PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

1

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

SUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Posyandu Terhadap Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Balita Di Kelurahan Pinokalan Kecamatan Ranowulu Kota Bitung

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

DEWI SUSANTI ( S)

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

Siti Rohma Perbasya 1 dan Fitri Ekasari 2 ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MOTIVATOR KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP-IBU) DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Transkripsi:

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian, Selama ini ibu tidak tepat dalam pemberian makan pada bayi dan anak. Strategi untuk memperluas cakupan pemberian makan bagi bayi dan anak sesuai standar adalah melalui pelatihan PMBA kepada para kader yang berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan Posyandu. Pelatihan tentang PMBA pada kader terutama untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMBA serta pemantauan pertumbuhan balita, keterampilan dasar konseling dan penggunaan alat bantu konseling secara efektif Metode penelitian adalah quasy experiment dengan rancangan one-group pra-post test design. Populasi penelitian adalah semua kader kesehatan di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten sebanyak 6 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh sebanyak 7 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Data di analisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader tentang pemberian makan pada bayi dan anak sebelum diberi pelatihan sebagian besar adalah cukup (6,%) responden, sedangkan setelah diberi pelatihan, responden berpengetahuan cukup berkurang menjadi (5,4%) responden dan p value sebesar 0,00 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak terhadap pengetahuan kader di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Saran bagi kader yaitu harus melakukan sosialisasi dengan ibu khususnya yang memiliki bayi usia 0-4 bulan agar mau melaksanakan PMBA yang sesuai. Kata kunci : pelatihan, pemberian makan pada bayi dan anak, pengetahuan

56 MOTORIK, VOL.0 NOMOR, AGUSTUS 05 I. PENDAHULUAN Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi. Pemberian nutrisi terhadap bayi dan anak dapat diperoleh dari menyusui dan pemberian makan hingga usia tahun. Pemberian makan yang tepat sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan dasar untuk pencapaian kualitas tumbuh kembang. World Health Organization (WHO)/ United Nations Children s Fund (UNICEF), menyebutkan lebih dari 50% kematian anak balita terkait dengan keadaan kurang gizi. Biro Pusat Statistik Indonesia tahun 0 menyebutkan 9,% balita mengalami gizi kurang dan 8,% mengalami gizi buruk sedangkan kasus gizi buruk tahun 0 mengalami peningkatan menjadi 8,9%. Penyebab masalah gizi balita di Indonesia adalah karena asupan makanan yang tidak seimbang. Persentase balita dengan gizi kurang Provinsi Jawa Tengah tahun 0 sebesar 5,5% dan gizi buruk sebesar 0,0% sedangkan persentase balita dengan gizi kurang sebesar 4,88% dan gizi buruk 0,06%. Penyebab gizi buruk tersebut adalah asupan gizi yang kurang dan minimnya variasi gizi yang diberikan kepada balita (Profil Jateng, 0;5). Kabupaten Klaten pada tahun 0 penderita gizi kurang sebanyak,8% dan gizi buruk sebanyak 0,06% sedangkan pada tahun 0 prevalensi gizi kurang pada balita sebanyak,6% dan gizi buruk sebanyak 0,0%. Penyebab gizi buruk di wilayah Kabupaten Klaten adalah pola asuh dan pemberian makan pada anak yang tidak tepat. (Dinkes Klaten, 0). Penyebab gizi buruk pada anak adalah asupan gizi yang kurang dan variasi gizi yang kurang (Dinkes Klaten, 0). Beberapa praktik pemberian makan yang kurang tepat diantaranya tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang terlalu cepat atau terlambat diberikan (Rivani, 0;). Upaya untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak balita demi menyelamatkan generasi masa depan dilakukan melalui pemberian makanan bayi dan anak yang baik dan benar (Rivani, 0;). Fakta yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa selama ini ibu tidak tepat dalam pemberian makan pada bayi dan anak, hal ini terlihat dari cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah tahun 0 hanya sekitar 5,6% sedangkan bayi usia 6-4 bulan yang mendapatkan MP-ASI dengan baik hanya 45,% (Profil Jateng, 0;8). Strategi untuk memperluas cakupan pemberian makan bagi bayi dan anak sesuai standar adalah melalui pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) di tingkat masyarakat yang ditujukan kepada para kader. Hal ini dikarenakan kader berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu (Rivani, 0;).

