BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

Bab I. Pendahuluan. mengandung bidang pandang. Sastra bagi sebagian orang dinilai sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan struktur dan fungsi pernah dilakukan, diantaranya: 1. Haryantini, (2007), Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Geguritan Taluh Celeng. Dalam skripsinya menyajikan analisis tentang bentuk, fungsi, dan makna Geguritan Taluh Celeng dengan menggunakan teori struktural dan bentuk geguritan yang dianalisis di sini dibagi menjadi dua yakni struktur forma dan struktur naratif. 2. Ni Luh Made Suardhiyani, (2011), skipsinya yang berjudul Geguritan Manusa Yadnya Analisis Struktur dan Fungsi, menyatakan bahwa Geguritan Manusa Yadnya adalah sebuah tutur yang dikemas ke dalam bentuk geguritan. Geguritan Manusa Yadnya ini di analisis dengan mengunakan struktur forma dan struktur naratif, serta menganalisis fungsi. Namun, dalam struktur naratifnya berbeda dengan struktur naratif pada umumnya, yaitu struktur naratir yang meliputi: upacara, upakara, tema, dan amanat. Sedangkan fungsi 10

yang dibahas meliputi fungsi penuntun dalam upacara keagamaan, fungsi informasi kepada masyarakat, dan fungsi pendidikan. 3. Ni Made Dwi Mahayani, (2011), dalam skripsinya yang berjudul Geguritan Dalem Sidhakarya Analisis Struktur dan Fungsi, menyatakan bahwa Geguritan ini sangat terkenal di masyarakat, salah satunya dalam upacara keagamaan yang dikenal dengan adanya topeng sidhakarya. Geguritan Dalem Sidhakarya ini dianalisis dengan menggunakan struktur forma dan naratif, serta menganalisis fungsi yang meliputi fungsi agama, dan fungsi sosial. 4. Penelitian dalam bentuk skripsi yang terakhir membahas mengenai tokoh yang digunakan sebagai judul karya sastra, yang diangkat oleh Widanta Ruma, (2011), dengan judul Geguritan Gelem Analisis Struktur dan Nilai. Dalam skripsinya menyajikan analisis tentang struktur dan nilai, dengan menggunakan teori struktural, sedangkan bentuk geguritan yang dianalisis dibagi menjadi dua yakni struktur forma dan struktur naratif. 2.2 Konsep Konsep merupakan unsur unsur pokok dari suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala, atau merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian (Suardhiyani, 2011:10). Beberapa konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 11

2.2.1 Struktur Secara etimologis struktur berasal dari kata structura (latin) yang berarti bentuk, bangunan (Ratna, 2004:91). Analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan sebuah karya sastra yang secara bersamasama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Struktur yang terdapat dalam Geguritan Kala Rau ini terdiri dari struktur forma dan struktur naratif. Secara etimologis forma berasal dari bahasa latin yang berarti bentuk atau wujud. Struktur forma merupakan satu bagian dari keseluruhan karya sastra yang mengulas tentang bentuk dalam menampilkan karya sastra itu sendiri, dan memiliki hubungan dengan isi yang dikandungnya. Struktur forma meliputi kode bahasa dan sastra, ragam bahasa dan gaya bahasa. Sedangkan struktur naratif merupakan unsur unsur sastra yang terdapat didalam suatu karya sastra yang mengandung cerita. Struktur naratif terdiri dari insiden, alur, tokoh penokohan, latar, tema, dan amanat. Struktur naratif merupakan pemaparan unsur unsur cerita yang memiliki fungsinya tersendiri dalam membentuk suatu karya sastra yang utuh. 2.2.2 Fungsi Fungsi berarti hubungan aktif antara objek dan tujuan dipakainya objek tersebut (Endraswara, 2008:17). Wellek dan Warren (1990:25) menyebutkan bahwa karya sastra berfungsi sebagai dulce (hiburan) dan utile 12

(berguna/bermanfaat). Teeuw (1984:151) menyebutkan bahwa fungsi sastra dalam masyarakat berhubungan dengan fungsi estetik dan fungsi lain (seperti agama dan sosial). Luxemburg (1984 : 94), dalam pengantar ilmu sastra, menyebutkan bahwa fungsi adalah keseluruhan sifat sifat yang bersama sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya. Sastra tidak hanya mencerminkan kenyataan, namun juga turut membangun masyarakat dan hendaknya berperan sebagai guru. Robson (1978 : 25), menyebutkan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang : (a) agama, filsafat, mitologi; (b) ajaran yang bertalian dengan sejarah etika ; (c) keindahan alam atau hiburan. Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang mempunyai sejarah kejadiannya, artinya tiap teks direka atau dilahirkan guna memenuhi suatu fungsi. Selain itu, fungsi sastra sebagai hiburan, yang biasanya digunakan untuk menyenangkan hati dan menenangkan pikiran. 2.2.3 Mitos Menurut Bascom, mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite biasanya ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi didunia lain, atau didunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau. Pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, susunan para 13

