SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB II URAIAN SEKTORAL

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB III URAIAN SEKTORAL

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

Katalog BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

II.1. SEKTOR PERTANIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Kerjasama : KATALOG :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

III. METODE PENELITIAN

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.


BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB III URAIAN SEKTORAL

III. METODE PENELITIAN

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional



KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011


BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1


1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku


Transkripsi:

SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan salah satu gambaran makro dan regional hasil kegiatan seluruh masyarakat di Kota Semarang yang diukur dengan nilai ekonomi, yaitu dengan nilai uang. Angka agregat ekonomi makro yang disajikan dalam Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2008 ini dapat digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan terpadu yang senantiasa diharapkan keakuratan datanya terjaga dan terkoordinasi dari sumber data yang terkait sehingga dapat berhasil dan berdaya guna. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto ini merupakan publikasi dengan perubahan tahun dasar 2000. Akhirnya kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk berbagai kepentingan sesuai dengan bidang tugas masing-masing dan bermanfaat untuk kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Wassalamualaikum Wr. Wb. Semarang, 2010 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP. 19530728.197708.1.001 i

KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 adalah merupakan salah satu publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Semarang dalam rangka mengimplementasikan fungsi dan tugas pokok Badan Pusat Statistik Kota Semarang, yaitu menyebarkan informasi statistik kepada masyarakat. Publikasi ini merupakan publikasi Produk Domestik Regional Bruto dengan menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2000. Dengan Pemutakhiran tahun dasar diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor dan hasil pembangunan di bidang perekonomian di Kota Semarang secara makro. Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Walikota Semarang yang telah mempercayakan dan memberikan petunjuk kepada Badan Pusat Statistik Kota Semarang sehingga memungkinkan terbitnya publikasi ini. Ucapan yang sama disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada Kepala Bappeda Kota Semarang. Kami sadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna, maka kritik dan saran sangat kami nantikan dari semua pihak guna kesempurnaan publikasi selanjutnya. Semarang, 2010 ii

DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik Regional Bruto... 2 1.2.2. Produk Domestik Regional Neto... 4 1.2.3.Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi... 4 1.2.4. Pendapatan Regional...... 4 1.2.5. Angka-Angka Perkapita...... 4 1.3. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional...... 5 1.4. Metode Dasar Penghitungan Pertumbuhan Riil... 5 II. GAMBARAN LAPANGAN USAHA/SEKTORAL 2.1. Pertanian...... 7 2.1.1. Tanaman Bahan Makanan...... 7 2.1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat... 9 2.1.3. Tanaman Perkebunan Besar...... 11 2.1.4. Peternakan dan Hasil-Hasilnya...... 12 2.1.5. Kehutanan...... 14 2.1.6. Perikanan...... 14 2.2. Pertambangan dan Penggalian...... 15 2.3. Industri Pengolahan...... 16 2.3.1. Industri Besar dan Sedang........ 17 2.3.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.... 18 2.4. Listrik, Gas dan Air Bersih 18 2.4.1. Listrik...... 19 2.4.2. Air Bersih...... 20 2.5. Bangunan.... 20 2.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran...... 21 3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran...... 21 2.6.2. Hotel...... 21 iii

2.6.3. Restoran/Rumah Makan... 22 2.7. Angkutan dan Komunikasi... 22 2.7.1. Pengangkutan...... 22 2.7.2. Komunikasi........ 26 2.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya...... 27 2.8.1. Bank........ 27 2.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Jasa Penunjang... 27 2.8.3. Sewa Rumah... 29 2.8.4. Jasa Perusahaan...... 29 2.9. Sektor Jasa-Jasa...... 29 2.9.1. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan & Keamanan..... 29 2.9.2. Jasa Swasta........ 30 III. ULASAN SINGKAT PDRB 3.1. Umum... 34 3.2. Perkembangan PDRB Sektoral... 34 3.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang... 35 3.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang Tahun 2005-2009... 36 3.5. Struktur Perekonomian... 38 3.6. Rata-rata Pendapatan per Kapita... 40 iv

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1.1.1. Produksi Padi dan Palawija Tahun 2009... 7 Tabel 2.1.1.2. Output Tanaman Bahan Makanan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2008-2009... 8 Tabel 2.1.2.1. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2008-2009... 10 Tabel 2.1.2.2. Output Tanaman Perkebunan Rakyat Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2008-2009... 10 Tabel 2.1.3.1. Produksi beberapa Jenis Tanaman Perkebunan Besar Tahun 2008-2009... 11 Tabel 2.1.3.2. Output Tanaman Perkebunan Besar Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2009... 12 Tabel 2.1.4.1. Pemotongan, Populasi Ternak dan Hasil-hasil Peternakan Tahun 2008 2009... 13 Tabel 2.1.6.1. Produksi Perikanan Tahun 2008-2009... 14 Tabel 2.1.6.2. Output Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, Tahun 2008-2009... 15 Tabel 2.3.1. Output Industri Pengolahan Atas Dasar harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2008-2009... 16 Tabel 2.4.1. Produksi Listrik dan Air Bersih Tahun 2008 2009... 18 Tabel 2.4.2. Output Listrik dan Air Bersih Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2008-2009... 19 Tabel 3.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 serta perkembangannya di Kota Semarang Tahun 2005 2009... 34 Tabel 3.3 Rata rata Pertumbuhan Ekonomi per tahun Kota Semarang Tahun 2005 2009... 35 Tabel 3.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 2009... 36 Tabel 3.5 Struktur Ekonomi di Kota Semarang Tahun 2005 2009... 39 Tabel 3.6 Rata rata Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Penduduk Kota Semarang Tahun 2005 2009... 40 v

