BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lembaga Keuangan Berdasarkan peraturan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 (Safrudin, 2008), lembaga keuangan diberikan batasan sebagai badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan perhitungan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Pengertian bank pada undang undang tentang Perbankan No.7 Th 1992, Pasal 1 mengemukakan bank adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Darius, 2009). Pengertian tersebut disempurnakan lagi menurut UU-RI No. 10/1998 tentang Perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Darius, 2009). 7
8 Sedangkan Iswardono (1996) mengemukakan bahwa bank pada dasarnya merupakan tempat penitipan uang/penyimpanan uang atau pemberi/penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas dan peredaran uang. Jadi pada intinya dari pengertian di atas bank memiliki peranan dalam memobilisasi dana dari dan ke masyarakat untuk peningkatan taraf hidup rakyat. 2.2 Peranan Lembaga Keuangan dalam Memobilisasi Dana Masyarakat Menurut Nasution (1998), fungsi lembaga keuangan adalah sebagai agent of development (agen pembangunan) ini dilakukan dengan menyediakan jasa jasa keuangan. Penyediaan jasa keuangan yang dilakukan lembaga keuangan adalah dengan memobilisasi dana dari masyarakat, dan kemudian disalurkan kembali ke dalam masyarakat (membantu perusahaan untuk investasi) dalam bentuk kredit. Sehingga dengan investasi ini akan dapat dikembangkan perekonomian suatu daerah atau negara. Menurut Siamat (2001), lembaga keuangan memiliki peran pokok dalam proses pengalihan dana dalam perekonomian. Proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama lembaga keuangan mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung atau unit surplus. Sekuritas primer antara lain dapat berupa saham, obligasi, commersial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya. Sementara yang termasuk sekuritas sekunder adalah giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana, dan sebagainya. Bagi penabung simpanan tersebut merupakan aset finansial, di pihak lembaga keuangan merupakan utang. Selanjutnya sekuritas sekunder tersebut dapat
9 dialihkan menjadi aset misalnya dalam bentuk pinjaman kepada unit defisit atau dengan membelikannya surat-surat berharga di pasar uang dan pasar modal. Siamat (2001), juga menyebutkan bahwa lembaga-lembaga perantara keuangan atau financial intermediary, termasuk juga bank dengan sendirinya mempunyai tiga fungsi umum, yaitu : (1) Memasok dana pinjaman bagi para peminjam yang bonafit, (2) Mengurangi risiko bagi para pemilik dana yang menginginkan kelebihan dana yang dimilikinya dapat ikut diputarkan dalam kegiatan usaha, dan (3) Meningkatkan likuiditas perekonomian tanpa mengurangi jaminan likuiditas para pemilik surat tagihan. Dengan demikian lembaga keuangan pada dasarnya merupakan agent of development (agen pembangunan) dan merupakan urat nadi bagi kelancaran kegiatan perekonomian suatu negara. 2.3 Pengertian Tabungan dan Peranannya dalam Perekonomian Menurut Hasibuan (1987), tabungan (saving) adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Besarnya tabungan adalah besarnya pendapatan dikurangi besarnya konsumsi (S = Y C). Jika pendapatan lebih besar daripada konsumsi maka ada terdapat tabungan (saving) sedangkan jika pendapatan lebih kecil daripada konsumsi maka akan timbul dissaving/hutang. Penghasilan yang diterima suatu keluarga tidak selalu dihabis belanjakan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup. Orang kaya dengan pendapatan tinggi tidak akan mengahabiskan seluruh penghasilannya untuk konsumsi (kecuali jika kekayaannya diboroskan dengan cara hidup yang serba mewah). Tetapi orang-orang sederhana pun harus berusaha pula untuk menyisihkan sekedar uang sebagai cadangan untuk berbagai keperluan. Bagian dari penghasilan yang tidak
10 dibelanjakan untuk konsumsi sekarang merupakan tabungan. Itu berarti uangnya tidak digunakan untuk keperluan konsumsi selama jangka waktu tertentu. Faedah tabungan tersebut ada bermacam-macam (Gilarso, 1985): 1. Membentuk cadangan untuk keperluan mendadak seperti sakit. 2. Membeli barang yang harganya melebihi kemampuan daya beli biasa atau rutin. 3. Dapat mengumpulkan modal untuk usaha. 4. Bila disalurkan lewat lembaga keuangan juga ikut mengumpulkan dana untuk pembangunan nasional. Terkait dengan pengumpulan dana atau modal melalui lembaga keuangan, Sukirno (1985) menjelaskan berdasarkan kepada sumber modal yang dapat digunakan untuk pembangunan nasional, usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan kepada pengerahan modal dalam negeri dan pengerahan modal luar negeri. Modal yang berasal dari dalam negeri berasal dari tiga sumber : tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah, dan tabungan paksa. Hampir semua negara berkembang merasakan bahwa tabungan sukarela dan tabungan pemerintah adalah kurang cukup untuk membiayai program pembangunan yang direncanakan dan untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan tertentu. Betapa pentingnya pengerahan dana tersebut, dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap. No.IV/1976. Pasal 2 Pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah besar, oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana-dana investasi itu yang bersumber dari tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, serta penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan jasa-jasa lainnya. Pengerahan dana dan investasi tersebut
