BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup minimum (Mudrajad Kuncoro, 1997). Kemiskinan identik dengan negara berkembang, contohnya Indonesia

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs

KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Katalog BPS :

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembangunan dan kemiskinan (United Nations Millenium Declaration (2000) seperti dikutip dalam Todaro dan Smith 2011: 250) berbunyi: Kita tidak akan menghindar dari upaya untuk membebaskan saudara-saudara kita laki-laki, perempuan, dan anak-anak dari kondisi papa dan tidak manusiawi akibat kemiskinan eksterm Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan merupakan masalah inti dari semua masalah pembangunan sekaligus menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan (Todaro dan Smith 2011: 251). Upaya dan komitmen untuk mengakhiri kemiskinan global terlihat dari kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyetujui salah satu dari delapan tujuan MDGs (Millenium Development Goals), yakni mengurangi kemiskinan dan kelaparan eksterm. Sasaran dari tujuan mengurangi kemiskinan dan kelaparan eksterm ini adalah mengurangi separuh jumlah orang-orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari $1 sehari dan mengurangi hingga setengah jumlah orang yang menderita kelaparan (Todaro dan Smith 2011: 28). Pembangunan ekonomi modern pada mulanya telah membuka peluang terhadap peran pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Namun, pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut pertumbuhan ekonomi saja namun juga terkait perubahan-perubahan 1

dalam distribusi pendapatan. Hal tersebut telah menjadikan petumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan pengentasan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks yang dihadapi oleh berbagai negara (World Bank, 2000: 45). Seluruh negara sangat menyadari penanggulangan kemiskinan tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan orang-orang miskin namun mengakhiri kemiskinan memerlukan upaya yang lebih dari itu. Hal tersebut disebabkan karena kemiskinan memiliki sifat multidimensi (Todaro dan Smith 2011: 28). Intervensi dari semua pihak secara terpadu dan terkoordinasi dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks (Kuncoro 2013: 209). Berbagai kebijakan dan program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan di Indonesia untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Salah satunya adalah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan Presiden tersebut mengamanatkan dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tingkat Nasional dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) pada tingkat daerah. Namun demikian, berbagai program dan kebijakan tersebut belum sepenuhnya memenuhi target yang telah ditetapkan. Secara nasional, tingkat kemiskinan telah berhasil diturunkan dari 14,1 persen pada Tahun 2009 menjadi 11,6 persen pada september 2012. Namun demikian, dalam tiga tahun terakhir laju penurunan kemiskinan cenderung melambat. Sementara itu, pemerintah telah menetapkan target tingkat kemiskinan pada Tahun 2014 sebesar 8-10 persen (Bappenas 2013: 17). 2

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah 20.153,20 km², terdiri dari delapan kabupaten dan dua kota. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB dari Tahun 2009 sampai dengan 2012 terus mengalami penurunan. Tahun 2009, perekonomian mampu tumbuh sebesar 12,41 persen, namun pada Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi mengalami minus sebesar 1,12 persen. Tren penurunan pertumbuhan ekonomi ini dikuti dengan menurunnya persentase kemiskinan. Ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dari angka Gini ratio menunjukkan fluktuasi. Tahun 2009, Gini ratio Provinsi NTB sebesar 0,35 kemudian naik pada Tahun 2010 menjadi 0,4 dan Tahun 2012 menjadi 0,35. Pertumbuhan ekonomi, Gini ratio dan persentase penduduk miskin Tahun 2009-2012 dapat dilihat pada Gambar 1.1. 25 20 15 10 23,4 12,14 21,58 19,67 18,02 5 0-5 Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) 6,35 0,35 0,4 0,36 0,35-1,12 2009 2010 2011 2012-3,15 Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Gini Ratio Persentase Penduduk Miskin (Persen) Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi, Gini Ratio dan Persentase Kemiskinan NTB Tahun 2009-2012 Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTB pada Tahun 2009-2012 juga cenderung mengalami penurunan, yaitu dari 1.068.800 jiwa pada Tahun 2009 3

menjadi 828.200 jiwa pada Tahun 2012. Besaran nilai garis kemiskinan NTB mengalami peningkatan, yaitu pada Tahun 2009 sebesar Rp182.024 menjadi Rp248.758 pada Tahun 2012. Jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan NTB Tahun 2009-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tahun Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan NTB Tahun 2009-2012 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (Persen) Garis Kemiskinan (Rupiah) 2009 1.068.800 23,40 182.024 2010 972.300 21,58 244.130 2011 896.200 19,67 215.576 2012 828.200 18,02 248.758 Sumber:BPS, 2009-2012 (diolah) Berdasarkan data selama kurun waktu 2009-2012, angka kemiskinan di NTB menunjukkan perubahan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Meskipun terjadi penurunan, persentase penduduk miskin di NTB masih berada di atas rata-rata nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. 25 20 Perbandingan Kemiskinan Nasional dan Kemiskinan NTB 22,78 21,55 19,73 18,63 15 10 5 14,15 13,33 12,36 11,66 0 2009 2010 2011 2012 Nasional NTB Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) Gambar 1.2 Perbandingan Kemiskinan Nasional dan Kemiskinan NTB Tahun 2009-2012 4

Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan kabupaten yang menjadi objek penelitian ini terletak di tengah-tengah Pulau Lombok Provinsi NTB. Sebelah Timur dan Barat masing-masing berbatasan dengan Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan data kurun waktu 2009-2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar 7,35 persen pada Tahun 2009 menjadi 12,16 persen pada Tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. 14 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 12,14 12,16 6,35 9,05 7,35 5,69 2009 2010 2011 2012-1,12-3,15 Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) Gambar 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2009-2012 Di periode yang sama, ketika pertumbuhan ekonomi terus meningkat, persentase penduduk miskin Kabupaten Lombok Tengah terus mengalami penurunan, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.4. 5

25 20 15 22,32 19,92 18,14 16,71 10 5 0 12,16 9,05 7,35 5,69 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan Ekonomi Persentase Penduduk Miskin Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2009-2012 Sementara itu jumlah penduduk miskin juga terus mengalami penurunan. Jumlah penurunan tertinggi pada terjadi Tahun 2010 yaitu sebesar 25.800 jiwa. Namun, dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012, tren penurunan jumlah penduduk miskin di Lombok Tengah mengalami pelambatan. Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Lombok Tengah selama Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 dan seluruh kabupaten dan kota di NTB dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di NTB Tahun 2009-2012 (jiwa) No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 1 Lombok Barat 222.200 129.800 119.600 110.500 2 Lombok Tengah 197.200 171.400 158.000 146.000 3 Lombok Timur 284.300 263.700 243.100 224.700 4 Sumbawa 109.600 90.500 83.400 77.100 5 Dompu 54.700 43.700 40.300 37.200 6 Bima 94.900 85.200 78.500 72.600 6

Lanjutan Tabel 1.2 No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 7 Sumbawa Barat 25.200 25.100 23.100 21.400 8 Lombok Utara - 86.300 79.500 73.500 9 Kota Mataram 61.200 58.300 53.700 49.600 10 Kota Bima 19.500 18.300 16.900 15.600 Nusa Tenggara Barat 1.068.800 972.300 896.200 828.200 Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) Persentase penduduk miskin dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 juga menunjukkan penurunan, yaitu dari 22,32 persen pada Tahun 2009 menjadi 16,71 persen pada Tahun 2012. Perkembangan persentase penduduk miskin Kabupaten Lombok Tengah selama Tahun 2009 sampai dengan Tahun2012 dan seluruh kabupaten dan kota di NTB dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini. Tabel 1.3 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di NTB Tahun 2009-2012 (persen) No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 1 Lombok Barat 25,97 21,59 19,7 17,91 2 Lombok Tengah 22,32 19,92 18,14 16,71 3 Lombok Timur 25,43 23,82 21,71 20,07 4 Sumbawa 25,31 21,74 19,82 18,25 5 Dompu 24,52 19,89 18,17 16,57 6 Bima 21,79 19,41 17,66 16,22 7 Sumbawa Barat 24,27 21,81 19,88 17,6 8 Lombok Utara - 43,12 39,27 35,97 9 Kota Mataram 16,13 14,44 13,18 11,87 10 Kota Bima 14,38 12,81 11,69 10,54 Nusa Tenggara Barat 23,4 21,58 19,67 18,02 Sumber: BPS, 2009-2012 (diolah) Dari Tabel 3.1 di atas, jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota di Provinsi NTB, persentase penduduk miskin Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2009 dan 2012 berada pada urutan keenam tertinggi setelah Kabupaten Sumbawa Barat. 7

