USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.

KEWIRAUSAHAAN 1 SISTEM BISNIS CHINA DAN PADANG. Ir. Agung Wahyudi B, M.T., M.M. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wirausaha pada awalnya mungkin membangun sebuah usaha hanya untuk

LAMPIRAN. Apa saja produk atau pelayanan yang baru, selama Ibu memimpin usaha soto ini? Tolong jelaskan.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB IV KESIMPULAN. dalam karirnya sebagai pedagang. Sepak terjang Asril Manan selama berdagang

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

MEMBUKA USAHA SAMPINGAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

MIGRAN PEDAGANG MAKl LIMA

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR

Pemilik jiwa yang sepi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk Responden KUESIONER PENELITIAN. Atas kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

LAMPIRAN. berdasarkan 5 dimensi Orientasi Kewirausahaan Lumpkin & Dess (1996). Inovasi

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak,

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

Jika orang lain bisa sukses, pasti saya juga bisa mencapainya, ujar anak kedelapan yang kini menjadi mentor utama Entrepreneur University ini.

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11

BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014

UJI COBA UJIAN NASIONAL SMK. Tahun Pelajaran 2014 / 2015 PAKET 01 MATEMATIKA NON TEKNIK KELOMPOK AKUNTANSI DAN PENJUALAN (UTAMA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

MENYIAPKAN KEUANGAN SAAT MUDIK LEBARAN

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. Daftar Alamat Lokasi Pasar Tengah Tanjung Karang

Bab VII Pemanfaatan Modal (Capital) Oleh Pengusaha Penduduk Lokal dan Pengusaha Migran dalam Dinamika Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

Kaya Raya Berkebun Salak

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ETOS KERJA PENJUAL KERUPUK KELILING DESA BRABE KECAMATAN MARON KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pada hasil pembahasan tentang orientasi kewirausahaan

KUESIONER ANGGOTA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN

KEWIRAUSAHAAN II BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si TEKNIK INFORMATIKA. Modul ke: Fakultas FASILKOM.

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BELAJAR DARI PENGUSAHA SUKSES DAN PENGUSAHA GAGAL

BAB III TINJAUAN TEORITIS TINJAUAN UMUM TENTANG USAHA

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

LAMPIRAN. 1. Wawancara dengan Bapak Suwandi (Pemilik Tambak) Nurul P.Suwandi Nurul

Strategi Mensiasati HUTANG

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

BAB 6 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan

BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI MENTOR, MOTIVASI MAHASISWA DAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN PMW

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya usaha-usaha baru di Kota Medan khususnya di bidang kuliner. lebih untuk mencapai keberhasilan dalam usaha ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

Transkripsi:

23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan banyak digeluti oleh masyarakat pada umumnya, terutama menjadi wirausahawan yang sukses dengan modal dan keuntungan yang besar. Status sosial seseorang dapat meningkat apabila dia dapat meningkatkan usahanya dan akhirnya menjadi wirausahawan muda. Wirausaha sangat beranekaragam dan fluktuatif. Salah satu kegiatan wirausaha adalah usaha kaki lima. Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah wirausahawan yang melakukan aktivitas usaha di sektor informal. Walaupun merupakan usaha yang dilakukan dijalanan, dipedestrian usaha kaki lima adalah kegiatan sektor informal yang sah. Usaha yang dijalankan para PKL membutuhkan modal yang relatif tidak besar. Para PKL mengaku bahwa membuka usaha kaki lima tidak membutuhkan modal yang besar, hanya dibutuhkan modal kejujuran, keberanian dan ketekunan dalam menjalankan usaha tersebut. Para PKL yang menjadi unit analisis penelitian ini terdiri dari penjual makanan dan minuman. Dari 40 responden yang dipilih terdapat 25 persen penjual minuman dan 75 persen penjual makanan. Tabel 4 Jumlah dan persentase penjual makanan dan minuman di sekitar KRB Jenis usaha kaki lima Frekuensi Persentase (%) Penjual makanan 30 75 Penjual minuman 10 25 Total 40 100 Usaha kaki lima yang dilakukan oleh para PKL relatif sudah cukup lama meskipun ada PKL yang masih sangat baru dalam merintis usaha mereka. Para PKL mengaku menjadi pengusaha kaki lima sudah menjadi separuh hidupnya, membuat mereka bertahan hidup dan mampu membesarkan serta menyekolahkan anak-anak mereka. Usaha kaki lima yang terlihat sangat sepele dan kecil teryata mampu menjadi sumber penghidupan yang layak apabila dikerjakan dengan tekun dan berani. Seorang responden penjual kue pukis mengatakan: Saya mah neng, begini juga usaha saya udah nyekolahin anak 2 orang sampe tinggi, ya walau dikampung. Istri saya tidak perlu repot-repot banting tulang untuk bekerja. Istri saya cukup memantau para pekerja yang ada di ladang yang saya beli juga hasil dari jualan selama ini. Ya walau ga bisa naik mobil mewah kemana-mana, tapi alhamdullilah neng saya udah punya motor dan rumah yang walau ga gede, hasil jualan juga neng (Abdul Rohman, 33 tahun). Usaha kaki lima bagi para PKL adalah nyawa mereka. mereka rintis usaha dari nol, mulai dari hanya menjadi sekedar pekerja di tempat teman atau saudara

