BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang pada umumnya masih melalui berbagai tahapan. permasalahan, mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kepadatan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang pada umumnya masih melalui berbagai tahapan permasalahan, mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kepadatan penduduk, pembangunan yang tidak merata, bahkan sampai pada masalah penataan ruang. Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara berkembang di dunia, sebagai negara berkembang pasti Indonesia menghadapi permasalahan-permasalahan seperti negara berkembang pada umumnya. Permasalahan yang muncul di Indonesia dirasa sangat komplek dan cukup sulit untuk diatasi, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna mengatasi permasalahan tersebut akan tetapi tidak semua masalah dapat terselesaikan dengaan baik, bahkan tidak sedikit dari penyelesaian masalah berujung pada munculnya permasalahan baru. Penataan ruang merupakan salah satu dari beberapa permasalahan yang kini sedang dihadapi oleh Indonesia. Sistem tata ruang Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, wewenang penataan ruang setiap daerah di Indonesia seutuhnya diberikan kepada daerah masing-masing sesuai dengan desentralisasi yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada ketetapan undang-undang yang berlaku. Pengaturan tata ruang menyesuaikan sistem desentralisasi karena setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk wilayah dan potensi yang berbeda-beda sehingga dalam pengaturannya tidak bisa disamakan antara daerah satu dengan daerah lainnya. 1

2 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki hak desentralisasi, sehingga DIY berhak untuk mengatur tata ruang wilayahnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah guna memperbaiki sistem tata ruang Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dari menggeser arah pembangunan dari utara ke selatan dengan tujuan pemerataan pembangunan, hingga pada penanganan masalah kemacetan. Seperti yang kita ketahui saat ini jalanan di Yogyakarta tidak senggang seperti dahulu, berdasarkan data Ditlantas Polda DIY jumlah mobil masuk terdaftar di DIY pada tahun 2014 ada unit, naik dibandingkan tahun 2013 yang hanya unit.seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan maka tingkat kepadatan jalan akan semakin bertambah. Berbagai macam kendaraan bermotor mulai memadati ruas-ruas jalan di Yogyakarta hal tersebut tentunya menjadi penyebab kemacetan. Pada jam sibuk lalu lintas, kendaraan hanya dapat melaju sekitar km/jam dibanding periode sebelumnya yang mampu melaju sampai dengan 40km/jam, ditambah lagi dengan pengaturan traffic light yang kurang sesuai dan lebar jalan yang tidak dapat menampung besarnya jumlah kendaraan yang melintas. TotalpanjangjaringanjalandiProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data dari buku pengembangan perhubungan darat Daerah Istimewa Yogyakarta 2009 oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,sampaidengantahun2009 tercatat4.598,1 kmyangterbagidalam 3 jenis, yaitu: 2

3 1. Jalanberstatusnegara dengan panjang 168,8 km dalam kondisi baik sepanjang 112,4 km dan 56,4 km dalam kondisi sedang. 2. Jalan provinsidengan panjang 690,3 km dalam kondisi baik sepanjang 30,3 km, dengan kondisi sedang sepanjang 591,3 km, 68,6 km dengan kondisi tidak mantap, 66,7 km dengan kondisi rusak ringan, dan rusak berat sepanjang 1,9 km. 3. Jalan kabupaten/kota dengan panjang km dalam kondisi baik sepanjang km, km dalam kondisi sedang, sepanjang 923 km dalam kondisi tidak mantap, kondisi jalan yang rusak ringan sepanjang 661,6 km, dan 261,7 km dalam kondisi rusak berat. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa masih banyak jalan jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih perlu penanganan serius seperti perbaikan maupun pemeliharaan rutin. Kualitas jalan sangat menentukan kelancaran lalu lintas, seiring bertambahnya jumlah kendaraan dan pengguna jalan maka kemantapan jalan juga harus mengalami peningkatan yang seimbang. Transportasi merupakan salah satu kebutuhan masyarakat sebagai pembantu aktifitas untuk lebih memudahkan dalam bekerja. Namun transportasi juga bisa menjadi masalah jika tidak diimbangi dengan cara penggunaannya yang efektif dan efisien. Hal inilah yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini Yogyakarta sedang menghadapi masalah yang cukup rumit berkaitan dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, diiringi 3

4 dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor menjadi pemicu tingginya angka jumlah kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Yogyakarta mencatat perkembangan transportasi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahunnya pada laporan DIY dalam Angka, berikut data perkembangan transportasi yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik Yogyakarta selama 3 tahun terakhir: 4