Mengacu pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010-2014, pengurangan penduduk miskin setiap tahun ditargetkan sebesar dua persen. Berikut disajikan beberapa target capaian indikator makro dalam RPJMD Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010-2014 pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Target Capaian Indikator Makro Kabupaten Lombok Tengah 2010-2014 No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 1. Laju Pertumbuhan PDRB (%) 5,66 6,63 7,90 7,92 7,97 2. Penduduk Miskin (%) 19,92 17,92 15,92 13,92 11,92 3. Tingkat Pengangguran terbuka (%) 5,57 5,37 5,17 4,96 4,76 Sumber: RPJMD Kabupaten Lombok Tengah, 2010 Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah mengurangi jumlah penduduk miskin sekaligus mencapai target yang telah ditetapkan dalam RPJMD, telah dilakukan dengan strategi utama sebagai berikut. 1. Perluasan kesempatan Strategi yang dilakukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan dapat memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. 2. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat Strategi yang dilakukan untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat, dan memperluas partisipasi masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghormatan, perlindungan, dan 8

pemenuhan hak-hak dasar. 3. Peningkatan kapasitas Strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. 4. Perlindungan sosial Strategi yang dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan (perempuan kepala rumah tangga, fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, kemampuan berbeda/penyandang cacat) dan masyarakat miskin baru baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. 5. Pengembangan kerjasama dan jaringan kemitraan multipihak Strategi yang dilakukan untuk mengembangkan dan menata kembali hubungan kerjasama dan kemitraan berbagai pihak guna mendukung pelaksanaan keempat strategi di atas. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan di Lombok Tengah antara lain: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), penyaluran beras miskin (Raskin), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Namun demikian, persentase penduduk miskin masih tinggi dan belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Formulasi kebijakan pengentasan kemiskinan perlu memperhatikan perbedaan karakter kemiskinan yang berbeda di tiap wilayah (Dartanto dan 9

Nurkholis 2013: 81). Penanggulangan kemiskinanan hendaknya memperhatikan profil kemiskinan yang ada sehingga pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Penyusunan profil kemiskinan saat ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan program ADePT (Automated Development Economic and Poverty Tables) dari Bank Dunia. Program ini mengolah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dari Badan Pusat Statistik menjadi tabel dan grafik yang dapat dianalisis sebagai bahan pengambilan kebijakan pengentasan kemiskinan. Masih tingginya kemiskinan di Lombok Tengah juga merupakan salah satu indikasi kebijakan penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah belum optimal dalam mengurangi kemiskinan. Pengambilan kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan melihat profil dan sebab-sebab utama timbulnya kemiskinan diharapkan mampu mengurangi tingkat kemiskinan secara efektif dan signifikan. Berdasarkan kondisi kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, maka penelitian tentang analisis pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan di Kabupaten Lombok Tengah menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi kemiskinan baik tentang profil kemiskinan maupun sebab-sebab kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2012. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kemiskinan telah banyak dilakukan sebelumnya dengan berbagai metode dan alat analisis di berbagai tempat. Sebagai perbandingan, 10

penulis menyampaikan beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Tabel 1.5 Hasil Penelitian Terdahulu No Studi Oleh Lokasi Alat Analisis Kesimpulan 1. Anwar (2010) Pakistan Indeks Foster- Greer- Thorbecke (FGT) dan Growth Incidence Curve (GIC) 1. Pada periode pertama (1999-98 dan 2001-02) pertumbuhan ekonomi mengakibatkan meningkatnya tingkat kemiskinan khususnya di daerah pedesaan. 2. Pada periode kedua (2001-02 dan 2004-05) pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan kemiskinan seiring dengan meningkatnya efek redistribusi pendapatan. 3. Pada keseluruhan periode, efek pertumbuhan lebih dominan jika dibandingkan dengan efek redistribusi khususnya di daerah perkotaan. 2. Fosu (2010) Africa Cobb-Douglas Function 1. Elastisitas pendapatan dan ketimpangan terhadap kemiskinan secara berturutturut menunjukkan tanda negatif dan positif yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatnya ketimpangan meningkatkan kemiskinan. 2. Kemiskinan cenderung menurunkan ketimpangan dibanding pertumbuhan pendapatan. 3. Jakobson (2011) Nicaragua Regresi probit bivariat Variabel pendidikan, akses terhadap pendapatan upah non pertanian, dan kepemilikan aset berpengaruh dalam transisi kemiskinan di masyarkat pedesaan 4. Akerele et. al. (2012) Ekiti, Nigeria Indeks Foster- Greer- Thorbecke (FGT) dan Regresi Tobit Profil kemiskinan daerah perkotan di daerah Ekiti, Nigeria menunjukkan hasil 41,00 persen dari jumlah responden berada di bawah garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) adalah sebesar 0,45 dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ) adalah sebesar 0,25. 11

