5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
6 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

KAPAL IKAN PURSE SEINE

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

Jaring Angkat

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN NELAYAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI PPP TAMPERAN PACITAN, JAWA TIMUR

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

BAB III BAHAN DAN METODE

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PSPK STUDENT JOURNAL, VOL. I NO. 1 pp UNIVERSITAS BRAWIJAYA Recieved 18 January 2013, Accepted 16 May 2013

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PPP CILAUTEUREUN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT PUTRI DEWI JAYANTI

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 HASIL. 4.1 Kondisi Perikanan Ikan Layang di Maluku Utara

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, dan pancing. Alat penangkap di Cilauteureun yang termasuk jenis pukat kantong adalah pukat pantai atau jaring arad untuk nama lokalnya. Alat penangkap pukat cincin untuk daerah Cilauteureun atau biasa disebut jaring payang untuk nama lokalnya termasuk kategori mini purse seine. Jaring insang yang dipergunakan di PPP Cilauteureun terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu, drift gill net dan coral reef gill net. Kategori coral reef gill net digunakan untuk menangkap udang lobster dan nelayan Cilauteureun menyebut alat penangkap tersebut dengan nama lokal jaring sirang. Kelompok alat penangkap jenis terakhir yang ada di Cilauteureun menurut pengelompokkan data statistik perikanan Indonesia adalah pancing, dimana alat penangkap jenis pancing terbagi lagi menjadi dua yaitu pancing rawai dan pancing tonda. Nelayan Cilauteureun pun memiliki pengelompokkan tersendiri untuk alat penangkap ikan yang beroperasi di Cilauteureun, yaitu kelompok jaring dan pancing. Kelompok jaring umumnya merupakan alat penangkap ikan utama dibanding jenis pancing yang hanya digunakan sebagai alat penangkap ikan tambahan hasil tangkapan selama waktu operasi penangkapan ikan. Seperti pukat pantai (jaring arad), gill net, dan mini purse seine merupakan alat tangkap primer/utama saat musim puncak atau musim banyak terdapat ikan serta jaring sirang digunakan untuk menangkap lobster. Alat tangkap yang digunakan nelayan Cilauteureun cenderung memiliki karakteristik yang sama, yang membedakan hanyalah jumlah kepemilikkan nelayan terhadap beberapa jenis alat tangkap. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor modal yang dimiliki nelayan untuk membeli alat penangkapan. Nelayan dengan modal besar dapat membeli alat tangkap lebih dari satu unit baik jumlah maupun jenis unit penangkapan. Sedangkan nelayan dengan modal sedikit hanya mampu membeli alat tangkap sebanyak satu unit dengan jumlah dan jenis yang terbatas.

1) Gill net Tabel 6 Spesifikasi unit penangkapan gill net di Cilauteureun. Ukuran jaring Jenis armada yang digunakan Ukuran armada Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Panjang : 35-50 m/piece Lebar : 15-20 m Ukuran mata jaring : 4-5 inci Bahan jaring : Nilon multifilamen Pemberat : batu dan semen (berat = 1-2 kg) Pelampung : plastik (p = 13,5 cm) Kapal motor tempel & kapal motor diesel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Malam hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Tongkol, cakalang, tenggiri, tuna, kuwe, tetengkek, bawal hitam, bawal putih, kakap merah, gulamah, jangilus, layang Menurut letak operasi, gill net yang ada di Cilauteureun termasuk ke dalam kelompok surface drift gill net, yang pengoperasiannya dilakukan secara pasif pada malam hari. Metode pengoperasian gill net dibagi dalam tiga tahap yaitu penurunan jaring (setting), perendaman (drifting), dan penarikan jaring (hauling). Kapal berangkat pada sore hari sekitar jam 17.00 WIB menuju daerah penangkapan, setelah juru mudi menemukan daerah fishing ground kecepatan kapal dikurangi oleh juru mudi, lalu nelayan lainnya bersiap untuk menurunkan jaring. Penurunan jaring dilakukan di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan dan dilepas untuk beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Tahap setting biasanya dilakukan setelah matahari terbenam dimulai dengan penurunan jaring ditandai dengan penurunan pelampung tanda dan pemberat utama, pelampung, badan jaring, pemberat, kemudian pelampung tanda dan pemberat terakhir. Setelah semua jaring diturunkan, tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas diikat pada bagian haluan kapal, lalu mesin dimatikan dan diproses drifting pun dilakukan. Proses drifting umumnya oleh nelayan Cilauteureun dilakukan sekitar 3-6 jam dengan satu kali trip. Setting

dilakukan 3-5 kali untuk fishing ground di sekitar perairan Cilauteureun, Santolo, Cimari, Cipalebuh, Cianjur, Karang potong, dan Sancang. Proses penarikan jaring dilakukan setelah proses drifting dalam keadaan mesin masih dimatikan, jaring ditarik oleh nelayan dimulai dengan pemberat dan pelampung tanda, kemudian pelampung lalu badan jaring, dan terakhir pemberat. Hasil tangkapan pun dimasukkan ke dalam boks (berkapasitas 50 kg) atau ke dalam kotak styrofoam berkapasitas 30 kg. Setelah penanganan hasil tangkapan selesai, jaring dirapikan kembali untuk persiapan setting selanjutnya. Pengoperasian satu unit gill net oleh nelayan Cilauteureun tergantung ukuran mesin dan jenis kapal yang digunakan. Umumnya kapal motor tempel ukuran 15 PK membawa 15-30 piece jaring, kapal motor tempel ukuran 40 PK membawa 40-50 piece jaring, dan kapal diesel dapat membawa hingga 86 piece jaring. pelampung tali ris atas 39-54 m # = 4-5 inci badan jaring 15-20 m pemberat 35-50 m tali ris bawah Gambar 7 Alat tangkap gill net di PPP Cilauteureun.

2) Sirang (coral reef gill net) Tabel 7 Spesifikasi unit penangkapan sirang di Cilauteureun. Ukuran jaring Jenis armada yang digunakan Ukuran armada Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Panjang : 33-34,5 m/piece Lebar : 1,5-2 meter Ukuran mata jaring : 3,5-5 inci Bahan jaring : PA monofilamen Pemberat : batu dan semen (berat = 0,75-1 kg) Pelampung : plastik (p = 15 cm) Kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Setiap hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Udang lobster (Panulirus sp) Jaring sirang atau jaring blo on adalah salah satu jenis gill net yang berdasarkan metode pengoperasiannya di daerah Cilauteureun termasuk ke dalam klasifikasi jaring insang dasar (coral reef gill net). Jaring sirang digunakan untuk menangkap udang karang atau disebut juga jaring lobster. Selain untuk menangkap lobster, tidak jarang nelayan Cilauteureun juga menggunakan jaring sirang untuk menangkap ikan seperti ikan layur dengan menggunakan mesh size 2 inci. Jaring sirang termasuk alat tangkap jaring yang hampir 80% dimiliki oleh nelayan di PPP Cilauteureun sebagai alat tangkap sambilan dan sambilan utama. Metode pengoperasian jaring sirang dibagi dalam tiga tahap yaitu penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), dan penarikan jaring (hauling). Waktu pengoperasian dapat dilakukan malam hari maupun siang hari, hal itu tergantung nelayan yang mengoperasikannya. Biasanya untuk mengoperasikan jaring sirang, nelayan berangkat dari pelabuhan sekitar jam 05.00 WIB menuju daerah fishing ground yaitu di daerah perairan karang. Setelah sampai di daerah fishing ground kecepatan kapal dikurangi oleh juru mudi, lalu nelayan lainnya bersiap untuk menurunkan jaring. Penurunan jaring (setting) ditandai dengan penurunan pelampung tanda dan pemberat utama, pelampung, badan jaring, pemberat, kemudian pelampung dan pemberat terakhir. Pelampung tanda yang digunakan nelayan Cilauteureun terbuat dari styrofoam yang pasang pada sebatang bambu yang berukuran panjang ±2-3