DAFTAR TABEL POKOK Halaman Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 41 Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 42 Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 43 Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Semarang Tahun 2005 2009...... 44 Tabel 5. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 45 Tabel 6. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 46 Tabel 7. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, Kota Semarang Tahun 2005-2009... 47 Tabel 8. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Semarang Tahun 2005-2009...... 48 Tabel 9. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2005-2009... 49 Tabel 10. Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2005-2009... 50 Tabel 11. Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 2009... 51 Tabel 12. Indeks Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009.... 52 Tabel 13. Indeks Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009... 53 Tabel 14. Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009... 54 Tabel 15. Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005-2009... 55 Tabel 16. Indeks Implisit Pendapatan Regional Perkapita Kota Semarang Tahun 2005-2009... 56 Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kota Semarang Tahun 2005-2009... 57 Tabel 18. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kota Semarang Tahun 2005-2009... 58 vi

Tabel 19. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kota Semarang Tahun 2005-2009... 59 Tabel 20. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kota Semarang Tahun 2005-2009... 60 Tabel 21. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kelompok Sektor Kota Semarang Tahun 2005 2009... 61 vii

I. P E N D A H U L U A N 1.1. UMUM Perencanaan pembangunan ekonomi di suatu daerah, memerlukan beberapa informasi untuk dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sasaran pembangunan dalam era pelaksanaan otonomi daerah dapat dicapai dengan tepat. Salah satu informasi yang diperlukan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dan sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. Kondisi perekonomian Jawa Tengah ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 4,71 persen. Pertumbuhan perekonomian Kota Semarang pada tahun 2009 sebesar 5,34 persen. Meskipun demikian peranan PDRB Kota Semarang terhadap PDRB Jawa Tengah berkisar 11,42 persen. 1.2. PENGERTIAN PENDAPATAN REGIONAL Salah satu indikator penting untuk mengetahui peranan dan potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan nilai PDRB yang hanya dipengaruhi oleh perubahan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB Kota Semarang 2009 1

Tahun dasar merupakan perangkat penting yang secara spesifik digunakan untuk penghitungan PDRB, yang menggambarkan perubahan ekonomi secara riil di suatu wilayah. Dalam penghitungan PDRB ini yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun 2000. Pergantian tahun dasar dari tahun 1993 ke tahun 2000 dilakukan karena dampak hadirnya krisis ekonomi tahun 1997 sehingga struktur ekonomi tahun 2000 telah berbeda jauh dengan tahun 1993. Untuk itu pemutahiran tahun dasar menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB akan menjadi realistic dalam pengertian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor. 1.2.1. Produk Domestik Regional Bruto Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto yang ditimbulkan dari suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu: a. Pendekatan Produksi, adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, dikurangi biaya antara dari masing-masing total produksi bruto setiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (menurut KLUI) yaitu: 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa. PDRB Kota Semarang 2009 2

b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). c. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua permintaan akhir seperti: 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga dan Lembaga Swasta yang tidak mencari untung. 2. Konsumsi Pemerintah 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Perubahan Stok 5. Ekspor Neto dalam jangka waktu tertentu (biasanya setahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Dari ketiga pendekatan tersebut diatas, secara konsep jumlah pengeluaran harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah komponen nilai tambah bruto termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi. Selanjutnya PDRB seperti yang telah diuraikan diatas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena didalamnya mencakup komponen pajak tidak langsung neto. PDRB Kota Semarang 2009 3

1.2.2. Produk Domestik Regional Neto Produk Domestik Regional Neto merupakan Produk Domestik Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. 1.2.3. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi adalah Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah, baik pajak tidak langsung maupun subsidi keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya produk domestik regional neto atas biaya faktor produksi disebut sebagai pendapatan regional. 1.2.4. Pendapatan Regional Pendapatan Regional adalah Produk Domestik Regional neto atas dasar biaya faktor ditambah pendapatan neto dari luar wilayah. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk disuatu wilayah yang diterima dan dikurangi pendapatan yang dibawa keluar wilayah. 1.2.5. Angka-angka Perkapita Produk Domestik Regional Bruto perkapita dan Pendapatan Regional perkapita, masing-masing merupakan Produk Domestik Regional PDRB Kota Semarang 2009 4

Bruto dan pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 1.3. KEGUNAAN STATISTIK PENDAPATAN REGIONAL Manfaat yang dapat diperoleh dari Statistik Pendapatan Regional antara lain: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar. 2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu region. 3. PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atas setiap sektor dari tahun ke tahun. 4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomidalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. 5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita. 1.4. METODE DASAR PENGHITUNGAN PERTUMBUHAN RIIL Seperti telah diketahui bahwa angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan adalah sangat penting untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi. Agregat ekonomi yang dimaksud adalah Produk Domestik Regional Bruto, nilai tambah sektoral, komponen penggunaan PDRB dan pendapatan regional. PDRB Kota Semarang 2009 5

