Ahmad Nasution 1. Intisari

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT ABSTRACT

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

MATERI DAN METODE. Materi

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN AMPAS AREN FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DOMBA EKOR TIPIS JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

UJI KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN KOMPLIT HASIL SAMPING UBI KAYU KLON PADA DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Penentuan Kebutuhan Pokok Protein Pada Napu (Tragulus napu)

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA

Pengaruh Pemberian Zeolit dalam Ransum Terhadap Performans Mencit (Mus musculus) Lepas Sapih

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PEMBERIAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI TERHADAP NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT RANSUM DOMBA EKOR TIPIS

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

Pemanfaatan Dedak Padi sebagai Pakan Tambahan Rusa

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

KOMPOSISI KIMIA DAN PALATABILITAS

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

KECERNAAN RANSUM SAPI BALI DENGAN KONSENTRAT FERMENTASI BERBASIS LUMPUR SAWIT DAN BAHAN PAKAN LOKAL

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

MATERI DAN METODE. Metode

Ade Trisna*), Nuraini**)

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

Pengaruh Penggantian Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dengan Rumput Kumpai (Hymenachne amplixicaulis ) Terhadap Kecernaan Bahan Kering & Bahan Organik dan Konsumsi Ahmad Nasution 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian rumput gajah dengan rumput kumpai terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan konsumsi air minum domba lokal jantan. Tiga ekor domba jantan lepas sapih dengan bobot badan 5 kg, 6,5 kg dan 7,5 kg telah digunakan dengan pola bujur sangkar latin dalam ekperimen ini. Pada penelitian ini diperlakukan tiga jenis ransum yaitu R0 94 % rumput gajah segar, R1 94 % rumput kumpai segar dan R2 94 % rumput kumpai kering (hay) serta pada masing-masing perlakuan diberikan 6 % dedak halus. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggantian rumput gajah dengan rumput kumpai segar atau rumput kumpai kering tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun perbedaan yang nyata hanya terdapat pada konsumsi air minum dimana kebutuhan air minum pada domba yang mengkonsumsi rumput kumpai kering dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Terjadinya perbedaan konsumsi air minum tersebut terutama sekali disebabkan oleh berbedanya bentuk fisik dari ransum. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rumput gajah segar dan rumput kumpai segar relatif sama mutunya ditinjau dari kecernaan bahan kering dan bahan organik, sebaliknya konsumsi air minum sangat dipengaruhi oleh bentuk fisik dari makanan atau jumlah kadar air dalam makanan. Kata Kunci : Kecernaan, Bahan Kering Dan Bahan Organik The Effect of Elephan Grass Substitution with Kumpai Grass According to Dry Matter, Organic Matter Digestibility and Water Consumption of Local Young Male Lamb. Abstract The experiment was conducted to know the effect of elephan grass substitution with kumpai grass according to dry matter, organic matter digestibility and water consumption of local young male lamb. Three local young male lamb post weaning with body weight 5 kg, 6,5 kg and 7,5 kg respectively were arrange to latin square design experiment. The treatments were R0 94 % elephan grass, R1 94 % fresh kumpai grass and R2 94 % kumpai grass hay and 6 % of rice bran was also added to each treatment. The result showed that the substitution of elephan grass with fresh kumpai grass did not affect the digestibility of dry matter or organic matter. Meanwhile the water consumption was significantly higher for third treatment compared to the other treatments. From the result we can conclude that the quality of fresh kumpai grass and elephan grass was approximately equal according to dray matter and organic matter digestibility, but water consumption was affected by the water persentage in ration. Key Word : Digestibility, Dry Matter and Organic Matter. 1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi 78