m. Setelah semua jaring diturunkan, alat penangkap ini pun di tinggalkan (proses soaking). Sementara menunggu proses soaking, nelayan Cilauteureun biasanya melakukan penangkapan dengan menggunakan alat penangkap yang lain seperti gill net, mini purse seine, maupun pancing. Nelayan akan kembali untuk mengangkat atau penarikan jaring sirang ketika hari telah sore namun tidak jarang penarikan jaring sirang ini dilakukan pada keesokan harinya. Proses penarikan jaring dilakukan setelah proses soaking dalam keadaan mesin dimatikan, jaring ditarik oleh nelayan dimulai dengan pemberat dan pelampung tanda, kemudian pelampung lalu badan jaring, dan terakhir pemberat. Penarikan jaring harus dilakukan secara hati-hati karena operasi dilakukan di perairan karang maka jaring akan mudah rusak atau putus. Hasil tangkapan utama adalah udang lobster, yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di daerah Cilauteureun. Satu kilogram udang lobster jenis Panulirus sp bernilai jual Rp 600.000 Rp 700.000. Hasil tangkapan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam kotak styrofoam berkapasitas 30 kg. Setelah penanganan hasil tangkapan selesai, jaring pun dirapikan untuk persiapan setting selanjutnya. pelampung 37-39 m tali ris atas # = 3,5-5 inci badan jaring 1,5-2 m pemberat 33-34,5 m Gambar 8 Alat tangkap jaring sirang di PPP Cilauteureun.

3) Mini purse seine Tabel 8 Spesifikasi unit penangkapan mini purse seine di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Jenis tali 1. Pelampung 2. Tali ris atas 3. Tali pelampung 4. Tali pemberat 5. Tali ris bawah 6. Tali cincin 7. Tali selambar 8. Tali kolor/pengerut Bagian jaring Kantong Sayap & badan selvedge Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Keterangan Bahan Bahan : sandal jepit Bahan : polyethilene (Ø=5 mm) Bahan : polyethilene (Ø=10 mm) Bahan : polyethilene (Ø=8 mm) Bahan : polyethilene (Ø=8 mm) Bahan : polyethilene (Ø=10 mm) Bahan : polyethilene (Ø=12 mm) Bahan : polyethilene (Ø=23 mm) Keterangan PE (1,25 inci) PE (1,5-1,75 inci) PA (1,25-2 inci) Kapal motor & kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Siang hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Tongkol, cakalang, tenggiri, kuwe, bawal putih, bawal hitam, gulamah, jangilus, pari. Mini purse seine atau oleh nelayan setempat disebut payang merupakan alat tangkap yang aktif. Karakteristik purse seine adalah adanya cincin-cincin (ring) yang menggantung pada bagian bawah jaring, yang berfungsi untuk mempermudah penarikan tali kolor (purse line) pada saat pengerucutan jaring. Operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap mini purse seine di Cilauteureun dilakukan pada siang hari dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan terutama ikan pelagis, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Pengoperasian mini purse seine di Cilauteuren termasuk dalam kategori pengoperasian dengan menggunakan satu kapal (one boat system). Kapal yang digunakan adalah kapal motor tempel dengan kekuatan mesin 40 PK berbahan fibreglass. Tahap pengoperasian mini purse seine yang pertama adalah persiapan nelayan sebelum melaut, seperti pengecekan mesin dan kapal, pengecekan bahan bakar, alat tangkap dan alat bantu serta pengecekan perbekalan. Setelah persiapan

selesai, kapal berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 05.00 WIB. Penentuan fishing ground dilakukan oleh juru mudi berdasarkan pengalaman dan informasi dari nelayan lain. Ketika nelayan melihat adanya gerombolan ikan, juru mudi kemudian mengarahkan kapal menuju gerombolan ikan tersebut dan melingkarinya dengan melakukan setting. Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, kemudian sayap, badan jaring dan sayap sehingga melingkari gerombolan ikan. Lama setting sekitar 30 menit, setelah ikan masuk ke dalam jaring maka nelayan menarik tali selambar kemudian tali kolor sampai kedua ujungnya bertemu dan semua cincin naik ke atas kapal. Hauling dilakukan jika semua cincin bersatu dan jaring membentuk seperti mangkuk. Nelayan mini purse seine yang berjumlah 8-20 orang memiliki pembagian tugas masing-masing saat operasi penangkapan. Tugas 8-10 orang menarik jaring ke atas kapal di sebelah kiri dan sebagian lagi bertugas menata kembali alat tangkap. Lama waktu hauling berkisar antara 25 sampai 1 jam tergantung jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam blong/drum plastik besar berkapasitas 100 kg. Setelah selesai menangani hasil tangkapan nelayan merapikan kembali jaring untuk persiapan setting selanjutnya.

337,5 m Benang D9 selvedge (48,75 X 2) m (22,5 X 2) m (26,25 X 2) m m (22,5 X 2) m (48,75 X 2) m 14 m Ujung Bara Kantong Bara Ujung Tali pengerut # = 1,75 inci #= 1,5 inci # = 1,25 inci # = 1,75 inci # = 1,5 inci 19 m Benang = Benang = 21 m D12 D12 Benang = D9 Benang = D9 Benang = D9 Tali ris bawah Cincin 500 m Gambar 9 Alat tangkap mini purse seine di PPP Cilauteureun.