11 harus ditingkatkan dengan baik dan cepat sehingga peranan bantuan luar negeri yang merupakan pelengkap tersebut semakin berkurang dan akhirnya mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan-pembangunan, baik pembangunan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (Sukirno, 1985). Tabungan memberikan suatu alur yang terus berputar dan memberikan keuntungan pada masing-masing pelaku ekonomi. Perekonomian yang lebih maju penerima pendapatan akan menyisihkan sebagian daripada pendapatan mereka untuk ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada para pengusaha dan mereka akan menggunakan tabungan itu untuk investasi, yaitu melakukan pembelian atas barang-barang modal. Investasi akan menambah jumlah barangbarang modal yang tersedia dan meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan masyarakat. Sebagai balas jasa kepada kesediaan para penerima pendapatan untuk menabung sebagian dari pendapatan mereka dan seterusnya meminjamkannya kepada para pengusaha, pengusaha ini akan membayar bunga ke atas seluruh tabungan yang disediakan oleh sektor rumah tangga. (1) Upah dan Gaji (2) Bunga dan Keuntungan (3) Sewa Rumah Tangga Perusahaan Konsumsi Investasi Tabungan Penanam Modal Badan Keuangan Gambar 2.1. Aliran Pendapatan dalam Perekonomian yang Melakukan Penabungan dan Investasi (Sukirno, 1981).
12 2.4 Dasar Motivasi yang Mempengaruhi Petani untuk Menabung Istilah motivasi mempunyai definisi yang berbeda-beda bagi setiap orang sesuai dengan tempat dan keadaannya. Menurut Hagemann (1993), hasrat atau keinginan timbul dari diri kita dan motivasi adalah kekuatan penggerak dari dalam yang mendatangkan kesenangan dalam kerja yakni merasa enak dan efisiensi sangat berkaitan erat. Motif berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi merupakan suatu konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang agar mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan (Uno, 2009). Dalam Mangkunegoro (1992) mengungkapkan bahwa motif (dorongan) adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat, mendesak untuk menggerakkan agar seseorang mencari pemuasan terhadap kebutuhan tersebut. Sedangkan menurut Gibson (1995) motivasi adalah kemampuan mengerjakan sesuatu karena adanya motif, kebutuhan, keinginan, dorongan dan desakan dari individu yang diarahkan ke tujuan. Dari pengertian-pengertian di atas bahwasanya motivasi akan muncul dari kebutuhan yang dirangsang sehingga seseorang berupaya untuk memenuhinya. Kebutuhan-kebutuhan itu menurut Zainun (1981) mengutip pendapat Maslow adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan-kebutuhan dasar manusia sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, bercampur dengan kebutuhan-kebutuhan yang tergolong kebutuhan fisik lainnya (physical needs).
13 2. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan, atau perlindungan dari ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupannya dengan segala aspeknya (safety needs). 3. Kebutuhan-kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota dari kelompok pergaulan-pergaulan yang lebih besar (sosial needs). 4. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan (the needs for esteems). 5. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman, dan kemasyuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the needs for self actualization). Dalam kaitannya dengan motivasi seseorang untuk menabung, teori Liquidity Preference, mengemukakan tiga motif yang menyebabkan orang melakukan tabungan (Hasibuan, 1987). Motif dari teori permintaan uang Keynes (liquidity preference) ini yakni (1) Permintaan untuk tujuan transaksi (transaction motive), (2) Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga (precantionary motive), dan (3) Permintaan untuk tujuan spekulasi (speculative motive). Penjelasan dari ketiga teori ini adalah sebagai berikut. 1. Permintaan untuk tujuan transaksi (transaction motive) Orang akan melaksanakan tabungan karena dorongan bahwa uang diperlukan untuk pembayaran keperluan-keperluannya pada masa depan dan motif ini akan semakin besar disebabkan (Hasibuan, 1987) : (1) Adanya perbedaan waktu (time lag) antara penerimaan dengan pengeluaran yang semakin besar.
