BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Kecerdasan Naturalis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

lingkungannya secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

BAB I PENDAHULUAN. dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses

BAB IV ANALISIS UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURAL MELALUI METODE KARYAWISATA DI RA MUSLIMAT NU MASYITHOH 14 DUWET PEKALONGAN SELATAN

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

PEMBELAJARAN TEMATIK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI GURU & KEPALA TK Kec.

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Sutiawan, 2013

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : DINA NURHAYATI A

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

PROFIL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS TEORI KECERDASAN NATURALIS DI KELAS 1 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

Oleh: DWI HARYATI K

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan sosok yang berperan penting dalam pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Redesain

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK MELALUI METODE KARYA WISATA PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI SEKARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

KONSEP, HAKIKAT BELAJAR, DAN PEMBELAJARAN IPA. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK GPID 2 PALU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kecerdasan Naturalis a. Pengertian Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis adalah keahlian mengenali dan mengatagorikan spesies yaitu flora dan fauna di lingkungan sekitar, mengenali keberadaan spesies, memetakan hubungan antar spesies. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya(misalnya:formasi awan dan gunung-gunung), dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset cd, dan lain-lain menurut Gardner ( dalam Yuliani, 2011: 194). Kecerdasan naturalis juga dapat diartikan kemampuan merasakan bentuk-bentuk serta menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam Kecerdasan Naturalis memiliki ciri antara lain: 1). suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, 2). sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, 3). suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, 4). menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, 5). Suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, 6). Berprestasi dalam 7

8 mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup. Salah satunya adalah kecerdasan naturalis atau kecerdasan alam. Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap tumbuhan, hewan dan lingkungan alam sekitarnya. Individu yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi akan mempunyai minat dan kecintaan yang tinggi terhadap tumbuhan, binatang alam semesta. Ia tidak akan sembarangan menebang pohon. Ia tidak akan sembarangan membunuh dan menyiksa binatang. Dan ia juga akan cenderung menjaga lingkungan di mana ia berada. Ia akan menyayangi tumbuhan, binatang dan lingkungan sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri. Inilah kecerdasan naturalis yang tinggi. Orang yang berperan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis adalah guru dan kedua orang tua. Jika pada usia 0-6tahun mereka juga telah dimasukkan ke PAUD, maka keluarga dan PAUD-lah yang mempunyai peranan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis. Untuk itu, setiap orang tua dan guru PAUD harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nilai-nilai naturalis agar mereka dapat memberi pengetahuan teori dan contoh nyata kepada anak anak tersebut. Amat penting artinya untuk memasukkan ke dalam kurikulum PAUD nilainilai naturalis, sehingga sejak dini anak-anak sudah mendapat pengetahuan tentang lingkungan dan bagaimana melestarikan lingkungan. Praktek dan contoh nyata amat penting bagi anak-anak usia dini ini. Apa yang dapat diajarkan dan dicontohkan oleh keluarga

9 (orang tua) dan guru PAUD? Mereka dapat memberi pelajaran dan praktek memelihara tanaman (menanam, menyiram, menyiangi, memupuk dll.), memelihara dan menyayangi binatang, membersihkan lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya, membiasakan mereka untuk tidak mencabut tumbuhan secara serampangan dll. Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak dini ini akan berurat akar, sehingga akan secara konsisten mempraktekkan nilai-nilai naturalis. b. Penelusuran Kecerdasan Naturalis Penelusuran kecerdasan naturalis dapat diketahui melalui: 1) Kepekaan terhadap lingkungan Menurut Sprinthil (dalam Simanjuntak, 2012) kecerdasan naturalis adalah kemampuan beradaptasi dengan stuasi baru, belajar kesalahan di masa lampau, dan mengkreasikan pola pikiran baru. 2) Kemampuan mengklasifikasikan flora dan fauna Rose C (dalam Simanjuntak, 2012) mengemukakan bahwa seseorang yang mempunyai kecerdasan naturalis tinggi adalah seseorang yang senang memelihara binatang, dapat mengenali dan menamai banyak jenis tanaman, mempunyai minat dan pengetahuan yang baik tentang bagaimana tubuh bekerja, dapat mebaca tanda-tanda cuaca, mempunyai minat pada isu-isu lingkungan global, dan berpandangan bahwa pelestarian sumber

