HUBUNGAN ANTARA SIFAT-SIFAT EMULSIFIKASI DENGAN STABILITAS OKSIDASI MIKROKAPSUL YANG DIHASILKAN DENGAN METODE PENGERINGAN SEMPROT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA NATRIUM KASEINAT DAN FOSFOLIPIDA DALAM EMULSIFIKASI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PERUBAHAN SIFAT-SIFAT EMULSI

ADSORPSI KOMPETITIF FOSFOLIPID PADA PERMUKAAN GLOBULA MINYAK DALAM SISTEM EMULSI YANG DISTABILISASI KASEINAT

KARAKTERISTIK DAN STABILITAS ANTIOKSIDAN MIKROKAPSUL MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) DENGAN BAHAN PENYALUT BERBASIS PROTEIN

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

Microencapsulation of Carotene Extracts from Neurospora sp. Spores With Protein Based Encapsulant Using Spray Drying Method.

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

STUDI KARAKTERISTIK DAN KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA

KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERBANDINGAN RATIO MINYAK JAGUNG DAN JERUK LEMON TERHADAP STABILITAS DAN RASA PADA SALAD DRESSING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL MINYAK KAYA ASAM LEMAK -3 DARI HASIL SAMPING PENEPUNGAN LEMURU

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

PENGARUH EMULSIFIER TERHADAP STABILITAS EMULSI SALAD DRESSING DARI MINYAK KEDELAI DAN AIR JERUK LEMON

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI

PENGGUNAAN MINYAK SAWIT MERAH UNTUK PEMBUATAN LEMAK BUBUK

P FORTIFIKASI KEJU COTTAGE

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech

PENGARUH RASIO MOL REAKTAN DAN LAMA SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK METHYL ESTER SULFONIC (MES) DARI METIL ESTER MINYAK SAWIT

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN BUBUK OLEORESIN LADA (Piper nigrum) MELALUI PROSES EMULSIFIKASI DAN MIKROENKAPSULASI

Polisakarida Larut Air (PLA) Kulit Kopi sebagai Pensubstitusi Gum Arab Pada Enkapsulasi Minyak Kopi

Enkapsulasi Minyak Kopi Menggunakan Polisakarida Larut Air Kulit Buah Kopi Sebagai Flavoring

EFEKTIFITAS SURFAKTAN DAN RECOVERY MEMBRAN DALAM DIFUSI FENOL ANTAR FASA TANPA ZAT PEMBAWA. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh KHAIRUNNISSA NO.

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN PENGOLAHAN MARGARIN MENGGUNAKAN FRAKSI MINYAK SAWIT PADA SKALA INDUSTRI KECIL SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Stabilitas Minyak Ikan dan Mikrokapsul Minyak Ikan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara penghasil rempah-rempah, yang juga

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat modern semakin memperhatikan makanan yang

Pengaruh Katalis H 2 SO 4 pada Reaksi Epoksidasi Metil Ester PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)

I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

kecombrang dalam bentuk nanoenkapsulan dapat membuka peluang dihasilkannya bahan

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

HIDROGENASI 14/01/2014 HIDROGENASI. Hasil reaksi hidrogenasi Penjenuhan ikatan rangkap Migrasi ikatan rangkap Pembentukan asam lemak Trans

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN OVALET SEBAGAI EMULSIFIER SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

PENGARUH KOMBINASI SUHU, WAKTU, DAN CARA PEMANASAN TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN MIKROBIOLOGI MAYONNAISE

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Susu cair Steril Biasa. Diproses dengan panas; sehingga produk susu mengalami pemanasan setara dengan o C, selama 4-30 menit

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

PLASTISISASI 14/01/2014

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

KONDISI HOMOGENISASI DAN PRAPENINGKATAN SKALA PROSES MIKROENKAPSULASI MINYAK SAWIT

STUDI PEMBUATAN MIKROKAPSUL SITRONELAL DENGAN PENYALUT KITOSAN Lia Listianingsih, Elvina Dhiaul Iftitah*, Siti Mariyah Ulfa ABSTRAK ABSTRACT

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

4 Pembahasan Degumming

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SIFAT-SIFAT EMULSIFIKASI DENGAN STABILITAS OKSIDASI MIKROKAPSUL YANG DIHASILKAN DENGAN METODE PENGERINGAN SEMPROT Oleh: Teti Estiasih 1 dan Kgs. Ahmadi 2 1) Staf Pengajar Jur. Tek. Hasil Pertanian Fak. Tekn. Pertanian Universitas Brawijaya - Malang 2) Staf Pengajar Jur. Teknologi Industri Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi - Malang ABSTRAK Pada penelitian ini dikaji hubungan antara sifat-sifat pengemulsian protein dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul yang dihasilkan dari sistem emulsi tersebut. Sifat-sifat pengemulsian protein tersebut dikaji dalam sistem emulsi trigliserida kaya asam lemak ω-3 yang distabilisasi natrium kaseinat. Untuk meningkatkan sifat-sifat emulsifikasi, dilakukan penambahan fosfolipida dalam konsentrasi meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat indeks stabilitas emulsi (ESI), yang mneunjukkan kestabilan emulsi sebelum pengeringan semprot, berkorelasi nyata dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Sifat-sifat pengemulsian yang lain tidak berkorelasi nyata karena ada faktor lain yang mempengaruhi sifat-sifat pengemulsian protein dan sifat penyalutan trigliserida kaya asam lemak ω-3 pada proses mikroenkapsulasi, yaitu fosfolipida. Kata kunci: sifat-sifat pengemulsian protein, mikroenkapsulasi, stabilitas oksidasi. CORRELATION OF EMULSIFYING PROPERTIES AND MICROCAPSULE OXIDATIVE STABILITY IN MICROENCAPSULATION BY SPRAY DRYING METHOD ABSTRACT This research was conducted to elucidate the correlation of protein emulsifying properties and microcapsule oxidative stability. These properties were analyzed in sodiuym caseinate stabilized triglycerieds enriched with ω-3 fatty acids emulsions. Phospholipids was added to enhance these emulsifying properties. The results showed that emulsion stability index (ESI), refered to emulsion stability prior to drying, was correlated significantly with microcapsule oxidative stability. Other properties did not significantly correlated because of phospholipids addition that cahnged the emulsifying properties and film forming properties of microcapsule concomitantly. Keywords: protein emulsifying properties, microencapsulation, oxidative stability. PENDAHULUAN Asam lemak ω-3, terutama EPA (asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam dokosaheksaenoat), merupakan asam lemak yang penting bagi kesehatan. Walaupun tubuh dapat mensintesis kedua jenis asam lemak tersebut, sintesis dilakukan secara lambat sehingga tubuh memerlukan asupan dari makanan. Karena jenis makanan yang mengan-dung asam lemak ω-3 sangat terbatas, asam lemak ω-3 biasa 35

