VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

Metodologi Penelitian

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASAM ASETILSALISILAT DALAM SEDIAAN OBAT MEMANFAATKAN SINAR REFLEKTAN TERUKUR DARI BERCAK YANG DIHASILKAN SKRIPSI

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB III METODE PENELITIAN

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

V. HASIL DA PEMBAHASA

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM TABLET SECARA ALKALIMETRI DENGAN POTENSIOMETRI AUTOTITRATOR

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

TITRASI PERMANGANOMETRI

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

kimia TITRASI ASAM BASA

MODUL KA.ANA.U.013.A PENGANTAR ANALISIS TITRIMETRI

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Data Pengambilan Sampel T CR02659 AUG11A01

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

Standarisasi Larutan

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Sulistyani, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

Tinjauan Pustaka. Tabel II. 1 Hubungan oksidator, reduktor dan perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi bertambah pelepasan elektron

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Transkripsi:

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI Oleh : WAHYU PURWANITA K100050239 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menentukan jumlah kadar suatu senyawa seringkali dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Dalam hal demikian, tugas kimia analisis kuantitatif bukan sekedar melakukan penetapan kadar sesuai dengan prosedur yang ada, tetapi lebih jauh harus dapat menentukan pilihan metode mana yang paling baik dan sesuai. Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: peka (sensitif), teliti (precise), tepat (accurate), selektif, dan praktis (Mursyidi dan Rohman, 2006). Prosedur penetapan kadar dan cara pengujian, baik uji kualitatif maupun uji kuantitatif yang dimuat dalam Farmakope Indonesia adalah cara yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan masing-masing obat. Cara pengujian lain dapat dilakukan asalkan dapat dibuktikan akan memberikan hasil yang setidaknya sama dengan cara yang disebutkan Farmakope Indonesia, baik ketelitian, ketepatan, maupun selektivitasnya. Apabila timbul keraguan karena dilakukan cara lain ini, yang dianggap benar adalah cara Farmakope Indonesia (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar besi (II) sulfat dapat ditetapkaan dengan banyak metode, salah satunya adalah titrimetri (iodometri, permanganometri, serimetri, dan kompleksometri) (Eng chan dan nikolaev, 1995). Penetapan kadar besi (II) sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah dengan titrasi serimerti. Titrasi 1

2 serimetri mempunyai beberapa kelebihan diantaranya: larutannya (serium (IV) sulfat) lebih stabil dalam penyimpanan, merupakan oksidator yang baik, larutannya kurang berwarna sehingga jelas pembacaan titik akhir dengan indikator (Mursyidi dan Rohman, 2006). Disamping kelebihan diatas serimetri juga mempunyai kekurangan diantaranya: dari segi harga serimetri tergolong mahal, dan hal ini yang menjadikannya kurang disukai (Roth dan Blascke,1998). Dalam penelitian ini ingin ditelaah kembali kemungkinan penggunaan metode permanganometri klasik untuk menetapkan kadar besi (II) sulfat. Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau, karena kerap digunakan sebagai senyawa utama dalam kalibrasi beberapa instrumental tertentu (Khopkar, 1990). Meski demikian permanganometri juga mempunyai kekurangan, larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Mursyidi dan Rohman, 2006). Penetapan kadar tablet besi (II) sulfat tidak boleh hanya tergantung pada prosedur yang telah ada tetapi harus dapat dilakukan modifikasi untuk pengembangan, supaya dapat diketahui dan dipilih analisis yang paling cocok untuk penetapan kadar tablet besi (II) sulfat tersebut (Sudarmaji, 1996). Oleh karenanya, dalam penelitian ini akan membuktikan validitas metode permanganometri modifikasi dengan menggunakan Oxidation Reduction Potentiometer (ORP) sebagai detektor titik akhir titrasinya. Adanya modifikasi ini yang mengharuskan perlu dilakukannya validasi terhadap metode.

3 Suatu metode harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi ketika metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu, metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku tersebut harus direvisi, dan untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar dua metode, seperti antara metode baru dan metode baku (Gandjar dan Rohman, 2007). B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah kadar besi (II) sulfat dapat ditetapkan dengan metode titrasi permanganometri modifikasi menggunakan ORP? 2. Apakah metode titrasi permanganometri telah memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar besi (II) sulfat dengan metode serimetri seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV sebagai pembanding? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Membuktikan bahwa besi (II) sulfat dapat ditetapkan kadarnya dengan metode titrasi permanganometri modifikasi menggunakan ORP. 2. Membandingkan apakah kadar penetapan besi (II) sulfat dengan metode permanganometri modifikasi memenuhi parameter analisis yang sama dengan metode serimetri yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV.

