BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

dokumen-dokumen yang mirip
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 3, Nomor 2, Juli 2010 ( ) ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

B ab I P endahuluan BAB I PENDAHULUAN

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB III PENGARUH PENERAPAN MEKANISME BARU PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH. 3.1 Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a.akuntabilitas Perencanaan program Dana Bantuan Operasional Sekolah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, perlu ada peran serta pihak-pihak seperti: stakeholder

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB V PENUTUP. Olahraga dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah. Menengah Pertama Negeri tahun anggaran 2015 di kota Surakarta yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 145 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Akuntabilitas Kepala Sekolah dalam perencanaan Dana Bantuan

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG TRANSPARANSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAH KABUPATEN GOWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Botubilotahu Kecamatan Marisa yang akan dijelaskan sebagai berikut :

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

II. KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kewajiban Negara memberikan pelayanan pendidikan dasar tertuang pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pasal 31 UUD 1945 lebih tegas menyatakan hak warga Negara dan kewajiban Negara memberikan pendidikan kepada warganya. Pasal 31 menyatakan (1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, (3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). 1 Didalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan kepada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. 2 1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 31 2 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 48

2 Terwujudnya good governance merupakan tuntutan bagi terselenggaranya manajemen pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab, serta bebas dari korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN). Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, salah satu yang harus diperhatikan adalah Prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performanya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam menagemen pembiayaan pendidikan di sekolah berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan (Minarti:2011). Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah menilai kinerja sekolah dan kepuasaan publik terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan dan untuk mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik. Sedikitnya ada tiga pilar utama yang menjadi pilar terbangunnya akuntabilitas menurut (Minarti:2011), yaitu: (1) Adanya transparasi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah; (2) Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya; (3)Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana

3 kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya murah, dan pelayanan yang cepat. 3 Pelaksanaan akuntabilitas pembiayaan sekolah dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan kepada masyarakat, orang tua murid dan tentunya kepada pemerintah yang dalam kaitan ini sebagai salah satu sumber keuangan/ pendanaan pendidikan di sekolah. Sesuai dengan kebijakan pendidikan nasional ada dua hal khusus yang berkenaan dengan hal tersebut adalah pertama menetapkan alokasi dana pendidikan sekurang-kurangnya 20% baik pada APBN dan APBD, kebijakan pendidikan yang merupakan amanat dari UUD 1945 amandemen ke empat pasal 31 (4), kedua UU No. 20 tahun 2003 pasal 11 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintahan daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan baik setiap warga Negara. Kabupaten Sinjai sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang diberikan dana BOS oleh pemerintah. Dana BOS merupakan salah satu dari beberapa kegiatan / program kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga Kabupaten Sinjai yang berlangsung sejak tahun 2005. Program dana BOS tersebut di mulai dari pendidikan dasar hingga sekolah menengah pertama. Hal ini sesuai Peraturan Meneteri 3 Afid Burhanuddin, Akuntabilitas pembiayaan pendidikan https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/26/akuntabilitas pembiayaan-pendidikan/, tanggal 2 Desember 2014

4 Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2014. Adapun pembiayaan yang selama ini digunakan untuk menunjang dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Kabupaten Sinjai adalah bersumber APBN. Pemerintah memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Sinjai. Sejak tahun 2012 Penyaluran dana BOS ini dilakukan dengan mekanisme transfer keprovinsi yang selanjutnya ditransfer kerekening sekolah secara. Mekanisme baru ini bertujuan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam penyaluran dana BOS. Diharapkan cara tersebut dapat meningkatakan pengelolaan menjadi lebih efektif, efisien, dan tepat jumlah sehingga tidak menimbulkan peluang untuk melakukan penyelewengan. Dana BOS yang disalurkan kepada tiap sekolah merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dimana pembiayaannya secara langsung diserahkan kepada pihak sekolah untuk dikelola sesuai dengan kebutuhan dengan berdasar kepada petunjuk teknis yang telah ditetapkan pemerintah. Petunjuk teknis tersebut berisi tentang penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana BOS yang dibuat dengan harapan bahwa pengelolaan dana BOS tepat sasaran, namun tidak

