BAB I PENDAHULUAN. bermotor pribadi baik kendaraan sepeda motor pertumbuhannya dari tahun ke tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penurunan Kemacetan di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang pada umumnya masih melalui berbagai tahapan. permasalahan, mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tergolong tinggi dalam satu era dengan tingkat mobilitas yang tinggi dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STASIUN KERETA MONOREL INTERCHANGE KARET DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

MAKSIMALISASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR GUNA MENINGKATKAN PEMASUKAN DAERAH SERTA SEBAGAI FAKTOR PENDORONG PENURUNAN KEMACETAN DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prasarana dan sarana perkotaan, misalnya peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan sektor yang strategis dan semakin penting dalam kelancaraan pembangunan bagi era industrialisasi di Indonesia. Salah satu masalah yang menonjol dan belum teratasi hingga sekarang ini adalah masalah kemacetan lalu lintas di perkotaan. Tingginya mobilitas penduduk di Ibukota belum diimbangi dengan ketersediaan transportasi umum yang aman, akibatnya kendaraan bermotor pribadi baik kendaraan sepeda motor pertumbuhannya dari tahun ke tahun selalu meningkat akan tetapi tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang jalan. Kemacetan adalah situasi atau keadaan yang tersendat atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak memiliki transportasi umum yang baik atau tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, saat ini kemacetan bukanlah hal yang aneh lagi bagi masyarakat yang tinggal dikota besar. Hampir semua jalan di Jakarta mengalami kemacetan yang cukup membuat kita kesal, pusing, uring-uringan dan sebagainya akibat kemacetan yang terjadi. Sebenarnya sederhana saja, kemacetan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara 1

2 pertambahan jumlah kendaraan yang setiap harinya meningkat apalagi di kota-kota besar banyak yang ingin memiliki kendaraan pribadi. Kendaraan merupakan alat yang digunakan untuk bermobilitas setiap orang untuk berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Kendaraan itu sendiri bermacam ragamnya mulai dari kendaraan beroda empat dan kendaraan roda dua. Kemajuan teknologi di bidang transportasi, kini modernisasi seperti pada prasarana jalan, sarana angkutan dan perangkat lalu lintas lainnya faktor selain perkembangan teknologi, ialah pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan pengguna jalan semakin meningkat intesitas pengguna dan volume kendaraan. Negara Indonesia merupakan negara yang tingkat pembelian kendaraan bermotor yang sangat tinggi dibandingkan negara negara-negara lainnya. Jumlah kendaraan mengakibatkan kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, daya beli masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya lalu lintas menjadi macet apalagi di Jakarta yang setiap harinya kendaraan bermotor mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Dimana dari tahun 2010 sampai tahun 2014 jumlah kendaraan yang paling tinggi kepada jenis kendaraan sepeda motor. Masyarakat yang lebih memilih sepeda motor dibandingkan dengan angkutan umum, kendaraan bermotor itu lebih efektif dari pada angkutan umum karena angkutan umum itu membuat masyarakat tidak nyaman dan aman, banyaknya

3 angkutan umum itu adanya kriminal yang sangat tinggi sehingga masyarakat lebih memilih kendaraan bermotor. Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar (tidak termasuk TNI, Polri, dan CD) di DKI Jakarta Menurut Jenis Kendaraan Tahun 2010 2014 (Unit) Jenis Kendaraan 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan pertahun (%) Sepeda Motor 8764130 9861451 10825973 11949280 13084372 10,54 Mobil Penumpang 2334883 2541351 2742414 3010403 3266009 8,75 Mobil Beban 565727 581290 569180 619027 673661 4.46 Mobil Bus 332779 363710 358895 360223 362066 2,13 Ransus - - 129113 113936 137859 - Jumlah 11997519 13347802 14618313 16072869 17523967 9,93 Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa lalu lintas di Jakarta pada tahun 2014 didominasi oleh sepeda motor yaitu 74,66 persen, mobil penumpang 18,64 persen, mobil beban 3,84 persen, mobil bis 2,07 dan terakhir ransus (kendaraan khusus) yang terserap sekitar 0,79 persen. Pertumbuhan kendaraan bermotor selama 5 (Lima) tahun terakhir ini selalu mengalami peningkatan dalam jumlah kendaraan bermotor adalah sebesar 9,93% pertahunnya. Dimana bisa di lihat dari jenis kendaraan itu sendiri, kendaraan sepeda motor mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 10,54%, mobil penumpang ini seperti angkutan umum atau mikrolet pertumbuhannya mencapai sebesar 8,75%, mobil beban mengalami