Endang Wahyuningsih, Sri Handayani *, Pengaruh Pelatihan 57 II. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasy experiment yaitu suatu penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat tanpa adanya kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini adalah one-group prapost test design, yaitu suatu rancangan yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Populasi penelitian ini adalah semua kader kesehatan di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten sebanyak 6 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kader kesehatan di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret 04. Apabila subyeknya lebih dari 00, dapat diambil sampel antara 0-5% atau 0-5% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data dari responden. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian. Analisis Univariat a. Umur Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Klaten Tengah No. Umur Frekuensi % 7- tahun -40 tahun 40-60 tahun 5 9,5 6, 4, Jumlah 7 00 Tabel 4. di atas diketahui bahwa (6,%) umur responden pada penelitian ini antara -40 tahun sedangkan (,5%) berada pada kelompok umur 7- tahun. b. Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Klaten Tengah

58 MOTORIK, VOL.0 NOMOR, AGUSTUS 05 No. Pendidikan Frekuensi % 4 SD SMP SMA/SMK Perguruan Tinggi 0 5 0 40,5 56,8,7 Jumlah 7 00 Pada tabel 4.4 di atas diketahui bahwa (56,8%) responden tamat SMA/SMK dan sebagian kecil responden (,7%) tamat Perguruan Tinggi.Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Klaten Tengah No. Pekerjaan Frekuensi % 4 8 6 0 75,7 6, 8, 0 Jumlah 7 00 Tidak bekerja Buruh Swasta PNS Pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden (75,7%) tidak bekerja dan sebagian kecil responden (8,%) adalah pekerja swasta. c. Lama menjadi kader Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Kader di Puskesmas Klaten Tengah No. Lama kerja Frekuensi % 5 tahun 7 45,9 >5 tahun 0 54, Jumlah 7 00 Pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa (54,%) responden telah menjadi kader selama >5 tahun sedangkan (45,9%) responden menjadi kader 5 tahun. d. Pengetahuan kader tentang pemberian makan pada bayi dan anak sebelum dan sesudah pelatihan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kader tentang Pemberian Makan pada Bayi dan Anak Sebelum dan Sesudah Pelatihan di Puskesmas Klaten Tengah

Endang Wahyuningsih, Sri Handayani *, Pengaruh Pelatihan 59 No Pengetahuan Baik Cukup Kurang Pretest Postest f % f % 8, 9,7 6, 9 5,4 9,7 7 8,9 Total 7 00 7 00 Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa sebelum diberi pelatihan (9,7%) responden berpengetahuan kurang, setelah diberi pelatihan mengalami peningkatan dimana ditemukan (8,9%) responden berpengetahuan kurang.. Analisis bivariat Tabel 4.8 Analisis Bivariat Pengaruh Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan Responden di Puskesmas Klaten Tengah No Pengetahuan Pretest Postest p F % f % Baik Cukup Kurang 8, 6, 9,7 9 7 9,7 5,4 8,9 Total 7 00 7 00 0,00 Hasil analisis bivariat dengan uji analisis Wilcoxon diketahui bahwa nilai p = 0,00 berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak terhadap pengetahuan kader di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Pembahasan. Pengetahuan tentang Pemberian Makan pada bayi dan Anak ( PMBA ) Berdasarkan hasil penelitian bahwa (9,7%) responden berpengetahuan kurang tentang Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) dan setelah diberi pelatihan responden berpengetahuan kurang menjadi (8,9%). Hasil ini didukung oleh Anis Sih Retno (0), tentang Pengaruh Pelatihan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) terhadap Pengetahuan, Keterampilan Konseling dan Motivasi Bidan Desa, bahwa rata-rata pengetahuan pada kelompok yang diberi pelatihan lebih tinggi yaitu 9,57 dibandingan kelompok yang tidak diberi pelatihan dengan rata-rata skor pengetahuan sebesar,8.