ditambahakan ke dalam berbagai jenis makanan. Yang menjadi permasalahan adalah asam lemak ω-3 tersebut mudah teroksidasi sehingga membatasi suplementasinya pada berbagai jenis makanan. Salah satu alternatif untuk meningkatkan stabilitas oksidasi asam lemak ω-3 adalah mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi merupakan teknik penyalutan bahan inti (core) dengan bahan penyalut (enkapsulan) dalam ukuran mikron. Salah satu metode mikroenkapsu-lasi yang sering digunakan adalah penge-ringan semprot. Pada proses mikroenkapsulasi dengan pengeringan semprot, bahan isian pertama kali diemulsifikasi dalam larutan penyalut. Menurut Magdassi dan Vinetsky (1996), sifat-sifat emulsi sebelum pengeringan semprot merupakan faktor kritis yang mempengaruhi kualitas mikrokapsul yang dihasilkan. Kualitas mikrokapsul dapat diukur berdasarkan tujuan dari proses mikroenkapsulasi tersebut. Pada proses mikroenkapsulasi asam lemak ω-3, tujuan mikroenkapsulasi adalah me-ningkatkan stabilitas oksidasi asam lemak tersebut, sehingga keberhasilan mikro-enkapsulasi dapat diukur dari peningkatan stabilitas oksidasi. Istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat pengemulsian protein adalah kapasitas pengemulsian (g minyak teremulsi/g protein), stabilitas emulsi (kecepatan pembentukan krim, koalesensi, flokulasi), indeks aktivitas pengemulsian (EAI=Emulsifying Activity Index atau luas antar permukaan yang distabilisasi per satuan berat protein, m 2 /g), luas antar permukaan (m 2 /ml emulsi), beban muatan protein atau protein load (mg/m 2 ) (Mulvihill, 1997), indeks stabilitas emulsi (ESI=Emulsion Stability Index), dan protein teradsorpsi (g protein/ml emulsi) (Damodaran, 1996). Fosfolipida, terutama fosfatidilkolin, sering ditambahkan pada berbagai makan-an olahan. Fosfolipida ini berperan seba-gai pengemulsi, baik fosfolipida saja atau bersama-sama dengan protein (Bos et al., 1997). Fosfolipida kuning telur mening-katkan stabilitas emulsi pada konsentrasi protein rendah (Fang dan Dalgleish, 1996a); mempunyai efek sinergis terhadap sifat emulsifikasi protein globular melalui pembentukan kompleks protein-fosfolipida (Nakamura et al., 1988). dan melalui adsorpsi di celah-celah pada antar permukaan yang tidak distabilisasi protein (Corredig dan Dalgleish, 1998). Walaupun telah diindikakan bahwa sifat-sifat mulsi sbeleum penegrigan semprot mempengaruhi kualitas mikrokapsul yang dihasilkan, tetapi sejauh ini sifatsifat mana yang mempengaruhi kualitas mikro-kapsul belum diteliti secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menje-laskan hubungan antara sifat-sifat emulsi sebelum pengeringan semprot dengan sta-bilitas oksidasi mikrokapsul yang diha-silkan. Sifat-sifat emulsi yang dianalisis meliputi sifat-sifat pengemulsian protein yang dikaji pada sistem emulsi trigliserida kaya asam lemak ω-3 yang distabilisasi natrium kaseinat. Untuk meningkatkan sifat-sifat emulsi sekaligus mendapatkan nilai sifatsifat pengemulsian protein yang bervariasi, dilakukan penambahan fosfolipida kuning telur dalam konsentrasi berva-riasi pada sistem emulsi tersebut. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah diketahui sifat-sifat emulsi sebelum pengeringan yang mempe-ngaruhi stabilitas oksidasi mikrokapsul. Apabila sifat-sifat tersebut telah diketahui, maka sifat-sifat tersebut harus dikendali-kan pada proses mikroenkapsulasi dengan metode penegringan semprot. METODE PENELITIAN 1. Bahan-bahan penelitian 36