4 peningkatan juga dalam pertumbuhannya sebesar 4,48%, mobil bus pertumbuhannya mengalami pertumbuhannya sebesar 2,13% dan yang terakhir pada ransus (kendaraan khusus) seperti pemadam kebakaran atau ambulans pertumbuhannya tidak diketahi di karenakan dari tahun sebelumnya tidak di cantumkan sehingga belum ada pertumbuhannya. Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Bermotor (Unit) di Wilayah Jakarta Utara Tahun 2013 2015 Jenis Kendaraan 2013 2014 2015 Pertumbuhan Pertahun (%) Sedan dan Sejenisnya 27364 27256 26190 0.4 Jeep Segala Merk 22504 24682 26198 4.3 Mini Bus, Micro Bus 160178 170825 186489 9,4 Pick Up, Light Truck, Truck dan Sejenisnya 23135 23963 24333 3.5 Bus Tingkat, Wagon, Box, Delivery Van 24816 25240 25516 2,8 Dum Truck, Truck Tangki dan Sejenisnya 5802 5703 5775 0,46 Otolet/Opelet, Microlet 2304 2238 2313 0,38 Kendaraan Bermotor Roda Tiga 1284 1040 1326 0,32 Sepeda Motor 589082 598200 620165 11,5 Alat Alat Berat1 15913 16679 16639 4,5 Total 872382 895822 934944 7,17 Sumber : SAMSAT Jakarta Utara Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor selama 3 (Tiga) tahun terakhir pengalami peningkatan sebesar 7,17%, peningkatan ini sama seperti banyaknya jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta. Dimana bisa dilihat yang paling menonjol atau paling tinggi peningkatannya pada kendaraan sepeda motor yaitu sebesar 11,5%, dan yang paling diminati kedua pada

5 kendaraan di wiliyah Jakarta Utara adalah mini bus atau micro bus yang pertumbuhannya sebesar 9,4%. Kendaraan ini paling mudah di beli oleh masyarakat karena harganya yang terjangkau. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tumbuh dan berkembang suatu pembangunan kota, disamping faktorfaktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di perkotaan semakin meningkat dengan aktivitas urbanisasi di Kota Jakarta yang tinggi akibat perekonomian di Jakarta sangat tinggi. Dampak kemacetan ini di karenakan banyaknya urbanisasi sehingga penduduk DKI Jakarta selalu mengalami peninggkatan dan ketersediaan transportasi umum yang belum mencukupi untuk menampung masyarakat. Masalah transportasi menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi kemacetan ini. Sejak tahun 2004 warga DKI Jakarta dapat meningkatkan tranportasi massal (busway), pemerintah ingin membuat masyarakat lebih nyaman dalam menggunakan busway tetapi semakin hari dari tahun ke tahun transjakarta (busway) ini menjadi kurang nyaman dengan keadaan yang sekarang dikarenakan semakin banyak kejahatan yang berada disana, maka dari itu masyarakat beralih dengan menggunakan kendaraan pribadi. Jakarta sebagai kota metropolitan yang sekaligus juga merupakan pusat perekonomian dan perdagangan mengalami permasalahan yang cukup rumit dalam

6 bidang transportasi. Jumlah penduduk yang banyak dengan daya beli masyarakat yang meningkat menyebabkan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang sangat tinggi membuat jalan semakin sempit. Kondisi ini diperburuk dengan bertambahnya ratusan ribu kendaraan luar Jakarta yang bergerak di Jakarta setiap harinya. Sementara upaya penambahan pajang jalan sering menghadapi kendala. Keadaan ini berakibat meningkatnya kepadatan lalu lintas di jalan raya yang pada akhirnya menimbulkan titik-titik rawan kemacetan. Kemacetan bukan dipengaruh oleh banyaknya kendaraan saja, akan tetapi kemacetan ini di sebabkan oleh adanya jumlah penduduk yang banyak akibat adanya masyaraka yang ingin urbanisasi ke Jakarta untuk bekerja disana. Bisa dilihat pada tabel 1.3 dibawah dimana jumlah penduduk mengalami peningkatan setiap tahunnya : Tabel 1.3 Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2013-2014 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab/Kota Penduduk 2013 2014 2012-2013 2013 2014 Kepulauan Seribu 22713 23011 1,29 1,30 Jakarta Selatan 2141941 2164070 1,02 1,08 Jakarta Timur 2791072 2817994 0,96 1,01 Jakarta Pusat 906601 910381 0,41 0,41 Jakarta Barat 2396585 2430410 1,40 1,44 Jakarta Utara 1711036 1729444 1,07 1,10 Jumlah 9969948 10075310 1,05 1,09 Sumber : DKI Jakarta dalam angka 2015 Jumlah penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik dikarenakan pertambahan alamiah atau dikarenakan adanya masyarakat yang