Pada dasarnya dikenal tiga cara penghitungan nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, yamg masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun dengan menggunakan harga tahun dasar. b. Ekstrapolasi Yang perlu diperhatikan dalam cara ini adalah penentuan ekstrapolatornya. Kuantitas produksi dari masing-masing sektor/sub sektor merupakan ekstrapolator yang terbaik. Namun apabila angka-angka tersebut sukar diperoleh dapat pula dipakai keterangan-keterangan lain yang erat kaitannya dengan produktivitas seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin, kendaraan dan sebagainya). Nilai tambah atas dasar harga konstan yang dihitung dengan ekstrapolasi diperoleh dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi (kuantum). c. Deflasi Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga dari barang-barang yang bersangkutan. Indeks harga disini dapat berupa indeks harga perdagangan besar, produsen dan harga eceran, dan sebelumnya indeks harga tersebut tahun dasar harus sama dengan 100. PDRB Kota Semarang 2009 6

II. GAMBARAN LAPANGAN USAHA/ SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan nilai tambah baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. 2.1 PERTANIAN 2.1.1 Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, sayur-sayuran, buahbuahan, kacang hijau, tanaman pangan lainnya dan hasil-hasil produk ikutannya. Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat statistik. Data produksi padi dan palawija disajikan dalam tabel 2.1.1.1. Tabel 2.1.1.1. PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA 2008-2009 (TON) JENIS TANAMAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Padi 2. Jagung 3. Ketela Pohon 4. Ketela Rambat 5. Kacang Tanah 6. Kacang Hijau 24.327 1.563 9.998 39 59 23 25.161 1.581 10.208 40 60 23 PDRB Kota Semarang 2009 7

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output dari Tabel Input-Output Jawa Tengah tahun 2000 yang diupdate. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan lagi dengan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Tabel 2.1.1.2. memperlihatkan output tanaman bahan makanan baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan 2000, yang mempunyai sumbangan cukup besar terhadap sektornya adalah: Tabel 2.1.1.2 OUTPUT TANAMAN BAHAN MAKANAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008 2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku Jenis Tanaman 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Padi 2. Jagung 3. Ketela Pohon 4. Ketela Rambat 5. Kacang Tanah 6. Kacang Hijau 7. Lainnya 44.986.948,02 2.678.571,55 4.247.555,19 23.545,43 3.690.575,43 110.742.48 77.363.127,62 47.965.083,98 2.855.892,99 4.528.743,34 25.104,14 3.934.891,52 118.073.63 82.484.566,52 Jumlah 133.101.065,62 141.912.356,12 PDRB Kota Semarang 2009 8

Jenis Tanaman Atas dasar harga Konstan 2000 (1) (2) (3) 1. Padi 2. Jagung 3. Ketela Pohon 4. Ketela Rambat 5. Kacang Tanah 6. Kacang Hijau 7. Lainnya 8.053.939,89 558.100,41 1.529.294,05 8.804,59 1.377.115,78 77.928,35 32.027.900,75 8.330.190,03 564.574,37 1.561.562,15 9.029,08 1.390.886,94 78.707,63 32.998.399,54 Jumlah 43.633.083,84 44.933.349,74 2.1.2 Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi, kapok, tebu, jambu mete, cengkeh dan tanaman lainnya termasuk produk ikutannya. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Produksi beberapa jenis tanaman perkebunan rakyat dapat dilihat pada tabel 2.1.2.1. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. rasio biaya antara serta rasio margin perdagangan dan biaya transport yang digunakan, diperoleh dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. PDRB Kota Semarang 2009 9

Tabel 2.1.2.1 PRODUKSI BEBERAPA JENIS TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT TAHUN 2008-2009 (KG) JENIS TANAMAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Kelapa 2. Kopi 3. Cengkeh 4. Kapok 5. Jambu Mete 6. Tanaman lainnya 782.210 19.007 4.268 11.592 14.760 898.220 807.550 19.220 4.405 11.923 12.339 958.411 Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. Output beberapa jenis tanaman perkebunan rakyat atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 disajikan pada tabel 2.1.2.2. Tabel 2.1.2.2. OUTPUT TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku Jenis Tanaman 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Kelapa 2. Kopi 3. Cengkeh 4. Kapuk 5. Jambu Mete 6. Tanaman Lainnya 1.234.032 129.338 1.429.785 106.219 390.520 1.730.629 1.442.337 151.170 1.671.133 124.148 456.439 2.022.759 Jumlah 5.020.523 5.867.987 PDRB Kota Semarang 2009 10

Jenis Tanaman Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Kelapa 2. Kopi 3. Cengkeh 4. Kapuk 5. Jambu Mete 6. Lainnya 205.892 61.555 24.346 37.536 31.382 1.298.225 212.562 62.246 25.128 38.609 26.235 1.385.221 Jumlah 1.658.926 1.750.001 2.1.3 Tanaman Perkebunan Besar Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang berbentuk badan hukum. Komoditi yang dihasilkan adalah karet. Baik data produksi maupun harga diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Badan Pusat Statistik. Data produksi dan output tanaman perkebunan besar dapat dilihat pada table 2.1.3.1 dan 2.1.3.2. Tabel 2.1.3.1. PRODUKSI BEBERAPA JENIS TANAMAN PERKEBUNAN BESAR TAHUN 2008-2009 (KG) JENIS TANAMAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Karet 671.619 708.469 PDRB Kota Semarang 2009 11