dewa, dunia dewata, terjadinya manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan, terjdinya makanan pokok, seperti beras dan sebagainya (danandjaja, 1984:50 52). Sigmund Freud, Carl, Yung dan lain lain berpendapat bahwa mite itu sendiri ada pada setiap umat manusia yang diwarisinya secara biologis. Mite diangap berasal dari mimpi yang selanjutnya merupakan proyeksi keinginan individu sebagai umat manusia. Menurut Euhemerus manusia menciptakan para dewanya berdasarkan wajah dirinya sendiri. Para dewa dari mitologi pada hakekatnya adalah manusia (pria maupun wanita) yang didewakan, dan mite adalah sebenarnya kisah nyata orang orang yang pernah hidup, namun kisah itu mengalami perubahan seiring zamannya (danandjaja, 1984 : 59). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam mitos surya lan bulan kapangan, merupakan sebuah kepercayaan masyarakat terhadap fenomena yang pernah terjadi. Tokoh tokohnya pun merupakan para dewa. 2.3 Landasan Teori Teori berasal dari kata theoria (bahasa latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada umumnya, teori dipertentangkan dengan praktik. Setelah suatu ilmu pengetahuan berhasil untuk mengabstraksikan keseluruhan konsepnya ke dalam suatu rumusan ilmiah yang dapat diuji kebenarannya, yaitu teori itu sendiri, maka teori tersebut mesti dioperasikan secara praktis, sehingga cabang cabang ilmu pengetahuan sejenis 14

dapat dipahami secara lebih rinci dan mendalam. Pada dasarnya, teori dengan praktik, kumpulan konsep dengan kumpulan data penelitian, bersifat saling membantu, saling melengkapi. Seperti dijelaskan di atas, objek melahirkan teori, sebaliknya teori memberikan berbagai kemudahan untuk memahami objek. Teori berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek secara maksimal (Ratna, 2004:1). Penelitian sebuah karya sastra tidak pernah terlepas dari kajian struktur sebuah karya sastra. Kajian struktur merupakan tugas prioritas dan sulit dihindari bagi seorang peneliti sastra, sebelum melangkah pada hal hal lain (Teeuw, 1983 : 61). Sesuai dengan judul penelitian yaitu menekankan pada analisis struktur dan fungsi, maka penelitian menggunakan teori struktural dan fungsi. Secara etimologis struktur berasal dari kata structura (latin) yang berarti bentuk, bangunan (Ratna, 2004:91). Analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan sebuah karya sastra yang secara bersamasama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah totalitas. Selain itu analisis struktur tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, ataupun yang lainnya. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana 15

hubungan antar unsur itu dan sumbangan yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik (Nurgiantoro, 2007 : 37). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, kajian terhadap struktur Geguritan Kala Rau terdiri dari struktur forma dan struktur naratif. Secara etimologis forma berasal dari bahasa latin yang berarti bentuk atau wujud. Struktur forma merupakan satu bagian dari keseluruhan karya sastra yang mengulas tentang bentuk dalam menampilkan karya sastra itu sendiri, dan memiliki hubungan dengan isi yang dikandungnya. Struktur forma meliputi kode bahasa dan sastra, ragam bahasa dan gaya bahasa. Kode bahasa dan sastra mencakup penggunaan pupuh, perwatakan masing masing pupuh, dan pelukisan masing masing pupuh untuk melukiskan suasana. Selain itu kode bahasa dan sastra juga meliputi padalingsa pupuh yang terdiri dari paletan tembang atau wilangan kecap dan suara pematut. Ragam bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa (sehari hari) dalam teks, sedangkan gaya bahasa yang dimaksud adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas atau bahasa kiasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 952) naratif bersifat menguraikan atau menjelaskan. Struktur naratif merupakan unsur unsur sastra yang terdapat didalam suatu karya sastra yang mengandung cerita. Struktur naratif terdiri dari insiden, alur, tokoh penokohan, latar, tema, dan amanat. Struktur 16

naratif merupakan pemaparan unsur unsur cerita yang memiliki fungsinya tersendiri dalam membentuk suatu karya sastra yang utuh. Setelah melalui tahapan analisis struktur kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsi Geguritan Kala Rau. Fungsi fungsi menurut Luxemburg (1984 : 94), dalam pengantar ilmu sastra, menyebutkan bahwa fungsi adalah keseluruhan sifat sifat yang bersama sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya. Sastra tidak hanya mencerminkan kenyataan, tetapi juga turut membangun masyarakat dan hendaknya berperan sebagai guru. Fungsi sastra dalam masyarakat masih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khusus masalah hubungan antara fungsi estetik dengan fungsi yang lain (agama dan sosial) dalam variasi dan keragamannya dapat diamati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik. Demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu (Teeuw, 1984 : 304). Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka, fungsi karya sastra berupa Geguritan Kala Rau lebih erat kaitannya dengan masyarakat Hindu, dengan tujuan untuk mengungkap fungsi Geguritan tersebut dalam lingkungan masyarakat Bali. Fungsi Geguritan Kala Rau yang akan diungkap diantaranya fungsi agama yang terdiri dari tatwa dan etika yang dilihat dari prilaku atau tingkah laku para tokoh yang membangun cerita tersebut. Fungsi mitos yang memahami tentang kepercayaan masyarakat akan adanya bulan dan surya kepangan agar terus diyakini. 17