60 MOTORIK, VOL.0 NOMOR, AGUSTUS 05 Hasil analisis bivariat dengan uji Wilcoxon menunjukkan p value sebesar 0,00 (p < 0,05), yang berarti ada pengaruh pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak terhadap pengetahuan kader di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Penelitian ini didukung oleh Anis Sih Retno (0) di Surakarta tentang Pengaruh Pelatihan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) terhadap Pengetahuan, Keterampilan Konseling dan Motivasi Bidan Desa, bahwa pelatihan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pemahaman tentang Pemberian Makan pada bayi dan Anak perlu diketahui oleh kader karena pengetahuan yang kurang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk dan stunting pada anak. Hal ini didukung oleh kemenkes (0), pengetahuan kader yang kurang tidak menutup kemungkinan bagi kader tidak bisa memberikan konseling tentang PMBA kepada ibu yang mempunyai anak bayi dan balita. Hasil penelitian ini, sebelum diberikan pelatihan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup, dimana hal ini dikarenakan faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan lama kerja sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki responden. Hal ini didukung oleh Kardiani (0). a. Faktor Umur Responden penelitian ini (6,%) berada pada kelompok umur -40 tahun. Responden pada usia ini lebih banyak ditemukan karena pada usia ini seseorang sudah disebut sebagai usia dewasa. Hurlock (004) dalam Muchlas (008), menyebutkan bahwa seseorang dikatakan telah dewasa adalah ketika usianya sudah mencapai 8 tahun. Pada usia itu, seseorang mulai dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dijalaninya antara lain mulai bekerja dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Usia ini juga merupakan suatu tahap dimana orang usia paruh baya bertanggung jawab terhadap sistem sosial yang berhadapan dengan relasi kompleks. Mubarak (007), menyatakan dengan bertambahnya umur seseorang, pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa sehingga semakin mudah memperoleh pengetahuan. Hasil ini didukung pula oleh teori Soekanto (007), yang menyatakan bahwa semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pengetahuannya.

Endang Wahyuningsih, Sri Handayani *, Pengaruh Pelatihan 6 b. Faktor Pendidikan Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang. Hasil penelitian ini (56,8%) responden sudah menempuh pendidikan formal menengah ke atas dan cenderung berpengetahuan cukup karena akan lebih mudah menerima informasi yang diberikan. Dilihat dari sudut pendidikan responden, menunjukkan bahwa responden pendidikan Perguruan Tinggi 00% berpengetahuan baik. Notoatmodjo (007), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin luas atau baik sedangkan menurut Soekanto (007), semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah seseorang tersebut dalam menerima informasi. Sejalan pendapat dari Nursalam dan Siti Priyani (00) dalam Kardiani (0), yang mengatakan bahwa pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuan. c. Faktor Pekerjaan Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pekerjaan. Hasil penelitian diperoleh bahwa (75,7%) responden tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga lebih banyak waktu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan daripada ibu yang bekerja sehingga pengetahuannya lebih baik pada ibu yang tidak bekerja karena ibu yang tidak bekerja jarang mengikuti pelatihanpelatihan dan pertemuan dengan tenaga kesehatan. Notoatmodjo (007), seseorang yang bekerja dapat meningkatkan pengetahuan karena pergaulan dan berinteraksi sosial dibanding orang yang tidak bekerja sehingga seseorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak bekerja. d. Lama menjadi kader Berdasarkan lamanya menjadi kader, (54,%) responden telah menjadi kader selama >5 tahun. Lama menjadi kader adalah lamanya seseorang kader bekerja pada sebuah Posyandu dihitung sejak menjadi pertama kali datang untuk mengabdi sebagai kader. Semakin lama masa kerja maka semakin dapat meningkatkan kinerjanya, kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perannya sebagai kader posyandu (Muchlas, 008). Masa kerja yang lama dalam sebuah lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga dengan pengalaman dan pengetahuan yang baik, seseorang akan lebih mudah dalam menjalankan perannya (Mubarak, 007).

6 MOTORIK, VOL.0 NOMOR, AGUSTUS 05. Pelatihan tentang Pemberian Makan pada bayi dan Anak ( PMBA) Perubahan pengetahuan dapat dicapai dengan suatu pelatihan, dimana pelatihan yang dilakukan harus dengan metode yang tepat dan kondisi belajar yang sesuai. Notoatmodjo (00), menjelaskan bahwa pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dalam hal ini adalah obyek pelatihan tentang PMBA. Pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Hasil ini menunjukkan bahwa pelatihan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan kader. Sebanding dengan teori Retno (0), menyebutkan bahwa pelatihan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan dan sikap dalam rangka meningkatkan kinerja saat ini dan masa datang. Didukung pula oleh Zahraini, 0), bahwa pelatihan tentang PMBA pada kader terutama untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMBA serta pemantauan pertumbuhan balita, keterampilan dasar konseling dan penggunaan alat bantu konseling secara efektif. Salah satu strategi untuk memperluas cakupan pemberian makan bagi bayi dan anak sesuai standar adalah melalui pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) di tingkat masyarakat yang ditujukan kepada para kader. Hal ini dikarenakan kader berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu (Rivani, 0). Menurut Depkes (006), pelatihan merupakan upaya peningkatan sumberdaya manusia termasuk sumberdaya manusia tenaga kesehatan, kader posyandu, agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat. Kader posyandu perlu mendapatkan pelatihan karena jumlahnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah pendapat, simulasi dan praktek. Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku individu, masyarakat di bidang kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan (Notoatmodjo, 007). IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang Pengaruh Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan Kader di Wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut Karakteristik responden sebagian besar adalah berumur antara -40 tahun, Sebagian besar responden telah menempuh pendidikan hingga tingkat menengah.karakteristik berdasarkan pekerjaan, sebagian besar adalah tidak bekerja/irt. Responden sebagian besar telah menjadi