Pada Gambar 9 terlihat bagian-bagian jaring mini purse seine terdiri dari: (1) jaring kantong, bahan nilon D/9, # 1 inci; (2) jaring sayap (bara), bahan nilon D/9, # 1 inci; (3) jaring utama (ujung), bahan nilon D/12, # 1 inci. Pelampung pada bagian kantong menggunakan pelampung yang lebih besar dan lebih rapat penempatannya dari pada pelampung lainnya dengan tujuan agar kuat menahan beban berat hasil tangkapan. Ukuran diameter pelampung besar adalah ± 20 cm berbentuk bola berwarna putih, sedangkan untuk pelampung kecil biasanya menggunakan potongan sendal jepit atau potongan sterofoam. Mini purse seine menggunakan selvedge berbahan PA 1,25-2 inci ukuran benang D/9. 4) Pukat pantai Tabel 9 Spesifikasi unit penangkapan pukat pantai di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Bagian jaring Kantong Sayap & badan Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Keterangan PE (2-3 inci) Panjang : 40 meter # = 13 mm untuk jaring kantong Kapal tanpa motor (congkreng) Panjang (LOA): 6-7 meter Lebar (LB): 0,8 meter D: 0,8 meter Pagi-siang hari Perairan pantai Cilauteureun Ikan-ikan kecil Spesifikasi umum alat tangkap jaring arad yang ada di Cilauteureun yang umumnya memiliki panjang total 40 m terbagi menjadi bagian kantong, badan jaring, sayap atau kaki, dan tali panjang (slambar, hauling line), dimana keseluruhan bahan jaring seluruhnya terbuat dari bahan poliethylen (PE) berwarna hitam atau nilon hitam bagi sebutan nelayan lokal. Bagian kantong berbentuk persegi panjang berukuran panjang ± 80 cm dan lebar ± 60 cm, dengan ukuran mata jaring sekitar 13 mm dan terbuat dari bahan waring. Kantong berfungsi sebagai tempat ikan hasil tangkapan dan pada bagian ujung kantong diikat sebuah tali agar ikan tidak dapat lolos. Bagian sayap atau kaki berfungsi melingkupi ikan

yang sudah terperangkap agar masuk ke dalam kantong. Bagian sayap jaring arad terdiri bagian depan yang mempunyai ukuran mata lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang. Ukuran mata jaring atau mesh size yang digunakan 2 inci sampai dengan ukuran 3 inci. Pengoperasian jaring arad di daerah pantai Cilauteureun dengan menggunakan satu kapal (one boat system) yaitu jenis kapal tanpa motor atau perahu dayung yang berfungsi menarik jaring ke tengah laut. Nelayan yang mengoperasikan berjumlah 4-6 orang, dengan pembagian tugas kerja 4 orang berada dalam perahu dan sisanya menahan salah satu ujung jaring di pantai. Pembagian tugas bagi nelayan yang berada di dalam perahu yaitu: satu orang sebagai tekong, dua orang bertugas membuang jaring, dan satu orang lagi sebagai perenang untuk menghalau ikan ataupun merapikan jaring saat proses setting. Waktu operasi dilakukan pada dini hari pukul 05.00 WIB hingga siang hari. Tahap setting pukat pantai pertama kali adalah melingkarkan jaring di sekitar pantai Cilauteureun dengan menggunakan kapal tanpa motor atau perahu jukung. Perahu didayung ke arah tengah laut dengan terlebih dulu meninggalkan salah satu ujung tali hela yang dipegangi oleh du orang nelayan yang berada di tepi pantai. Tali hela terus diulur mengikuti jalannya perahu. Setelah sampai di tempat yang dituju, jaring diturunkan yang dimulai dengan salah satu ujung sayap jaring, badan jaring, kantong jaring, kemudian badan jaring serta sayap jaring satu lagi. Selanjutnyaperahu berjalan terus menuju daratan sambil mengulurkan tali hela yang lain, ujung tali hela ini kemudian diberikan kepada nelayan yang telah siap menerima di pantai. Nelayan yang berada di atas kapal akan kembali ke arah laut dan bertugas untuk menggiring ikan agar masuk ke dalam jaring dengan cara memukul-mukulkan dayung ke permukaan air. Penarikan jaring dimulai dengan dibantu oleh beberapanelayan yang berjumlah 3-4 orang, menjelang penarikan jaring kemudian kantong jaring pukat pantai dinaikkan ke daratan dan hasil tangkapan pun dikeluarkan. Hasil tangkapan jaring pukat pantai ini adalah ikan-ikan kecil yang kurang bernilai ekonomis tinggi di daerah Cilauteureun. Ikan-ikan tersebut misalnya, ikan teri, kembung, petek, dan ikan sebelah.

Pelampung tanda Pelampung Pemberat Tali hela Kantong Badan jaring Sayap 40 m Gambar 10 Alat tangkap pukat pantai (beach seine) di PPP Cilauteureun. 5) Pancing Tabel 10 Spesifikasi unit penangkapan pancing di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Ukuran mata pancing Penggulung tali Jenis tali Panjang tali Jenis umpan Jumlah mata pancing Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Hasil tangkapan Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Keterangan No. 4-5 dan no.8-9 No. 5 & 8. Bahan plastik PA monofilamen ± 50 meter (no.60) Rapala & kain sutra, ikan runcah 15-60 mata pancing tonda, ±100 mata pancing rawai Kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Cakalang, tongkol, tenggiri, tuna Siang hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Alat penangkap jenis pancing di daerah Cilauteureun memiliki beberapa jenis yang hampir dimiliki oleh semua nelayan di PPP Cilauteureun. Jenis alat penangkap pancing ini yaitu rawai tegak lurus (vertical long line) dan tonda (troll linre). Pengoperasian unit alat tangkap pancing digunakan setiap saat atau pada saat satu kali trip ke laut dengan menggunakan alat tangkap seperti gillnet, mini purse seine, dan sirang, alat tangkap jenis pancing selalu dibawa dalam kapal oleh

nelayan. Tujuannya untuk menambah hasil tangkapan disaat gillnet, mini purse seine, dan sirang tidak beroperasi. Alat tangkap jenis pancing tersebut adalah: 1) Tonda; ukuran mata pancing yang umum digunakan adalah No.4-5 walau terkadang ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing no.9, dan menggunakan jenis tali PA monofilament sepanjang ± 50 m. Jenis umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda adalah rapala dan sutra. Rata-rata nelayan membawa satu unit pancing tonda sebanyak 15-60 mata pancing. Daerah pengoperasian: Cimari, Sancang, Cilauteueun, Cipalebuh, Cipasarangan. Kili-kili Mata pancing Gambar 11 Alat tangkap pancing tonda di PPP Cilauteureun. 2) Rawai; nelayan Cilauteureun dalam satu kali trip umumnya membawa 2-4 set pancing dengan satu set pancing berjumlah hingga ±100 buah mata pancing. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung sasaran ikan yang akan di tangkap. Seperti rawai layur, nelayan banyak menggunakan mata pancing no.8. Kili-kili Mata pancing 1 1,5 m Umpan Gambar 12 Alat tangkap pancing rawai tegak lurus (vertical long line) di PPP Cilauteureun.

5.1.2 Hasil tangkapan 1) Komposisi hasil tangkapan Hasil tangkapan di Perairan Cilauteureun diperoleh empat jenis ikan yang lebih mendominasi dibandingkan hasil tangkapan jenis ikan lainnya seperti cumicumi, sontong, tengiri, cucut, kacangan dan lain-lain. Keempat hasil tangkapan utama ini adalah tongkol (Auxis thazard) sebesar 83,3%, layur (Trichurus savala) sebesar 15%, kerapu (Epinephelus bantoides) sebesar 0,7%, lobster (Panulirus sp) sebesar 0,6% dan hasil tangkapan lainnya sebesar 0,4%. Gambar 13 Persentase hasil tangkapan di PPP Cilauteureun.