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan emulsi dan mikrokapsul adalah natrium kaseinat teknis (Sigma Co.), fosfolipida yang diekstrak dari kuning telur dengan metode Schneider (1989), dan minyak ikan berupa trigliserida kaya asam lemak ω-3 yang dibuat dengan metode Moffat et al. (1993) yang dimodifikasi.. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah standar asam lemak, SDS (Sigma Co.), aseton (teknis), benzena, metanol, kloroform, aseton, amonium tiosianat, barium klorida, ferro sulfat, asam klorida, ferri klorida, KOH (semua untuk analisis, dari Merck), nitrogen (PT Aneka Gas, Yogyakarta), dan es kering (PT Fujigas, Surabaya). 2. Peralatan penelitian Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik (HR-, AND), pengaduk magnet (Nouvo II), alat-alat gelas, rotavapor (Buchi), freezer (Deaby), spektrofotometer (uv-1201v, Shimadzu), pengering beku (Modulyo), sentrifusa (T51-1,MLW), ultrasentrifusa (Beckman), alat rancimat (Metrohm), dan pengering semprot (Armfield SD04). 3. Jalan penelitian a. Pembuatan emulsi Emulsi dibuat dengan cara mencampurkan larutan natrium kaseinat dan trigliserida kaya asam lemak ω-3. Fosfolipida ditambahkan pada berbagai taraf konsentrasi, sehingga campuran yang dihasilkan mempunyai komposisi natrium kaseinat 10% (b/v), trigliserida kaya asam lemak ω-3 5% (b/v) dan fosfolipida 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5% (b/v). Campuran dihomogenisasi pada tekanan 0 psi selama 15 menit. Konsentrasi fosfolipida yang ditambahkan didasarkan pada pertimbangan bahwa pada rasio molar (R) fosfolipida terhadap natrium kaseinat yang rendah (R<10), fosfolipida dapat menigkatkan stabilitas emulsi yang distabilisasi natrium kaseinat (Fang dan Dalgleish, 1996a). Be-rat molekul natrium kaseinat adalah 23.000 Da (Euston et al., 1995) dan fosfa-tidilkolin kuning telur sebagai komponen fosfolipida kuning telur terbanyak adalah 716 Da (Dickinson dan Yamamoto, 1996), sehingga penambahan fosfolipida 0-2,5% menghasilkan R sebesar 0-8. Sifat-sifat emulsi yang dianalisis meliputi sifat-sifat pengemulsian protein yaitu: 1. Protein teradsorpsi (Euston et al., 1995). 2. Persentase protein teradsorpsi (Aoki et al., 1984). 3. EAI (Pearce dan Kinsella, 1978). 4. Luas antar permukaan (Cameron et al., 1991). 5. Beban muatan protein (Britten dan Giroux, 1993). 6. ESI (Pearce dan Kinsella, 1978). b. Pembuatan mikrokapsul Setiap sistem emulsi yang dihasilkan dikeringkan lebih lanjut dengan pengeringan semprot pada suhu inlet 120 C dan suhu outlet 70 C. Mikrokapsul yang dihasilkan dianalisis meliputi: 1. Kadar lemak (Vaghela dan Kilara, 1995). 2. Stabilitas oksidasi dengan metode oksigen aktif (AOCS, 1989). c. Analisis statistik Variabel yang diteliti adakah sifatsifat emulsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Data sifat-sifat emulsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul dianalisis dengan persamaan regresi linear sederhana antara masing-masing sifat 37

emulsi dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Data diperoleh dari dua kali ulangan. Sifat-sifat emulsi yang menunjukkan korelasi yang nyata dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul dianalisis lebih lanjut dengan persamaan regresi linear multipel untuk mengetahui kontribusi masing-masing sifat emulsi tersebut terhadap stabilitas oksidasi mikrokapsul. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini diteliti hubungan antara sifat-sifat emulsi sebelum pengeringan semprot dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Sifat-sifat emulsi sebelum pengeringan semprot merupakan faktor kritis yang menentukan keberhasilan mikroenkapsulasi (Magdassi dan Vinetsky, 1996; Onwulata et al., 1994). Sifat-sifat emulsi ini harus dijabarkan, sehingga diketahui sifat-sifat emulsi yang mempengaruhi keberhasilan mikroenkapsulasi. Keberhasilan mikroenkapsulasi dapat diukur tergantung dari tujuan utama mikroenkapsulasi. Pada penelitian ini, tujuan utama mikroenkapsulasi adalah mendapatkan mikrokapsul yang stabil terhadap oksidasi. Trigliserida kaya asam lemak ω-3 yang dibuat mikrokapsul sangat rentan terhadap proses oksidasi, sehingga tujuan utama mikroenkapsulasi adalah meningkatkan stabilitas terhadap oksidasi. Stabilitas terhadap oksidasi dapat diukur dengan metode oksigen aktif dan dinyatakan dalam satuan waktu. Sifat-sifat emulsi yang distabilisasi protein biasa dijelaskan dengan parameter ESI, luas antar permukaan, beban muatan protein (Mulvihill, 1997), EAI, dan protein teradsorpsi (Damodaran, 1996). Oleh karena itu, untuk mengetahui sifatsifat pengemulsian protein yang mempengaruhi stabilitas oksidasi mikrokapsul dengan enkapsulan protein, perlu diteliti hubungan antara sifat-sifat pengemulsian protein tersebut dengan stabilitas oksidasi dari mikrokapsul yang dihasilkan dari sistem emulsi tersebut. Dengan mengetahui sifat-sifat pengemulsian protein yang berkorelasi nyata dengan stabilitas oksidasi mikrokap-sul, keberhasilan mikroenkapsulasi dapat diprediksi dari sifat-sifat pengemulsian protein tersebut sebelum pengeringan sem-prot. Pemilihan protein sebagai enkapsu-lan yang cocok untuk mikroenkapsulasi dengan pengeringan semprot dapat dilihat dengan mengetahui sifat-sifat pengemulsian protein tersebut. Berbagai jenis protein berpotensi sebagai enkapsulan mikrokapsul dengan bahan isian minyak. Tinggi rendahnya potensi tersebut dapat dilihat dari sifat-sifat pengemulsian protein sebelum pengeringan semprot. 1. Hubungan dengan protein teradsorp si Protein teradsorpsi merupakan protein yang menstabilisasi permukaan glo-bula minyak per satuan volume emulsi (mg/ml). Protein ini melapisi permukaan globula minyak dan menstabilkan emulsi. Menurut Demetriades dan McClements (1999), protein teradsorpsi pada permukaan globula minyak dan membentuk lapisan pelindung yang menstabilisasi globula minyak dari koalesensi dan/atau flokulasi. Protein Teradsorpsi (mg/ml) 10 8 6 4 2 8,38 7,3 6,52 5,35 3,48 4,31 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 1. Protein yang teradsorpsi pada permukaan globula minyak 38