10 daya alam dan pertumbuhan yang berkelanjutan merupakan keharusan. c. Strategi Pembelajaran Kecerdasan Naturalis Strategi pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan naturalis menurut Yuliani Nurani (2012: 194) adalah: 1) Jalan-jalan di alam terbuka dan lakukan diskusi dengan anak mengenai apa yang ada di alam sekitar 2) Melihat ke luar jendela. 3) Gunakan tanaman sebagai metamorfora naturalistik untuk ilusterasi konsep setiap pembelajaran. 4) Membawa hewan peliharaan ke kelas, anak diberi tugas mengamati perilaku hewan tersebut. 5) Ekostudi yaitu ekologi yang diintegrasikan ke dalam setiap bagian pembelajaran di sekolah, kesimpulan penting bahwa agar anak memilki sikap hormat pada alam sekitar. Contoh: saat anak belajar berhitung ajaklah anak untuk menghitung spesies hewan yang terancam punah, tentu saja memakai media gambar. d. Indikator Kecerdasasan Naturalis Indikator kemampuan kecerdasan naturalis dalam kurikulum 2004 adalah sebagai berikut: 1). Kompentensi Dasar

11 Anak mampu melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan dan dapat hidup bersih dan mulai belajar membedakan benar salah, terbiasa berperilaku terpuji. 2). Hasil Belajar Mengenal dan menyayangi ciptaan Tuhan. 3). Indikator a). Membedakan ciptaan-ciptaan Tuhan. b). Menyayangi binatang. c). Mengamati tanaman. d). Mengamati bagian-bagian tanaman. e). Menyukai tanaman. f). Mempunyai sahabat. 2. Metode Pembelajaan Outing Class a. Pengertian Metode Pembelajaran Outing Class Pembelajaran outing class adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruangan atau kelas yang bertujuan membekali ketrampilan anak didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Lenterahati, 2012). Pembelajaran ini dapat dilakukan di halaman sekolah atau di tempat terbuka. Pembelajaran outing class dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

12 1) Mengajak anak untuk melakukan kegiatan di luar, misalnya: merawat tanaman di halaman sekolah, mengamati benda-benda yang ada di sekitar sekolah, bercerita di taman sekolah. 2) Mengajak anak jalan-jalan dan memberi tugas pada anak untuk mengamati apa yang dilihatnya. 3) Mengadakan outbond di alam terbuka. 4) Mengajak anak ke kebun binatang. Melalui kunjungan lapangan atau karya wisata anak dapat lebih mengenal realita kehidupan masyarakat, mampu mengamati, meneliti dan mempelajari suatu obyek di luar sekolah (Simanjuntak, 2012). Kunjungan lapangan atau karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki suatu peternakan, perkebunan, lingkungan alami dan sebagainya (Simanjuntak, 2012). Outing class merupakan media pengajaran yang sangat menantang dan menyenangkan bagi anak, karena media ini mampu merangsang minat dan keinginan anak untuk belajar dan meningkatkan potensi diri serta media ini menarik untuk diikuti semua anak didik. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Dina Indriana, 2011) medaia outing class mencakup beberapa karakteristik seperti

13 ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan perilaku, dan ketrampilan motorik. Selain itu, menurut Dina Indriana (2011) media outing class sangat penting untuk mengembangkan tiga komponen pendidikan anak yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sebab ketiga aspek ini digunakan secara integral dan berkesinambungan dalam media outing class. Tidak salah kiranya jika kita masukkan media outing class dalam pembelajaran untuk mengantarkan anak didik menuju potensi dirinya yang maksimal karena media ini menyenangkan dalam berbagai bentuk permainan dan simulasi yang menantang. Unsur yang ditawarkan dalam media outing class adalah belajar sambil bermain dengan cara yang sangat menyenangkan. Belajar melalui proses mengalami sendiri dan berinteraksi intens sambil bermain dengan teman-temannya yang dilakukan di alam terbuka, hal ini tentu menjadi pengalaman yang penuh makna dan sulit untuk dilupakan. Outing class selalu melahirkan pengalaman baru yang akan membentuk perkembangan anak didik dan dikemudian hari akan membentuk karakter yang menyenangkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

14 b. Tujuan Pembelajaran Outing Class Menurut Dina Indriana, (2011) tujuan diadakannya pembelajaran outing class adalah: 1) Media ini dapat mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan anak didik. 2) Anak didik yang mengikuti kegiatan outing class dapat mengeluarkan segala ekpresi dan potensi dirinya dengan caranya sendiri namun tetap dalam aturan permainan. 3) Pembelajaran outing class akan menjadikan anak didik dapat menghargai dan menghormati dirinya sendiri dan orang lain. Akhirnya anak didik dapat menghargai sebuah perbedaan, dengan demikian anak didik akan mempunyai kepribadian yang baik sehingga dapat belajar menghormati kehidupan. 4) Dengan outing class anak akan mampu belajar dengan menyenangkan sehingga anak didik akan terus termotivasi dan bersemangat untuk melakukan segala kegiatan. Kemudian, anak akan terus menggali segala potensi dirinya untuk bisa menyelesaikan bentuk permaian dalam rangkaian kegiatan pembelajaran outing class. 5) Outing class akan memupuk jiwa kemandirian anak untuk melakukan segala rangkaian kegiatan dengan mengeluarkan segala potensi dirinya, sehingga mampu menyelesaikan kegiatan dengan hasil yang maksimal.