7 ingin urbanisasi ke Jakarta. Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk dari hasil Sensus Penduduk, Jumlah Penduduk pada tahun 2013 sebesar 9,97 juta jiwa dan tahun 2014 penduduk Jakarta meningkat menjadi sebesar 10,08 juta jiwa (meningkatnya hampir mencapai 105 ribu jiwa setahunnya) atau dapat dikatakan secara rata-rata penduduk Jakarta setiap jamnya bertambah 12 orang. DKI Jakarta adalah Provinsi dengan penduduk terpada di Indonesia, dimana kepadatan penduduknya mencapai 5 jiwa per km 2. Dengan penduduk yang sebanyak 10 juta jiwa maka DKI Jakarta semakin sempit. Perkembangan wilayah, khususnya kota terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan ruang dan mobilitasnya. Perkembangan wilayah juga menyebabkan terjadinya penambahan dan peluasan sarana dan prasarana sosial dan transportasi untuk melayani kebutuhan penduduknya. Jika tidak diantisipasi dengan sarana dan prasana transportasi yang disertai dengan perarturan transportasi yang baik, maka akan membawa dampak buruk bagi transporatasi yaitu berupa kemacetan lalu lintas dan dampak lingkungan (polusi) yang akan berpengaruh terhadap masyarakatnya itu sendiri. Peningkatan panjang jalan di Kota Jakarta di imbangin dengan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk yang selalu mengalamin peningkatnya, panjang jalan setiap tahunnya mengalamin peningkatan yang tidak terlalu pesat. Sehingga kemacetan itu sendiri menjadi sangat parah karena tidak ada signifikan antara panjang jalan dengan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk.

8 Tabel 1.4 Panjang Jalan Di Wilayah Jakarta Utara Dan Jenis Jalan (M) Tahun 2011-2012 No Nama Jalan Tahun Presentase 2011 2012 2011 2012 1 Tol 34342 34592 2.83% 2.85% 2 Jalan Umum 37351 37351 3.02% 3.06% 3 Jalan Khusus 1133229 1149527 94.05% 94.11% Total 1204922 1221470 100 100 Sumber : BPS Jakarta Utara 2012 Berdasarkan tabel diatas panjang jalan hanya sedikit dalam penambahan jalannya, dimana pada jalan tol dari tahun 2011 sampai 2012 kenaikan presentasenya tidak terlalu meningkat dari 2,83% menjadi 2,85% kenaikkannya hanya 0.03% saja, pada jalan umum yang artinya jalan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin berlalu lintas kenaikan mencapai 0,04% saja, dan sedangkan pada jalan khusus artunya jalan di bangun oleh intasi, badan usaha. Perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri 0.06%. Peningkatan panjang jalan tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah dan pada pelebaran jalan pun tidak ada datanya kerana pelebaran jalan peningkatannya tidak ada perubahan yang cukup signifikan. sehingga jalan di Kota Jakarta mengalami kemacetan yang terus menerus dan pada pelebaran jalan. Penyebab kemacetan ini membuat bahan bakar minyak (bbm) mengalami pemborosan dikarenakan semakin lamanya terjebak kemacetan membuat konsumsi