Tabel 2.1.3.2. OUTPUT TANAMAN PERKEBUNAN BESAR ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku Jenis Tanaman 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Karet 8.102.764 9.844.080 Atas Dasar Harga Konstan 2000 1. Karet 2.599.669 2.742.304 Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti yang dilakukan pada tanaman perkebunan rakyat. 2.1.4 Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta hasil-hasil ternak diperoleh dari Dinas Peternakan. Tabel 2.1.4.1. memperlihatkan data pemotongan hewan, populasi ternak dan hasilhasil peternakan. PDRB Kota Semarang 2009 12

Tabel 2.1.4.1. PEMOTONGAN, POPULASI TERNAK DAN HASIL-HASIL PETERNAKAN TAHUN 2008-2009 Jenis Ternak / Hasil Ternak 2008 2009 (1) (2) (3) PEMOTONGAN (ekor) 1. Sapi 2. Kerbau 3. Kambing/Domba 4. Kuda 5. Babi 6. Unggas 13.566-20.094-15.003 5.953.636 13.717-20.608-15.220 6.031.033 POPULASI (ekor) 1. Sapi 2. Kerbau 3. Kambing/Domba 4. Kuda 5. Babi 6. Unggas HASIL-HASIL PETERNAKAN 1. Susu (liter) 2. Telur (Kg) *) Angka Perkiraan 2.884-26.241 - - 1.276.409 3.002.371 5.714.230 2.917-27.001 - - 1.292.997 3.199.927 5.965.656 Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. PDRB Kota Semarang 2009 13

2.1.5 Kehutanan Sub sektor kehutanan mencakup tiga jenis kegiatan seperti penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa kulit kayu, kopal, akarakaran dan sebagainya. Sebagaimana dengan sub sektor lainnya dalam sektor pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga masing-masing. Penggunaan harga yang berlaku pada masing-masing tahun menghasilkan output atas dasar harga berlaku dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. Data harga didapat dari Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Kendal. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output. Rasio tersebut diperoleh dari tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. 2.1.6 Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba. Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Semarang, dapat dilihat pada tabel 21.6.1 dan tabel 2.1.6.2. Tabel 2.1.6.1. PRODUKSI PERIKANAN TAHUN 2008-2009 (KG) RINCIAN 2008*) 2009 (1) (2) (3) 1. Perikanan Laut 2. Perikanan Darat 14.996 501.000 15.162 507.563 *) Angka diperbaiki PDRB Kota Semarang 2009 14

Tabel 2.1.6.2. OUTPUT PERIKANAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008 2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku RINCIAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Perikanan Laut 2. Perikanan Darat 179,95 8.178,14 185,94 8.285,27 Jumlah 8.358,09 8.471,21 Atas Dasar Harga Konstan 2000 1. Perikanan Laut 2. Perikanan Darat 60,06 3.621,68 60,72 3.669,12 Jumlah 3.681,73 3.729,81 Perhitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah terhadap output, rasio nilai tambah itu diperoleh dari Tabel Input- Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. 2.2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Penghitungan nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian di Kota Semarang hanya mencakup kegiatan penggalian, karena belum ada kegiatan usaha pertambangan, komoditi yang dicakup dalam kegiatan penggalian meliputi segala jenis hasil penggalian, antara lain penggalian pasir, kerikil, batu, tanah liat dan tanah urug. Metode penghitungan sub sektor penggalian dengan menggunakan pendekatan metode produksi, yaitu dengan cara mencari nilai produksi setiap jenis hasil penggalian. Output merupakan perkalian antara produksi dengan harga masing-masing. Untuk mendapatkan nilai tambah dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Biaya antara untuk masing-masing komoditi PDRB Kota Semarang 2009 15

diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil penyusunan Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Perkiraan output atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. 2.3 INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor ini terdiri dari sub sektor industri pengolahan non migas. Industri pengolahan non migas dbedakan atas industri besar, sedang kecil dan rumahtangga. Data output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dapat dilihat pada tabel 2.3.1. Tabel 2.3.1. OUTPUT INDUSTRI PENGOLAHAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku RINCIAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Industri Besar dan Sedang 2. Industri Kecil 3. Industri Kerajinan Rumahtangga 13.990.188.670 467.654.063 354.557.902 15.287.079.160 511.005.590 387.425.420 Jumlah 14.812.400.645 16.185.510.180 Atas Dasar Harga Konstan 2000 1. Industri Besar dan Sedang 2. Industri Kecil 3. Industri Kerajinan Rumahtangga 4.861.371.488 241.111.970 167.946.222 5.073.813.422 251.648.563 175 285.472 Jumlah 5.270.429.680 5.500.747.457 PDRB Kota Semarang 2009 16