15 6) Dengan pembelajaran outing class, akan menumbuhkan sikap empati dan sensitif terhadap perasaan orang lain, karena kegiatan ini dilakukan secara kelompok. 7) Outing class juga mengajarkan anak didik untuk dapat berkounikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. 8) Dalam outing class, anak didik mampu mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif. Hal ini dikarenakan anak didik menerapkan cara belajar efektif dan kreatif secara langsung. Dengan demikian nantinya anak didik akan mampu bersikap efektif dan efisien serta kreatif dalam kehidupan. 9) Outing class juga menjadi sarana yang tepat untuk membangun karakter atau keribadian anak yang baik. 10) Dengan pembelajaran outing class, anak didik bisa memahami berbagai nilai positif melalui berbagai contoh nyata dalam kegiatan yang dilaksanakan. c. Manfaat Pembelajaran Outing Class Manfaat dari pembelajaran outing class menurut Lenterahati (2011) adalah sebagai berikut: 1) Menambah pengetahuan anak tentang alam sekitar. 2) Menambah kecintaan anak terhadap alam sekitar. 3) Mengurangi kejenuhan anak dalam belajar. 4) Anak mudah menerima informasi. 5) Menambah kepedulian anak tentang alam sekitar.

16 6) Meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita. 7) Merangsang kreativitas anak. 8) Menambah pengetahuan guru dalam merencanakan strategi pembelajaran. B. Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rizki Nadiayu yang berjudul Penerapan Metode Karya Wisata Berbasis Lingkungan Alam Sekitar untuk Megembangkan Kecerdasan Naturalis Anak Kelompok A di Tarbiyatul Athfal Ar-Ridlo Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode karya wisata berbasis lingkungan alam sekitar dilaksanakan dengan baik, (2) kecerdasan naturalis anak mengalami perkembangan dengan peningkatan persentase rata-rata siklus I sebesar 57,167% dengan kategori cukup baik dan pada siklus II sebesar 72,33% dengan kategori baik. Artinya dari setiap siklus kecerdasan naturalis mengalami perkembangan sebesar 15,163%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode karya wisata berbasis lingkungan alam sekitar dapat mengembangkan kecerdasan naturalis anak. Elen MG Simanjutak dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Mengembangkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Prpoyek Di TK Hosanna Desa Peria-ria Kec. Sibiru-biru T.A 2012/2013 menunjukan bahwa: (1) pada siklus I tidak seorangpun anak yang tergolong baik sekali, 50% yang tergolong baik, 35% yang tergolong cukup, 15% yang tergolong kurang. (2) pada siklus II 35% anak tergolong baik

17 sekali, 60% tergolong baik, 5% tergolong cukup, tidak satupun anak yang tergolong kurang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode proyek dapat mengembangkan kecerdasan naturalis anak usia dini. Persamaan dari kedua peneliti tersebut bahwa keduanya sama-sama mengembangkan kecerdasan naturalis, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan metode. Peneliti dalam penelitian ini mengambil judul Pengembangan Kemampuan Kecerdasan Naturalis Melalui Metode Pembelajaran Outing Class, diharapkan dengan metode ini dapat mengembangkan kacerdasan naturalis anak. C. Kerangka Pemikiran Pada kondisi awal anak kelompok B1 di TK MTA 1 Kebakkramat mempunyai kemampuan kecerdasan naturalis yang rendah, terbukti dari 15 anak hanya 3 anak yang mempunyai kemampuan kecerdasan naturalis yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan guru masih kurang memvariasi metode pembelajaran. Maka peneliti mengembangkan kemampuan kecerdasan naturalis melalui metode pembelajaran outing class. Melalui metode pembelajaran outing class dimugkinkan dapat mengembangkan kemampuan kecerdasan naturalis.

18 Kerangka berpikir dalam pelaksanan tindakan kelas ini dapat disajikan sebagai berikut: Kondisi awal Guru belum menggunakan metode pembelajaran outing class Kemampuan kecerdasan naturalis masih rendah Tindakan Dalam pembelajaran guru telah menggunakan metode pembelajaran outingclass Siklus I Siklus II Kondisi akhir Diduga melalui metode pembelajaran outing class dapat mengembangkan kecerdasan naturalis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan mengenai kuantitas yang ada disatu atau lebih populasi (Budiyono, 2004: 141). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010: 96).

19 Berdasarkan pengertian di atas dapat diperoleh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Dengan menggunakan metode pembelajaran outing class dapat mengembangkan kecerdasan naturalis anak kelompok B 1 TK MTA I Kebakkramat tahun 2012/2013.