KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi saat ini. Menurut World Health Organization atau WHO (2014)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengerikan, hal ini dikarenakan kanker merupakan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

Transkripsi:

KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh: MARYAM HANIFAH BINTI IDRIS F 100 110 138 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh: MARYAM HANIFAH BINTI IDRIS F 100 110 138 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

iii

iv

PENDAHULUAN Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia. Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total jumlah kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan setelah penyakit jantung (Anand, dkk, 2008). Kanker tentu memberikan dampak yang besar bagi penderitanya, baik secara fisik, psiokologis, ekonomi maupun aspek kehidupan lainnya. Hal tersebut tentu mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker (WHO, 1996). WHO (1996) juga menjelaskan kualitas hidup merupakan persepsi mengenai posisi individu di dalam konteks budaya dan hubungannya dengan tujuan, harapan dan standar mereka. WHO (1997) juga menambahkan penjelasan bahwa kualitas hidup penderita kanker dapat diungkap melalui aspek-aspek berikut: a. Kesehatan fisik mencakup kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur, istirahat. b. Kesejahteraan psikologis mencakup cara berpikir, belajar, memori, konsentrasi, emosi. c. Hubungan sosial mencakup hubungan sosial dan dukungan sosial. d. Hubungan dengan lingkungan mencakup keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker, seperti penderita kanker memiliki kemungkinan dua kali lebih banyak mengalami gangguan emosional dibandingkan dengan orang 1

yang tidak menderita kanker pada status sosial ekonomi yang rendah. Hal ini berkaitan dengan beban yang harus ditanggung penderita penyakit kronis, seperti mahalnya biaya pengobatan, tidak adanya jaminan kesehatan yang memadai, dan sedikitnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita (Bastaman dalam Hadi, 2004). Yani (2007) memperkuat pendapat tersebut, bahwa sedikitnya pengetahuan tentang kanker membuat kesadaran penderita untuk melakukan perawatan lebih dini rendah dan kebutuhan finansial menjadi salah satu faktor yang ditakuti oleh penderita kanker karena biaya yang besar untuk pengobatan. Studi awal dari kegiatan ACTION (ASEAN CosTs in Oncology) menunjukkan bahwa 85% pasien dan keluarga dari 2.400 kasus kanker mengalami kebangkrutan karena harus menanggung biaya pengobatan dan perawatan kanker, ini menjadi indikasi bahwa kanker berpotensi membuat keluarga ekonomi menengah dan rendah menjadi semakin miskin (Anna, 2011). Faktor- faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Pradono, dkk (2009) antara lain: a. Usia, diklasifikasikan berdasarkan golongan usia muda (40-60 tahun) dan lanjut usia (di atas 60 tahun) oleh Hurlock (2012). Penelitian Rochmayanti (2011) menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin meningkat kualitas hidupnya. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia, seseorang lebih matang terutama dari segi psikologis, termasuk kesiapan ketika menghadapai kondisi sakit. Selain itu menurut 2

Havighurst (dalam Hurlock, 2012), usia dewasa madya memiliki tuntutan mencapai tanggung jawab sosial, membantu anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan mencapai prestasi dalam berkarir. Jika pada masa tersebut seseorang mengalami kondisi kronis, maka akan menimbulkan tekanan karena membatasi produktivitas mereka. Sedangkan dewasa akhir, menurut Santrock (2009) lebih dapat menerima kondisi fisiknya yang menurun karena sakit dibandingkan yang lebih muda dikarenakan beban tanggung jawab yang telah dilewati. b. Jenis Kelamin, laki-laki berisiko 1,3 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup yang rendah jika dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut dikarenakan perempuan lebih matang secara emosi dan lebih tahan ketika menghadapi tekanan/permasalahan (Santrock, 2009). c. Pendidikan, Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah berisiko 1,2 kali mempunyai kualitas hidup yang kurang dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Muttaqin (2008) menambahkan, tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, seseorang akan lebih antisipatif (berpikir panjang), sehingga penanganan penyakit dapat dilakukan lebih cepat. d. Pekerjaan, secara umum bisa digolongkan dengan kategori seseorang yang memiliki pekerjaan dan yang tidak memiliki pekerjaan. 3