Pendahuluan Ternak domba tergolong ternak ruminansia dengan pakan utamanya berupa hijauan. Para peternak biasanya memberikan rumput lapang, leguminosa, daun pisang dan daun nangka untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Menurut Susetyo (1980), ternak domba dapat diberi hijauan sampai 94 % dari total ransum. Salah satu jenis rumput lapang yang tumbuh dirawa-rawa di sekitar kota Jambi adalah rumput kumpai. Rumput ini sudah dikenal oleh peternak dan juga biasa diberikan pada ternak domba. Dari hasil penetian Nasution dkk., (1988) ternyata rumput kumpai memiliki produksi dan nilai gizi yang relatif sama dengan rumput Mexico. Produksi per hektar per tahun dapat mencapai 77 ton, dengan komposisi nutrisi antara lain protein 12,8%, lemak 23,3%, serat kasar 25,18%, abu 12,6%, P 0,32%, Ca 0,31% dan GE 3,75 Mkal. Kualitas hijauan tidak hanya cukup dilihat dari komposisi nutrisi yang terkandung didalamnya, namun perlu diteliti dan diuji dengan memberikannya kepada ternak. Lubis (1963) menyatakan bahwa tinggi rendahnya daya cerna bahan makanan merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas dari bahan makanan yang bersangkutan. Begitu juga Anggorodi (1979) menyatakan bahwa walaupun jenis ternaknya sama namun tingkat kecernaan akan dapat berbeda untuk setiap macam bahan makanan yang diberikan. Dari bebarapa uraian di atas maka dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh penggantian rumput gajah dengan rumput kumpai terhadap kecernaan bahan kering & bahan organik dan konsumsi air minum domba lokal jantan. Materi dan Metode Tiga ekor domba jantan lepas sapih umur 3 4 bulan dengan kisaran bobot badan 5,0 kg, 6,5 kg dan 7,5 kg digunakan untuk percobaan ini. Kandang yang dipakai adalah ukuran 2 X 0,75 X 1,5 meter yang dilengkapi dengan tempat makanan dan air minum serta tempat penampungan feces. Peralatan lain adalah ember plastik, parang, arit, gelas ukur, timbangan O haus dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan Sartorius dengan ketelitian 0,001 gram. Pada penelitian ini disediakan tiga macam ransum perlakuan yaitu: R0 (94% rumput gajah segar + 6% dedak halus); R1 (94% rumput kumpai segar + 6% dedak halus); dan R2 (94% rumput kumpai kering + 6% dedak halus). Rumput gajah dan rumput kumpai segar diambil sehari sebelum pemberian dan disediakan dalam bentuk terpotongpotong dengan ukuran 2 3 Cm. Rumput kumpai kering disiapkan sebelum pelaksanaan penelitian, yaitu rumput kumpai kering yang telah dicincang terlebih dulu kemudian dijemur dan setelah kering disimpan di tempat yang kering. Makanan ternak yang diberikan dengan cara mencampurkan dedak halus dengan bahan makanan rumput pada setiap perlakuan. Jumlah ransum yang disediakan per ekor untuk setiap perlakuan adalah 3 % dari bobot badan Ransum dan air minum disajikan ad libitum. Sisa ransum ditimbang dan sisa air minum diukur keesokan harinya pada pukul 07.00 pagi. Parameter yang diamati adalah: konsumsi bahan kering ransum, kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum serta konsumsi air minum. Untuk menentukan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum dipakai rumus sesuai dengan Van Soest (1982) yaitu : 79

BK Konsumsi - BK Feces 1. Kecernaan Bahan Kering = X 100 % BK Konsumsi BO Konsumsi - BO Feces 2. Kecernaan Bahan Organik = X 100 % BO Konsumsi 3. Konsumsi Air Minum = Air yang disediakan dikurangi denganm air yang tersisa dengan satuan ml/ekor/hari Keterangan : BK = bahan kering BO = bahan organik Adapun rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan Bujur Sangkar Latin 3 X 3 yang terdiri atas tiga periode dan tiga perlakuan dimana lama tiap periode adalah 15 hari. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap parameter, digunakan analisis ragam dan untuk parameter yang dipengaruhi oleh perlakuan dianalisis dengan uji jarak Duncan (Sudjana, 1982). Hasil dan Pembahasan Konsumsi dan kecernaan bahan kering ransum. Rataan konsumsi dan kecernaan bahan kering ransum pada setiap perlakuan seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rataan konsumsi dan kecernaan bahan kering ransum selama penelitian. No Item 1. Konsumsi BK (g/ekor/hari) 285,72 306,96 161,73 2. Kecernaan BK (%) 60,76 68,21 32,19 Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan (P>0,05) (walaupun secara angka mutlak pada perlakuan R1 rataan konsumsi bahan kering lebih tinggi dibanding dengan kedua peralakuan lainnya), yang berarti dapat dikatakan bahwa dalam keadaan segar rumput kumpai relatif sama nilainya ditinjau dari konsumsi bahan kering. Terjadinya penurunan angka konsumsi bahan kering pada perlakuan R2 kemungkinan disebabkan oleh tekstur dari bahan yang berbeda, namun secara statistik tidak berpengaruh. Menurut Van Soest (1982) komposisi dan bentuk ransum mempengaruhi laju pergerakan digesta sehingga dapat menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi. Selanjutnya dari Tabel 1 dapat dilihat walaupun angka dari kecernaan bahan kering sangat bervariasi tetapi dari analisis ragam tidak ada pengaruh dari perlakuan (P>0,05). Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering ransum kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap konsumsi bahan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Balch dan Campling (1962) bahwa jumlah makanan yang dikonsumsi mempengaruhi laju makanan dalam saluran pencernaan sehingga akan mempengaruhi kecernaan. Kandungan bahan 80