Penambahan fosfolipida menyebabkan penurunan protein teradsorpsi Berdasarkan penelitian Estiasih (2003), penurunan ini disebabkan oleh pembentukan kompleks kasein-fosfolipida dan proses pergantian kasein oleh fosfolipida untuk teradsorpsi pada permukaan globula minyak. Penambahan fosfolipida juga menyebabkan penurunan stabilitas oksidasi mikrokapsul. A 42 333 309 328 323 295 0 Tingkat 0,5 Penambahan 1 Fosfolipida 1,5 (%) 2 2,5 Gambar 2. Stabilitas oksidasi mikrokapsul sebagai pengaruh penambahan fosfolipida. Protein teradsorpsi terus menurun dengan meningkatnya konsentrasi fosfolipida (Gambar 1). Stabilitas oksidasi mikrokapsul menurun karena adanya penambahan fosfolipida dan peningkatan konsentrasi fosfolipida tidak menyebabkan perubahan stabilitas oksidasi (Gambar 2). Hubungan antara protein teradsorpsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul (Gambar 3) menunjukkan korelasi linear yang secara statistik tidak berarti dengan koefisien korelasi r=0,71. Stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak dipengaruhi oleh protein teradsorpsi. 425 375 325 275 3 4 5 6 7 8 9 Protein Teradsorpsi (mg/ml) Gambar 3. Hubungan antara protein teradsorpsi dengan stabilitas oksida si mikrokapsul ( ). Peningkatan konsentrasi fosfolipida tidak menyebabkan perubahan stabilitas oksidasi mikrokapsul yang nyata (taraf α=0,05). Keadaan ini disebabkan proses pergantian kasein oleh fosfolipida (Estiasih, 2003) juga mempengaruhi stabi-litas oksidasi. Fosfolipida dapat berperan sebagai antioksidan melalui reaksi pencok-latan dengan produkproduk hasil oksidasi lemak (Sugino et al., 1997). Analisis stabilitas oksidasi dilakukan pada suhu tinggi, dan kemungkinan terbentuk pro-duk-produk oksidasi lemak yang bereaksi dengan fosfolipida menghasilkan produk hasil reaksi pencoklatan yang bersifat antioksidatif. Keadaan ini menyebabkan penambahan fosfolipida pada taraf yang digunakan pada penelitian ini tidak mengubah stabilitas oksidasi mikrokapsul. Protein teradsorpsi sebenarnya merupakan protein yang melapisi permukaan globula minyak dan menstabilisasi emulsi. Menurut Aoki et al. (1984), stabilitas emulsi berkorelasi positif dengan protein yang teradsorpsi pada permukaan globula lemak. Hubungan antara protein teradsorpsi dengan ESI menunjukkan korelasi linear sangat nyata (taraf α=0,01) dengan koefisien korelasi r=0,93. Protein teradsorpsi kemungkinan juga berperan dalam stabilisasi mikrokapsul terhadap oksidasi, karena lapisan protein ini yang melapisi bahan isian minyak dan mencegah minyak kontak dengan oksigen. 39

Kenyataan menunjukkan korelasi linear antara protein teradsorpsi dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti. Hal ini disebabkan walaupun pening-katan fosfolipida menyebabkan penurunan protein teradsorpsi, fosfolipida yang menggantikan kasein yang terdesorpsi juga berperan dalam menahan keluarnya mi-nyak menuju permukaan mikrokapsul, sehingga stabilitas oksidasi tidak berubah. 2. Hubungan dengan persentase protein teradsorpsi Persentase protein teradsorpsi merupakan persentase dari protein yang teradsorpsi pada permukaan globula minyak terhadap total protein yang ada dalam emulsi. Tidak semua protein yang terdapat dalam sistem emulsi teradsorpsi pada permukaan globula minyak. Sebagian protein tetap berada pada fase kontinyu, karena kemungkinan permukaan globula minyak telah jenuh oleh protein atau ada faktor lain yang mempengaruhi, seperti adanya surfaktan dalam sistem emulsi. Persentase protein teradsorpsi dihitung dengan cara membagi protein teradsorpsi dengan total protein dalam emulsi, sehingga penambahan fosfolipida menyebabkan penurunan persentase protein teradsorpsi dengan pola yang sama dengan penurunan protein teradsorpsi. Peningkatan konsentrasi fosfolipida dalam emulsi menyebabkan peningkatan desorpsi kasein dari permukan globula minyak, sehingga persentase protein teradsorpsi menurun dan protein yang ada pada fase kontinyu meningkat. Hubungan linear antara persentase protein teradsorpsi dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti (Gambar 5) dengan koefisien korelasi r=0,63. Persentase protein teradsorpsi tidak mempengaruhi stabilitas oksi-dasi mikrokapsul. Persentase Protein Teradsorpsi (%) 11 10 9 8 7 6 5 4 9,91 8,98 8,62 6,96 4,43 5,56 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 4. Persentase protein yang teradsorpsi pada permukaan gobula minyak terhadap total protein yang ada dalam emulsi 425 375 325 275 4 5 6 7 8 9 10 Persentase Protein Teradsorpsi (%) Gambar 5. Hubungan antara persentase protein teradsorpsi dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul ( ). Penambahan fosfolipida menyebabkan penurunan persentase protein teradsorpsi (Gambar 4). Persentase protein teradsorpsi menurun, karena sebagian kasein terdesorpsi dari permukaan globula minyak. Penambahan fosfolipida menyebabkan penurunan stabilitas oksidasi mikrokapsul (Gambar 2), dan peningkatan konsentrasi fosfolipida.tidak menyebabkan perubahan stabilitas oksidasi mikrokapsul Perbedaan peran fosfolipida dalam mempengaruhi persentase protein teradsorpsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul menyebabkan hubungan linear antara persentase protein teradsorpsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak 40