2.3.1 Industri Besar dan Sedang Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang dalam PDRB ini didasarkan pada tenaga kerja yang bekerja di sektor industri. Untuk industri besar mempunyai batasan 100 orang keatas dan industri sedang antara 20-99 orang. Metode penghitungan yang ditempuh, adalah metode pendekatan produksi (production approach) yaitu dengan cara menilai produksi yang dihasilkan dari unit industri pengolahan dengan harga produsen yang terjadi. Untuk mendapatkan nilai tambah, terlebih dahulu mengeluarkan biaya yang dikorbankan untuk membentuk barang dan jasa yang lazim disebut biaya antara (intermediate cost). Data yang dibutuhkan adalah berdasarkan hasil pengolahan Survei tahunan Industri Besar/ Sedang yang dilakukan oleh BPS Kota Semarang. Langkah penghitungan nilai tambah yang dilakukan untuk tahun 2005-2006 adalah sebagai berikut a. Dari hasil survei tahunan Industri Besar/ Sedang tahun 2005-2006 akan didapatkan rata-rata nilai produksi per tenaga kerja. b. Karena cakupan pada survei tahunan dimungkinkan masih terdapat perusahaan yang lewat cacah, maka dibantu dengan data Penunjang Regional Income yang dikumpulkan oleh BPS Kota Semarang tentang jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan Industri Besar/ Sedang. c. Dari kedua data tersebut didapatkan nilai produksi Industri Besar/ Sedang. Untuk selanjutnya dengan mengurangi biaya antara dari nilai produksinya akan diperoleh nilai tambah bruto. Persentase biaya antara dan penyusutan diperoleh dari Tabel Input - Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. Nilai tambah Bruto industri Besar/ Sedang atas dasar harga konstan 2000, untuk tahun 2005-2006 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. PDRB Kota Semarang 2009 17

2.3.2 Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga Angka output tahun 2000 diperoleh dari hasil pengolahan Survei Industri Kecil dan Rumahtangga yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik kota Semarang. Untuk mendapatkan output tahun berikutnya digunakan Data Penunjang Regional Income yang dikumpulkan oleh BPS Kota Semarang. Nilai tambah bruto baik industri kecil maupun rumahtangga dengan cara mengeluarkan biaya antara dari output yang dihasilkan, dan selanjutnya bila penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto akan didapatkan nilai tambah neto. Persentase biaya antara dan penyusutan menggunakan Tabel Input-Output Jawa Tengah tahun 2000 yang di Update. Metode yang digunakan untuk menghitung atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi dan sebagai indeks produksinya adalah tenaga kerja. 2.4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Data Produksi sub sektor listrik dan air bersih diperoleh dari Perusahaan listri Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Output masing-masing sub sektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup yang dicakup dalam usahanya. Tabel 2.4.1 memperlihatkan kuantitas produksi dan tabel 2.4.2 memperlihatkan output atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000. Tabel 2.4.1. PRODUKSI LISTRIK DAN AIR BERSIH TAHUN 2008-2009 RINCIAN SATUAN 2008 2009 (1) (2) (3) (4) 1. Listrik 2. Air Bersih Kwh 000 m3 1.857.904.744 34.277.257 1.929.062.496 35.753.145 PDRB Kota Semarang 2009 18

Tabel 2.4.2. OUTPUT LISTRIK DAN AIR BERSIH ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2009 (JUTAAN RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku RINCIAN 2008 2009 (1) (2) (3) 1. Listrik 2. Air Bersih 1.315.183.146 100.171.116 1.392.561.639 107.446.765 Jumlah 1.415.354.362 1.500.008.404 Atas Dasar Harga Konstan 2000 1. Listrik 2. Air Bersih 576.113.292 39.476.624 598.178.431 40.544.877 Jumlah 615.589.916 638.723.308 2.4.1 Listrik Sub sektor ini mencakup kegiatan produksi dan distribusi listrik, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun Non PLN. Data Produksi, harga, biaya antara sub sektor ini diperoleh dari PLN Cabang Semarang dan hasil pengolahan Survei Air Minum di Kota Semarang. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan revaluasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio nilai tambah tahun 2000 dengan output masing-masing tahun, sedangkan nilai tambah atas dasar harga berlaku menggunakan rasio nilai tambah tahun yang bersangkutan. Dalam penghitungan output dan biaya antara PDRB Kota Semarang 2009 19

sub sektor ini diperhitungkan juga listrik yang dipakai sendiri dan hilang dalam jaringan transmisi. 2.4.2. Air Bersih Sub sektor yang dicakup dalam kegiatan ini adalah air bersih yang diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air bersih diperoleh dari hasil pengolahan survei Air Minum. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi dan atas dasar harga berlaku dengan menggunakan rasio nilai tambah dari masing-masing tahun. 2.5. B A N G U N A N Sektor Bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelanuhan. Dam, irigasi, jaringan listrik, air, telepon dan sebagainya. Pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan oleh: a. Pemborong/kontraktor domestik Kota Semarang b. Pemborong/Kontraktor asing c. Pemborong/kontraktor luar Kota Semarang d. Instansi Pemerintah baik pusat maupun darah e. Bukan pemborong dan atau oleh perorangan Seperti diuraikan di atas, bahwa pelaku pembangunan di bidang konstruksi adalah menganut konsep domestik, yang artinya bahwa kegiatan tersebut yang benar-benar dilakukan di Kota Semarang, dengan tanpa melihat asal dari kontraktor. Ada kemungkinan kontraktor Kota Semarang yang melakukan kegiatan di luar Kota Semarang, maka dalam ini tidak termasuk produk kota semarang. Nilai tambah bruto didapat dari hasil perkalian suatu rasio dengan output tahun yang bersangkutan. Sedangkan rasio tersebut PDRB Kota Semarang 2009 20

