BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan, maka kajian pustaka yang telah dijadikan pertimbangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat bisa menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang mampu. ekonomi menjadi target utama dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang mana untuk selanjutnya

BAB I PENDHULUAN. kebijakan otonomi daerah yang telah membawa perubahan sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional sebagai upaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan. kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata banyak di kembangkan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia sebagai salah satu primadona penghasil devisa. Pariwisata sebagai industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa cerobong asap jika dibandingkan dengan industri berat lainnya yang banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut MC Intosh dan Goeldner dalam Subakti (2008) dalam Ni Luh Sili Antari (2013) pariwisata sebagai keseluruhan fenomena dan hubungan-hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, pemasok bisnis, pemerintah, dan masyarakat penerima dalam proses penciptaan daya tarik dan upaya menjamu para wisatawan dan pengunjung lainnya. Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utama (Salah, 2003) dalam Ni Luh Sili Antari (2013). 1

2 PAD sebagai salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah (Santosa dkk, 2005) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2014). Hal ini berarti semakin besar PAD maka daerah tersebut semakin mandiri yang ditunjukkan oleh ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat yang semakin berkurang. Namun pada kenyataannya, daerah masih dihadapkan pada ketergantungan fiskal berupa subsidi serta bantuan dari pemerintah pusat yang disebabkan oleh keterbatasan PAD. Salah satu cara untuk mengukur kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi adalah dengan memperhatikan besarnya jumlah PAD yang dapat diperoleh oleh suatu daerah (Nasrun, 2009) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi(2014). PAD merupakan barometer utama atas suksesnya pelaksanaan otonomi daerah, dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah, kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat (Hidayat dkk, 2007). Ketergantungan kepada subsidi dari pemerintah pusat harusdiminimalkan, sehingga nantinya PAD yang khususnya berasal dari pajak dan retribusiidaerah menjadi sumber keuangan terbesar dalam PAD (Koswara, 1999) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2014). Otonomi daerah erat kaitannya dengan keuangan suatu daerah, yaitu yang berhubungan dengan pendapatannya atau Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan membawa implikasi tersendiri, dan bagi suatu daerah yang terbatas potensi

3 sumber daya alamnya akan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh daerah. Pengembangan industri pariwisata merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam usaha mengembangkan obyek-obyek wisata sehingga menarik wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Jumlah Kunjungan wisata sangat tergantung kepada keindahan obyek wisata baik yang telah dikelola maupun yang tersedia secara alami. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pengembangan otonomi daerah yang luas dari pemerintah pusat ke pemerintah propinsi dan kabupaten/kota dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, menyebabkan terjadinya pengalokasian tugas, fungsi wewenang dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan yang selama ini terkonsentrasi di pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dimana peran dan keterlibatan masyarakat akan semakin dominan serta memberikan kesempatan yang besar bagi daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki agar dapat memberikan hasil yang optimal. Setiap pemerintah daerah berlomba-lomba untuk dapat meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD sebagai salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan

4 terhadap pemerintah pusat berkurang. PAD diartikan sebagai penerimaan dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, yang dipungut berdasarkan Undang- Undang yang berlaku. Untuk itu diperlukan adanya kreatifitas, inovasi dan pemikiran yang dinamis untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah dari masing-masing potensi daerah yang dimiliki. Sebelum era otonomi daerah, pemerintah daerah berharap untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuanndaerah sendiri ternyata belum bisa terwujud karena pada kenyataannya ketergantungan fiskal, subsidi serta bantuan pemerintah pusat semakin besar karena ketidakmampuann PAD di suatu daerah (Mardiasmo, 2002:1) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2014). Meskipun daerah memiliki sumber daya alam yang melimpah namun masih banyak juga sumber daya alam yang belum dimanfaatkan. Perbedaan kondisi daerah satu dengan daerah yang lainnya membuat kebijakan yang diterapkan juga harus berbeda antar satu daerah dengan lainnya. Menurut Halim (2001:101) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2014), bahwa ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi potensi sumber-sumber PAD antara lain, PDRB perkapita dan tingkat inflasi. Pertumbuhan ekonomi daerah berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur dengan besaran dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya pembangunan yang

5 dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah (Sukirno,2006) dalam Gde Bhaskara Perwira Jaya dan A.A Bagus Putu Widanta (2014). Menurut Jhingan (1993) dalam Pande Paramitha Wulandari dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi (2014) sesuai dengan teori pertumbuhan dari Harrod- Domar bahwa investasi memiliki peran kunci dalam pertumbuhan ekonomi yaitu menciptakan pendapatan dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Menurut (Todaro, 1997:105) dalam Indra Rindu Datu K (2012) faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari suatu negara atau masyarakat yaitu pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional telah dianggap positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, artinya semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produksif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Namun demikian kesemuanya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif. Menurut Kuncoro (1995 : 334-358) dalam Indra Rindu Datu K (2012) penyelenggaraan otonomi daerah nantinya dikhawatirkan banyak daerah kabupaten/kota yang tidak mampu membiayai kebutuhan daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keuangan daerah yang ada selama ini di mana porsi antara PAD dengan bantuan pusat sangat menjolok sekali bahwa lebih separuh dari jumlah kabupaten/kota di Indonesia memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD)

6 yang sangat minim dalam membelanjai kebutuhan anggaran daerahnya, yaitu di bawah 15% dari total anggaran secara keseluruhan. Berdasarkan uraian diatas terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi PAD, maka Penulis merasa tertarik untuk meneliti PAD Kabupaten/kota Eks Karesidenan Surakarta dan menuangkan hasilnya dalam karya ilmiah berjudul PENGARUH SEKTOR PARIWISATA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INVESTASI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2010-2014. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini akan menganalisa tentang pengaruh sektor pariwisata, produk domestik regional bruto, tingkat investasi, dan jumlah penduduk terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2010-2014. Sehingga dalam penelitian ini rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh sektor pariwisata terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )? 2. Apakah ada pengaruh Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )? 3. Apakah ada pengaruh tingkat Investasi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )?

7 4. Apakah ada pengaruh jumlah penduduk terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sektor pariwisata terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat Investasi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). D. MANFAAT PENELITIAN 1. Pengambil Kebijakan Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam menentukan kebijakan yang tepat guna meningkatkan penerimaan daerah dari industri pariwisata. 2. Ilmu Pengetahuan

8 Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang lain. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yaitu dapat menambah kajian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan daerah dari industri pariwisata. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan sebagai penambah wacana keilmuan. E. SISTEMATIKA PENELITIAN Uraian dalam penulisan skripsi ini saling berhubungan dari seluruh rangkaian yang secara keseluruhan isinya akan terangkum sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa unsur yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

9 Bab ini berisi penjelasan mengenai Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), sektor pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat investasi dan jumlah penduduk, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan kerangka pemikiran teoritis. Teori yang didapat akan menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai judul yang dipilih penulis. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, variabel dan definisi operasional, metode analisis. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi semua temuan yang dihasilkan penulis dalam penelitian dan analisa statistik. BAB V. PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan dari analisa yang dilakukan dari hasil penelitian serta saran dan keterbatasan penelitian.