24 yang membawa mereka ke Bogor, mulai bekerja pada seorang tokeh 5 hingga akhirnya membuka usaha mandiri. Responden pada penelitian ini sudah menjalani usaha dalam waktu yang beraneka ragam, mulai dari PKL yang baru memulai usaha sampai PKL yang sudah sangat lama menjalani usahanya. Tabel 5 Lama usaha PKL responden di sekitar KRB Lama usaha (X) Frekuensi Persentase (%) X < 1 Tahun 7 17.5 1 Tahun > X > 3 Tahun 8 20.0 3 Tahun > X > 5 Tahun 7 17.5 5 Tahun > X > 10Tahun 8 20.0 X > 10 Tahun 10 25.0 Total 40 100.0 Lama usaha yang sudah dijalani para PKL dipengaruhi oleh lama mereka sudah menetap atau melakukan migrasi ke Bogor. Sekitar 25 persen para PKL yang menjadi responden penelitian ini sudah melakukan usaha kaki lima lebih dari 10 tahun. Bahkan salah seorang responden yaitu bapak Muhri (54 tahun) sudah menjadi penjual minuman selama lebih kurang 40 tahun, yaitu sejak dia melakukan migrasi ke Bogor dari daerah asalnya di Kuningan, Jawa Barat. Menurut penuturan beliau, menjadi PKL tidak pernah menjadi bagian dari mimpinya tetapi menjadi PKL telah membuat dia mampu bertahan hidup di kota Bogor. Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar KRB Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar KRB menjadikan usaha kaki limanya menjadi sumber pendapatan utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun individu. Usaha kaki lima yang ditekuni oleh para PKL menghasilkan tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Para PKL cenderung menghitung pendapatan sehari yang didapatkan dari hasil berjualan merupakan pendapatan mereka dalam sehari. Para PKL menganggap bahwa hasil tersebut yang terus akan digunakan untuk modal selanjutnya sekaligus digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun individu. Pendapatan para PKL cenderung berbeda sebelum dan sesudah melakukan migrasi ke kota Bogor. Hal ini disebabkan para migran sebelum melakukan migrasi belum memiliki pekerjaan karena baru putus sekolah atau tidak bekerja karena alasan tidak memiliki skill atau lahan. Berikut tabel yang menggambarkan jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden sebelum melakukan migrasi. Tabel 6 Jenis pekerjaan PKL responden sebelum melakukan migrasi Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 5 Tokeh dalam istilah para PKL adalah orang yang menyediakan barang yang akan dijual dan memberikan modal untuk gerobak yang akan mereka gunakan dalam menjajakan barang dagangan.