diperoleh dari tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. Nilai tambah konstan 2000 diperoleh dengan cara menggunakan metode deflasi dan sabagai deflatornya adalah indeks Harga Perdagangan Besar Bangunan. 2.6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran Penghitungan nilai tambah sub sektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang yaitu dengan cara menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yangdiperdagangkan ini diturunkan nilai margin yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang-barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan rasio nilai tambah didasarkan pada data hasil penyusunan Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio-rasio diatas, dengan output atas dasar konstan 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. 2.6.2. H o t e l Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam kamar dengan tarif per malam kamar. Data mengenai jumlah malam kamar dan tarifnya diperoleh dari hasil pengolahan Survei Hotel baik berbintang maupun non bintang di Kota Semarang. Sedangkan rasio nilai tambah didasarkan pada Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya. PDRB Kota Semarang 2009 21

2.6.3. Restoran / Rumah Makan Data pendukung untuk penghitungan nilai tambah sub sektor restoran/ rumah makan berdasarkan hasil inventarisasi data penunjang regional income, yang dikumpulkan oleh BPS Kota Semarang. Dari hasil laporan tersebut, kita dapatkan banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sub sektor restoran/ rumah makan. Sedangkan output tahun 2000 didapatkan dari pajak pembangunan I, dan apabila dibagi dengan banyaknya tenaga kerja akan menghasilkan rata-rata output per tenaga kerja. Untuk penghitungan output tahun berikutnya digerakkan dengan Indeks Harga Konsumen Kelompok Makanan. Nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Angka persentase tersebut diambil dari Tabel Input-Output Indonesia 1990 yang di update. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode deflasi, dimana sebaga deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen kelompok makanan. 2.7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai, danau dan udara, termasuk jasa penunjang komunikasi dan jasa komunikasi. 2.7.1. Pengangkutan a. Angkutan Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan PT Kereta Api Indonesia (KAI) DAOP IV Semarang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 PDRB Kota Semarang 2009 22

dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang Km-penumpang dan Ton- Km barang yang diangkut. b. Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak bermotor seperti bis, truk, taksi, dokar, becak dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan Data Penunjang Regional Income yang dikumpulkan oleh BPS Kota Semarang. Rata-rata output dan rasio biaya antara menurut jenis kendaraan yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS Kota Semarang dan Tabel Input-Output Jawa Tengah tahun 2000 yang di update. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi untuk masing-masing jenis angkutan jalan raya. c. Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Output atas dasar harga berlaku diperkirakan atas perkalian antara jumlah barang dan penumpang yang diangkut, dengan masing-masing ratarata tarif per ton barang dan rata-rata tarif per penumpang. Untuk tahun yang tidak dilakukan survei, rata-rata tarif digerakkan dengan Indeks Harga Konsumen Umum, sedangkan data mengenai struktur biaya didasarkan pada tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Data mengenai jumlah barang dan penumpang yang diangkut diperoleh dari berbagai sumber seperti Indonesia National Shipowner Association (INSA), Perum PDRB Kota Semarang 2009 23

Pelabuhan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dan sebagi deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen Umum. d. Angkutan Udara Mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik nasional baik penerbangan dalam negeri maupun internasional yang beroperasi di Kota Semarang. Nilai tambah bruto dihitung dengan pendekatan produksi dimana data output dan struktur biaya diperoleh dari hasil survei terhadap perusahaanperusahaan penerbangan yang ada di Kota Semarang. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi dimana sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen. e. Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, ekspedisi, bongkar muat, serta jasa penunjang lainnya. 1. Terminal dan Perparkiran Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/ armada yang membongkar atau mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti kegiatan terminal dan parkir, pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Pelayanan yang disediakan di pelabuhan laut, meliputi fasilitas berlabuh, tambat, pandu, distribusi air tawar serta kegiatan pencatatan muatan barang dan penumpang. Data tarif dan ratarata output per indikator produksi serta struktur biaya diperoleh dari PDRB Kota Semarang 2009 24

hasil Survei Khusus Pendapatan Regional, sedang data produksi bersumber dari laporan Perum Pelabuhan, Data Penunjang Regional Income dan laporan dari Dinas lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi, sedang Indeks yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen Aneka Barang dan Jasa. 2. Bongkar Muat Kegiatan bongkar muat mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat. Indikator produksi untuk bongkar muat melalui laut adalah jumlah barang yang dibongkar dan dimuat, datanya bersumber dari Perum Pelabuhan. Data untuk penghitungan rata-rata output dan struktur biaya diperoleh dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai Indeks Harga Konsumen Umum. 3. Jalan Jembatan Tol Kegiatan ini mencakup jasa penggunaan jalan dan jembatan tol yang hanya dikelola oleh PT (Persero) Jasa Marga. Data untuk penghitungan output dan struktur biaya diperoleh dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di Update. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks kendaraan yang dirinci menurut golongan kendaraan yang melewati jalan tol. PDRB Kota Semarang 2009 25

2.7.2. Komunikasi Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro telekomunikasi dan jasa penunjang komunikasi seperti wartel, warpostel dan warparpostel. a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebaginya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari Laporan Tahunan PT Pos Indonesia Semarang. Perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ektrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan barang yang dipaketkan. b. Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari Laporan tahunan Distel Semarang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah pulsa otomatis, menit interlokal, jumlah menit radio telepon, banyaknya kata telegram dan sebagainya yang bersumber dari Distel Semarang. PDRB Kota Semarang 2009 26