berarti. Hal ini berarti bahwa persentase protein teradsorpsi bukan merupakan sifat emul-sifikasi protein yang mempengaruhi stabilitas oksidasi mikrokapsul. 3. Hubungan dengan indeks aktivitas pengemulsian Indeks aktivitas pengemulsian (EAI) menunjukkan luas antar permukaan yang distabilisasi per unit massa protein (m 2 /g) (Mulvihill, 1997). Aktivitas pengemulsian berhubungan dengan kemampuan protein untuk menutupi antar permukaan minyak-air (Anton dan Gandemer, 1997). Aktivi-tas pengemulsian protein tergantung dari luas antar permukaan globula minyak yang distabilisasi protein (Kato et al., 1985). Kemampuan emulsifikasi protein yang tinggi ditunjukkan oleh nilai EAI yang tinggi. 425 375 325 275 10 13 16 19 22 25 Indeks Aktivitas Pengemulsian (m 2 /g) Gambar 6. Hubungan antara indeks aktivitas pengemulsian dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul ( ). Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan linear antara EAI dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti (Gambar 6) dengan koefisien korelasi r=0,67. EAI menunjukkan kemampuan protein untuk menstabilisasi antar permukaan minyak-air. EAI berhubungan dengan luas antar permukaan. Semakin tinggi EAI, ukuran globula minyak dalam emulsi semakin kecil. Penurunan EAI disebabkan oleh peningkatan ukuran globula minyak dalam emulsi. Indeks Aktivitas Pengemulsian (m 2 /g) 30 25 20 15 10 5 23,38 13,61 11,63 17,16 18,4 18,49 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 7. Indeks aktivitas pengemulsian sebagai pengaruh penambahan fosfolipida EAI dan stabilitas oksidasi mikrokapsul menurun sampai penambahan fosfolipida 1,0%. Pada penambahan fosfolipida 0,5%, terjadi proses desorpsi kasein dari permukaan globula minyak melalui proses pembentukan kompleks kasein-fosfolipida dan proses pergantian. Tidak semua fosfolipida terdesorpsi dalam bentuk kompleks kasein-fosfolipida, sebagian fosfolipida masih teradsorpsi pada permukaan globula minyak melalui proses pergantian (Estiasih, 2003). Pada konsentrasi fosfolipida ini, jumlah fosfolipida yang ditambahkan terlalu rendah untuk menutupi permukaan globula minyak yang ditinggalkan kasein. Keadaan ini menye-babkan sebagian permukaan globula minyak tidak distabilisasi natrium kaseinat atau fosfolipida sehingga memungkinkan terjadi koalesensi dan/atau flokulasi yang mengakibatkan ukuran globula minyak meningkat. Peningkatan ukuran globula minyak 41

menyebabkan luas antar permu-kaan dan EAI menurun. Penambahan fosfolipida 1,0% menyebabkan pembentukan kompleks yang lebih tinggi dari penambahan fosfolipida 0,5%. Terdesorpsinya kasein dan fosfolipida melalui pembentukan kompleks yang lebih tinggi pada konsentrasi fosfolipida ini, menyebabkan penurunan EAI. Penurunan EAI lebih tajam pada konsentrasi fosfolipida 1,0% dibandingkan 0,5% (Estiasih, 2003). Penambahan fosfolipida lebih dari 1,5% menyebabkan peningkatan EAI. EAI meningkat karena jumlah fosfolipida yang ditambahkan cukup banyak untuk menstabilisasi globula minyak yang ditinggalkan oleh sebagian kasein dan fosfolipida (Estiasih, 2003). Pada penelitian Corredig dan Dalgleish (1998), efek sinergis protein dan fosfolipida terlihat dari adsorpsi fosfolipida di celah-celah pada antar permukaan yang terjadi karena ketidakcukupan protein. Stabilitas oksidasi mikrokapsul menurun dengan adanya penambahan fosfolipida (Gambar 2). Peningkatan konsen-trasi fosfolipida tidak menyebabkan peru-bahan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Pe-nambahan fosfolipida lebih dari 1,5% me-nyebabkan EAI meningkat, tetapi stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berubah. Ke-adaan ini menyebabkan korelasi linear antara EAI dan stabilitas oksidasi mikro-kapsul tidak berarti yang disebabkan oleh perbedaan peran fosfolipida dan kasein dalam mempengaruhi EAI dan stabilitas oksidasi. 4. Hubungan dengan luas antar permu kaan Luas antar permukaan merupakan luas yang terbentuk dari total luas permukaan sejumlah globula minyak yang terdapat per satuan volume emulsi (m 2 /ml). Luas antar permukaan berhubungan dengan ukuran globula minyak da-lam emulsi. Semakin kecil ukuran globula minyak, luas antar permukaan semakin tinggi karena permukaan globula minyak yang terbentuk semakin luas. Luas antar permukaan menurun sampai dengan penambahan fosfolipida 1,0%. Sampai penambahan fosfolipida 1,0%, kasein yang terdesorpsi dari permukaan globula minyak hanya sedikit diganti oleh fosfolipida, karena terbatasnya jumlah fosfolipida yang ditambahkan. Keada-an ini menyebabkan sebagian permukaan globula minyak tidak tertutup, baik oleh kasein maupun fosfolipida (Estiasih, 2003). Adanya permukaan globula mi-nyak yang tidak terlapisi ini memung-kinkan flokulasi dan/atau koalesensi, sehingga luas antar permukaan menurun. Luas Antar Permukaan (m 2 /ml) 0,12 0,11 0,1 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,111 0,064 0,051 0,076 0,083 0,083 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 8. Luas antar permukaan sebagai pengaruh penambahan fosfolipida Penambahan fosfolipida lebih dari 1,5% menyebabkan permukaan globula minyak yang menurut Estiasih (2003) disebabkan oleh sebagian kasein, digantikan oleh fosfolipida karena jumlah fosfolipida cukup tersedia. Keadaan ini menyebabkan flokulasi dan/atau koalesensi sedikit terja-di dibandingkan dengan penambahan fos-folipida 1,0%. Hal ini menyebabkan luas antar permukaan mengalami peningkatan kembali. Luas antar permukaan menurun sam-pai dengan penambahan fosfolipida 1,0%, meningkat kembali pada 42