kering ransum perlakuan relatif sama yaitu R0 (88,5%), R1 (87,33%) dan R2 (87,71%). Kondisi ini dapat pula mengakibatkan tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Schneider dan Flatt (1975) bahwa komposisi zat-zat makanan dalam ransum merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kecernaan. Konsumsi dan kecernaan bahan organik ransum Rataan konsumsi dan kecernaan bahan organik ransum seperti pada Tabel 2. berikut. Tabel 2. Rataan konsumsi dan kecernaan bahan organik ransum selama penelitian. No Item 1. Konsumsi B0 (g/ekor/hari) 237,55 238,79 123,87 2. Kecernaan B0 (%) 63,43 70,57 37,89 Tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi bahan organik ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan (P>0,05) walaupun dari angka mutlaknya sangat bervariasi sejalan dengan konsumsi bahan kering ransum. Keadaan ini juga diperkuat oleh jumlah bahan organik ransum perlakuan yang relatif sama yaitu R0 83,14 %, R1 77,80 % dan R2 76,59 %. Demikian juga kecernaan bahan organik ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan (P>0,05). Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap konsumsi dan kecernaan bahan organik ransum karena pada dasarnya baik konsumsi maupun kecernaan bahan organik ransum sangat erat kaitannya dengan kondisi yang terdapat pada bahan kering. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lubis (1963) bahwa kemampuan hewan ternak mencerna makanan dipengaruhi oleh kandungan zat zat makanan didalamnya. Konsumsi Air Minum Rataan konsumsi air minum ternak domba tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Konsumsi Air Minum Selama Penetian (Ml/Ekor/Hari) Periode I 85,33 77,83 886,00 II 190,00 126,66 635,83 III 125,16 98,33 733,33 Rataan 133,49 A 100,94 A 751,72 B Keterangan : Angka dengan superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menandakan perbedaan sangat nyata Tabel 3 menunjukkan bahwa konsumsi air minum ternak domba selama penelitian dipengaruhi oleh perlakuan (P<0,05). Setelah diuji lanjut ternyata perlakuan R2 sangat nyata berbeda dengan perlakuan R0 dan R1 (P<0,01). Hal ini terjadi terutama karena tekstur dari ransum perlakuan R2 sangat berbeda dengan R0 dan R1 (ransum yang disediakan dalam keadaan segar). Sehingga untuk perlakuan R2, konsumsi ransum (bahan kering dan bahan organik) rendah dan sebaliknya konsumsi air meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Bath dkk., (1978) bahwa air minum diperlukan untuk kelancaran 81

proses pencernaan, pelarut dan penyerapan zat makanan serta pembuangan sisa metabolisme. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: kecernaan bahan kering dan bahan organik relatif sama antara rumput kumpai segar dengan rumput gajah segar; sebaliknya walaupun kecernaan bahan kering dan bahan organik dari rumput kumpai kering tidak berbeda dengan kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput gajah segar atau rumput kumpai segar, namun terjadi peningkatan angka konsumsi air minum pada perlakuan dengan rumput kumpai kering terutama sekali disebabkan oleh bentuk fisik dari bahan atau kadar air dalam bahan makanan. Daftar Pustaka Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Balch, C.C. and R,C. Campling. 1962. Regulation of voluntary feed intake in ruminants. Nutrition Abstract & review. 32 : 669. Bath, D.L, F.N. Dickinson, H.A. Tucker and R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle. 2 nd Ed. Lea & Febigre, Philadelphia. Lubis, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Kedua, PT. Pembangunan, Jakarta. Nasution, A., M.Ridwan, Rosihan Anwar dan Abdul Latief. 1988. Pengamatan Deskriptif Rumput Kumpai di Kecamatan Kumpeh dan Kotamadya Jambi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Schneider, B.H. and W.P. Flatt. 1975. The Evaluation of Feeds Through Digestibility Experiments. The University of Geargia Press. Athens. Sudjana, M.A. 1982. Disain dan Analisis Ekperimen. Penerbit Tarsito, Bandung. Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminants. Ducham & Downey, Inc.Portland. 82