25 Petani 3 7.5 Buruh Pabrik 4 10.0 Buruh Bangunan 3 7.5 Tidak Bekerja 8 20.0 Belum Bekerja 15 37.5 Pedagang 6 15.0 Lain-lain (Penjahit) 1 2.5 Total 40 100.0 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebanyak 37.5 persen dari responden penelitian ini belum bekerja sebelum melakukan migrasi ke kota Bogor. Para PKL mengaku bahwa mereka belum bekerja karena sesudah putus atau lulus dari sekolahan mereka pergi merantau. Sebagian dari mereka mengaku diajak teman, saudara atau keluarga yang sudah lebih dahulu melakukan migrasi ke kota Bogor dan sudah mendapatkan pekerjaan yang cukup matang. Selain itu, ada juga PKL yang mengaku melakukan migrasi karena insiatif dari diri sendiri dan dengan bermodalkan tekad dan keberanian saja. Mereka yakin di kota nanti akan menemukan keluarga yang baru yang mungkin dari daerah asal yang sama. Tabel 7 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan migran PKL sebelum dan sesudah melakukan migrasi Jumlah Pendapatan (Rp) Sebelum Migrasi Sesudah Migrasi Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 0 23 57.5 0 0.0 0-20000 11 27.5 4 10.0 30000-50000 1 2.5 20 50.0 60000-100000 3 7.5 15 37.5 > 100000 2 5.0 1 2.5 Total 40 100.0 40 100.0 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data bahwa pendapatan para PKL di sekitar KRB setelah melakukan migrasi rata-rata Rp 50000 per hari dan sebelum melakukan migrasi ke kota Bogor rata-rata Rp 20000. Berikut disajikan tabel frekuensi dan persentase pendapatan di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB), Jawa Barat 2012 sebelum dan sesudah melakukan migrasi (lihat tabel 7).

26 Bila disajikan dalam bentuk grafik maka berikut: akan dihasilkan grafik sebagai Pendapatan migran sebelum dan sesudah melakukan migrasi 57. 5 Sebelum migrasi (%) 50 Sesudah Migrasi (%) 37.5 27.5 0 10 2.5 7.5 5 2. 5 Gambar 2 Grafik pendapatan migran PKL sebelum dan sesudah melakukan migrasi Berdasarkan grafik pendapatann migran sebelum dan sesudah melakukan migrasi dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan migran sebelum melakukan migrasi adalah sebesar Rp 20000 namun sekitar 50 persen belum mempunyai pendapatan karena belum bekerja ataupun tidak bekerja. Sedangkan setelah melakukan migrasi pendapatan migran rata-rata sebesar Rp 50000, akan tetapi ada juga pedagang yang menghasilkan Rp 3000000 dalam sehari. Perbedaan jumlah pendapatan ini disebabkan oleh lama usaha yang telah dirintis oleh PKL dan jenis usaha yang dijalankan oleh PKL tersebut. Sebahagian dari para PKL mempunyai pendapatan tambahan selain menjadi PKL dari pekerjaan lain. Pekerjaaan lain yang mereka miliki biasanya bidang pertaniann di daerah asal mereka. Pekerjaan yang mereka milikii di daerah asal membentuk pola kepulangan paraa PKL ke daerah asal. Ketika musim panen tiba mereka akan kembali ke daerah asal dan kemudian kembali ke kota Bogor ketika musim tanam tiba. Ketika musim tanam tiba, biasanya para PKL mempercayakan lahan pertanian mereka kepada istri mereka untuk merawat tanaman atau sekedar memantau para pekerja. Hal ini merupakan salah satu alasan