Rochmayanti (2011) mengungkapkan melalui hasil penelitiannya bahwa seseorang yang bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada seseorang yang tidak bekerja. e. Perilaku Berisiko, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, minum alkohol atau kurang makan serat pasien kanker mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, semakin tinggi stadium yang diderita maka meningkatkan kecemasan penderitanya sehingga berdampak pula pada semakin rendahnya kualitas hidup. Rasjidi (2009) mengaitkan faktor pencetus stadium kanker dengan tingkat dapat menjadi faktor utama pengetahuan penderitanya, terjadinya penyakit tidak menular dan gangguan emosional. Jangka panjang dari kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup. f. Penyakit Kronis, masyarakat yang memiliki penyakit kronis 2,6 kali lebih berisiko untuk memiliki kualitas hidup yang rendah daripada masyarakat yang tidak memiliki penyakit kronis. Keliat (1998) mengkhususkan pada penderita kanker bahwa tingkat kronis pada rendahnya pengetahuan membuat penderita kanker menunda pengobatan dan tidak jarang telat mendapatkan penanganan medis, sehingga membuat kondisi kanker sudah parah dan menyebar atau stadium lanjut. g. Gangguan Mental, masyarakat dengan gangguan mental ringan sekalipun berisiko 4,1 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup kurang dibandingkan dengan 4

masyarakat yang tidak memiliki gangguan emosional. Rochmayanti (2011) menjelaskan lebih rinci, bahwa seseorang dengan gangguan kecemasan, depresi secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. h. Status ekonomi (pendapatan), masyarakat dengan status ekonomi yang rendah lebih berisiko memiliki kualitas hidup yang rendah jika dibandingkan dengan masyarakat ekonomi tinggi. Marastuti (2012) juga menjelaskan bahwa kejadian penyakit kronis tidak menular di dunia lebih banyak dialami oleh masyarakat pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, kondisi ekonomi penderita penyakit kronis juga mengalami penurunan, di satu sisi biaya pengobatan yang mahal dan di sisi lain mereka kehilangan waktu produktif untuk menghasilkan uang. Adapun bagi masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menggalakkan program bagi penderita kanker yang kurang mampu dalam pembiayaan pengobatan dan perawatan (Kementerian Sosial, 2011). Sebagaimana yang dijelaskan di atas, penyakit kanker pada kalangan ekonomi menengah ke bawah memiliki kondisi yang kompleks karena berkaitan dengan hampir seluruh aspek kehidupan penderitanya. Selain secara fisik dan psikis, secara sosial-ekonomi juga berpengaruh. Biaya pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan penderita kanker tidak sedikit sehingga seringkali pengobatan 5

tertunda karena tidak ada biaya. Meskipun pemerintah menggalakkan program untuk membantu pembiayaan pengobatan, namun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya sehingga muncul penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pada penderita kanker dengan status sosial ekonomi rendah dan menguji perbedaan kualitas hidup rendah berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bref yang telah diadaptasi dari penelitian yang dilakukan Wulandari dan Wibisono (2007). Teknik analisis data menggunakan analisi komparasi independent sample T-Test dan one way Anova. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengajukan lima variabel bebas yang nantinya masingmasing variabel tersebut akan menjadi dasar pembanding kualitas hidup subjek. Adapun hasil dari perbandingan adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis I. Kualitas hidup penderita kanker usia dewasa METODE PENELITIAN Subjek yang diambil dalam penelitian ini sebesar 60 penderita kanker di bangsal Mawar III, RS Dr. Moewardi, Surakarta dengan usia minimal 40. Metode pengumpulan data menggunakan skala WHOQOL- madya dengan status sosial ekonomi rendah lebih rendah daripada penderita kanker usia dewasa akhir dengan status sosial ekonomi rendah. Rata-rata skor kualitas hidup penderita kanker usia dewasa 6