4 D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Besi (II) Sulfat Besi (II) sulfat mempunyai rumus senyawa FeSO 4. Nama lain dari besi (II) sulfat adalah ferro sulfat, copperas, atau green vitrol. Pemeriannya adalah berupa serbuk hablur atau granul warna hijau kebiruan, tidak berbau dan rasa seperti garam, segera teroksidasi dalam udara lembab, ph lebih kurang 3,7. Kelarutannya mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol dan sangat mudah larut dalam air mendidih. Besi (II) sudah dapat ditemukan dalam bentuk alami. Beberapa macam molekul dari besi (II) sulfat antara lain monohidrat (FeSO 4.H 2 O), tetrahidrat (FeSO 4.4H 2 O), pentahidrat (FeSO 4.5H 2 O), dan heptahidrat (FeSO 4.7H 2 O). Besi(II) sulfat biasanya dalam keadaan heptahidrat dan disebut juga green vitrol atau copperas. Khasiat dari besi (II) sulfat yaitu digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi besi (Anonim a, 2007). 2. Serimetri Serimetri merupakan titrasi oksidasi-reduksi yang didasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit. Dalam metode ini larutan baku yang digunakan adalah serium (IV) sulfat. Larutan serium (IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan oksidator yang kuat dan stabil karena larutan serium (IV) sulfat jika direduksi selalu menghasilkan ion serium (III). Ce 4+ + e - Ce 3+ (1)

5 Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin menurut reaksi berikut: 2Ce 4+ + 2Cl - 2Ce 3+ + Cl 2 - (2) Reaksi ini berjalan cepat pada pendidihan, oleh karena itu jika diperlukan pendidihan maka digunakan asam sulfat, dan jika berada pada suhu kamar dapat digunakan asam klorida encer. Penggunaan asam fluorida tidak dapat dilakukan karena akan membentuk kompleks dengan larutan serium (IV) sulfat yang sangat stabil dan menghilangkan warna kuning dari larutan serium (IV) sulfat. Pada kebasaan yang relatif rendah mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium hidroksida yang mengendap. Oleh karena itu, titrasi dengan larutan serium (IV) sulfat harus dilakukan pada media asam kuat. Serimetri dapat digunakan untuk menetapkan kadar beberapa senyawa diantaranya besi (II) sulfat. Pada penetapan kadar besi (II) sulfat reaksi yang terjadi adalah: Fe 2+ + Ce 4+ Ce 3+ + Fe 3+ (3) Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) dari besi (II) sulfat adalah sama dengan berat molekulnya karena tiap molekul besi (II) sulfat setara dengan 1 mol serium (IV) yang berarti setara dengan 1 elektron sehingga valensinya 1 (Mursyidi dan Rohman, 2006).

6 Titrasi serimetri menggunakan ortofenantrolin sebagai indikatornya. Indikator ini merupakan kompleks yang berwarna merah terang, terbentuk dari kombinasi ortofenantrolin basa dengan ion besi (II). 3 + Fe 2+ [ (C 12 H 8 N 2 ) 3 Fe] 2+ (4) N N Kompleks ini dengan mudah teroksidasi menjadi kompleks ion ortofenantrolin-besi (III) yang reversibel dan berwarna biru. [(C 12 H 8 N 2 ) 3 Fe] 2+ [(C 12 H 8 N 2 )Fe] 3+ + e - (5) (Mursyidi dan Rohman, 2006). 3. Permanganometri Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat (Anonim, 2008). Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat

7 encer. Setetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1998). Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn 2+ ) yang berwarna hijau (Rivai, 1995). Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada ph (Rivai, 1995). Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses titrasi permanganometri adalah: MnO - 4 + 8H + + 5Fe 2+ Mn 2+ + 4H 2 O + 5Fe 3+ (6) Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar primernya (Day dan Underwood, 1998). Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah: 5C 2 O 4- + 2MnO - 4 + 16H + 10CO 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O (7) Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Rivai, 1995).