27 yang menyebabkan para PKL biasanya tidak membawa keluarga mereka turut serta ke kota. Berikut ditampilkan jumlah dan persentase PKL yang masih mempunyai pendapatan dari desa selain menjadi PKL. Tabel 8 Jumlah dan persentase PKL yang masih memiliki pendapatan dari desa Pendapatan dari Desa Frekuensi Persentase (%) Ada 14 35 Tidak ada 26 65 Total 40 100 Sebanyak 35 persen dari responden penelitian ini yaitu sejumlah 14 orang dari total 40 responden memiliki pekerjaan lain selain menjadi PKL. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada salah seorang responden yaitu bapak Abdul Rohman yang berasal dari daerah Garut mengatakan: Ga baik neng kalau saya mengandalkan penghasilan dari menjual pukis saja. Kebutuhan anak sekolah semakin tinggi. Saya ga mau anak-anak saya menjadi putus sekolah karena alasan biaya. Di kampung saya punya sedikit lahan dan saya suka bertani karena dari kecil daya dibesarkan di dunia pertanian neng. Untuk itu di kampung saya punya kebun jagung yang diolah oleh para pekerja dan dipantau oleh istri saya di rumah. Saya dari sini mengirim biaya yang dibutuhkan selama musim tanam dan kembali ke kampung ketika musim panen tiba. Lumayan neng buat nambah-nambah penghasilan (Abdul Rohman 33 Tahun). Para PKL yang tidak mempunyai usaha selain menjadi PKL mengaku bukan karena tidak mau bertani melainkan karena merasa tidak punya keahlian lain, tidak punya waktu untuk melakukan hal lain lagi dan alasan tidak punya lahan lagi. Sumber Modal Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) Usaha kaki lima diidentifikasi sebagai suatu usaha yang membutuhkan modal yang relatif kecil. Modal yang digunakan untuk membuka usaha kaki lima biasanya berasal dari modal mandiri PKL itu sendiri. Akan tetapi usaha kaki lima juga diidentifikasi sebagai usaha yang melibatkan anggota keluarga dan teman, sehingga tidak jarang para PKL mendapatkan modal utama maupun modal tambahan dari keluarga dan teman juga. Selain itu, ada juga PKL yang mendapatkan modal dengan memanfaatkan jasa Bank. Akan tetapi ini merupakan hal yang cukup langka terjadi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, para responden PKL yang berjualan di sekitar KRB merupakan PKL yang sudah cukup mandiri. Kemandirian ini dapat dilihat dari tempat mereka berjualan yang cenderung menetap di suatu sudut jalanan, sistem setoran yang sesuai hasil penjualan dan penggunaan modal mandiri. Sebanyak 39.47 persen responden menggunakan modal mandiri untuk memulai usaha kaki lima yang mereka rintis. Para PKL ini mengaku bahwa sekali merantau maka tidak boleh lagi meminta bantuan orang tua ataupun sanak saudara. Misalnya, pak Soleh seorang penjual sate madura yang

28 sudah menjual sate lebih kurang 23 tahun. Menurut beliau, namanya memulai usaha harus punya modal mandiri. atuh neng kalau saya mah orang Madura ya berat tanggung jawabnya sekali merantau. Sekali merantau ya orang taunya saya mesti sukses. Ga ada yang namanya minta bantuan keluarga atau saudara untuk modal usaha. Ya paling banter juga sesama orang Madura yang ada di Bogor ya neng. Apalagi namanya usaha jalanan kaya begini ya sudah pasti modalnya ga banyak, yo mosok ga bisa kumpulin modal sendiri. Ya namanya memulai usaha ya harus punya modal toh? (Soleh 62 Tahun). Selain menggunakan modal mandiri untuk memulai dan menjalankan usahanya, para PKL juga memanfaatkan modal dari keluarga. Modal dari keluarga biasanya berupa lahan atau harta warisan yang diberikan oleh orangtuanya yang digunakan sebagai modal usaha. Selain itu modal keluarga juga bisa berupa bantuan dana dari keluarga saat usaha sedang mengalami penurunan pendapatan. Prinsip daripada meminjam kepada bank, para PKL lebih memilih meminta bantuan kepada keluarga. Selain alasan tidak diberatkan oleh bunga, alasan para PKL menggunakan modal dari keluarga karena mereka tidak dikenai hukuman ketika mereka tidak membayar dan keluarga sering mengikhlaskan modal yang diberikan untuk dijadikan modal usaha. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 42.85 persen atau sebanyak 12 orang responden hanya menggunakan modal dari keluarga untuk merintis dan menjalankan usahanya. Mereka biasanya mendapatkan modal berupa usaha yang diwariskan, sehingga PKL tersebut tinggal melanjutkan usaha saja. Aku udah 16 tahun di Bogor. Sebelumnya aku tinggal di Bandung. Dulu di Bandung aku bekerja disebuah pabrik. Akan tetapi semenjak bapak mulai sakit-sakitan aku disuruh ke Bogor untuk melanjutkan usaha gorengan yang udah dirintis selama bertahun-tahun. Sepertinya udah sama dengan usiaku deh usaha gorengan ini dikerjakan bapakku. Ya sejak itu aku melanjutkan jualan gorengan ini. Aku udah ga perlu mikirin gerobak, modal, tempat, pelangan dan urusan lainnya. Aku taunya udah beres. Tinggal belajar resep bapak, habis itu langsung jualan di sekitar kebun raya ini. Sejauh ini masih lancar aja neng, belum pernah sampai kekurangan modal. Modal awal dari bapak saya pertama kali ya masih bisa diputar-putar sampai sekarang (Sudianto, 34 tahun penjual gorengan asal Brebes). Sumber modal usaha lain yang digunakan oleh para PKL adalah mengandalkan hubungan persaudaraan dan persahabatan. PKL yang merupakan migran sangat khas dengan hubungan persahabatan dan persaudaraan. Saudara dan teman bisa menjadi sumber modal untuk memulai usaha, terutama saudara dan teman yang sudah terlebih dahulu melakukan migrasi dan sudah mempunyai usaha ataupun bekerja pada orang lain. Sebanyak 47.05 persen atau sekitar 16 responden hanya mengandalkan modal dari teman atau saudara untuk melakukan usaha kaki lima. Selain dari teman atau dari saudara biasanya sumber modal usaha lain untuk memulai usaha juga bisa seorang tokeh atau bos dari sebuah usaha yang menggunakan sistem setoran, misalnya penjual burger. Penjual burger biasanya

