DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Sarad-Jatah : Representasi Sosio-Religius pada Budaya Pangan di Bali* Nazrina Zuryani**

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR TRI LOKA SEBAGAI SUMBER IMAJINASI LUKIS

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Naga Banda PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN

449 IX. PENUTUP 9.1. Kesi mpulan

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL BUKU ILUSTRASI 33 DEWA-DEWI HINDU WEDA BHATARA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

Transkripsi:

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016

ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen lainnya,memaparkan secara visual konsepsi Bali tentang agama. Saradpulagembal yang terbuat dari adonan beras, melambangkan kekuatankekuatan positif dari Bhwana Agung. Saradpulagembal sering dijumpai pada saat upacaraupacara Pura tingkat utama di Bali yang selalu menjadi daya tarik tersendiri baik dari warnawarninya dan kemegahannya. Saradpulagembal mengacu pada mitos awal pembentukan dunia di dalam mitologi Hindu. Adapun komponen-komponen dari Saradpulagembal yang didalamnya penuh dengan makna. Komponen tersebut didistribusikan sesuai dengan posisi di dalam Tri Loka yakni dari bawah, ke tengah dan ke atas. Tri Loka juga dapat berarti pembagian atau lapisan dari alam semesta (bhuwana agung). Tri Loka dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Bhur Loka (lapisan-lapisan dimensi alam negatif), Bvah Loka (lapisan-lapisan dimensi siklus samsara, siklus kehidupan-kematian) dan Svah Loka (lapisan-lapisan dimensi alam positif). Kata Kunci : Saradpulagembal, Bhwana Agung, Tri Loka.

Bali terkenal dengan sebutan sebagai pulau seribu Pura yang memiliki begitu banyak ragam budaya dan tradisinya. Memiliki banyak berbagai warisan budaya leluhur yang tertanam dan melekat erat di masyarakatnya,begitu juga ritual yang dimilikinya, menjadikannya sesuatu yang unik dan menarik untuk diketahui. Budaya dan tradisi yang berasal dari berbagai daerah di Bali dengan ciri khas tersendiri. Budaya dan tradisi yang unik inilah yang membuat Bali menarik para kaum wisatawan untuk datang ke Bali baik domestik maupun mancanegara. Untuk menciptakan lingkungan harmonis antara manusia dengan lingkungan, sesama dan Tuhannya, maka dilakukan upacara keagamaan yang diharapkan dapat memberikan efek positif pada kehidupan dunia. Agama Hindu-Dharma di dalam ragam Balinya terkenal karena perhatian istimewa yang diberikan kepada ortopraksi, atau ritual (Geertz: 1973) yang disampaikan oleh Nazrina Zuryani

dalam Jurnal Kajian Bali Volume 01, Nomor 02, Oktober 2011, dibandingkan dengan ortodoksi, yaitu teori tertulis. Prinsip-prinsip utama agama itu kerap diberikan bentuk simbolis visual. Simbol-simbol terlihat pada isi dan bentuk sesajen sebagai sarana upacara-upacara agama. Sesajen itu pada umumnya melambangkan dewa-dewa dan butha-butha yang menjadi penguasa kekuatan-kekuatan alam semesta, yaitu Bhwana Agung alias ke-tuhanan di dalam pengertian panteistik. Sesajen yang menarik perhatian biasanya dibuat pada saat upacara-upacara Pura tingkat utama yaitu Saradpulagembal. Saradpulagembal, seperti halnya sesajen lainnya,memaparkan secara visual konsepsi Bali tentang agama. Saradpulagembal, yang terbuat dari adonan beras, melambangkan kekuatan-kekuatan positif dari Bhwana Agung. Saradpulagembal mengacu pada mitos awal pembentukan dunia di dalam mitologi Hindu, mulai dari Brahmanda yaitu telor kosmis awal ke awang-awung (kekacauan awal), hingga terbentuknya Mandara Giri yang mengambang di tengah Lautan Awal. Mitos awal itu berasal dari India dan, menyusul proses historis yang panjang, hingga kini menjadi bagian dari sistem simbol dasar penganut agama Hindu-Dharma di Bali. Adapun komponen-komponen dari Saradpulagembal yang didalamnya penuh dengan makna. Komponen tersebut didistribusikan sesuai dengan posisi di dalam Tri Loka yakni dari bawah, ke tengah dan ke atas. Dalam agama Hindu dikenal berbagai macam alam semesta (bhuana agung) beserta lapisan-lapisannya pembagian tersebut disebut dengan Tri Loka. Tri Loka secara harfiah terdiri dari 2 kata yang berasal dari bahasa sansekerta yanitu kata Tri yang memiliki arti tiga dan kata Loka yang memiliki arti alam semesta, jadi, Tri Loka adalah tiga kelompok alam semesta. Tri Loka juga dapat berarti pembagian atau lapisan dari alam semesta (bhuwana agung). Tri Loka dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Bhur Loka (lapisan-lapisan dimensi alam negatif), Bvah Loka (lapisanlapisan dimensi siklus samsara, siklus kehidupan-kematian) dan Svah Loka (lapisan-lapisan dimensi alam positif). Bagian paling bawah, yang disebut Bhur Loka, mengandung lambang-lambang dari unsurunsur dasar dunia, kura-kura dan naga. Bhur loka atau alam halus negatif ini adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang bathinnya gelap, hidupnya tidak benar atau menyalahgunakan kesaktian semasa hidupnya. Umumnya kita menyebut mereka sebagai para ashura atau mahlukmahluk bawah (bhuta kala).