5 Tabel 1.1 Data Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar menurut Jenisnya di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Jenis Pertumbuhan (%) Mobil Penumpang ,85 11,69 1 Sedan Station Wagon Mini Bus Jeep Lain - lain Mobil Bus ,29 1,35 1 Bus Biasa Mikro Bus Bus Tingkat Lain - lain Mobil Barang ,11 8,25 1 Pick Up Van Truk Barang Truk Tank BBM/Air Double Cabin Lain - lain Sepeda Motor ,36 8,87 1 SepedaMotor Single Sepeda Motor Kereta Samping Sepeda Motor R Scooter Trail Lain lain Kendaraan Khusus ,60 3,01 1 Truk Pemadam Api Ambulans Mobil Jenasah Fork Lift Lain lain Jumlah ,11 9,05 Sumber: DIY dalam angka tahun oleh BPS DIY Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama pada jenis kendaraan sepeda 5

6 motor yang jumlahnya sangat besar jika dibandingkan dengan jenis kendaraan lainnya. Seiring bertambahnya kendaraan atau transportasi yang tidak diiringi dengan perbaikan sistem lalu lintas maka dapat menyebabkan berbagai permasalahan, salah satu diantaranya adalah kemacetan. Jumlah kendaraan yang terus meningkat sedangkan masalah tingkat kemantapan jalan masih belum teratasi tentu memicu munculnya kemacetan. Beberapa upaya pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengatasi kemacetan cukup kongkret, salah satu cara yang ditempuh diantaranya dengan mengubah jalur dua arah menjadi satu arah atau one way. Perubahan jalur ini tentunya membawa dampak yang cukup signifikan baik dampak positif maupun dampak negatif.penetapan jalur satu arah atau one way yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam waktu dekat ini adalah jalur di sepanjang jalan C. Simanjuntak dan sepanjang jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes, kedua jalan tersebut awalnya dapat dilalui dari dua arah dengan tingkat kemacetan yang cukup tinggi, setelah diberlakukannya jalur satu arah atau one way maka jalan tersebut hanya dapat dilalui dari satu arah saja. Perubahan jalur tentunya membuat kendaraan yang melintas tidak sepadat sebelumnya dan jalur menuju suatu lokasi yang sebelumnya dekat menjadi lebih jauh karena harus berputar arah. Penetapan jalur satu arah atau one way yang dilakukan pada titik titik tersebut tentunya membawa pengaruh bagi pengguna jalan, dalam konteks ini pengguna jalan bukan hanya orang yang melintas dengan kendaraan atau menggunaan alat transportasi, tetapi juga termasuk para pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan di sepanjang jalan tersebut. 6

7 Jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta yang telah ditetapkan menjadi satu jalur atau one way, di sepanjang jalan tersebut terdapat banyak pedagang kaki lima dengan jumlah kurang lebih sebanyak 30 pedagang kaki lima, jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah pedagang kaki lima yang ada di jalan C. Simanjuntak. Penetapan jalur satu arah atau one way diperkirakan juga memberikan pada para pedagang kaki lima berupa penurunan pendapatan karena berkurangnya kendaraan yang melintas sehingga mengakibatkan berkurangnya konsumen yang membeli di pedagang kaki lima, selain itu dengan adanya jalur satu arah maka jangkauan konsumen untuk menuju tempat pedagang kaki lima menjadi lebih jauh, untuk mengetahui tentang hal tersebut maka diperlukan kajian tentang hubungan antara perubahan jalur satu arah atau one way di jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap pendapatan pedagang kaki lima di sepanjang jalan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Adakah perbedaan jumlah konsumen yang datang pada pedagang kaki lima sebelum dan setelah penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta? 2. Adakahhubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan kotor harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta? 7

8 3. Adakahhubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan bersih harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui perbedaan jumlah konsumen yang datang pada pedagang kaki lima sebelum dan setelah penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta. 2. Mengetahuihubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan kotor harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta. 3. Mengetahui hubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan bersih harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr.Ir. Yohanes Yogyakarta. 1.4 Kerangka Penulisan sebagai berikut: Kerangka penulisan yang digunakan pada laporan tugas akhir ini adalah 8

9 Bagan 1.1 Kerangka Penulisan Laporan Tugas Akhir Hubungan Penetapan Jalur Satu Arah dengan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Latar Belakang Penetapan jalur satu arah mengindikasi adanya perubahan pendapatan pedagang kaki lima. Rumusan Masalah 1. Adakah perbedaan jumlah konsumen yang datang pada pedagang kaki lima sebelum dan setelah penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta? 2. Adakah hubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan kotor harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta? 3. Adakah hubungan penetapan jalur satu arah atau one way di Jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta terhadap rata-rata pendapatan bersih harian pedagang kaki lima di sepanjang jalan Prof. Dr. Ir. Yohanes Yogyakarta? Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui wawancara pedagang. Tujuan Data -Primer Data diperoleh dari responden/pedagang kaki lima melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Sekunder Data diperoleh dari Dinas Perhubungan, BPS DIY, dan PUSTRAL UGM Alat Analisis 1. Uji Beda 2 Rata rata Mengetahui ada/tidak perubahan pendapatan pedagang kaki lima sebelum dan setelah penetapan jalur satu arah 2. Deskriptif Mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan pedagang kaki lima Kesimpulan 9