8 Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO - 4 dengan ion Mn 2+ hasil titrasi: 2 H 2 O + 2 MnO - 4 + 3 Mn 2+ 5 MnO 2 + 4 H + (8) Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir (Harjadi, 1993). 4. Validasi Metode Analisis Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi apabila: metode tersebut baru dikembangkan untuk suatu permasalahan yang khusus, apabila metode yang selama ini sudah rutin, direvisi untuk suatu pengembangan atau diperluas untuk memecahkan suatu permasalahan analisis baru, dan apabila metode rutin digunakan di laboratorium berbeda, atau oleh analis yang berbeda atau dengan peralatan yang berbeda. Parameter-parameter validasi antara lain : a) Akurasi (ketepatan) Akurasi merupakan ketepatan metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya atau nilai rujukan. Penentuan ketepatan dan kadar teoritis dari jumlah tertentu senyawa standar yang sengaja ditambahkan ke dalam sampel. Harga perbandingan ini disebut persen perolehan kembali

9 (recovery). Nilai keberterimaan adalah RSD < 1% dan nilai recovery antara 98-102% (Miller dan Ermer, 2005). b) Presisi Parameter ini menyatakan derajat kesamaan antar hasil yang terukur dari pengambilan sampel yang berulang dari suatu sampel yang homogen menggunakan suatu metode analisis. Presisi sering kali diekspresikan dengan SD (standard deviation) atau RSD (relative standard deviation) dari serangkaian data, dan kriteria keberterimaannya RSD < 2% (Miller dan Ermer, 2005). c) Spesifikasi Spesifikasi adalah parameter yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-komponen lain dalam matriks sampel seperti ketidak murnian produk degradasi dan komponen matrik. d) Batas Deteksi (Limit of Detection) Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope,s) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengan rumus, LOD = 3,3 (SD/S). Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada standar deviasi blanko, pada standar deviasi residual dari garis regresi atau standar deviasi intersep y pada garis regresi (Miller dan Ermer, 2005).

10 e) Batas kuantifikasi (Limit of Quantification) Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. LOQ dapat dihitung dengan rumus LOQ = 10(SD/S). f) Linieritas Linieritas merupakan parameter yang dipakai untuk melihat respon metode terhadap perubahan jumlah sampel. Pada parameter ini akan terlihat apakah dengan kenaikan jumlah sampel akan menaikkan respon (respon bisa dalam bentuk absorbansi, volume titran atau peak area) Pengerjaan parameter ini, dengan membuat sejumlah sampel range kadarnya antara 70 % - 130 %. Data kadar kemudian diolah dengan menggunakan Linier Regresion (LR) antara kadar terhitung dengan volume titran/absorbansi. Kemudian hitung nilai r nya. Kriteria keberterimaannya adalah jika r > 0,98 (Gandjar dan Rohman, 2007). E. LANDASAN TEORI Tablet besi (II) sulfat mengandung besi (II) sulfat (FeSO 4 ), yang biasa digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi besi (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar besi (II) sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah dengan titrasi serimetri. Pada serimetri larutan baku yang digunakan adalah serium (IV) sulfat, dengan ortofenatrolin sebagai indikatornya (Mursyidi dan Rohman, 2007). Kelemahan serimetri, dilihat dari segi harga serimetri tergolong mahal. Selain

11 menggunakan titrasi serimetri, besi (II) sulfat juga dapat ditetapkan kadarnya dengan titrasi permanganometri mengikuti prinsip reaksi reduksi oksidasi (Roth dan Blaschke, 1998). Permanganometri merupakan titrasi oksidasi reduksi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4 ) (Day dan Underwood, 1998). Penelitian ini menggunakan metode permanganometri modifikasi dengan detektor ORP untuk melihat titik akhir titrasinya. ORP akan mendeteksi adanya perubahan potensial listrik yang ditimbulkan oleh perubahan elektron yang terjadi pada saat titrasi berlangsung. Adanya kelebihan permanganat akan menimbulkan lonjakan potensial cukup besar, ketika terjadi perbedaan V dan system, maka selisih inilah yang akan diukur. Metode modifikasi ini belum pernah digunakan sebelumnya, maka perlu dilakukan validasi metode. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk digunakan (Harmita, 2004). F. HIPOTESIS 1. Besi (II) sulfat dapat ditetapkan kadarnya dengan metode titrasi permanganometri modifikasi menggunakan ORP. 2. Metode permanganometri modifikasi menggunakan ORP memenuhi parameter validasi.