BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, persoalan gaya hdup menjadi sesuatu yang amat diperhatikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media,

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

]BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai dan kebanggaan tersediri. Mereka tidak segan-segan merubah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB V PENUTUP. aktifitas presentasi diri Seleb Instagram Hijabers, bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Selain menggunakan media

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

KONSEP PERANCANGAN. 1. Ide Desain Ide dari desain mebel yang akan dibuat berangkat dari keinginan desainer untuk memberikan makna terhadap sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB 3: TINJAUAN TEMA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Modul ke: TEORI KOMUNIKASI. Budaya Populer dan Media Massa. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SULHARDI. Program Studi Penyiaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan laba. Dengan bersaing, pedistribusian yang cepat dan tepat waktu

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas pada produk dagang seperti t-shirt. T-shirt sebagai salah

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di zaman modern, inovasi menjadi bagian penting dari kegiatan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari konstruksi media. Dengan kata lain, media sebagaimana ditunjukkan oleh Majalah Dewi Online, menjadi aktor yang turut berpartisipasi dalam konstruksi gaya hidup masyarakat melalui kontenkonten yang diunggahnya. Majalah Dewi Online mengkonsepkan gaya hidup hingga akhirnya memberikan referensi-referensi dalam bergaya dan berperilaku sesuai dengan standar-standar perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan fashion dan gaya hidup pula. Berdasarkan pengamatan dan analisis terhadap unggahan konten-konten Majalah Dewi Online, terdapat tiga kesimpulan terkait dengan kajian konstruksi media atas gaya hidup. Pertama terkait dengan satu temuan yang menarik dari peran dan posisi Majalah Dewi Online sebagai salah satu pabrik pengkonstruksi informasi gaya hidup. Majalah Dewi Online sebagai salah satu media massa memiliki budaya dan identitas nya sendiri yang tersirat dalam setiap konten yang diunggahnya. Budaya dan identitas tersebutlah yang menjadi landasan dalam setiap konten yang diunggah dalam situsnya. Berdasarkan pada unggahan-unggahan artikel dalam situsnya, terlihat bahwa Majalah Dewi Online memiliki bahasa tersendiri dalam penyampaian 159

informasi terkait dengan fashion dan gaya hidup. Gaya bahasa yang simple, lugas dan sederhana menjadi salah satu ciri khas dari unggahan Majalah Dewi Online. Selain itu Majalah Dewi Online juga memiliki suatu habitus yang tanpa disadari juga tersirat dalam unggahan-unggahannya. Biasanya habitus tersebut cenderung merujuk pada persoalan teknis pengunggahan berita dalam situs. Mengingat distribusi informasi perkembangan fashion dan gaya hidup dalam Majalah Dewi Online telah terorganisir rapi. Pernyataan tersebut dapat ditinjau melalui kanal dan sub kanal yang terdapat di situs www.dewimagazines.com. Kanal-kanal tersebut digunakan untuk mengorganisir berita dan artikel unggahan redaksi Majalah Dewi Online sesuai dengan fokus-fokusnya (seperti fashion, kesehatan, makanan, dll). Jika dicermati dengan seksama, Majalah Dewi Online juga memiliki struktur organisasi yang jelas, sehingga semua unggahan redaksi Majalah Dewi Online dapat teratur dengan baik. Selain itu identitas yang dimiliki oleh Majalah Dewi Online sebagai salah satu majalah fashion dan gaya hidup premium di Indonesia juga menjadi satu prinsip yang terus dijadikan landasan dalam setiap pemilihan atau seleksi berita yang akan diunggah. Pada konteks ini gaya hidup premium masyarakat Indonesia merujuk pada jenis, harga dan kualitas yang tinggi atas masing-masing produk fashion yang kemudian dipadupadankan dalam sebuah tampilan gaya. Dengan demikian, premium erat kaitannya dengan harga yang mahal, eksklusivitas dan elitisme yang tergambar dalam produk-produk fashion yang dikenakan oleh masyarakat Indonesia. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa redaksi Majalah Dewi Online memiliki perhatian yang cukup besar untuk menjaga 160