penambahan fosfolipida 1,5 sampai 2,5% (Gambar 8). Stabilitas oksidasi mikrokapsul menurun dengan adanya penambahan fosfolipida. Peningkatan fosfolipida tidak menyebab-kan perubahan stabilitas oksidasi mikrokapsul, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Perbedaan peran antara kasein dan fosfolipida yang teradsorpsi pada permukaan globula minyak dalam mempengaruhi luas antar permukaan dan stabilitas okasidasi mikrokapsul menyebabkan hubungan linear antara luas antar permukaan dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti dengan koefisien korelasi r=0,75. Luas antar permukaan emulsi tidak menentukan stabilitas oksidasi mikrokapsul. 425 375 325 275 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 Luas Antar Permukaan (m 2 /ml) Gambar 9.Hubungan antara luas antar per mukaan dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul ( ). Luas antar permukaan dipengaruhi oleh bagian permukaan globula minyak yang tidak dilapisi oleh kasein dan fosfolipida, sedangkan stabilitas oksidasi mikrokapsul ditentukan oleh proporsi minyak pada permukaan mikrokapsul yang dipengaruhi oleh komposisi kasein dan fosfolipida pada permukaan globula minyak. Keadaan ini menyebabkan korelasi linear antara luas antar permukaan dan sta-bilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti. 4. Hubungan dengan beban muatan protein Beban muatan protein menunjukkan massa protein yang dibutuhkan untuk menutup permukaan globula minyak (Dickinson dalam McClements, 1999). Be-ban muatan protein (mg/m 2 ) dianalisis dengan cara membagi protein teradsorpsi (mg/ml) dengan luas antar permukaan (m 2 /ml) (Britten dan Giroux, 1993). Beban muatan protein lebih menunjukkan densitas protein pada permukaan globula mi-nyak dibandingkan protein teradsorpsi. Beban muatan protein (mg/m 2 ) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 73,5 117 129 70,3 41,9 52,3 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 10. Beban muatan protein sebagai pe ngaruh penambahan fosfolipida Beban muatan protein meningkat sampai penambahan fosfolipida 1,0%. Pada penambahan fosfolipida 1,0% ini, walaupun protein teradsorpsi menurun, luas antar permukaan menurun lebih tajam dibandingkan protein teradsorpsi, sehing-ga beban muatan protein meningkat. Wa-laupun beban muatan protein meningkat, yang berarti densitas permukaan protein mengalami peningkatan, peningkatan ini tidak berarti sifat proteksi protein terhadap globula minyak menjadi meningkat, ka-rena peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan luas antar permukaan yang tajam. Penambahan fosfolipida 1,5% menyebabkan penurunan beban muatan protein. Beban muatan protein terus menurun sampai penambahan fosfolipida 2,5%. Penurunan beban muatan protein ini di-sebabkan oleh penurunan protein 43

