dan praktis, tidak terkecuali makanan, sehingga permintaan akan sereal sarapan yang praktis dan bergizi semakin meningkat.

Lebih terperinci

Modul Pelatihan BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.)

Modul Pelatihan BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Modul Pelatihan BUDIDAYA DAN PASCA PANEN TANAMAN SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) Ketut Sumiartha Naniek Kohdrata Nyoman S. Antara Pusat Studi Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daun pohpohan merupakan bagian tanaman yang digunakan sebagai lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki aktivitas antioksidan yang besar,

Lebih terperinci

P PENGARUH PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN PADA PENGOLAHAN MINUMAN SERBUK SIRSAK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

P PENGARUH PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN PADA PENGOLAHAN MINUMAN SERBUK SIRSAK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola hidup manusia. Perubahan terjadi pula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) adalah tumbuhan yang bermula dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) selain daging buahnya,

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia buah dan dan sayur merupakan bahan pangan yang sangat mudah didapatkan, bahkan disetiap daerah memiliki buah atau sayur sebagai ciri khas untuk daerah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN UMBI UMBIAN Bagian 4: Pengolahan Umbi Ganyong

TEKNOLOGI PENGOLAHAN UMBI UMBIAN Bagian 4: Pengolahan Umbi Ganyong MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN UMBI UMBIAN Bagian 4: Pengolahan Umbi Ganyong Oleh: Sutrisno Koswara Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Research and Community Service

Lebih terperinci