9 bahan bakar minyak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi yang tidak macet. Pengeluaran konsumsi bahan bakar minyak (bbm) membuat pendapatan yang didapat oleh masyarakat menjadi lebih berkurang akibatnya kendaraan yang boros akibat terjebak kemacetan, Gambar 1.1 Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Yang Banyak Digunakan Di Indonesia Tahun 2005 2011 Sumber : kompasian 2012 Konsumsi BBM lebih tinggi dari pada Non-BBM dan LPG. Bbm sudah menjadi sumber energi utama bagi masyarakat Indonesia. Bida di lihat diagram dibawah bahwa dari tahun ke tahun konsumsi BBM selalu mengalami peningkatan dari tahun 2005 2011, dimana konsumsi BBM meningkat 297.052 juta barrel menjadi 394.052 juta barrel. Peningkatan yang cukup signifikan pada konsumsi BBM

10 ini bisa terlihat di tahun 2006 yaitu menjadi 374.691 karena kenaikkan konsumsi ini naik dengan pesat. Pada saat tahun 2005 sampai dengan 2006 pemerintah akan ramairamai ingin menaikkan harga BBM. Akan tetapi setelah tahun 2006 hingga 2011, peningkatan konsumsi BBM naiknya tidak terlalu signifikan seperti tahun sebelumnya. BBM paling banyak di gunakan oleh masyarakat, dikarenakan untuk pengisian kendaraan. Masyarakat lebih sering menggunakan BBM karena pada saat terjadi kemacetan kendaraan memerlukan BBM yang banyak sehingga kemacetan ini membuat pemborosan BBM. Maka dari itu konsumsi banyak digunakan di BBM. Untuk mengatasi masalah kemacetan ini cukup rumit di DKI Jakarta, system transit cepat beskala massal atau MRT (Mass Rapid Transit) menjadi solusi pemerintah DKI Jakarta untuk segera melaksanakan pembangunan transportasi berbasis rel seperti busway atau monorel. Sehingga masyarakat akan lebih nyaman dalam menggunakan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Bila dibandingkan DKI Jakarta dan Bandung, di antara 2 (Dua) wilayah yang paling macet adalah pada wilayah DKI Jakarta, dimana kemacetan yang berada di DKI Jakarta laju kendaraannya hanya berkisar 10 Kilometer (KM) per-jam hingga 20 Kilometer perjam, sedangkan untuk wilayah bandung laju kendaraan kecepatannya berkisar 14,3 Kilometer per-jam. Pemerintah sudah mengeluarkan berbagai macem kebijakan dalam mengupayakan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di anatara lain seperti 3 in 1, membangun under pass, fly over, dan akhir-akhir ini pemerintah mengeluarkan

11 kebijakan berplat nomer ganjil genap untuk mengatasi kemacetan. Kebijakan ini belum begitu efektif dalam mengatasi masalah kemacetan di DKI Jakarta. Dorongan pertumbuhan perkembangan suatu kota akan berpengaruh terhadap kondisi kejahteraan masyarakat dalam kota tersebut. Sering dengan sejahteraan masyarakat yang meningkat maka kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat pun akan semakin tinggi. Dalam hal ini terkait dengan meningkatnya intensitas perjalan seseorang dan meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan pribadi yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi ini yang mengakibatkan kemacetan dibeberapa ruas jalan di Jalan Raya Cilincing, salah satunya adanya penyebab terjadinya peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Wilayah Cilincing yang di sebabkan oleh adanya perusahaanperusahaan yang memberikan kemudahan dengan persyaratan yang sangat mudah untuk mendapatkan kendaraan sepeda motor. Maka banyaknya masyarakat yang memiliki sepeda motor di karenakan harganya yang tidak terlalu mahal, harganya yang sangat tejangkau dan setiap rumah pasti masyarakat memiliki sepeda motor lebih dari 1 (Satu), maka dari itu kemacetan yang terjadi di wilayah Jalan Raya Cilincing Jakarta Utara ini salah satunya banyaknya kendaraan sepeda motor Bukan karena jumlah kendaraan saja yang membuat Jalan Raya Cilincing yang membuat kemacetan tetapi juga disebabkan adanya pembuatan jalan tol yang jalannya semakin sempit dan infrastruktur yang kurang baik membuat masyarakat