2.8. BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Sektor ini meliputi kegiatan bank, asuransi, pegadaian, koperasi simpan pinjam, lembaga keuangan lainnya, persewaan bangunan tempat tinggal dan jasa perusahaan. 2.8.1. Bank Angka nilai tambah bruto sub sektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Cakupan sub sektor bank selain Perbankan, juga termasuk kegiatan Badan Perkreditan Rakyat (BPR) yang berusaha di wilayah Kota Semarang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, dimana angka indeks Harga Konsumen Umum sebagai deflator. 2.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Jasa Penunjang Kegiatan yang dicakup meliputi asuransi, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan bukan bank lainnya. a. Asuransi Penghitungan output dan nilai tambah bruto asuransi atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan Data Penunjang Regional Income yang dikumpulkan BPS Kota Semarang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh menggunakan deflasi dengan deflator Indeks Harga Konsumen Umum. PDRB Kota Semarang 2009 27

b. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi simpan pinjam adalah suatu bentuk usaha lembaga keuangan yang bergerak di bidang perkreditan di luar bank. Untuk mendapatkan besarnya output diperoleh dari laporan Data Penunjang Regional Income yang dikumpulkan BPS. Struktur biaya diambilkan dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Besarnya nilai tambah konstan 2000, dihitung dengan cara mendeflate nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan Indeks Harga Konsumen Umum. c. Pegadaian Data mengenai output pegadaian diperoleh dari seluruh Kantor Cabang Perum Pegadaian yang melakukan kegiatan usahanya di Kota Semarang. Nilai tambah bruto diperkirakan dari hasil perkalian rasio nilai tambah bruto terhadap output. Persentase/rasio tersebut diambilkan dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung denga cara deflasi, dengan deflator Indeks Harga Konsumen Umum. d. Dana Pensiun Untuk mendapatkan nilai tambah bruto dari kegiatan ini diambilkan dari hasil survei Lembaga Keuangan Bukan bank yang berusaha di Kota Semarang. Nilai tambah bruto kegiatan dana pensiun diperoleh dari rasio nilai tambah bruto terhadap output. Angka rasio diambilkan dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Besarnya nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, dengan Indeks Harga Konsumen Umum sebagai deflator. PDRB Kota Semarang 2009 28

2.8.3. Sewa Rumah Mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleh rumahtangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewa. Perkiraan nilai tambah bruto didasarkan pada Laporan Data Penunjang regional Income BPS Kota Semarang. Dari hasil pengolahan data tersebut kita dapatkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah bangunan tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya. 2.8.4. Jasa Perusahaan Yang dicakup Kegiatan Jasa Perusahaan meliputi: advokat, notaris, akuntan/pembukuan, konsultan, periklanan, persewaan alat pesta dan jasa perusahaan lainnya. Perkiraan output didasarkan pada tenaga kerja yang bersumber dari Laporan Data Penunjang yangdikumpulkan BPS Kota Semarang. Besarnya biaya antara diambilkan dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update. Apabila biaya antara dikeluarkan dari output akan didapatkan nilai tambah bruto. 2.9 SEKTOR JASA-JASA Kegiatan sektor jasa-jasa meliputi Jasa Pemerintahan dan Hankam, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan Jasa Perorangan & Rumahtangga. 2.9.1 Jasa Pemerintahan dan Pertahanan & Keamanan Nilai tambah sub sektor jasa pemerintahan dan hankam terhadap PDRB terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah, sipil dan PDRB Kota Semarang 2009 29

ABRI, perkiraan komponen upah dari belanja pembangunan, ditambah perkiraan penyusutan sebesar 5 persen Data yang dipakai didasarkan pada realisasi pengeluran pemerintah yang berupa anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Data upah gaji pegawai negeri sipil pusat diperoleh dari kantor Perbendaharaan dan Kas Negara I dan II Semarang, pegawai negeri sipil Propinsi dari laporan keuangan pemerintah propinsi (K-1), pegawai negeri sipil Kabupaten/Kota (K-2), sedangkan untuk TNI dan Kepolisian diperoleh dari BPS Propinsi Jawa Tengah. Cakupan sub sektor Pemerintahan dan Keamanan adalah seluruh pegawai negeri sipil, TNI dan Kepolisian yang benar-benar bekerja di wilayah Kota Semarang. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000, untuk pegawai negeri sipil pusat dengan ekstrapolasi sedangkan pegawai negeri sipil daerah menggunakan metode deflasi. 2.9.2 Jasa Swasta Yang dimaksud sub sektor jasa swasta adalah seluruh kegiatan ekonomi jasa-jasa yang dikelola oleh swasta, sedangkan yang dikelola pemerintah sudah tercakup di sub sektor Pemerintah dan hankam. Adapun kegiatan yang dicakup sub sektor jasa swasta adalah: Jasa Sosial dan Kemasyarakatan, Hiburan dan Rekreasi dan Jasa Perorangan dan Rumahtangga. a. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Mencakup Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan serta Jasa Kemasyarakatan lainnya seperti Palang Merah, Panti Asuhan, Panti Wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat, Rumah Ibadah dan sebagainya, terbatas yang dikelola oleh swasta saja. Kegiatan-kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah sudah termasuk dalam sub sektor Pemerintahan. PDRB Kota Semarang 2009 30