Tabel 11 Komposisi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun tahun 2008. Bulan KM : kapal motor diesel MT : kapal motor tempel TM : kapal tanpa motor Hasil Tangkapan Utama (Kg) Jumlah HT Armada Penangkapan (% per unit) Jumlah Armada Tongkol Layur Lobster Kerapu Lainnya KM MT KM MT KM MT KM MT KM MT KM MT TM Januari - 3800 - - - - - 20 - - 3820-83,3 16,7 12 Februari 9784 216 - - - - - 60 - - 10060 63,6 18,2 18,2 11 Maret 1680 600 - - - - - 540 - - 2820 28,6 50,0 21,4 14 April 800 7080 - - - - - 170 - - 8050 4,3 82,6 13,0 23 Mei 3540 26340 - - - 125-35 - - 30040 8,9 88,7 2,4 124 Juni 4680 20144 - - - 70 - - - 60 24954 18,8 78,1 3,1 96 Juli 9240 18080-12950 - 72,5 - - 300-40642,5 18,8 78,7 2,5 122 Agustus 6216 7848 450 10150-70 - 105 - - 24839 17,5 78,6 3,9 126 September 3680 4960-450 50 - - - - - 9140 24,2 60,6 15,2 33 Oktober 200 4040 - - - 130-100 220 100 4790 3,6 78,6 17,8 28 November - 2240-250 25 229,5 - - - - 2744,5 5,0 70,0 25,0 20 Desember - - - - 75 100-100 - - 275 16,7 33,3 50,0 6 Jumlah 39820 95348 450 23800 150 797-1130 520 160 - - - - - Total 135168 24250 947 1130 680 162175 - - - 615 % 83,3 15,0 0,6 0,7 0,4 100 - - - - Keterangan:

Tabel 11, menerangkan produksi hasil tangkapan per armada penangkapan di PPP Cilauteureun terhadap spesies hasil tangkapan beserta jumlah armada penangkapan yang digunakan per bulan pada tahun 2008. Pada bulan januari jumlah total hasil tangkapan utama sebesar 3.820 kg selama satu bulan. Jumlah armada yang digunakan 83,3 % menggunakan armada jenis kapal motor tempel dan 16,7 % pada bulan Januari menggunakan armada penangkapan jenis kapal tanpa mesin yang khusus digunakan untuk unit alat penangkap pukat pantai. Pada Tabel juga dapat dilihat produksi terbesar pada tahun 2008 adalah ikan tongkol (Auxis thazard) yaitu 135.168 kg, kemudian dilanjutkan dengan jumlah produksi ikan layur (Trichurus savala) sebesar 24.250 kg, 1.130 kg untuk ikan kerapu (Epinephelus bantoides), 947 kg untuk produksi hasil tangkapan lobster (Panulirus sp) dan untuk perolehan hasil tangkapan lainnya adalah 680 kg atau 0,4% dari total hasil tangkapan di PPP Cilauteureun pada tahun 2008. Lobster menjadi salah satu komoditi utama di PPP Cilauteureun karena nilai produksinya yang tinggi walaupun jumlahnya lebih kecil dibandingkan ikan hasil tangkapan utama lainnya. 2) Produktivitas hasil tangkapan di PPP Cilauteureun Perolehan hasil tangkapan yang fluktuatif hingga saat ini di daerah Cilauteureun, secara tidak langsung berdampak ke pola usaha penangkapan yang diupayakan nelayan Cilauteureun. Pengembangan beberapa usaha penangkapan yang merupakan kombinasi dari beberapa alat tangkap yang ada di Cilauteureun menjadi salah satu solusi untuk merasionalkan pendapatan nelayan di PPP Cilauteureun. Terbentuknya pola usaha penangkapan tersebut tidak dapat dipastikan waktunya, tetapi sejalannya waktu pola itu pun melembaga dan menjadi kebiasaan nelayan di Cilauteureun. Usaha penangkapan ikan di PPP Cilauteureun ada beberapa jenis yaitu usaha penangkapan pukat pantai (jaring arad), mini purse seine, gill net, dan jaring sirang. Keempat jenis usaha penangkapan tersebut memiliki produktivitas masing-masing terhadap hasil tangkapan (catch) per upaya penangkapan (effort), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. 63

Tabel 12 Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun. No. Usaha Produktivitas penangkapan (kg/trip) 1 Jaring arad 114.21 2 Mini purse seine 306.69 3 Gill net 223.40 4 Sirang 103.33 Gambar 14 Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun. Pada Gambar 14 terlihat produktivitas rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan dari masing-masing usaha penangkapan yang ada di PPP Cilauteureun. Usaha penangkapan mini purse seine memiliki produktivitas tertinggi yaitu 306,69 kg/trip. Produktivitas tertinggi kedua adalah usaha penangkapan gill net yaitu sebesar 223,40 kg/trip, selanjutnya produktivitas terkecil terdapat pada usaha penangkapan jaring sirang yaitu sebesar 103,33 kg/trip. Produktivitas terkecil pada usaha penangkapan jaring sirang dipengaruhi jumlah produksi hasil tangkapannya yaitu lobster yang juga kecil di perairan Cilauteureun. Tetapi karena nilai produksinya atau harga jualnya yang tinggi yaitu Rp 600.000,00 700.000,00 per kilogramnya sehingga alat tangkap ini masih tetap menjadi salah satu usaha penagkapan pilihan oleh nelayan di PPP Cilauteureun.

5.1.3 Pola usaha nelayan di PPP Cilauteureun Kelima jenis alat tangkap (gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan pancing) secara umum dimiliki nelayan Cilauteureun. Nelayan biasanya mempunyai lebih dari dua alat penangkap ikan yang digunakan secara kombinasi antar penggunaan jenis alat tangkap. Hal ini dilakukan sebagai pola usaha nelayan dalam menambah jumlah pendapatan. Kombinasi alat penangkap ikan itu tergantung pada modal kepemilikan untuk membeli beberapa alat tangkap. Pengelompokan nelayan atas kepemilikan alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Pola usaha nelayan Cilauteureun berdasarkan kepemilikkan alat tangkap. Alat Penangkap Ikan (API) Mini purse Pukat Gill net Sirang Pancing seine pantai 1-4 Kelompok Nelayan Jumlah API 2 - - 3 3 - - - 2 4 - - 3 5 - - - 2 6 - - 3 7 - - - 2 Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa kelompok nelayan 1 (satu) memiliki modal yang tinggi sehingga dapat membeli empat jenis alat tangkap yaitu gill net, mini purse seine, sirang, dan alat tangkap jenis pancing. Kelompok 2 (dua), 4 (empat) dan 6 (enam) dibutuhkan modal yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok nelayan 1 (satu). Pada kelompok tersebut hanya dapat memiliki tiga jenis alat tangkap kombinasi antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan Pancing. Kombinasi kepemilikan alat tangkap tersebut adalah: 1) gill net, sirang, pancing; 2) mini purse seine, sirang, pancing; serta 3) pukat pantai, sirang, pancing. Sedangkan kelompok kepemilikkan yang terakhir adalah nelayan dengan dua jenis alat tangkap, yang ditandai pada kelompok