12 akan terkena dampak kemacetan pada jam-jam tertentu, kemacetan juga dipengaruhi oleh adanya kantor kecamatan, puskesmas, sekolahan, rumah masyarakat, pedagangpedagang kaki lima yang berjualan dipinggir jalan, angkutan umum yang ngetem, dan lain-lain. Jika kemacetan ini tidak bisa ditanggulangi maka setiap harinya akan selalu mengalami macet yang sangat parah. Jalan Raya Cilincing juga adanya kendaraan besar yang lalu lalang disana seperti kendaraan kontainer yang ingin kepelabuhan dan adanya metro mini yang mengetem untuk mencari penumpang sehingga membuat jalan mengalami kemacetan. Masyarakat Cilincing, dalam hal ini adalah pengguna jalan yang selalu di hadapkan dengan kemacetan lalu litas sehingga mereka beranggapan bahwa kemacetan sudah menjadi bagian rutinitas dalam sehari-harinya. Padahal mereka yang terjebak dalam kemacetan banyaknya manfaat yang hilang. Kemacetan tersebut bisa dilihat dari dampak sosialnya yang dapat membuat seseorang stress, kelelahan, tekanan yang berlebihan dan bahkan terlambatnya ke sekolah atau kekantor, kesehatan yang terganggu akibat polusi yang banyak sampai menurunnya kualitas udara segar. Dampak kemacetan juga bukan dilihat dari sosial saja, bisa juga dilihat dari dampak ekonominya, disini bisa terlihat jelas bahwa sisi manfaat yang hilangnya adalah biaya yang dikeluarkan pada saat terkena macet. Kemacetan membuat laju kendaraan melambat atau bahkan berhenti (stuck position). Kondisi jalan yang berhenti membuat borosnya Bahan Bakar Minyak (BBM) karena mesin yang

13 menyala lebih lama sehingga pengendara harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk pembelian BBM. Masyarakat yang bekerja juga hilang jam kerjanya karena terlambatan masuk kantor sehingga akhirnya pendapatan juga ikut mengurang. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap dampak kemacetan bagi ekonomi masyarakat karena penulis ingin mengetahui seberapa besarnya dampak kemacetan ekonomi social pengguna jalan, dilihat dari perubahan pengeluaran BBM pada saat lalu lintas normal dibandingkan dengan terjebak macet, hilangnya pendapatan akibat kemacetan, dan sejauh mana tingkat kenyaman masyarakat pada saat terkena macet. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis merumuskan judul penelitian yang terangkum dalam sebuah judul Dampak Kemacetan Terhadap Kondisi Sosial Dan Ekonomi Pengguna Jalan Di Jakarta Utara (Studi Kasus: Pegawai Kantor Kecamatan Cilincing Dan Pegawai Rumah Sakit Umum Kecamatan (Rsuk) Cilincing Jakarta Utara) 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Seiring dengan adanya perubahan waktu, jumlah penduduk di Ibukota DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahun ketahun sehingga kebutuhan akan tranportasi juga semakin bertambah. Pemenuhan transportasi dengan peningkatan jumlah alat transportasi milik pribadi maupun massal menjadi hal yang harus dipenuhi agar mobilitas penduduk dapat berjalan dengan baik sehingga berdampak positif bagi aktivitas social maupun ekonomi. Peningkatkan jumlah alat transportasi

14 di Ibukota Jakarta awalnya dilakukan dengan menambah jumlah angkutanan umum pada beberapa ruas jalan. Hal ini dilakukan kerena ruas jalan di DKI Jakarta dianggap kurang luas untuk dilewat kendaraan yang umunya berskala besar seperti bus. Namun di sisi lain, semakin bertambahnya alat transportasi juga mengurangi jarak lintas antara kendaraan di jalan raya, sehingga semakin lama terjadi kemacetan. Masalah kemacetan telah menganggu aktivitas masyarakat, khususnya aktifitas ekonomi. Masalah kemacetan merupakan masalah yang sangat sulit dicari solusinya bagi kota-kota besar. Permasalahan yang sering terjadi di kota besar biasanya muncul karena kebutuhan transportasi lebih besar dari pada prasarana transportasi yang tersedia, atau perasarana tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemacetan terjadi bukan hanya karena banyaknya kendaraan saja tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah orang (penumpang) yang berada dijalanan, seperti halnya yang terjadi di Ibukota Jakarta. Jumlah kendaraan yang semakin banyak membuat jalanan yang semakin sempit membuat dampak kemacetan yang berlebihan, jumlah kendaraan juga dipengaruhi oleh adanya banyak penduduk yang ingin memiliki kendaraan tersebut. Jumlah kendaraan yang selalu meningkat membuat masyarakat yang sering stress akibat kemacetan yang cukup parah, menurut Martinus Sitompul selaku Kepala Bidang Hubungan Masyarakat polda Metro Jaya menyatakan Bahkan jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta dan sekitarnya naik 12% per-tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktor Lalu Lintas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya bertambah sebanyak 5,500 hingga 6,000 unit

