PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERENDAMAN KEDELAI PADA TINGKAT KESEMPURNAAN EKSTRAKSI PROTEIN KEDELAI DALAM PROSES PEMBUATAN TAHU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cair Etanol BAB III METODOLOGI

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LAMPIRAN - 1 PENENTUAN DAN PERHITUNGAN KADAR PROTEIN FILM BIOPLASTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4) Jadwal Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

Transkripsi:

MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237 Frederikus Tunjung Seta L2C 005 259 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Arnoldus Yunanta W. N. dan Frederikus Tunjung Seta Dosen Pembimbing Ir. Indro Sumantri, M. Eng Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Kampus Tembalang-Semarang, 50239 A b s t r a k Susu merupakan salah satu minuman yang banyak mengandung protein dan vitamin, dan oleh karena itu banyak dikonsumsi oleh hampir semua golongan umur. Salah satu syarat mutu susu yang baik adalah kadar protein minimal 3%. Susu dapat dibuat dari jenis tanaman kacangkacangan karena di dalamnya terkandung protein yang cukup besar, contohnya kedelai. Selain kedelai, terdapat beberapa jenis tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi kandungan protein cukup besar, sala satunya buah Saga. Pembuatan susu dari biji buah Saga diharapkan dapat menjadi alternatif pengganti nutrisi protein susu sapi dan susu kedelai. Pada penelitian ini akan ditentukan pengaruh suhu perebusan dan rasio volume solvent dengan berat biji saga terhadap kadar protein dan volume susu yang dihasilkan. Protein merupakan senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya kompleks, yang berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengemulsi, buffer, pembentuk enzyme dan penghasil energi. Salah satu analisa protein kuantitatif yang dapat dilakukan adalah metode Kjedahl. Variabel tetap yang digunakan adalah waktu perebusan 5 menit, waktu penggilingan 2 menit, dan berat bahan 50gr. Sedangkan variabel berubahnya suhu perebusan (70 o C,90 o C) dan volume solvent (50,100,150,200,250 ml). Pertama timbang bahan, rendam dalam NaHCO 3 0,5%, cuci biji saga, giling, tambahkan air hingga terbentuk bubur. Masak bubur tersebut pada susu sesuai variabel dan suhu dijaga konstan. Ukur jumlah filtrat, ambil ampas. Ampas dikeringkan dalam oven kemudian dianalisa kadar proteinnya. Dari percobaan diperoleh hubungan kadar protein susu saga dan volume susu saga yang dihasilkan dengan volume solvent. Semakin banyak volume solvent yang ditambahkan maka kadar protein susu yang terukur semakin kecil dan volume susu yang dihasilkan semakin banyak. Kadar protein terbaik dicapai adalah pada suhu 70 o C dengan perbandingan antara volume air dengan berat saga 1 : 1. Kata kunci : susu, buah saga, protein, volume solvent, metode kjedahl PENDAHULUAN Saga pohon (Adenanthera pavonina) adalah pohon yang buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan bijinya kecil berwarna merah. Saga umum dipakai sebagai pohon peneduh di jalan-jalan besar. Dahulu biji saga dipakai sebagai penimbang emas karena beratnya yang selalu konstan. Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik. Bijinya mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel). Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel. Dalam biji Saga ini sendiri terkandung protein dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga Saga mampu memproduksi biji kaya protein serta punya ongkos produksi yang murah. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi Nutrisi Saga, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, dan Kecipir No. Biji Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%) 1. Saga 48,2 22,6 10,0 9,1 2. Kedelai 34,9 14,1 34,8 8,0 3. Kacang Hijau 22,2 1,2 62,9 10,0 4. Kacang tanah 25,3 42,8 21,1 4,0 5. Kecipir 32,8 17,0 36,5 10,0 Sumber : Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1985

Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lain untuk konsumsi manusia. Semua orang di dunia ini membutuhkan susu untuk menopang kehidupannya. Baik dari bayi sampai orang yang sudah lanjut usia. Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif, susu membantu pertumbuhan mereka. Sedangkan untuk orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan protein. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu yang dikemas dalam bentuk yang unik. Tujuan dari ini agar orang tertarik untuk membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk fermentasi. Selain ASI, dikenal berbagai ragam susu hewani dan kini juga telah banyak dikembangkan pembuatan susu nabati, salah satu di antaranya adalah susu kedelai. Pada dasarnya semua bijibijian yang berasal dari tanaman polong / kacang-kacangan dapat diproses menjadi susu. Pengolahan biji-bijian tersebut menjadi susu akan membuat proteinnya semakin mudah dicerna. Susu apapun asalnya asalkan bersih dan dibuat dari bahan yang mengandung gizi tinggi merupakan sumber nutrisi yang sangat berarti bagi tubuh kita, termasuk susu dari bahan baku biji buah Saga. Biji Saga dipilih sebagai salah satu alternatif karena dipandang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Persyaratan mutu untuk susu yang terpenting ialah kadar protein minimal 3%, kadar lemak 3%, kandungan total padatan 10%, dan kandungan bakteri maksimum 300 koloni/gram, serta tidak mengandung bakteri koli. (Sutrisno, 2005). Dalam penelitian ini akan ditentukan pengaruh dari variabel-variabel percobaan suhu perebusan dan perbandingan jumlah volume air dengan berat biji saga terhadap kadar protein dan volume susu yang dihasilkan. PELAKSANAAN PENELITIAN Bahan yang digunakan Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji saga, NaHCO 3 0,5%, dan aquadest. Alat yang digunakan Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Seperangkat alat penggilingan biji saga ( blender), Seperangkat alat Ekstraksi, Seperangkat alat dekstruksi, Seperangkat alat distilasi, Seperangkat alat titrasi. Gambar Alat 1. Gambar Alat Utama 2. Gambar Rangkaian Alat Destruksi Keterangan : 1. Waterbath 2. Kompor listrik 3. Beaker Glass 4. Statif 5. Klem 6. Termometer Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. Labu Kjedahl 4. Kompor listrik