kuantitas dan kualitas berita yang diunggahnya untuk tetap sesuai dengan identitas yang dimilikinya. Identitas tersebut mewujud dalam kualitas konten-konten Majalah Dewi Online itu sendiri, mulai dari kualitas produk-produk fashionnya hingga aktor dan kontributor yang berperan dalam Majalah Dewi Online itu sendiri. Identitas Majalah Dewi Online sebagai salah satu majalah fashion dan gaya hidup premium di Indonesia tersirat melalui unggahan konten Majalah Dewi Online yang berkualitas. Mengingat tanpa disadari oleh publik, Majalah Dewi Online melakukan proses seleksi atas berbagai konten yang diunggahnya dengan standar redaksi Majalah Dewi Online. Unggahan-unggahan konten Majalah Dewi tetap sesuai dengan standar nilai, identitas dan eksklusivitas Dewi sebagai majalah fashion dan gaya hidup premium Indonesia. Dengan demikian dapat dilihat bahwa Majalah Dewi Online memiliki ciri khas dalam mendesiminasikan informasi-informasi perkembangan fashion, mengingat redaksi Majalah Dewi Online selalu melakukan seleksi atas konten yang diunggahnya. Dengan kata lain, informasi-informasi perkembangan fashion yang sesuai dengan identitasnya akan menjadi bahan untuk unggahan-unggahan situs www.dewimagazines.com dan begitu juga sebaliknya. Simpulan kedua dalam kajian ini terkait dengan proses konstruksi gaya hidup oleh Majalah Dewi itu sendiri. Tentu saja proses konstruksi tersebut berdasar pada unggahan-unggahan konten dalam Majalah Dewi Online khususnya merujuk pada dua kanal utama dalam kajian ini (Fashion dan Beauty & Health). Pada konteks ini, Majalah Dewi Online berupaya untuk mengkonstruksi gaya sebagai unsur pembeda. Dengan kata lain, gaya hidup yang dirujuk oleh Majalah 161

Dewi Online merupakan suatu indikator yang difungsikan untuk membedakan diri dengan yang lain. Selain itu gaya hidup juga menjadi satu indikator yang digunakan untuk menandai adanya proses transformasi dari masa berbeda, berbeda masa berarti berbeda gaya. Konsep Majalah Dewi Online atas gaya hidup sebagai suatu unsur pembeda tersirat dalam unggahan konten Majalah Dewi Online yang menawarkan berbagai alternatif referensi gaya. Jika ditilik kembali, unggahan konten-konten dalam Majalah Dewi Online yang bervariasi terkesan unik, beda, ekspresif dan tetap terlihat glamour dengan eksklusivitas yang selalu ditonjolkan Majalah Dewi Online melalui produk-produk fashion tertentu. Artikel unggahan Majalah Dewi Online yang selalu menyesuaikan dengan perkembangan fashion dan gaya hidup dari ranah nasional (gaya busana yang dikembangkan oleh desaigner Indonesia dan populer dalam keseharian masyarakat Indonesia) maupun internasional (gaya busana yang bersumber dari desaigner internasional dan dipopulerkan oleh selebriti internasional) tersebut masih memberikan respon atas klass, gender, usia, profesi, dll. Selain itu pada kesempatan yang lain Majalah Dewi Online juga menjadikan nilai budaya atau adat istiadat sebagai ide dasar dalam pemilihan gaya sebelum pada akhirnya terdistribusi ke publik. Oleh karena itu, unggahan konten Majalah Dewi Online sebagai salah satu majalah fashion dan gaya hidup premium di Indonesia tetap memperhatikan, merespon dan tanpa tersadari mengadopsi berbagai aspek yang berpengaruh dalam pemilihan gaya individu tersebut. Fenomena tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kebebasan dalam bergaya dan berbusana, melalui berbagai pilihan alternatif yang diberikan media terhadap publik 162

(konsumen pelanggan Majalah Dewi Online). Tujuan utamanya yakni agar publik dapat memilih referensi gaya hidup dan gaya berbusana yang sesuai dengan pribadinya. Pemilihan dan penggunaan gaya pada dasarnya tidak hanya sekedar respon yang dilakukan individu untuk survival dalam kehidupan bermasyarakat, melainkan juga menjadi representasi atas konteks sosial, budaya dan latar belakang ekonomi yang melekat dalam setiap kehidupan manusia. Simpulan ketiga terkait dengan konstruksi media atas gaya hidup nampak bahwa media telah melakukan manipulasi-manipulasi simbolis atas nilai dan etika dalam bergaya maupun berbusana. Manipulasi-manipulasi tersebut terwujud dalam tampilan berbusana yang tidak memperdulikan aspek moralitas. Estetis menjadi satu unsur rujukan dari manipulasi-manipulasi yang dilakukan media dalam mengkonstruksi gaya hidup. Pada konteks ini, nampak bahwa media menjadi aktor utama dalam berbagai perkembangan fashion dan konstruksi gaya hidup. Mengingat gaya hidup dan gaya berbusana menjadi sebuah wujud atas konsep ide kreatifitas para kreator fashion dan media sebagai aktor pengemas dan pendistribusi informasi perkembangan fashion tersebut. Bentuk manipulasimanipulasi simbolis terkait dengan gaya hidup dan gaya berbusana menjadi suatu pertanda bahwa media menjadi ruang bebas (free area), bebas nilai dan tanpa batas khususnya untuk berkreasi. Gaya hidup dan gaya berbusana yang melekat dalam diri individu tidak hanya menyangkut soal penampilan luar dari diri individu itu sendiri. Namun, gaya hidup dan gaya berbusana justru sarat akan simbol dan makna atas jati dirinya. Kajian ini menunjukkan bahwa gaya hidup pada dasarnya merupakan satu 163