nelayan 3 (tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh) dengan kombinasi alat tangkap yaitu: 1) gill net, pancing; 2) mini purse seine, pancing; 3) sirang, pancing. 1) Aktivitas penangkapan di PPP Cilauteureun (a) Pola pengoperasian Berdasarkan hasil pengamatan, pola pengoperasian alat tangkap di PPP Cilauteureun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pola pengoperasian alat tangkap tunggal dan pola pengoperasian alat tangkap kombinasi. Pola pengoperasian alat tangkap tunggal dapat dikelompokkan lagi berdasarkan musim penangkapan menjadi non insidental dan insidental. Pola pengoperasian alat tangkap ketegori tunggal non insidental adalah pola pengoperasian yang dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut teratur digunakan sehari-hari dan tidak terpengaruh musim penangkapan, dan kategori pola pengoperasian tunggal insidental yaitu dalam satu kali trip pengoperasian API tersebut digunakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan. Pola pengoperasian jenis kedua adalah pola pengoperasian kombinasi, maksudnya dalam satu kali trip pengoperasian, alat penangkap tersebut dapat digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Tabel 14 Pengelompokan alat tangkap di Cilauteureun berdasarkan pola pengoperasian. Pola pengoperasian Gill net Alat Penangkap Ikan (API) Mini purse seine Pukat pantai Sirang Pancing Tunggal Non insidental - - Insidental - - - Kombinasi - Pada Tabel 14, alat tangkap gill net dan mini purse seine termasuk ke dalam pola pengoperasian tunggal insidental dan kombinasi, yaitu pola pengoperasian dimana dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut digunakan pada waktu-

waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan dan digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Sirang dan pancing termasuk ke dalam jenis alat tangkap dengan pola pengoperasian tunggal non insidental dan kombinasi, yaitu pola pengoperasian alat penangkap ikan dalam satu kali trip operasi penangkapan alat penangkap digunakan sehari-hari tanpa dipengaruhi oleh musim penangkapan serta penggunaannya juga dapat dikombinasikan dengan alat penangkap ikan lainnya yang juga di bawa oleh nelayan. Biasanya oleh nelayan Cilauteureun, alat tangkap dengan jenis sirang dan pancing ini digunakan secara kombinasi dengan alat tangkap seperti gill net dan mini purse seine dalam satu kali tripnya. Berbeda dengan jenis alat tangkap lainnya yang ada di PPP Cilauteureun seperti jaring arad atau Pukat Pantai. Alat tangkap tersebut termasuk ke dalam kelompok pola pengoperasian tunggal non insidental saja, artinya alat tangkap jenis ini digunakan sehari-hari tanpa kombinasi operasi penangkapan dalam satu kali tripnya. (b) Waktu pengoperasian Waktu penggunaan masing-masing alat tangkap di Cilauteuren berbedabeda tergantung kebutuhan operasi penangkapan. Pembagian waktu pengoperasian alat tangkap tersebut ada tiga yang didasarkan atas penggunaan API (Alat Penangkap Ikan) per bulan selama satu tahun. Pembagian waktu tersebut yaitu penggunaan API mayor ( ), penggunaan API minor ( ), dan API yang tidak digunakan ( ). Yang dimaksud penggunaan API mayor ( ) adalah waktu penggunaan API yang lebih dari 20 hari waktu operasi ke laut dan penggunaan API minor ( ) adalah waktu penggunaan alat tangkap yang dapat dikombinasikan antar alat tangkap yang ada di Cilauteureun. Tanda ( ) adalah simbol dimana pada bulan-bulan tertentu alat penangkap tersebut tidak digunakan sama sekali. Waktu pengoperasian masing-masing alat penangkap ikan di Cilauteureun dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Pengelompokan alat tangkap di Cilauteureun berdasarkan waktu pengoperasian. Alat Penangkap Ikan (API) Waktu Pengoperasian API (Bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gill net Mini purse seine Keterangan: Pukat pantai Sirang Pancing : penggunaan API mayor (waktu penggunaan dalam satu bulan 20 hari) : penggunaan API kombinasi (waktu penggunaan dalam satu bulan < 20 hari) : API tidak digunakan pada bulan tersebut Seperti pada Tabel 15, alat tangkap gill net dan mini purse seine lebih banyak digunakan hampir sebulan penuh atau lebih dari 20 hari terlihat pada bulan Juli, Agustus, dan bulan September. Waktu pengoperasian sirang lebih banyak digunakan dalam satu bulan penuh yaitu pada bulan Januari, November, dan Desember. Pada bulan Januari, November, dan Desember inilah biasa oleh nelayan Cilauteureun disebut dengan musim liwungan atau musim peralihan antara musim panen dan musim paceklik ikan. Berbeda dengan alat tangkap lainnya di Cilauteureun, alat tangkap jenis pancing tidak terlalu terlihat dominansi penggunaannya dalam satu bulan, hal ini karena pancing termasuk alat tangkap kombinasi yang pengoperasian hanya sebagai selingan untuk menambah pendapatan nelayan Cilauteureun. (c) Pengoperasian alat penangkap ikan kombinasi Berdasarkan pola pengoperasian alat penangkap ikan kombinasi yang ada di Cilauteureun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tidak teratur dan teratur. Pola pengoperasian kombinasi tidak teratur adalah pola pengoperasian alat tangkap yang penggunaannya tidak menjadi prioritas utama tetapi hanya sebagai penambah jumlah hasil tangkapan, sehingga waktu pengoperasiannya setelah alat tangkap utama dioperasikan ketika hasil tangkapannya sedikit. Alat tangkap yang

termasuk pola pengoperasiannya kombinasi teratur yaitu pola pengoperasian per trip dari alat tangkap tersebut digunakan secara berurut atau lebih diutamakan penggunaanya. Tabel 16 Pola pengoperasian alat tangkap kombinasi di Cilauteureun berdasarkan waktu operasional per trip. Pola pengoperasian Gillnet Mini purse seine Alat Penangkap Ikan Pukat pantai Sirang Pancing Tidak teratur - - - - Teratur - - Diketahui pada Tabel 16, bahwa alat tangkap gill net, mini purse seine, dan sirang termasuk ke dalam kelompok pengoperasian kombinasi teratur. Maksudnya pola pengoperasian per trip dari alat tangkap tersebut digunakan secara berurut atau lebih diutamakan penggunaanya dibanding dengan alat tangkap sekunder yang juga dibawa selama operasi ke laut. Alat tangkap sekunder tersebut umumnya adalah jenis alat tangkap pancing yang pola pengoperasiannya termasuk kombinasi tidak teratur, sehingga penggunaannya tidak menjadi prioritas utama tetapi hanya sebagai penambah jumlah hasil tangkapan. 2) Biaya operasional penangkapan ikan per armada/jenis kapal Biaya operasional merupakan biaya yang digunakan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan per trip pengoperasian penangkapan ikan sehingga mendapatkan hasil yang menguntungkan. Biaya yang digunakan umumnya untuk perbekalan seperti bahan bakar mesin, bahan bakar lampu apabila pengoperasian dilakukan pada malam hari, perbekalan ransum yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan jumlah ABK yang dibawa saat trip pengoperasian, hingga kebutuhan seperti air tawar dan es yang digunakan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Kebutuhan bahan bakar mengambil proporsi terbesar dari setiap jenis kapal. Baik itu penggunaan bahan bakar solar untuk kebutuhan kapal jenis diesel maupun bahan bakar bensin campur bagi kapal jenis kapal motor tempel. Pembagian volume campuran antara bensin dan oli menggunakan perbandingan