terad-sorpsi dan peningkatan luas antar permukaan. Penurunan protein teradsorpsi disebabkan oleh desorpsi sebagian kasein dari permukaan globula minyak (Estiasih, 2003). Peningkatan luas antar permukaan disebabkan oleh peningkatan konsentrasi fosfolipida menyebabkan jumlah fosfo-lipida cukup tersedia untuk menstabilisasi permukaan globula minyak yang diting-galkan oleh sebagian kasein dan fos-folipida (Estiasih, 2003), sehingga ke-mungkinan terjadi koalesensi dan/atau flokulasi menurun. Stabilitas oksidasi mikrokapsul menurun dengan adanyai penambahan fosfolipida, dan peningkatan konsentrasi fosfolipida tidak menyebabkan perubahan stabilitas oksidasi mikrokapsul (Gambar 2). Hubungan antara beban muatan protein dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak bersifat linear, seperti terlihat pada Gambar 11. Perbedaan peran fosfolipida dan kasein yang teradsorpsi pada permukaan globula minyak dalam mempengaruhi beban muatan protein dan stabilitas oksidasi menyebabkan korelasi linear antara beban muatan protein dan stabilitas oksidasi mik-rokapsul menjadi tidak berarti. 5. Hubungan dengan indeks stabilitas emulsi Kemampuan protein dalam membentuk dan menstabilkan emulsi merupakan faktor kritis dalam pengolahan pangan (Elizalde et al., 1988). Indeks stabilitas emulsi (ESI) merupakan parameter yang menunjukkan stabilitas emulsi. Parameter ini mengukur perubahan ukuran globula minyak dalam emulsi dengan bertambah-nya waktu. Perubahan ukuran globula mi-nyak dalam emulsi menunjukkan ketidak-stabilan emulsi. Perubahan ini diketahui dari perubahan turbiditas dari emulsi yang diencerkan (Pearce dan Kinsella, 1978). 425 375 325 275 Indeks Stabilitas Emulsi (menit) 650 600 550 500 557 455 371 304 290 248 40 60 80 100 120 Beban muatan protein (mg/m 2 ) 200 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Tingkat Penambahan Fosfolipida (%) Gambar 11. Hubungan antara beban muatan protein dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul ( ) Hasil analisis statistik menunjukkan korelasi linear antara beban muatan protein dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tidak berarti dengan koefisien korelasi r=- 0,03. Beban muatan protein tidak menentukan stabilitas oksidasi mikrokapsul yang disebabkan oleh perbedaan peran fosfolipida dalam mempengaruhi beban muatan protein dan stabilitas oksidasi mikrokapsul. Gambar 12. Indeks stabilitas emulsi sebagai pengaruh penambahan fosfolipida ESI menurun sampai penambahan fosfolipida 1,5%, dan penambahan fosfolipida lebih lanjut tidak menyebabkan perubahan ESI secara nyata. Penurunan ESI menunjukkan penurunan kestabilan emulsi yang disebabkan oleh proses pergantian kasein oleh fosfolipida untuk teradsorpsi pada permukaan globula minyak. 44

Penambahan fosfolipida sampai dengan 1,5% menyebabkan sebagian kasein terdesorpsi dari permukaan globula minyak (Estiasih, 2003). Menurut Euston et al. (1995), surfaktan dengan berat molekul rendah memperlemah ikatan protein-lemak dan proses pergantian sehingga me-nyebabkan penggabungan globula-globula minyak. Pergantian protein yang lebih ba-nyak menyebabkan destabilisasi globula minyak. Kemungkinan besar pada tingkat penambahan fosfolipida ini, permukaan globula minyak tidak sempurna dilapisi oleh kasein dan/atau fosfolipida, karena fosfolipida yang ditambahkan tidak cukup banyak untuk menutup permukaan yang ditinggalkan kasein (Estiasih, 2003). Keadaan ini menyebabkan ketidakstabilan emulsi sehingga ESI menurun. Pada penambahan fosfolipida 1,5 sampai 2,5%, ESI tidak berubah. Pada tingkat penambahan fosfolipida ini, fosfolipida cukup tersedia untuk menggantikan kasein yang terdesorpsi. Walaupun tidak seefektif kasein, fosfolipida dapat menstabilkan emulsi Hubungan antara ESI dan stabilitas oksidasi mikrokapsul menunjukkan hubungan linear (Gambar 13) dengan koefisien korelasi r=0,86 yang berarti pada taraf α=0,05. ESI mempengaruhi stabilitas oksidasi mikrokapsul. Semakin stabil emulsi sebelum pengeringan semprot, mikrokapsul yang dihasilkan semakin stabil terhadap oksidasi. 1000 800 600 200 0 200 500 550 600 Indeks Stabilitas Emulsi (menit) Gambar 13. Hubungan antara indeks stabi litas emulsi dengan stabilitas oksidasi mikrokapsul ( ) Hasil penelitian ini melengkapi hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa stabilitas emulsi sebelum pengeringan semprot mempengaruhi kelekatan dan penggumpalan mikrokapsul, efisiensi mikroenkapsulasi (Onwulata et al., 1994), serta jumlah bahan isian yang dapat dikapsulkan (Lin et al., 1995). Kelekatan dan penggumpalan, efisiensi mikroenkapsulasi, serta bahan isian yang dapat dikapsulkan. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa stabilitas oksidasi mikro-kapsul ditentukan oleh stabilitasa emulsi sebelum pengeringan. Kestabilan emulsi sebelum pengeringan semprot merupakan faktor yang harus dikendalikan untuk mendapatkan mikrokapsul yang stabil terhadap oksidasi. Untuk mendapatkan mikrokapsul yang stabil terhadap oksidasi, emulsi yang distabilisasi protein sebelum pengeringan semprot harus mempunyai stabilitas yang tinggi. Pemilihan enkapsulan protein yang berpotensi menghasilkan mikrokapsul dengan stabiltas oksidasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan emulsifikasi pro-tein dalam menstabilkan emulsi. Semakin tinggi kemampuan protein tersebut men-stabilkan emulsi, protein tersebut semakin berpotensi sebagai enkapsulan mikrokap-sul dengan bahan isian minyak untuk menghasilkan mikrokapsul yang stabil ter-hadap oksidasi. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sifat emulsi yang mempengaruhi stabilitas oksidasi mikrokapsul adalah ESI. Sifat-sifat emulsi yang lain tidak mempengaruhi karena perbedaan peran natrium kaseinat dan fosfolipida yang teradsorpsi pada permukaan globula 45