15 kendaraannya per-hari. Pertumbuhannya kendaraan bermotor tersebut menjadi penyumbangan utama kemacetan yang terjadi di Jakarta. Jumlah tersebut didominasi oleh pertambahan sepeda motor yang mencapai 4,000 hingga 4,500 per-hari. Sedangkan pada kendaraan roda 4 (Empat) mengalami pertumbuan sebanyak 1,600 unit per hari. Kondisi kemacetan mempengaruhi efisiensi perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, baik berupa barang maupun manusianya itu sendiri. Kemacetan juga menaikan biaya transportasi karena konsumsi BBM meningkat. Dampak bagi pengguna sendiri, kemacetan menyebabkan hilangnya opportunity cost. Waktunya yang seharusnya bisa mereka memaksimalkan untuk aktivitas ekonomi atau yang lainnya, kini banyak dihabiskan dijalan, sehingga mereka kehilangan benefit tertentu seperti, biaya yang hilang, waktu, tenaga dan lain sebagainya. Kemacetan juga dilihat dari sosialnya dimana masyarakat yang terkena kemacetan akan menggalami stress, kelelahan, kesahatan yang berkurang, polusi, udara yang tidak sehat bahkan tingkat kenyaman yang berkurang. Kemacetan ini juga menyebabkan antara lain: pembangunan sarana yang asal-asalan, pembangunan sarana busway yang serentak, adanya proyek baik swasta maupun pemerintah yang terkesan gali lobang tutup lobang pada lokasi yang berdekatan dan jumlah kendaraan yang bertambah. Berdasarkan berbagai masalah yang dihadapi, penelitian ini lebih di fokuskan untuk membahas mengenai kerugian akibat kemacetan lalu lintas, khususnya yang terjadi pada di Jalan Raya Cilincing Jakarta Utara. Kemacetan lalu lintas yang berdampak hasil sosial ekonomi pengguna jalan inilah yang akan di kaji.

16 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, permasalahan yang akan dianalisis adalah: 1. Apa saja yang menyebabkan kemacetan terjadinya kemacetan 2. Bagaimana yang dirasakan sosial pengguna jalan pada saat terjadi kemacetan 3. Apa saja dampak kerugian ekonomi pada saat terjadinya kemacetan 4. Berapa besar pendapatan yang hilang pada saat terjadi kemacetan 5. Berapa besarnya pengeluaran BBM pengguna jalan bila terkena kemacetan dibandingkan dengan tidak terkena kemacetan 6. Bagaimana dampak kemacetan terhadap ekonomi dan sosial pengguna jalan 1.3 Tujuan Penelitian Adapun uraian masalah yang terdapat dari latar belakang diatas, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kemacetan 2. Untuk mengetahui yang dirasakan oleh pengguna jalan pada saat kemacetan 3. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang hilang pada saat terjadi kemacetan. 4. Untuk mengetahui besarnya kerugian ekonomi pada saat terjadi kemacetan 5. Untuk mengetahui besarnya pengeluaran BBM pengguna jalan bila terkena kemacetan dibandingkan dengan tidak terkena kemacetan. 6. Untuk mengetahui dampak kemacetan terhadap ekonomi dan sosial pengguna jalan.

17 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis/Akademik Berdasarkan penjelasan diatas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan teoritis atau akademis berupa: Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/i serta sumber referensi bagi perpustakaan fakultas ekonomi, khususnya mengenai dampak kemacetan terhadap kondisi sosial dan ekonomi pengguna jalan di Jakarta Utara (Studi kasus: pegawai kecamatan cilincing dan rumah sakit umum kecamatan cilincing jakarta utara). 1.4.2 Kegunaan Praktik/Empiris Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan praktis atau empiris berupa: 1. Untuk melengkapi program perkuliahan S1, program studi Ekonomi Pebangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 2. Sebagai salah satu media latihan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu yang dipelajari.