madya sebesar 74,07, sedangkan yang berusia dewasa akhir sebesar 80,82. Hasil uji independent sample T-Test menunjukkan nilai t(2,00172) = 2,283 maka (t hitung > t table). Nilai signifikansi dua ekor = 0,018 (p<0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan tersebut signifikan. Havighurst (dalam Hurlock, 2012) menjelaskan usia dewasa madya memiliki tuntutan peran sosial yang tinggi. Jika pada masa tersebut seseorang mengalami kondisi kronis, maka akan membatasi produktivitas mereka. Santrock (2009) menambahkan masa dewasa akhir adalah masa yang lebih ringan tanggungjawab terhadap keluarga karena pada umumnya anak-anak mereka sudah dewasa. 2. Hipotesis II. Kualitas hidup penderita kanker perempuan dengan status sosial ekonomi rendah lebih tinggi daripada penderita kanker laki-laki dengan status sosial ekonomi rendah. Rata-rata skor kualitas hidup perempuan sebesar 77,22, sedangkan laki-laki sebesar 77,65. Hasil uji independent sample T-Test menunjukkan nilai t(2,00172) = 0,159, maka (t hitung < t tabel). Nilai signifikansi dua ekor = 0,875 (p>0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan. Verauli (dalam Azizah, 2008) menjelaskan pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki potensi stres yang sama ketika 7

menghadapai suatu kondisi yang menekan. Baik perempuan dan lakilaki mengalami gejala yang sama, seperti adanya reaksi fisiologis seperti mudah lelah, reaksi biologis seperti otot yang tegang, dan reaksi emosional seperti mudah marah atau apatis. Pendapat ini menjelaskan mengapa tidak ada perbedaan yang signifikan antara penderita kanker perempuan dan laki-laki. 3. Hipotesis III. Ada perbedaan kualitas hidup penderita kanker dengan status sosial ekonomi rendah antara stadium 1, stadium 2, stadium 3 dan stadium 4. Rata-rata skor kualitas hidup penderita kanker stadium 4 sebesar 74,8. Hasil uji one way anova menunjukkan nilai F sebesar 0,653 dan signifikansi menunjukkan nilai 0,584 (p>0,05) yang artinya secara umum perbedaan kualitas hidup tersebut tidak signifikan sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. Hasil ini dijelaskan oleh Rasjidi (2009) bahwa rendahnya pengetahuan membuat pasien kanker kurang memahami tingkat keparahan penyakit yang diderita. Kondisi tersebut membuka kemungkinan bahwa pasien kanker dengan pengetahuan rendah tentang penyakitnya tidak mengetahui tingkat stadium yang diderita dan penderita kanker stadium 1 sebesar pengaruhnya terhadap 73,88, penderita kanker stadium 2 sebesar 78,9, penderita kanker stadium 3 sebesar 77,2, dan perkembangan kanker, sehingga tidak ada perbedaan kualitas hidup yang signifikan di antara penderita 8

kanker dengan stadium 1, 2, 3 dan 4. 4. Hipotesis IV. Kualitas hidup penderita kanker berpendidikan menengah dengan status sosial ekonomi rendah lebih tinggi daripada yang berpendidikan rendah. Rata-rata skor kualitas hidup sebesar penderita kanker berpendidikan rendah adalah 77,84 dan penderita kanker berpendidikan menengah sebesar 76,59. Hasil uji independent sample T-Test menunjukkan nilai t(2,00172) = 0,452 maka (t hitung < t table). Nilai signifikansi dua ekor = 0,653 (p>0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan tersebut signifikan. Penelitian sebelumnya oleh Nurhasanah, dkk (2009) menemukan hasil yang sama bahwa hubungan antara faktor pendidikan memiliki hubungan yang sangat lemah (r=0,003) dan kurang baik dalam menjelaskan kualitas hidup (R 2 =0,000). Hasil uji statistik yang dilakukan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan dengan kualitas hidup (p=0,931). 5. Hipotesis V. Kualitas hidup penderita kanker berpendapatan rendah dengan status sosial ekonomi rendah lebih rendah daripada yang berpendapatan menengah dengan status sosial ekonomi rendah. Rata-rata skor kualitas hidup penderita kanker berpendapatan rendah sebesar 76,28, sedangkan penderita kanker berpendapatan menengah sebesar 79,07. Hasil uji 9

independent sample T-Test menunjukkan nilai t(2,00172) = 1,196, maka (t hitung < t tabel). Nilai signifikansi dua ekor = 0,273 (p>0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan. Penelitian sebelumnya oleh Nurhasanah, dkk (2009) menemukan hasil yang sama bahwa hubungan antara faktor pendapatan memiliki hubungan yang sangat lemah (r=0,092) dan kurang baik dalam menjelaskan kualitas hidup (R 2 =0,008). Hasil uji statistik yang dilakukan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dengan kualitas hidup (p=0,079). KESIMPULAN 1. Kualitas hidup penderita kanker usia dewasa akhir lebih tinggi daripada penderita kanker usia dewasa madya. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup penderita kanker perempuan dan laki laki. 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup penderita kanker stadium 1, stadium 2, stadium 3, dan stadium 4. 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup penderita kanker berpendidikan rendah dan menengah.. 5. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup penderita kanker berpendapatan menengah dan rendah. 6. Tingkat kualitas hidup penderita kanker dengan status sosial ekonomi rendah di bangsal Mawar 10