3. Gambar Rangkaian Alat Destilasi Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. Labu Destilasi 4. Kompor listrik 5. Corong Pemisah 6. Pendingin Leibig 7. Adaptor 8. Erlenmeyer Cara Kerja Penelitian dilaksanakan sebagai berikut: biji saga ditimbang masing-masing 50 gram untuk tiap variabel percobaan, kemudian direndam dalam 200 ml larutan NaHCO 3 0,5% selama 15 menit. Kedelai dicuci berkali-kali hingga bersih. Kemudian biji saga digiling selama 2 menit dan ditambahkan air dengan variabel penambahan jumlah air sebanyak 50 ml, 100 ml, 150 ml, 200 ml, 250 ml hingga berbentuk bubur. Selanjutnya bubur tersebut dimasak dan suhu dijaga konstan pada 70 o C dan 90 o C selama 5 menit tercapai suhu tersebut. Bubur kemudian disaring. Kemudian dilakukan analisa protein untuk masing masing variabel. Analisa hasil dilaksanakan sebagai berikut : menimbang bahan (ampas bubur yang telah dikeringkan) sebanyak 4 gram, lalu dimasukkan dalam labu digester. Selanjutnya menambahkan 10 gram Na 2 SO 4 anhidrid, 2 gram CuSO 4.5H 2 O dan 25 ml H 2 SO 4 pekat dalam labu digester, lalu campuran tersebut dipanaskan sampai tidak terbentuk percikan lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi sempurna yaitu larutan menjadi berwarna hijau/biru. Selama proses destruksi, labu digester sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat. Kemudian labu didinginkan dan ditambahkan 100 ml aquadest, lalu dimasukkan dalam labu destilasi. Corong pemisah diisi 100 ml NaOH 0,1 N. Larutan ini perlahan-lahan dialirkan melalui bagian dalam dinding labu digester. Destilasi dikerjakan sampai semua ammonia yang terbentuk terdestilasi. Destilat ditampung dalam asam boraks jenuh dalam Erlenmeyer. Selanjutnya mengambil 10 ml destilat, indikator MO ditambahkan sebanyak 3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0,1. Kadar protein dalam bahan dilakukan dengan mengalikan kadar nitrogen yang diperoleh dengan factor konversi. Analisa hasil ini dilakukan pada masing-masing variabel percobaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perbandingan Volume Air dan Berat Biji Saga terhadap Kadar Protein yang Dihasilkan pada Suhu 70 o C dan 90 o C Berdasarkan grafik di bawah, dapat dilihat bahwa semakin banyak volume air yang ditambahkan maka kadar protein yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini terjadi karena dengan penambahan volume air yang makin banyak, maka berat protein yang hilang akibat pelarutan juga makin banyak sehingga kadar protein yang terukur juga makin kecil. Hal ini disebabkan juga karena dengan penambahan volume air yang makin banyak maka penyebaran solute, dalam hal ini protein, juga makin merata sehingga kadar protein yang terukur pun maik kecil.

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara kadar protein susu saga dengan jumlah volume air yang ditambahkan pada suhu 70 o C dan 90 o C 2. Pengaruh Perbandingan Volume Air dan Berat Biji Saga terhadap Volume Susu yang Dihasilkan pada Suhu 70 o C dan 90 o C Gambar 4.2. Grafik hubungan antara volume susu saga yang dihasilkan dengan jumlah volume air yang ditambahkan pada suhu 70 o C dan 90 o C Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa semakin banyak air ditambahkan maka semakin banyak pula volume susu saga yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak penambahan solvent, dalam hal ini air, maka semakin banyak pula susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat dikatakan bahwa biji buah Saga dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku dalam pembuatan susu. Ini tak lepas dari kadar protein susu Saga terbaik, yaitu sebesar 3,812. Kadar protein susu Saga tersebut lebih baik dari kadar protein yang terkandung dalam susu sapi (2,90) dan ASI (1,90), dan tidak kalah bila dibandingkan dengan susu kedelai (4,40).

PENUTUP KESIMPULAN 1. Semakin banyak air ditambahkan maka semakin kecil pula kadar protein terukurnya. 2. Semakin banyak air ditambahkan maka semakin banyak volume susu yang dihasilkan. 3. Kadar protein terbaik yang dicapai adalah pada suhu 70 o C dengan perbandingan volume air dan berat saga 1:1. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk variabel variabel yang lain sehingga dapat dihasilkan susu dari biji buah Saga dengan kualitas yang sesuai dengan baku mutu susu. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Ir. Indro Sumantri, M.Eng selaku dosen pembimbing penelitian, Ir. Herry santosa selaku koordinator penelitian, Untung S. selaku Laboran Laboratorium Penelitian dan semua rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Cahyadi, Wisnu. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta : Bumi Aksara. http://id.wikipedia.org/wiki/saga_pohon http://id.wikipedia.org/wiki/susu http://rusiman.bpdas-pemalijratun.net Sutrisno Koswara, staf pengajar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian IPB. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. Teknologi