minyak dalam mempengaruhi sifat-sifat emulsi dan stabilitas oksidasi mikrokapsul tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah untuk penelitian hubungan antara sifatsifat emulsi sebelum pengeringan semprot dengan stabilitas okidasi mikrokapsul sebaiknya dilakukan dalam sistem emulsi tanpa penambahan surfaktan. DAFTAR PUSTAKA Anton and Gandermen. 1997. Composition, Solubility, and Emulsifying Properties of Granules and Plasma of Egg Yolk. J. of Food Sci. 62(3): 484-487. AOCS. 1989. Official Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemistry Society. 4 th. Broadmaker Drive, Champaign, Illinois. Aoki, H., Y. Shirase, J. Kato, and Y. Watanabe. 1984. Emulsion Stabilizing Properties of Soy Protein Isolates Mixed with Sodium Caseinates. J. of Food Sci. 49: 212-216. Bos, M., T. Nylander, T. Arnebrant, and D.C. Clark. 1997. Protein/ Emulsifier Interaction. In G.L. Hasenhuetti and R.W. Hartel (eds.). Food Emulsifier and Their Applications. Chapman & Hall, New York. Britten, M. and H.J. Giroux. 1993. Interfacial Properties of Milk Protein-Stabilized Emulsions as Influence by Protein Concentration. J. Agric. Food Chem. 41: 1187-1191. Cameron, D.R., M.E. Weber, E.S. Idziak, R.J. Neufeld, and D.G. Cooper. 1991. Determination of Interfacial Area in Emulsions Using Turbidimetric and Droplet Size Data: Correction of the Formula for Emulsifying Activity Index. J. Agric. Food Chem. 39: 655-659. Cornec, M., P.J. Wilde, P.A. Gunning, A.R. Mackie, F.A. Husband, M.C. Parker, and D.C. Clark. 1998. Emulsion Stability as Affected by Competitive Adsorption between an Oil-Soluble Emulsifier and Milk Proteins at the Interface. J. of Food Sci. 63(1): 39-43. Corredig, M. and D.G. Dalgleish. 1998. Buttermilk Properties in Emulsions with Soybean Oil as Affected by Fat Globule Membrane-Derived Proteins. J. of Food Sci. 63(3): 476-480.. Damodaran, S. 1996. Functional Properties. In S. Nakai and H.W. Modler (eds.). Food Proteins: Properties and Characterization. VCH Publisher Inc., USA. Demetriades, K. and D.J. McClements. 1999. Flocculation of Whey Protein Stabilized Emulsions as Influenced by Dextran Sulfate and Electrolyte. J. of Food Sci. 64(2): 206-210. Dickinson, E. and Y. Yamamoto. 1996. Viscoelastic Properties of Heat-Set Whey Protein-Stabilized Emulsion Gels with Added Leci-thin. J.of Food Sci. 61(4): 811-816. Elizalde, B.E., R.J. De Kanterewicz, A.M.R. Pilosof, and G.B. Batholomai. 1988. Physicochemical Properties of Food Proteins Related to Their Ability to Stabilize Oil-in-Water Emulsions. J. of Food Sci. 53(3): 845-848. Estiasih, T. 2003. Hubungan antara Natrium Kaseinat dan Fosfolipida 46

dalam Emulsifikasi serta Implikasinya terhadap Perubahan Sifat-sifat Emulsi. Jurnal Teknologi Pertanian 4(3): 141-154. Euston, S.E., H. Singh, P.A. Munro, and D.G. Dalgleish. 1995. Competitive Adsorption between Sodium Caseinate and Oil-Soluble and Water-Soluble Surfactants in Oil-in- Water Emulsions. J.of Food Sci. 60(5): 1124-1130. Fang, Y. and D.G. Dalgleish. 1996. Comparison of the Effects of Three Different Phosphatidylcho-lines on Casein-Stabilized Oil-in-Water Emulsions. JAOCS 73(4): 437-442. Kato, A., T. Fujishige, N. Matsudomi, and K. Kobayashi. 1985. Determination of Emulsifying Properties of Some Proteins by Conductivity Measurements. J. of Food Sci. 50: 56-58, 62. Lin, C., S. Lin, and L.S. Hwang. 1995. Microencapsulation of Squid Oil with Hidrophylic Macromolecules for Oxidative and Thermal Stabilization. J. of Food Sci. 60(1): 36-39. Magdassi, S. and Y. Vinetsky. 1996. Microencapsulation of Oil-in-Water Emulsions by Proteins. In S. Benita (ed.). Microencapsulation: Methods and Industrial Application. Marcel Dekker Inc., New York. McClements, D.J. 1999. Food Emulsions: Principles, Practice and Technique. CRC Press, USA. Containing Triglyceride. 70(2): 133-138. JAOCS Mulvihill, D.M. 1997. Production, Functional Properties, and Utilization of Milk Protein Products. In P.F. Fox (ed.). Advanced Dairy Chemistry-1: Proteins. Blackie Academic & Professional, London. Nakamura, R., R. Mizutami, M. Yano, and S. Hayakawa. 1988. Enhancement of Emulsifying Properties of Protein by Sonicating with Egg Yolk Lecithin. J. Agric. Food Chem. 36: 729-732. Onwulata, C.I., P.W. Smith, and V.H. Holsinger. 1994. Physical Properties of Encapsulated Spray-dried Milkfat. J. of Food Sci. 59(2): 316-320. Pearce, K.N. and J.E. Kinsella. 1978. Emulsifying Properties of Proteins: Evaluation of a Turbidimetric Technique. J. Agric. Food Chem. 26(3): 716-723. Schneider, M. 1989. Fractionation and Purification of Lecithin. In B.F. Szuhaj (ed.): Lecithins: Sources, Manufacture and Uses. The American Oil Chemistry Society, Champaign, Illinois. Vaghela, M.N. and P. Kilara. 1995. A Rapid Method for Extarction of Total Lipids from Whey Protein Concentration and Separation of Lipid Classes with Solid Phase Extraction. JAOCS 72(10): 1117-1121. Moffat, C.F., A.S. McGill, R. Hardy, and R.S. Anderson. 1993. The Production of Fish Oils Enriched in Polyunsaturated Fatty Acid- 47