Pada bagian tengah (Bwah Loka), terlihat manusia dan elemen-elemen dunia yang hidup: tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Pada kebanyakan Sarad yang dibuat, hanya terdapat figur Bhoma dan Garuda sebagai wakil dunia antara, tetapi ada juga sarad yang mengandung figur-figur manusia. Kerap juga terdapat dekorasi karang-karang yang melambangkan mahkluk alam karang asti (gajah), karang wurung, karang bentulu, karang sae, dan lain-lain). Terdiri dari alam material dimana kita saat ini berada dan alam halus Bvah Loka, tempat para jiwa-jiwa antre untuk reinkarnasi kembali. Alam halus Bwah (Alam Halus Bvah Loka, atau disingkat Alam Baka) adalah alam tempat jiwa-jiwa (atman) antre, untuk menuju alam sorga, Swah Loka ataupun menuju alam neraka, Bhur Loka, maupun, menunggu untuk reinkarnasi kembali. Alam ini disebutkan masih merupakan lapisan dari alam Bwah Loka sebagaimana disebutkan dalam kutipan Tri Loka dimana Alam halus Bvah Loka ini ditemui setelah melewati alam mrtya loka dimana titi ugal agil itu berada. Dalam artian punya kesempatan besar untuk lahir sebagai manusia, mengalami evolusi batin dan naik tingkat lagi. Lapisan badan yang dipakai di alam ini adalah sukshma sarira. Di alam halus Bvah Loka ini keadaannya cukup mirip dengan di bumi. Bagian paling atas sarad adalah tempat yang dihuni para dewa (Swah Loka) dengan berbagai figur lambangnya. Kadang-kadang terdapat figur-figur yang melambangkan Trimurti yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa, atau figur tunggal yang melambangkan Indra (raja para dewa) atau Sang Hyang Tunggal alias Sang Hyang Widhi. Svah Loka atau alam positif ini adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang bathinnya bersih, serta hidupnya penuh welas asih dan kebaikan. Umumnya kita menyebut mereka sebagai pitara, betara atau dewa. Di lapisan alam ini kita merasakan kebahagiaan dan kedamaian luar biasa, karena proyeksi mental-energi positif dari isi pikiran-pikiran kita sendiri (pikiran polos dan memory baik), terproyeksikan menjadi nyata oleh energi-energi luhur di alam ini.

Berdasarkan uraian diatas yang disampaikan oleh Nazrina Zuryani dalam Jurnal Kajian Bali Volume 01, Nomor 02, Oktober 2011, menjadikan sumber inspirasi dalam menciptakan karya seni dengan judul SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA dengan mengurai komponen-komponen yang ada pada sesajen Saradpulagembal itu sendiri. Tujuan mengurai komponen-komponen tersebut pada dasarnya mempermudah masyarakat Bali khususnya kaum muda yang sedikit telah melupakan budaya adiluhung warisan leluhur untuk dapat lebih memahami apa makna dibalik megahnya jajanan Saradpulagembal tersebut. Swah Loka Bwah Loka Bhur Loka Pada bagian bawah dari Saradpulagembal disiratkan sebagai Bhur Loka,sesuai pemaparan tentang Bhur Loka diatas maka dapat dipertegas kembali ilustrasi pendukungnya menggambarkan ashura atau mahluk-mahluk mahluk bawah (bhuta kala). Mahluk-mahluk ashura disini dapat berwujud raksasa ( celuluk ) yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menarik untuk diamati. Pemilihan wujud tersebut difungsikan untuk mempermudah menginterpretasikan audience memahami makna Saradpulagembal bagian bawah. Sosok celuluk itu sendiri sudah

tertanam di benak masyarakat khususnya Bali merupakan penggambaran dari kekuatan-kekuatan negatif. Dari apa yang digambarkan tetap memunculkan identitas budaya lokal. Pada bagian tengah dari Saradpulagembal disiratkan sebagai Bwah Loka,sesuai pemaparan tentang Bwah Loka diatas maka dapat dipertegas kembali ilustrasi pendukungnya menggambarkan elemen-elemen dunia yang hidup: tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Ilustrasi tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Bali yang tetap melestarikan nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur, adanya hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia itu sendiri dan manusia dengan Tuhan. Pada bagian atas dari Saradpulagembal disiratkan sebagai Swah Loka,sesuai pemaparan tentang Swah Loka diatas maka dapat dipertegas kembali ilustrasi pendukungnya menggambarkan figur tunggal yang melambangkan Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Awan-awan didalam perupaannya menerapkan kombinasi antara awan yang dari segi bentuk terlihat modern yang dikombinasikan dengan bentukan awan wayang kamasan. Hal tersebut bermaksud untuk mengajak para audience yang menikmati karya ini memahami walaupun kita sekarang hidup dizaman yang modern hendaknya secara bijaksana untuk tidak meninggalkan/melupakan ajaran-ajaran baik yang tersirat maupun yang tersurat memiliki fungsi untuk menuntun kita ke jalan yang lebih baik. Daftar Pustaka Zuryani Nazrina. 2011. Sarad-Jatah : Representasi Sosio-Religius Pada Budaya Pangan di Bali, Jurnal Kajian Bali.volume 01, Nomor 02. hal 99-122.Oktober 2011.