5 dapat dipungkiri bahwa masih ada sekolah di Kabupaten Sinjai yang tidak mencermati petunjuk tersebut. Sehingga dalam merealisasikan dana BOS terkadang ada sekolah yang melakukan perbelanjaan diluar dari ketentuanketentuan yang telah digariskan atau ditetapkan dalam petunjuk teknis. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya koordinasi antara kepala sekolah, bendahara BOS dan guru serta pihak sekolah tidak melakukan kewajibannya untuk mengumumkan daftar komponen yang boleh dan tidak boleh dibiayai penggunaan dana BOS tersebut. Pembelanjaan di luar aturan pendanaan yang dilakukan oleh pihak sekolah inilah yang menimbulkan sebuah masalah dalam pertanggungjawaban dana BOS sehingga tidak akuntabel. Padahal, akuntabilititas dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) oleh sekolah merupakan hal yang penting sebagai tolak ukur keberhasilan penyelenggara dalam memegang tanggung jawab terhadap pencapaian hasil. Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap hal tersebut penting untuk dikaji agar diketahui laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS serta hal-hal yang mempengaruhinya, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Sinjai.

6 1.2 Rumusan Masalah Dana Bantuan Operasisonal Sekolah dalam program pendidikan gratis di Kabupaten Sinjai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dana BOS tahun 2014 yang dikelola oleh dinas pendidikan Kabupaten Sinjai. Berdasarkan urain latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Sinjai? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi akuntabilitas Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Sinjai? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Sinjai. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam penyelenggaran pendidikan di Kabupaten Sinjai.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis : Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan bahan pemikiran tentang konsep dan teori tentang Akuntabilitas. 2. Secara praktis : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan Kabupaten Sinjai agar daerah tersebut kedepanya lebih baik dan pemerintah setempat lebih memperhatikan dan meningkatkan pendidikan masyarakat.

38 BAB III Metode penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian, maka Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Lokus penelitian yaitu Sekolah Dasar Negeri 3 Balangnipa Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sekolah Dasar Negeri 84 Mangarabombang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Sekolah Menengah Pertama 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, Sekolah Menengah Pertama 1 Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai dan kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sinjai. Sedangkan, penelitian di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sinjai berdasar pada tugas dan fungsi dinas tersebut dalam urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pendidikan, pemuda dan olahraga. 3.2 Tipe dan Dasar Penelitian a) Tipe penelitian yang di gunakan adalah deskriptif yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai objek yang diteliti dan berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup

39 didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut. b) Dasar penelitian adalah Studi Kasus yang memfokuskan masalah pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pendidikan di Kabupaten Sinjai 3.3 Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang akan diperoleh dari dua sumber,yaitu: a) Data Primer Data yang diperoleh langsung dari informan, dengan memaknai teknik pengumpulan data berupa interview (wawancara), serta melakukan observasi (pengamatan langsung terhadap penelitian). b) Data sekunder Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip resmi,serta literature lainnya yang relevan dalam melengkapi data primer penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a) Dokumentasi

40 Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber referensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban, surat, dan catatan harian. b) Study kepustakaan Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. Cara yang dilakukan dengan mencari data-data pendukung (data sekunder) pada berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-dokumen, makalah-makalah hasil penelitian serta bahan-bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian. c) Observasi Yaitu pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban informan dengan kenyataan yang ada, dengan melakukan

41 pengamatan langsung yang ada di lapangan yang erat kaitannya dengan objek penelitian. d) Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan lisan melalui dialog langsung antar peneliti dengan para informan. 3.5 Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun informan yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut: 1. Sekertaris Dinas pendidikan Kab.Sinjai 2. Bagian Sub.Program Dana BOS Dinas pendidikan Kab. Sinjai 3. Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. 4. Bendahara BOS Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Kecamatan Sinjai Utara. 5. Kepala Sekolah Dasar (SD) 84 Mangarabombang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. 6. Bendahara BOS Sekolah Dasar (SD) Negeri 84 Mangarabombang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

42 7. Komite Sekolah Dasar (SD) Negeri 84 Mangarabombang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. 8. Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pulau Kambuno Kecamatan Pulau Sembilan Balangnipa Kab. Sinjai. 9. Bendahara BOS Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pulau Kambuno Kecamatan Pulau Sembilan Balangnipa Kab. Sinjai 10. Komite Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pulau Kambuno Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai 11. Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Balangnipa Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. 12. Bendahara BOS Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kecamatan Sinjai Utara 13. Komite Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Balangnipa Kecamatan Sinjai Utara Kab. Sinjai 14. Orang Tua Siswa 3.6 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tersebut pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