4:1. Selain kebutuhan bahan bakar, pelumas merupakan salah satu kebutuhan bagi kapal motor untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak. Penggantian oli biasa dilakukan oleh nelayan pemilik kapal motor di Cilauteureun yaitu dua kali dalam sebulan walau tidak jarang hanya satu kali penggantian oli dalam satu bulan, hal itu tergantung waktu pengoperasian penangkapan dengan menggunakan kapal motor. Rincian penggunaan biaya operasional nelayan berdasarkan armada penangkapan di PPP Cilauteureun dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini: Tabel 17 Biaya operasional total per bulan kapal motor diesel No Jenis biaya Rata-rata Tertinggi Terendah % (Rp) (Rp) (Rp) 1 Bahan bakar solar 3.150.000,00 51.1 3.600.000,00 2.700.000,00 2 Bahan bakar lampu 315.000,00 5.1 360.000,00 225.000,00 3 Perbekalan ABK 1.500.000,00 24.3 2.000.000,00 720.000,00 4 Air tawar 85.000,00 1.4 100.000,00 70.000,00 5 Es balok 1.120.000,00 18.2 1.280.000,00 800.000,00 Biaya pengeluaran total (TC) 6.170.000,00 100 7.340.000,00 4.515.000,00 Pada Tabel 17, menunjukkan komponen biaya yang dibutuhkan bagi seorang nelayan yang menggunakan kapal motor diesel sebagai salah satu unit penangkapan. Umumnya nelayan pemilik kapal motor diesel di Cilauteureun yang menanggung semua biaya operasional penangkapan ikan dalam satu kali tripnya, baik itu kebutuhan bahan bakar, perbekalan ABK, hingga penggunaan es balok ataupun air tawar. Komponen-komponen tersebut meliputi biaya kebutuhan bahan bakar solar sebesar Rp 3.150.000,00 untuk 700 liter, perbekalan ABK sebesar Rp 1.500.000,00 untuk 15-20 orang ABK, penggunaan air tawar untuk memasak ataupun mencuci hasil tangkapan sebesar Rp 85.000,00 untuk 70 balok dimana harga satu balok es ukuran 30-35 kg seharga Rp 16.000,00. Sehinga penggunaan biaya operasional secara keseluruhan rata-rata per trip dengan menggunakan kapal motor diesel adalah Rp 6.170.000,00.

Tabel 18 Biaya operasional total kapal motor tempel 40 PK No Jenis Biaya Rata-rata (Rp) % Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) 1 Bahan bakar bensin 1.425.000,00 52.4 1.710.000,00 1.140.000,00 2 Bahan bakar lampu 45.000,00 1.7 67.500,00 27.000,00 3 Perbekalan ABK 1.000.000,00 36.8 2.000.000,00 500.000,00 4 Es balok 240.000,00 8.8 480.000,00 96.000,00 5 Air tawar 7.500,00 0.3 10.000,00 5.000,00 Biaya pengeluaran total (TC) 2.717.500,00 100 4.267.500,00 1.768.000,00 Komponen biaya operasional untuk kapal motor tempel berbeda dengan kebutuhan kapal motor diesel, yang membedakan selain volume penggunaan komponen, juga waktu trip dalam satu bulan penangkapan yaitu 4-5 trip per bulan untuk kapal motor tempel 40 PK. Secara umum komponen biaya operasional yang dikeluarkan meliputi: bahan bakar untuk kebutuhan mesin menggunakan bensin campur dengan perbandingan antara bensin dan oli sebesar 4:1seharga Rp 5.700,00 perliternya dan untuk satu kali trip kapal motor tempel 40 PK menggunakan 250 liter atau seharga Rp 1.425.000,00. Untuk bahan bakar lampu yang digunakan sebagai penerang saat beroperasi di malam hari menggunakan minyak tanah rata-rata 10 liter atau dalam satu kali trip menggunakan Rp 45.000,00. Perbekalan ABK untuk satu kali trip untuk waktu rata-rata lima hari, umumnya disediakan oleh nelayan pemilik yang juga ikut dalam pengoperasian penangkapan ikan. Biaya yang dibutuhkan untuk perbekalan hingga lima orang ABK sebesar Rp 1.000.000,00 sehingga untuk satu kali trip dengan menggunakan kapal motor tempel berkekuatan 40 PK membutuhkan rata-rata biaya operasi sebesar Rp 2.717.500,00. Tabel 19 Biaya operasional total kapal motor tempel 40 PK (sistem nodong) No Jenis Biaya Rata-rata (Rp) % Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) 1 Bahan bakar bensin 456.000,00 79.4 570.000,00 45.6000,00 2 Bahan bakar lampu 13.500,00 2.3 13.500,00 13.500,00 3 Perbekalan ABK 105.000,00 18.3 120.000,00 90.000,00 Biaya pengeluaran total (TC) 574.500,00 100 673.500,00 589.500,00

Biaya operasional pada Tabel 19 menunjukkan kebutuhan biaya operasional menggunakan kapal motor tempel kekuatan 40 PK namun dengan waktu trip satu kali yaitu dengan menggunakan sistem nodong atau sehari atau semalam sehingga dalam satu bulan dapat melakukan 26 kali trip. Berbeda dengan kapal motor diesel dan kapal motor tempel yang melakukan satu kali trip lebih dari sehari, biaya perbekalan bagi ABK kapal dengan sistem nodong ini menanggung sendiri biaya perbekalannya yang umumnya sebesar Rp 105.000,00 untuk tiga orang nelayan atau Rp 35.000,00 per nelayan. Kebutuhan bahan bakar bensin campur sebesar Rp 456.000,00 untuk 80 liter. Sehingga total biaya operasional rata-rata yang digunakan kapal motor tempel (sistem nodong) per trip sebesar Rp 574.500,00. Tabel 20 Biaya operasional total kapal motor tempel 15 PK No Jenis Biaya Rata-rata Tertinggi Terendah % (Rp) (Rp) (Rp) 1 Bahan bakar bensin 199.500,00 73.1 342.000,00 114.000,00 2 Bahan bakar lampu 13.500,00 4.9 13.500,00 13.500,00 3 Perbekalan ABK 60.000,00 22.0 90.000,00 30.000,00 Biaya pengeluaran total (TC) 273.000,00 100 445.500,00 1.57.500,00 Biaya operasional yang dibutuhkan nelayan dengan menggunakan armada penangkapan ikan jenis kapal motor tempel berkekuatan 15 PK sebesar Rp 273.000,00 untuk setiap kali trip operasi penangkapan, sehingga biaya pengeluaran total satu bulan dengan 26 kali trip sebesar Rp 7.098.000,00 tanpa biaya perawatan kapal yang sering dikeluarkan setiap satu tahun sekali sebesar Rp 300.000,00. Bahan bakar yang digunakan adalah bensin campur dengan ratarata penggunaan sebanyak 35 liter atau membutuhkan biaya Rp 199.500,00 untuk satu kali trip. Perbekalan mengeluarkan biaya total untuk 2-3 orang sebesar Rp 60.000,00. Tabel 21 Biaya operasional total kapal tanpa motor Rata-rata Tertinggi Terendah No Jenis Biaya (Rp) % (Rp) (Rp) 1 Perbekalan ABK 60.000 100 70.000 30.000 Biaya pengeluaran total (TC) 60.000 100 70.000 30.000