Lanjutan Tabel 1.5 No Studi Oleh Lokasi Alat Analisis Kesimpulan 5. Caglayan et. al. (2012) Turkey Regresi Ordered logit 1. Variabel usia kepala rumah tangga meningkatkan resiko peluang tetap/menjadi miskin pada kelompok penduduk miskin dan kelas menegah. 2. Variabel status sudah menikah, bekerja di sektor pertanian dan perdagangan, jumlah anggota rumah tangga, jenis kelamin laki-laki dan rumah tangga yang menerima bantuan sosial meningkatkan resiko menjadi miskin. 3. Variabel keluarga yang memiliki asuransi kesehatan lebih terhindar dari resiko menjadi miskin. 6. Vijayakumar dan Olga (2012) Sri Lanka Regresi Least Square Variabel tingkat pendidikan, akses terhadap pasar, bekerja di sektor industri, dan akses terhadap jalan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan sementara variabel bekerja di sektor pertanian berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan. 7. Amrullah (2013) 8. Bayudan dan Lim (2013) Provinsi Banten ADePT Profil kemiskinan keluarga di Provinsi Banten lebih banyak terjadi di perkotaan dan sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Tangerang. Kondisi kemiskinan di Provinsi Banten terkait dengan posisinya sebagai daerah satelit Jakarta. Philippines Regresi quintil 1. Baik rumah tangga miskin kronis maupun miskin sementara (transient) dipengaruhi oleh guncangan (shock) ekonomi rumah tangga. 2. Kehilangan pekerjaan atau berkurangnya pendapatan lebih berpengaruh terhadap rumah tangga miskin kronis. 3. Bencana alam lebih berpengaruh terhadap rumah tangga miskin sementara. 4. Rumah tangga miskin kronis dan sementara juga samasama dipengaruhi beban ketergantungan anak. 12

Lanjutan Tabel 1.5 No Studi Oleh Lokasi Alat Analisis Kesimpulan 9. Dartanto dan Nurkholis (2013) Indonesia Regresi Ordered Logit 1. Bertambahnya jumlah anggota rumah tangga meningkatkan peluang menjadi miskin. 2. Perubahan status perkawinan akibat perkawinan meningkatkan peluang menjadi miskin untuk rumah tangga di kawasan luar Jawa dan Bali. 3. Perubahan sektor pekerjaan dari pertanian ke nonpertanian meningkatkan peluang menjadi tidak miskin. 4. Perubahan bidang pekerjaan dari formal ke nonformal meningkatkan peluang menjadi miskin. 10. Mlambo dan Bernard (2013) Carribean Ordinary Least Square (OLS) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, jumlah anak dalam rumah tangga, dan usia kepala rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap total pengeluaran rumah tangga. 11. Ichwani (2014) Provinsi Kalimantan Timur ADePT Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2003 dan 2007. Ketimpangan distribusi pendapatan tertinggi terdapat di Kota Bontang. Berdasarkan karakteristik kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita di Kalimantan Timur. 12. Olurunsanya dan Omotesho (2014) Kwara, Nigeria Statistik Deskriptif, Indeks Foster- Greer- Thorbecke (FGT) dan Regresi Tobit Profil kemiskinan petani perdesaan di daerah Kwara, Nigeria menunjukkan hasil 58,00 persen dari jumlah responden berada di bawah garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) adalah sebesar 0,15 dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ) adalah sebesar 0,05. 13

Perbedaan penelitian ini dengan berbagai penelitian sebelumnya adalah pada lokasi dan waktu penelitian. Penelitian menggunakan ADePT di Kabupaten Lombok Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan ADePT untuk mengetahui profil kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah dan waktu penelitian adalah tahun 2012. Selain menggunakan ADePT untuk menyusun profil kemiskinan, penelitian ini juga melakukan analisis faktorfaktor penyebab kemiskinan. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah masih tinggi dan belum memenuhi target penurunan persentase kemiskinan sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMD. 2. Kebijakan pemerintah belum mampu secara signifikan menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah profil kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2012? 2. Bagaimanakah analisis faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2012? 14

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi profil kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2012. 2. Menganalisis faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2012. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dalam menyusun kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan guna mencapai target penurunan angka kemiskinan yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. 2. Sebagai bahan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut pada masalah sejenis. 3. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang kemiskinan dan perencanaan pembangunan daerah. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang diuraikan dalam sistematika sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori/Kajian Pustaka, menguraikan tentang landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, 15

dan kerangka penelitian. Bab III Metoda Penelitian, menguraikan tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian dan metoda analisis data. Bab IV Analisis, menguraikan tentang deskripsi data yang digunakan, dan pembahasan penelitian. Bab V Simpulan dan Saran, menguraikan hasil kesimpulan penelitian, implikasi yang ditujukan untuk Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dalam rangka menetapkan kebijakan untuk menurunkan tingkat kemiskinan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya. 16