43 diinterpretasikan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan. 1.6 Definisi Operasional Untuk memberi suatu pemahaman, agar memudahkan penelitian, maka perlu adanya beberapa batasan penelitian dan fokus penelitian ini yang dioperasionalkan melalui indikator sebagai berikut : Akuntabilitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Sinjai merupakan Suatu tindakan dalam mempertanggungjawabkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang juga sebagai salah satu program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Untuk membantu meringankan beban orang tua dalam program dana BOS dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2014 Romzek dan Dubnick (1987) mengajukan suatu pemikiran yang paling populer dalam membangun tipologi akuntabilitas publik. Mereka melihat akuntabilitas berdasarkan dimensi "sumber kontrol" dan "derajat kontrol". Dilihat dari sumber kontrol, akuntabilitas melibatkan kontrol internal dan

111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah disampaikan pada bab IV, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Akuntabilitas pengelolaan dana BOS diantaranya meliputi: a. Akuntabilitas internal dan eksternal dalam pengelolaan dana BOS dimana akuntabilitas internal yaitu akuntabilitas hirarki berupa rekaptulasi anggaran dana BOS, RAPBS, susunan SK pengurus dana BOS pertriwulan oleh sekolah yang diserahkan kepada dinas pendidikan, sedangkan realisasi penggunaan dana BOS berupa K1-K7a dikirim ke tim manajemen BOS pusat dan Laporan pertanggungjawaban secara keseluruhan dari triwulan I-IV diserahkan ke BAWASDA setiap tahunnya. Kemudian data yang dimasukkan oleh sekolah kedinas pendidikan Kab. Sinjai nantinya akan dikirim juga ke tim manajemen BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS provisnis mengirim data t6ersebut kapada tim manajemen BOS pusat. Sedangkan akuntabilitas professional berupa waktu penyaluran dana BOS oleh setiap sekolah pertriwulan atau setiap 1 kali dalam tiga bulan dan yang berperan

112 penting daam pengeolaan dan BOS yaitu Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dana BOS, bendahara sebagai pengelolaan dana BOS disekolah, komite sekolah sebagai pengontrol dan mengawasi penggunaan dana BOS disekolah, kemudian perwakilan orang tua siswa yang dipilih oleh kepala sekolah yang juga mengawasi penggunaan dana BOS. b. Akuntabilitas eksternal yaitu akuntabilitas yang diluar dari akuntabilitas internal seperti Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) yang juga memeriksa penggunaan dana BOS tiap sekolah dan Komisi Pemberantasan Korupsi yang melakukan monitor terhadap penggunaan dana BOS disekolah, serta melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. c. Penyusunan kegiatan yang didanai oleh dana BOS meliputi dua kegiatan utama yang dilakukan oleh kepala sekolah bersama Tim Manajemen BOS sekolah yaitu mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan mennyusun rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS). Penyusunan kegiatan dana BOS disusun dalam bentuk rencana penggunaan dana BOS, yang disusun oleh kepala sekolah dan bendahara BOS.penyususnan kegiatan dalam mengelola dana BOS dengan membentuk tim manajemen BOS berdasarkan kesepakatan bersama antara kepala sekolah, dewan guru dan

113 komite sekolah dengan mempertimbangkan pengalaman bendahara BOS. Sedangkan pemilihan salah satu wakil orang tua siswa ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama. Untuk membantu kinerja bendahara BOS dan tim penerima barang, kepala sekolah menunjuk salah satu guru sebagai pembantu pelaksana bendahara BOS dan penerima barang. Pemilihan pembantu pelaksana tersebut berdasarkan latarbelakang pendidikan yaitu sarjana akuntansi dan kemampuannya mengoperasikan komputer. d. Pelaksanaan pengelolaan dana BOS diawali dengan kegiatan penyaluran dana BOS. Penyaluran dana keterlambatan. Keterlambatan tersebut dikarenakan terlambatnya guru-guru dalam melaporkan hasil kegiatan menggunakan dana BOS. Mekanisme penggunaan dana BOS diawali dengan pengajuan kebutuhan oleh guru dan karyawan, tidak semua kebutuhan yang diajukan dapat dianggarkan dalam RAPBS, namun disaring berdasarkan skala prioritas. Langkah selanjutnya yaitu penetapan alokasi sumber dana yang ditentukan oleh kepala sekolah, kemudian dibelanjakan oleh tim belanja barang berdasarkan standar harga dari Dinas Pendidikan Kabupaten. Sebagai langkah akhir yaitu penerimaan,