respon atas posisi individu sebagai entitas biologis yang memiliki hasrat (kebutuhan, keinginan, selera) dan posisi individu sebagai bagian dari konteks sosio-kultural. Temuan tersebut pada dasarnya membenarkan pernyataan Chaney (2011) bahwa gaya hidup mendefinisikan sikap, nilai dan menunjukkan kekayaan serta posisi sosial dalam konteks masyarakat modern. Jika ditilik lebih dalam, pakaian tidak hanya merupakan suatu benda material biasa namun pakaian menjadi satu unsur krusial dalam proses konsrtruksi gaya hidup. Mengingat berdasarkan pada beberapa temuan terkait kajian ini, pakaian merupakan suatu cerminan atau gambaran atas apa yang ada di lingkungan sekitar individu. Temuan tersebut sejalan dengan Baudrillard (1983) bahwa pakaian merupakan alat yang paling penting dan krusial. Hal tersebut dikarenakan pakaian mengandung aspek etika dan estetika. Oleh karena itu pakaian menjadi unsur utama dalam upaya kontruksi gaya hidup. Dalam konteks dunia yang penuh dengan berbagai kemudahan akibat teknologi dan perangkat yang lainnya, individu berlomba-lomba mengejar gengsi dan harga diri untuk menonjolkan dirinya. Gaya hidup dan gaya berbusana lantas menjadi wadah alternatif yang tepat bagi individu untuk menampilkan jati dirinya, merepresentasikan latar belakang status sosial dan budayanya kepada publik. Pada akhirnya identitas menjadi sebuah hidden object dari sebuah upaya konstruksi gaya hidup dan gaya berbusana. Konstruksi gaya hidup lantas menjadi isu penting dalam kelangsungan hidup individu. Seperti konstruksi gaya hidup dalam kajian ini yang menunjukkan bahwa media menjadi salah satu aktor dalam proses konstruksi tersebut. Peran dan fungsi media dalam mendistribusikan informasi 164

perkembangan gaya hidup pada akhirnya menjadi pusat referensi dalam bergaya dan berbusana. Berbagai alternatif pilihan gaya hidup dan berbusana ditawarkan oleh media secara bebas, baik bebas secara teknis distribusinya maupun bebas secara tampilan padu padan gayanya. Dengan demikian, gaya hidup yang merupakan suatu pilihan bebas bagi individu yang menjadi bagian dari masyarakat. Temuan tersebut sejalan dengan pandangan postmodernisme yang menekankan konsep pluralisme, heterodoks, eklestisme, keacakan, deformasi, dekreasi, dekonstruksi, perbedaan, diskontinuitas dekomposisi, de-definisi, delegitimasi (Bertens, 1995). Fenomena baru yang muncul dalam kajian media dan gaya hidup menunjukkan bahwa media telah memanipulasi simbol dan nilai, sehingga yang nampak yakni tampilan gaya estetis. Peran dan fungsi utama media sebagai pendistribusi informasi secara intensif telah memunculkan suatu fungsi turunan, bahwa media kemudian tidak hanya bersifat menginformasikan tetapi juga bersifat membentuk (Ibrahim dan Akhmad, 2014). Pernyataan tersebut sejalan dengan kajian dalam thesis ini, ketika media menjadi salah satu aktor pembentuk gaya hidup melalui distribusi informasi perkembangan gaya hidup dan gaya berbusana. Karakter gaya hidup yang dinamis semakin kentara dengan referensi gaya yang dikonstruksikan oleh media. Pada konteks ini, media memiliki perspektif, prinsip, ideologi, dan berbagai nilai dibelakangnya. Dengan demikian gaya hidup yang terkonstruksi oleh media tidak bisa terlepas dari berbagai detail media itu sendiri. 165