14 (2) Ketidaksempurnaan di dalam pasar kredit (credit markets). Jika pasar kredit sempurna, maka orang tidak perlu mempunyai uang tabungan untuk menjembatani gap antara penerimaan dan pengeluarannya. 2. Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga (precantionary motive) Orang akan mengadakan tabungan (uang kas) disebabkan refleksi daripada ketidaktentuan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran. Permintaan uang untuk berjaga-jaga dikaitkan dengan pendapatan bahwa diperlukan cadangan untuk sesuatu hal yang tidak terduga-duga. Misalnya tabungan untuk pengobatan jika ada yang sakit, tamu yang datang dan lain-lainnya (Hasibuan, 1987). 3. Permintaan untuk tujuan spekulasi (speculative motive) Orang akan mengadakan tabungan (uang kas) adalah didorong oleh pengharapan-pengharapan bahwa pada masa datang harga barang akan lebih murah atau nilai tukar uang akan naik. Tujuan spekulasi pemegang uang (idle money) adalah untuk mencari untung dari perubahan nilai-nilai kekayaan kapitalnya. Misalnya manajer mengestimasi bahwa harga barang-barang akan turun maka ia akan memegang uang daripada menahan barang. Speculative motive ini akan bertambah besar apabila orang berspekulasi bahwa harga barang akan turun (nilai tukar uang semakin besar) dan juga orang berspekulasi bahwa pada masa depan tingkat bunga akan naik. Sebaliknya tabungan (uang kas) akan berkurang bilamana orang berspekulasi bahwa harga barang-barang akan naik pada masa depan; demikian pula jika orang berspekulasi bahwa tingkat bunga bank akan turun maka orang akan melepaskan uang kasnya untuk didepositokan.
15 Kebiasaan menabung pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani tidak biasa menabung dalam bentuk uang, penabungan yang mereka lakukan masih bersifat tradisional yaitu dalam bentuk tanah, ternak, perhiasan, dan benda-benda lain. Hal ini diperjelas oleh Danusaputro (1991) yang mengemukakan bahwa meskipun kemampuan menabung dari masyarakat desa ada, akan tetapi keberhasilan daripada mobilisasi tabungan di daerah pedesaan tersebut tergantung dari perilaku masyarakat dalam penabungan berupa uang. Pada beberapa daerah di pedesaan masyarakatnya masih belum menabung dalam bentuk uang, apalagi dalam bentuk tabungan di bank maupun non bank. Mereka masih menyimpan tabungannya secara tradisional. Berdasarkan ketiga motif dari teori permintaan uang Keynes (Liquidity preference) di atas dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat pedesaan khususnya petani pada masa itu sangatlah rendah, namun seiring dengan berjalannya waktu pendirian lembaga keuangan di pedesaan sesuai dengan dikeluarkannya kebijakan perbankan yang dikenal dengan Pakto 27 tahun 1988 yang bertujuan dalam pengerahan dana masyarakat melalui pengadaan kemudahan pembukaan kantor cabang bank di berbagai daerah khususnya di pedesaan, diharapkan terjadinya pergeseran perilaku masyarakat dalam menabung (Edwin, 2010). Berhubungan dengan adanya pola pergeseran tersebut, motivasi menabung petani lebih utama dikarenakan adanya faktor kekayaan dengan melihat pendapatan usaha tani dari luasan tanah yang dimilikinya. Menurut Soekartawi (1993), pembentukan modal petani di pedesaan sendiri juga dilakukan
16 dengan cara menabung, yaitu menyisihkan pendapatannya untuk keperluan menabung. Karena petani kecil yang modalnya juga kecil dan sebaliknya bagi petani besar yang modalnya juga relatif besar, maka kemampuan untuk menabung juga akan lebih besar. Hal ini dapat dimengerti karena di pedesaan sering dijumpai bahwa kekayaan seseorang sering ditentukan oleh luasnya pemilikan penguasaan tanah. Dengan demikian makin luas tanah dimiliki atau dikuasai maka ada kecenderungan semakin besar kemampuan untuk menabung. Faktor yang mempengaruhi masyarakat khususnya petani terkait dengan motivasi menabung, juga disebabkan karena adanya kegiatan lembaga keuangan dalam memobilisasi dana. Lembaga keuangan yang selalu berusaha untuk merangsang masyarakat berpartisipasi dalam proses akumulasi modal terutama dalam bentuk tabungan. Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok yang dapat dilihat pada sisi pasiva neraca. Siamat (2001), mengemukakan bahwa keberhasilan dalam melakukan penghimpunan atau mobilisasi dana ini sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Kepercayaan masyarakat pada suatu lembaga keuangan jelas akan mempengaruhi kemampuan lembaga dalam menghimpun dana dari berbagai sumber terutama dari masyarakat atau institusi. Tingkat kepercayaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh kinerja lembaga yang bersangkutan, posisi keuangan, kapabilitas, integritas, serta kredibilitas para manajemen lembaga keuangan. 2. Ekspektasi/perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh penabung dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan tingkat resiko yang sama. 3. Keamanan yaitu jaminan oleh lembaga keuangan atas dana nasabah. Di beberapa negara untuk memberikan jaminan kepada penabung, pemerintah