114 pengecekan dan inventarisasi barang oleh tim penerima barang, sehingga siap barang/ jasa untuk digunakan. e. Kegiatan evaluasi pengelolaan dana BOS dilakukan dalam bentuk pengawasan dan monitoring. Pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah dalam bentuk pengawasan melekat, yang dilakukan dengan mengecek pembukuan BOS, serta pemberian arahan dalam pengelolaan dana BOS. Pengawasan dari komite sekolah dilakukan oleh ketua komite sekolah pada saat kunjungan sekolah. Monitoring dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Kabupaten, dengan mengecek penggunaan dana BOS, memverifikasi dana BOS dengan jumlah siswa, serta memberikan bimbingan tentang pengelolaan dana BOS. Dalam kegiatan monitoring, tidak dilakukan penanganan pengaduan, sebab sekolah tidak mendapat pengaduan dari pihak manapun. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan dan BOS yaitu a. Faktor pendukung Adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, dinas pendidikan sekolah dan masyarakat. Sehingga penggunaan dana BOS menjadi transparan dan terarah sesuai dengan aturan yang ditetapkan, adanya kualitas mutu pendidikan, seperti penambahan koleksi buku diperpustakaan, dan pengembangan sarana dan

115 prasarana semakin meningkat. Sehingga proses belajar mengajar disekolah berjalan dengan baik. b. Faktor penghambat Minimnya dana BOS yang diberikan oleh sekolah terpencil seperti SMP Negeri 1 Pulau Sembilan sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan semua kegiatan yang ada disekolah tersebut. Pencairan dana BOS kurang tepat waktu sehingga dapat menghambat proses pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan oleh setiap sekolah. Pengelolaan dana BOS yang dikirim kepusat melalui media internet tidak mendudkung karena listrik yang ada di SMP Neg. 1 Pulau Sembilan tidak ada disiang hari pada saat hari kerja yang sangat mempengaruhi pengelolan dana BOS sehingga pengiriman data dana BOS terlambat, sehingga pencairan dana BOS tidak tepat waktu. Dan juga jaringan yang tidak mendukung dalm proses pengiriman data dan BOS di SMP 1 Pulau Sembilan dan SD 84 Mangarabombang. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Dalam hal pelaporan penggunaan dana BOS, kepala sekolah, bendahara BOS, dan guru-guru hendaknya berkoordinasi dengan baik, agar laporan penggunaan dana BOS dapat berjalan dengan lancar.

116 2. Mestinya pemerintah daerah harus berfikir bahwa sekolah yang ada di daerah terpencil memberikan subsidi tambahan selain dana BOS karena hal tersebut dimungkinkan dan dibolehkan mengingat daerah kepulauan biaya transportasi untuk menjangkau kekota mahal biaya untuk untuk membayar sewa kapal senilai 60 ribu berbeda dengan sekolah-sekolah yang ada diperkotaan mudah menjangku ketika ada kegiatan yang dilaksanakan. 3. Ketersediaan pembukuan dana BOS kurang lengkap dan kurang teratur, sebaiknya semua pembukuan dana BOS disimpan secara lengkap dan ditata dengan teratur oleh bendahara BOS. Agar dapat memudahkan apabila ada pihak-pihak yang membutuhkan pembukuan tersebut. 4. Sekolah seharusnya tidak lambat dalam membuat laporan pertanggungjawannya sehingga dana BOS akan cair lebih cepat ditiap-tiap sekolah yang menerima dana BOS. begitu pun sebaliknya pemerintah tidak boleh terlambat dalam penyaluran dana BOS disekolah karena akan menghambat program yang akan dilaksanakan disekolah. 5. Kepala sekolah perlu mengatur agar laporan penggunaan dana BOS sesuai dengan ketentuan penggunaan dana dalam petunjuk pelaksanaan dan perlu dilaporkan juga kepada orang tua siswa sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kepada publik.