Berbeda dengan armada yang menggunakan alat bantu penggerak berupa mesin diesel maupun mesin motor tempel, kapal congkreng sebutan bagi kapal tanpa motor bagi nelayan Cilauteuren lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk satu kali trip operasi penangkapan. Kebutuhan biaya hanya digunakan untuk perbekalan ABK selama operasi per trip penangkapan, yaitu sebesar Rp 60.000,00 untuk 5-6 orang nelayan dan membutuhkan biaya operasional Rp 1.560.000,00 untuk satu bulan atau 26 kali trip penangkapan ikan. Kapal congkreng dengan alat bantu penggerak dayung ini lebih digunakan untuk pengoperasian alat tangkap pukat pantai atau jaring arad, yang pengoperasiannya hanya di sekitar pantai Cilauteureun. 3) Strategi usaha penangkapan di PPP Cilauteureun Pola-pola pekerjaan sebagai nelayan tidak jarang membatasi aktivitasnya kesektor pekerjaan lain sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya (Muyarto et al vide Kusnadi, 2000). Pola strategi adaptasi untuk kelangsungan hidup seperti membatasi aktivitas kesektor pekerjaan lain ataupun berpaling ke sistem penunjang yang lain akan terus berputar sekitar akses sumber daya dan pekerjaan. Dalam perebutan sumber daya ini, kelompokkelompok miskin tidak hanya bersaing dengan pihak yang kaya dan kuat, tetapi juga diantara mereka sendiri (Kusnadi, 2000). Gambar 15 Strategi usaha penangkapan ikan di PPP Cilauteureun

Hal itu pun terjadi dikalangan masyarakat nelayan Cilauteureun, penggunaan biaya operasi yang telah menjadi biaya tetap dalam operasi penangkapan seperti yang terlihat pada sub bab biaya operasional rata-rata (hal. 45-48) serta perolehan hasil tangkapan yang tidak dapat dipastikan tiap tripnya. Menyebabkan nelayan Cilauteureun melakukan diversifikasi (mengombinasikan) pekerjaan dalam hal ini upaya penangkapan ikan untuk merasionalkan perolehan pendapatan. Beberapa pola usaha penangkapan terbentuk di PPP Cilauteureun dari hasil pengkombinasian alat tangkap yang ada di Cilautureun. Usaha penangkapan itu antara lain usaha penangkapan jaring gill net, dimana dalam pola usaha penangkapan tersebut terdiri dari beberapa alat tangkap yang beroperasi di Cilauteureun tetapi alat tangkap gill net merupakan alat tangkap utama dari usaha penangkapan tersebut. Upaya penangkapan kombinasi antar alat tangkap yang dilakukan nelayan Cilauteureun tersebut sesuai dengan pernyataan Kusnadi (2000), bahwa dalam masyarakat nelayan modern diversifikasi pekerjaan adalah hal yang lazim dilakukan. Kegiatan menangkap ikan dilakukan secara bergantian dengan alat tangkap yang lain untuk pengoptimalan penggunaan biaya operasi yang digunakan serta perolehan hasil tangkapan yang tidak passti dari setiap operasi penangkapan. 5.2 Pembahasan Alat tangkap yang digunakan nelayan Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat ada lima jenis yaitu gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan pancing. Kelima jenis alat tangkap tersebut terbagi menjadi dua kategori menurut nelayan Cilauteureun yaitu kategori kelompok alat tangkap jaring dan kelompok alat tangkap pancing. Kategori alat tangkap jaring meliputi jenis gill net, mini purse seine, pukat pantai (jaring arad), dan jaring sirang yang juga termasuk dalam coral reef gill net. Alat tangkap kelompok pancing yang digunakan nelayan di PPP Cilauteureun yaitu pancing tonda (troll line) dan pancing rawai tegak lurus (vertical long line). Pada umumnya karakteristik alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Cilauteureun cenderung sama dari setiap jenis alat tangkap yang ada di PPP Cilauteureun, yang membedakan hanyalah jumlah kepemilikkan nelayan

terhadap dari beberapa jenis alat tangkap. Nelayan biasanya mempunyai lebih dari dua alat penangkap ikan yang digunakan secara kombinasi antar penggunaan jenis alat tangkap (Tabel 13). Kombinasi pertama meliputi kepemilikkan nelayan atas empat jenis alat tangkap yaitu gill net, mini purse seine, sirang dan pancing. Kombinasi kedua adalah kepemilikan nelayan atas tiga jenis alat tangkap kombinasi antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang dan jenis pancing. Kombinasi kepemilikan nelayan atas jenis alat tangkap yang terakhir adalah nelayan dengan jumlah dua jenis alat tangkap, yang dikombinasikan penggunaannya antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang dan jenis pancing. Kombinasi alat penangkap ikan ini tergantung pada modal kepemilikan nelayan untuk membeli beberapa alat tangkap tersebut. Pengoperasian alat tangkap di PPP Cilauteureun berdasarkan hasil pengamatan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pola pengoperasian alat tangkap tunggal dan pola pengoperasian alat tangkap kombinasi. Pola pengoperasian alat tangkap tunggal dapat dikelompokkan lagi berdasarkan musim penangkapan menjadi non insidental dan insidental. Pola pengoperasian alat tangkap ketegori tunggal non insidental adalah pola pengoperasian yang dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut teratur digunakan sehari-hari dan tidak terpengaruh musim penangkapan. Jenis alat tangkap yang termasuk pola pengoperasian tunggal non insidental adalah pukat pantai, jaring sirang dan pancing. Hal itu karena alat tangkap jaring sirang dan pancing lebih mudah dalam penggunaannya selain ukuran yang kecil dibandingkan alat tangkap jenis gill net, mini purse seine dan pukat pantai, sehingga nelayan Cilauteureun lebih memilih untuk mengoperasikan kedua alat tangkap ini sehari-hari tanpa terpengaruhi musim puncak atau musim terdapat banyak ikan. Alat tangkap pukat pantai termasuk dalam pola pengoperasian tunggal non insidental, karena pengoperasiannya hanya sekitar pantai Cilauteureun yang hingga saat ini cenderung terjadi penurunan hasil tangkapannya. Kategori pola pengoperasian tunggal insidental yaitu dalam satu kali trip pengoperasian API tersebut digunakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan. Kategori alat tangkap di PPP Cilauteureun yang termasuk dalam pola ini adalah kelompok alat tangkap jaring gill net dan mini purse seine.