17 mendirikan lembaga penjaminan simpanan. Di Amerika Serikat dikenal Federal Deposit Insurance Corporator (FDIC). 4. Ketepatan waktu yaitu pengembalian simpanan nasabah yang harus tepat waktu. 5. Pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel. 6. Pengelolaan dana lembaga keuangan yang hati-hati. 2.5 Fasilitas Lembaga Keuangan Dewasa ini banyak berdiri lembaga keuangan dengan berbagai jenis produk yang ditawarkan. Dalam menarik minat nasabah terutama dalam memperbanyak tabungannya, lembaga melakukan berbagai macam cara terutama dalam penerapan tingkat suku bunga, pelayanan yang memuaskan, hadiah yang menggiurkan nasabah, serta kepercayaan nasabah (Siamat, 2001). 2.5.1 Tingkat suku bunga Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga di mana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat unuk menabung sangat bergantung pada tingkat bunga, semakin besar tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan (Nasution, 1998). 2.5.2 Pelayanan Dalam industri lembaga keuangan pelayanan adalah kunci keberhasilan. Dikatakan demikian sebab lembaga keuangan adalah industri jasa yang dalam operasional usahanya adalah jual beli kepercayaan. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
18 menjaga kontinuitas usaha lembaga. Untuk itu pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat selaku nasabah. Pelayanan disini diartikan sebagai upaya pihak lembaga untuk memenuhi dan memuaskan segala kebutuhan nasabah atau calon nasabah termasuk juga mendengarkan segala macam keluhan nasabah. Menurut Simorangkir (1988) keluhan-keluhan nasabah perlu ditanggapi, kalau perlu pengungkapannya dibuat berupa lelucon. Karena suatu keluhan adalah suatu ukuran ketidakpuasan dengan beberapa dampak produk ataupun pelayanan. 2.5.3 Hadiah Hadiah bisa diartikan sebagai tanda mata/cindera mata atau bisa merupakan ungkapan terima kasih atas jasa pengabdian seseorang. Dalam perkembangannya pemberian hadiah diberikan juga untuk merangsang seseorang agar mau diajak, diperintah, dan mengikuti keinginan orang atau pihak lain. Hadiah dalam usaha lembaga keuangan merupakan salah satu usaha promosi penjualan produk dan jasa. Menurut Simorangkir (1988) cara lain untuk melaksanakan promosi penjualan adalah dengan jalan memberikan hadiah-hadiah berupa kalender setiap tahun kepada nasabah. Berbagai lembaga keuangan juga memberikan buku agenda, pena, dan bermacam barang lagi sebagai promosi penjualan. 1.5.4 Kepercayaan Nasabah Sebagian besar nasabah memiliki keinginan fasilitas yang hampir sama yaitu kemudahan dalam bertransaksi, lokasi yang strategis, kemudahan memperoleh fasilitas kredit dengan bunga bersaing, dan keamanan menyimpan
19 uang. Dengan menyadari keinginan dari nasabah tersebut, setiap lembaga keuangan dapat mengembangkan dan meningkatkan kekayanannya melalui berbagi pendekatan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa lembaga ini dapat memberikan pelayanan operasional secara cepat, komprehensif, dan mudah dioperasikan sehingga masyarakat mudah mendapatkan pelayanan dalam melaksanakan transaksinya (Sipatuhar, 2004). Dalam Sipatuhar (2004) dijelaskan pula bahwa kepuasan atas pelayanan dapat menjadikan nasabah mempunyai loyalitas terhadap lembaga yang dimaksud dan mempunyai potensi sebagai iklan yang paling murah dan efektif. Lembaga keuangan yang mampu mengembalikan kepercayaan nasabah kepada masyarakat atau dapat menciptakan citra yang baik dapat menarik minat masyarakat untuk menabung. Pelayanan yang baik dengan memberikan kesan bahwa pihak lembaga memberikan perhatian khusus kepada nasabah, dapat menimbulkan minat untuk menabung pada lembaga keuangan tersebut. 1.6 Tinjauan Hasil Penelitian Relevan Menurut Widodo (1997), tingkat pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga sangat mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menabung. Selain pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan keluarga, hadiah, bunga, dan pelayanan menurut Yanuarti (2001) juga mempengaruhi masyarakat dalam menabung. Sedangkan menurut Siswanto (1997), kesadaran masyarakat dalam menabung masih rendah karena sebagian besar masyarakat menabung masih dipengaruhi ajakan orang lain dan hadiah yang ditawarkan oleh
20 bank. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Basuki (2006), yang menjadi pertimbangan nasabah untuk menabung adalah faktor kepercayaan nasabah dan pelayanan.