dimodali oleh seorang tokeh dengan memberikan gerobak dan burger yang tinggal disusun oleh penjual nantinya. Bapak Koko (35 Tahun) seorang penjual burger asal Cilacap yang juga menjadi responden penelitian ini mengaku sudah menjadi penjual burger selama 3 tahun. Selama 3 tahun menjadi penjual burger beliau mempunyai seorang bos tempat mengambil burger yang akan dijual. Satu burger yang terjual, bapak Koko mendapatkan keuntungan Rp 1000 dan sisanya bisa dikembalikan ke pabrik. Responden lain dari penelitian ini misalnya bapak Muhri (54 tahun) seorang penjual minuman asal Kuningan mengaku hanya menggunakan modal bantuan dari teman yang telah membawanya ke Bogor untuk memulai usaha. Usahanya semakin berkembang dan justru teman yang mengajak dia bermigrasi sudah tidak berjualan lagi dan kembali ke Kuningan. Bank juga merupakan sumber modal yang dapat digunakan untuk memulai dan mengembangkan suatu usaha. Jasa bank akan sangat membantu karena dapat dipinjam dalam jumlah besar. Akan tetapi prosedur yang cukup rumit membuat para PKL cenderung tidak menggunakan bank. Selain karena alasan prosedural juga ada ketakutan dalam hal pengembalian. Para PKL juga merasa bunga bank terlalu tinggi untuk usaha seperti mereka. akan tetapi tetap ada PKL yang hanya menggunakan jasa bank walau dalam jumlah yang sangat kecil, yaitu 4 orang dari total responden penelitian. Bapak Wawan Suwandi (37 tahun) merupakan pedagang bakso asal Sukabumi yang sudah sukses. Beliau sudah berhasil membuka 3 cabang dibeberapa tempat, termasuk di wilayah Universitas Kesatuan. Beliau menggunakan jasa bank dalam menjalankan usahanya dan beliau mengaku sangat dimudahkan oleh pihak bank dalam segala urusan. Selain hanya menggunakan modal mandiri, modal keluarga, modal bank dan modal jasa lain, para PKL juga ada yang menggabungkan beberapa sumber modal, misalnya mempunyai modal mandiri namun juga mempunyai bantuan modal dari keluarga. Ada yang hanya mempunyai modal keluarga dan pinjaman dari teman atau bahkan menggabungkan modal mandiri, modal keluarga, modal bank dan modal lain untuk mengembangka usahanya. 29