Hal ini dipengaruhi oleh metode pengoperasian dari kedua alat tangkap tersebut yang termasuk rumit dan membutuhkan sumberdaya nelayan yang cukup banyak serta biaya operasi yang besar, walaupun produktivitas hasil tangkapan (Gambar 14) dari kedua usaha penangkapan gill net dan mini purse seine yang ada di PPP Cilauteureun termasuk tinggi. Pola pengoperasian tunggal insidental ini juga terlihat pada Tabel 14, dimana penggunaan alat tangkap gill net dan mini purse seine adalah mayor atau penggunaan API yang lebih dari 20 hari. Penggunaan kedua alat tangkap mayor tersebut terdapat pada bulan Juni, Juli, dan Agustus yang merupakan musim puncak atau musim terdapat banyak ikan di perairan Cilauteureun, sedangkan pada bulan-bulan lainnya selain musim puncak, gill net dan mini purse seine tidak digunakan sama sekali atau digunakan secara kombinasi dengan alat tangkap yang ada di Cilauteureun. Sedangkan pola jenis pengoperasian kedua adalah pola pengoperasian kombinasi maksudnya dalam satu kali trip pengoperasian, alat penangkap tersebut digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Jenis alat tangkap yang termasuk dalam pola kombinasi adalah gill net, mini purse seine, sirang, dan pancing. Penggunaan pola kombinasi ini tergantung dari kepemilikan modal nelayan atas jenis maupun jumlah alat tangkap. Pola kombinasi saat satu kali trip dapat terjadi ketika nelayan membawa dua alat tangkap atau lebih pada saat yang sama menuju laut. Sebagai contoh, ketika nelayan dengan dua alat tangkap yaitu mini purse seine dan pancing melakukan operasi penangkapan dengan satu kali trip. Ketika sampai daerah penangkapan ikan mini purse seine pun dioperasikan, tetapi karena hasil tangkapannya sedikit, maka nelayan akan segera mengoperasikan pancing untuk mendapatkan hasil tangkapan tambahan. Alat tangkap gill net, mini purse seine dan pukat pantai di PPP Cilauteureun termasuk jenis alat tangkap utama, artinya dalam usaha penangkapan yang dilakukan nelayan Cilauteureun alat tangkap tersebut lebih diutamakan penggunaannya saat musim puncak atau musim banyak terdapat ikan serta jaring sirang yang digunakan untuk menangkap lobster. Penggunaan alat tangkap ini dulunya, menjadi andalan disetiap operasi penangkapan ikan oleh nelayan

Cilauteureun. Seiring berjalannya waktu, ditambah harga kebutuhan operasi yang terus mengalami perubahan yang fluktuatif sejak tahun 1998 menyebabkan nelayan Cilauteureun menentukan strategi adaptasi dengan cara menempuh opsiopsi rasional dan efektif dari sumberdaya yang tersedia (Apriyanto, 2008). Apabila nelayan tetap menggunakan alat tangkap utama ini dalam setiap kegiatan operasi penangkapan, maka kerugian yang harus ditanggung akan lebih besar. Hal ini terkait dengan pola dan metode pengoperasian dari alat tangkap utama, seperti kebutuhan biaya operasi yang tidak sebanding apabila hasil tangkapan minim atau tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali. Sedangkan alat tangkap jenis lain yang juga dimiliki oleh nelayan di PPP Cilauteureun yaitu pancing, penggunaannya secara sekunder yaitu setelah alat tangkap utama seperti gill net dan mini purse seine sudah tidak lagi digunakan atau pada saat alat tangkap utama sedikit hingga tidak mendapatkan hasil tangkapan. Alat tangkap jenis pancing oleh nelayan Cilauteureun hanya digunakan sebagai alat tangkap selingan untuk menambah perolehan hasil tangkapan. Tetapi setelah nelayan menyadari kondisi usaha penangkapan yang sebelumnya tidak membantu penutupi biaya operasi penangkapan serta pendapatan mereka dari hasil tangkapan ikan, maka bentuk adaptasi nelayan yang dilakukan nelayan Cilauteureun antara lain berupaya untuk merasionalkan biaya pengeluaran usaha dengan cara mengkombinasikan penggunaan alat tangkap yang ada di PPP Cilauteureun berdasarkan pola operasinya. Sesuai pula seperti apa yang dikatakan Mulyadi (2007), bahwa tingginya resiko yang dihadapi setiap saat menyebabkan masyarakat nelayan lebih mengutamakan pemerataan resiko. Hal itu juga dipengaruhi karena sektor usaha yang penuh dengan spekulatif, pendapatan yang tidak menentu, dan penuh resiko seperti penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Maka umumnya yang terjadi adalah adaptasi terhadap ekosistem lingkungan fisik laut dan lingkungan sosial (Nadjib, 2000). Penggunaan alat tangkap yang dikombinasikan dan keahlian nelayan Cilauteureun dalam menggunakan beberapa alat penangkap ikan ini merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan pendapatan nelayan di luar kebutuhan untuk biaya operasi penangkapan sehari-hari. Hal ini pula yang dijelaskan dalam pernyataan Kusnadi (2000), melakukan diversifikasi (pengombinasian) pekerjaan

dalam hal ini upaya penangkapan ikan merupakan strategi adaptasi yang dapat dilakukan oleh nelayan untuk menghadapi ketidakpastian pendapatan dari hasil tangkapan. Ketidakpastian perolehan hasil tangkapan pun telah terlihat sejak beberapa tahun belakangan ini khususnya di perairan Cilauteureun (Gambar 1), dimana perkembangan produksi hasil tangkapan di perairan Cilauteureun terus mengalami fluktuasi hingga tahun 2008. Beberapa faktor penyebab fluktuasi hasil tangkapan ini antara lain penggunaan rumpon oleh pihak swasta di beberapa tempat di perairan Samudera Hindia yang bebatasan langsung dengan perairan Cilauteureun. Hal ini menyebabkan jalur ruaya ikan di perairan Cilauteureuun menjadi terganggu karena ikan-ikan yang menjadi sasaran tangkap oleh nelayan Cilauteureun berkumpul di rumpon (Disnakkanla Cikelet, 2008). Penurunan produksi hasil tangkapan secara tidak langsung mempengaruhi biaya operasional penangkapan. Produksi hasil tangkapan nelayan yang menurun maka pendapatan nelayan pun menurun, hal ini terkait pengembalian modal untuk upaya penangkapan keesokan harinya. Kedua hal antara produksi hasil tangkapan yang fluktuatif dan penggunaan biaya operasi yang tetap oleh nelayan Cilauteureun, maka nelayan perlu melakukan adaptasi sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan kesempatan hidup (Nadjib, 2000). Pola usaha nelayan Cilauteureun dalam menambah jumlah pendapatan atau perolehan hasil tangkapan dilakukan dengan cara pengkombinasian antara kelima jenis alat tangkap sebagai cara adaptasi nelayan di Cilauteureun. Namun pengkombinasian alat penangkap ikan itu tergantung pada modal kepemilikan nelayan untuk membeli beberapa alat tangkap. Pemilik dengan modal besar dapat memiliki keseluruhan jenis alat tangkap yang dapat beroperasi di PPP Cilauteureun, sehingga perolehan pendapatan akan hasil tangkapan pun akan meningkat dan tertutupi karena dapat terus melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang tepat pada saat yang tepat.