BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

1.1 Latar Belakang PPAS APBD 2016 BAB I 1

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kinerja merupakan. organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012: 1). Kinerja menurut Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

1 Universitas Indonesia

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas, kesejahteraan manusia,

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan ekonomi

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB I PENDAHULUAN. luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta untuk melaksanakan tugas yang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 21 TAHUN 2014

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

REKAPITULASI LAPORAN TRI WULAN 1 s.d 4 TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

HALAMAN PENGESAHAN...

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan. kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis maka penelitian ini menyimpulkan bahwa dari variabel-variabel bebas yang digunakan, yaitu anggaran pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial dan tingkat pertumbuhan ekonomi telah terbukti dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan. 1. Pengeluaran pemerintah daerah kabupaten/kota se DIY dalam bidang pendidikan memberikan pengaruh berbanding lurus terhadap tingkat kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan hubungan tidak langsung antara anggaran pendidikan dan tingkat kemiskinan. Hasil dari alokasi anggaran pendidikan untuk mengurangi kemiskinan dapat terlihat setelah masyarakat yang menerima manfaat dari belanja pemerintah tersebut, lulus dari sekolah dan mendapat pekerjaan atau upah yang meningkatkan taraf hidupnya. Anggaran pendidikan yang besar juga masih berfokus pada kuantitas dan bukan kualitas pendidikan, sehingga hasil pendidikan yang dirasakan oleh masyaarakat miskin pun menjadi kurang berkualitas. Rendahnya kualitas pendidikan menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menyebabkan produktifitas rendah. Kurang efektifnya alokasi anggaran pendidikan yang sebagian besar digunakan untuk kesejahteraan tenaga pengajar juga menyebabkan distribusi anggaran pendidikan menjadi tidak merata khususnya bagi masyarakat miskin. 2. Alokasi anggaran untuk bidang kesehatan pengaruh yang lebih baik terhadap masyarakat miskin dibanding anggaran pendidikan yaitu berpengaruh negatif 76

dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini membuktikan bahwa subsidi bidang kesehatan dapat menurunkan tingkat kemiskinan karena memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Biaya kesehatan yang terjangkau, bantuan biaya kesehatan dan peningkatan wawasan kesehatan dapat membantu meringankan beban ekonomi masyarakat. 3. Anggaran perlindungan sosial terbukti signifikan menurunkan kemiskinan. Jaminan sosial memiliki dampak yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin, baik itu berupa dana atau bantuan tunai maupun berupa barang modal kerja. Bantuan yang berupa bantuan tunai seperti santunan kematian, santuan bagi lansia dan sebagainya sangat membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jaminan perlindungan sosial yang diberikan dalam bentuk barang modal usaha juga telah membantu menggerakkan usaha kecil dan meningkatan pendapatan yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat. 4. Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota se DIY juga dapat menjadi salah satu fokus pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan. Tingkat pertumbuhan ekonomi terbukti secara signifikan dapat mengurangi tingkat kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung. 5.2 Implikasi Kebijakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah multi dimensi sangat membutuhkan peran pemerintah sebagai fasilitator. Keberpihakan kebijakan pemerintah dalam sektor ekonomi dan 77

peningkatan kualitas hidup masyarakat serta peningkatan kualitas sumber daya manusia terbukti memegang peran utama dalam menanggulangi kemiskinan. 1. Kebijakan dalam bidang pendidikan sebaiknya tidak hanya berfokus pada pendidikan dasar 9 tahun, tetapi juga memperhatikan pemerataan dan kemudahan akses terhadap pendidikan menengah atas khususnya pendidikan kejuruan. Pemberian subsidi pendidikan yang berupa pembebasan biaya sekolah bulanan hendaknya diaplikasikan hingga tingkat sekolah menengah atas atau kejuruan. Sekolah kejuruan akan membekali siswa, khususnya dari masyarakat miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja, sehingga dapat memutuskan rantai kemiskinan. 2. Alokasi anggaran bidang kesehatan perlu ditingkatkan khususnya untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan. Peningkatan kualitas layanan kesehatan antara lain subsidi kesehatan untuk penyakit berat, penyakit yang membutuhkan tindakan operasi, persalinan baik normal maupun yang memerlukan tindakan lain, serta pengoptimalan waktu layanan di puskesmas sampai dengan sore atau malam hari. Serta diperlukan peningkatan kegiatan terkait penambahan wawasan kesehatan bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menjaga kesehatan secara mandiri. 3. Program perlindungan sosial menjadi salah satu harapan bagi masyarakat miskin untuk dapat memulai usaha mandiri. Penetapan sasaran program yang tepat menjadi kunci utama keberhasilan dari program ini. Selain itu, perlu adanya monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memantau kondisi 78

masyarakat penerima bantuan dan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan selanjutnya. 4. Perekonomian yang sustainable menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercapai dengan didukung kualitas sumber daya manusia yang memadai, hal tersebut hendaknya senantiasa menjadi fokus dari kebijakan pemerintah. 5. Dalam hal alokasi anggaran pemerintah agar lebih ditingkatkan pada proporsi belanja langsung, menjaga efektifitas dan efisiensi anggaran, ketepatan waktu dan sasaran program yang didasarkan pada hasil monitoring evaluasi program. 5.3 Keterbatasan Karena keterbatasan data yang tersedia, maka penelitian ini menggunakan data sekunder dengan periode yang relatif pendek dari tahun 2007-2012. Data pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD atau realisasi APBD dan tidak membahas mengenai program pemerintah Pusat yang dilaksanakan di daerah kabupaten/kota tanpa melalui APBD kabupaten/kota. Analisis data kemiskinan juga menggunakan metoda analisis pada tahun berjalan, sedangkan untuk anggaran pendidikan dimungkinkan berpengaruh jangka panjang. Penelitian lebih lanjut dimungkinkan untuk meneliti dampak dari pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang. 79

5.4. Saran Beberapa saran bagi penelitian lebih lanjut adalah: 1. bila memungkinkan, periode penelitian sebaiknya diperpanjang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat; 2. data anggaran yang lebih spesifik yaitu anggaran dari SKPD yang mengampu bidang pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial menarik untuk diteliti dan dapat menjadi evaluasi bagi pengalokasian anggaran pada SKPD terkait; 3. analisis anggaran pendidikan terhadap tingkat kemiskinan juga dimungkinkan untuk diteliti dalam jangka panjang untuk mengetahui berapa lama investasi pendidikan memiliki pengaruh terhadap kemiskinan; 4. analisis menggunakan data primer, bila tersedia, akan mendukung kualitas hasil penelitian. 80