- Jasa Pendidikan Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan, yang diperoleh dari Kantor Pendidikan Nasional Kota Semarang, data output per murid dan rasio nilai tambah yang diperoleh dari survei khusus serta Indeks Harga Konsumen Kelompok Barang dan Jasa. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000, adalah dilakukan dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen Kelompok barang dan Jasa. - Jasa Kesehatan Mencakup Jasa Rumah Sakit, Dokter Praktek dan Jasa Kesehatan Lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output oleh masingmasing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara rata-rata output per tempat tidur rumah sakit dengan jumlah tempat tidur, rata-rata output per pasien dengan jumlah pasien di dokter praktek dan rata-rata output per bidan dengan jumlah bidan praktek. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada rasio nilai tambah terhadap output. - Jasa Kemasyarakatan Lainnya Dari hasil survei khusus terhadap panti asuhan dan panti wreda yaitu Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR), diperoleh rata-rata output per anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani yang bersumber dari Data Penunjang Regional Income, diperoleh perkiraan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi. Output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku untuk perkiraan kegiatan PDRB Kota Semarang 2009 31

palang merah diperoleh dari Palang Merah Indonesia cabang Kota Semarang, sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, sebagai deflatornya Indeks Harga Konsumen Aneka Barang dan Jasa. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi Yang dicakup dalam sub sektor ini, adalah jasa bioskop, panggung hiburan, studio radio swasta, taman hiburan, klub malam, obyek wisata dan jasa hiburan lainnya. Output bioskop atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara mengalikan banyaknya penonton dengan rata-rata tarif per penonton. Struktur biaya bersumber pada Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya IHK Aneka Barang dan Jasa. Output dan nilai tambah panggung hiburan diperoleh dengan cara mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan banyaknya tenaga kerja. Data tenaga kerja diperoleh dari Laporan Data Penunjang Regional Income. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya IHK Aneka Barang dan Jasa. Untuk kegiatan studio radio swasta, taman hiburan dan klub malam, perkiraan nilai tambah didasarkan pada jumlah tenaga kerja, rata-rata output per tenaga kerja dan struktur biaya dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update, sedangkan nilai tambah untuk tahun-tahun lainnya dihitung dengan menggunakan indikator pertumbuhan tenaga kerja dan IHK Aneka Barang dan Jasa. c. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumahtangga. Data produksi/ indikator produksi dan data harga/rata-rata output per indikator, diperoleh dari laporan Data Penunjang PDRB Kota Semarang 2009 32

Regional Income dan hasil survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dikumpulkan BPS Kota Semarang. Untuk tahun yang tidak dilakukan survei, rata-rata output per indikator digerakkan dengan IHK Aneka Barang dan Jasa. Hasil perkalian produksi/indikator produksi dengan harga/indikator harga akan diperoleh besarnya output. Rasio nilai tambah bruto yang diperoleh dari Tabel Input-Output Jawa Tengah 2000 yang di update, apabila dikalikan output akan diperoleh besarnya nilai tambah bruto. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, dan sebaga deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen Aneka Barang dan Jasa. PDRB Kota Semarang 2009 33

III. ULASAN SINGKAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 3.1. Umum Kondisi perekonomian Jawa Tengah yang membaik dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, tahun 2008 ekonomi Jawa Tengah diukur dari PDRB tumbuh sebesar 5,46 persen dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang melambat yaitu sebesar 4,71 persen. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Jawa Tengah yang membaik, kinerja ekonomi Kota Semarang tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 5,34 persen. 3.2. Perkembangan PDRB Sektoral Dari tabel 3.2. PDRB Kota Semarang pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku sebesar 38.46 triliyun rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 20,18 triliun rupiah. Tabel 32. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 serta perkembangannya di Kota Semarang Tahun 2005 2009 PDRB adh Berlaku PDRB adh Konstan 2000 Tahun Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan (Juta Rp) (%) (Juta Rp) (%) (1) (2) (3) (4) (5) 2005 23.208.224,89 178,29 16.194.264,61 124,41 2006 26.624.244,17 204,53 17.118.705,28 131,57 2007 30.515.736,72 234,42 18.142.639,96 139,37 2008 34.541.218,97 265,35 19.156.814,29 147,16 2009 38.459.815,06 295,45 20.180.577,95 155,03 PDRB Kota Semarang 2009 34

Juta Rupiah G rafik 1. PD RB Kota Semarang 2 0 0 3-2 0 0 9 40000000 35000000 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 K onstan Berlaku 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 T ahun 3.3 Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Pertumbuhan ekonomi disamping dapat berdampak peningkatan pendapatan pada akhirnya juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah. Semakin mampu menggali potensi perekonomian daerah yang ada, akan semakin besar Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Asli Daerah, sehingga mampu meningkatkan keuangan daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Tabel 3.3. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi per tahun Kota Semarang Tahun 2005 2009 Tahun Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun (1) (2) 2005 5.14 2006 5.71 2007 5.98 2008 5.59 2009 5.34 PDRB Kota Semarang 2009 35