Endang Wahyuningsih, Sri Handayani *, Pengaruh Pelatihan 6 kader selama >5 tahun. Pengetahuan kader tentang pemberian makan pada bayi dan anak sebelum diberi pelatihan masih banyak ditemukan responden yang berpengetahuan kurang sedangkan setelah diberi pelatihan, responden berpengetahuan kurang meningkat menjadi pengetahuan baik dan cukup. Ada pengaruh pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak terhadap pengetahuan kader di wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten dengan p value 0,00 (p < 0,005). V. SARAN Bagi Puskesmas a. Puskesmas perlu meningkatkan keterampilan kader untuk meningkatkan pengetahuan melalui pelatihan kepada kader mengenai pemberian makan pada bayi dan anak. b. Puskesmas harus mengirim salah satu tenaga bidan atau ahli gizi pada saat pelaksaan Posyandu agar ibu dapat mengetahui PMBA yang sesuai. c. Pengadaan Food Model dan Leaflet untuk kader dalam kegiatan posyandu. Bagi profesi bidan Bidan perlu memberikan pelatihan-pelatihan tentang pemberian makan pada bayi dan anak secara teratur bekerjasama dengan bidan koordinator, Kesga dan ahli gizi. Bagi kader a. Kader aktif dalam mencari informasi pemberian makan pada bayi dan anak melalui televisi, internet maupun majalah kesehatan ibu dan anak khusus pada PMBA seperti usia, frekuensi, tekstur dan jumlah dalam pemberian makan pada bayi dan anak. b. Melakukan sosialisasi dengan ibu khususnya yang memiliki bayi usia 0-4 bulan agar mau melaksanakan PMBA yang sesuai. c. Melakukan evaluasi kepada ibu mengenai pelaksanaan PMBA yang baik dan benar. Bagi ibu balita a. Agar ibu balita dapat melaksanakan PMBA dengan sesuai dan mencakup gizi seimbang dalam pemberian makan. b. Ibu balita dapat ikut aktif dalam kunjungan posyandu agar mengetahui tentang adanya informasi untuk bayi dan balita.

64 MOTORIK, VOL.0 NOMOR, AGUSTUS 05 DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 00. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Depkes RI. 005. Buku Kader; Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Depkes RI. Jakarta.. 005. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu. Depkes RI. Jakarta. 006. Buku Kader Posyandu dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Depkes RI. Jakarta.. 007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pembangunan Desa Siaga. Depkes RI. Jakarta. Depkes. 00. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Notoatmodjo, S. 007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta. Jakarta.. 00. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.Rivai. 004. Kinerja Dalam Usaha. Rineka Cipta. Jakarta Retno. 0. Pengaruh Pelatihan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) terhadap Pengetahuan, Keterampilan Konselling dan Motivasi Bidan Desa di Kabupaten Klaten. Skripsi UNS Surakarta. Rivani. 0. Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Didapat dari: http://gizi.depkes.go.id/pelatihan-pemberian-makan-bayi-dan-anak-pmba. tanggal akses 0 November 0 Riwidikdo. 007. Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press. Yogyakarta. Silawati, dkk. 0. Kegiatan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) dalam Situasi Bencana. Departemen Komunikasi World Vision Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 00. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. USU. 005. Pelatihan http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/456789/ 567/BAB%0II%0Tinjauan%0Pustaka.pdf?sequence=. tanggal akses 0 November 0 Zahraini. 0. Pelatihan Fasilitator Paket Konseling PMBA. Didapat dari: http://gizi.depkes.go.id/pelatihan-fasilitator-paket-konseling-pmba. tanggal akses 0 November 0