III RS Dr. Moewardi, Surakarta tergolong sedang yang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE=77,38) dan rerata hipotetik (RH=78). SARAN-SARAN 1. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah subjek yang lebih banyak sehingga dapat dilakukan generalisasi yang lebih luas, penelitian lanjutan terhadap jenis kanker tertentu, sehingga informasi yang didapat lebih lebih spesifik dan mendalam dan memperluas wilayah subjek penelitian sehingga tidak hanya mencakup subjek dengan status sosial ekonomi yang rendah saja, namun juga status sosial ekonomi menengah dan tinggi. 2. Bagi penderita kanker, terutama bagi penderita kanker usia dewasa madya diharapkan dapat membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain sehingga memperingan beban tanggungjawabnya baik dalam keluarga maupun peran sosial. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi penderita kanker untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penderita kanker usia dewasa madya memiliki potensi regenerasi sel yang lebih baik dari dewasa akhir sehingga memungkinkan untuk sembuh dan beraktivitas secara normal. 3. Bagi institusi pendidikan di bidang psikologi, diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian mahasiswanya terhadap penderita 11

kanker dengan aktif mengadakan sosialisasi melalui kegiatan hidup penderita kanker dengan status sosial ekonomi rendah dan kemahasiswaan. Kemudian menjadi pedoman dan acuan membekali mahasiswanya dengan keterampilan dalam mendampingi penderita kanker, terutama pada penderita berusia dewasa madya agar dapat mengoptimalkan kemampuannnya dan mencapai kualitas hidup yang tinggi. 4. Bagi praktisi penanganan penderita kanker, diharapkan memberikan perhatian lebih kepada penderita kanker usia dewasa madya sebagai pertimbangan dalam memberikan penanganan, mengingat mereka juga mengalami banyak tekanan dalam peran sosial dan keluarga. 5. Bagi institusi kesehatan, diharapkan dapat membantu memberikan gambaran kualitas petugas kesehatan dalam memberikan penanganan paliatif bagi penderita kanker di samping pengobatan medis. DAFTAR PUSTAKA Anand, P., Kunnumakara, A. B., Sundaram, C., Harikumar, K. B., Tharakan, S. T., Lai, O. S., Aggarwal, B. B. (2008). Cancer is a Preventable Disease that Requires Major Lifestyle Changes. Pharmaceutical Research, 25(9), h. 2097-2116. Anna, L. K. (2011, 17 Desember). 85 Persen Pasien Kanker dan Keluarga Bangkrut. Kompas. Diakses pada 23 Desember 2014 dari http://health.kompas.com Azizah, S. (2008). Analisis Prestasi Belajar Mahasiswa Akper 12

PGRI di Kota Kediri tahun 2008 (Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Urutan Kelahiran). Tesis. Universitas Sebelas Maret. Keliat, B. A. (1998). Seri Keperawatan: Gangguan Koping, Citra Tubuh, dan Seksual pada Klien Kanker. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kementerian Sosial. (2011). Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan. Diakses pada 6 Mei 2015 dari http://www.kemsos.go.id Marastuti, A. (2012). Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muttaqin, A. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronis. Jakarta: Salemba Humanika. Nurhasanah., Kushadiwijaya, H., dan Marchira, C. (2009). Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Berita Kedokteran Masyarakat 25(1), h. 1-8. Pradono, J., Hapsari, D., dan Sari, P. (2009). Kualitas Hidup Penduduk Indonesia menurut International Classification of Functioning, Dissability, and Health (ICF) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007). Buletin Penelitian Kesehatan. hal. 1-10. Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Rochmayanti. (2011). Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta. Thesis. 13

Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. World Health Organization. (1996). WHOQOL-Bref: Introduction, Administration, Scoring, and Generic Version of the Assessment. Diakses pada 23 September 2014 dari http://www.who.int/mental_hea lth/media/en/76.pdf Wulandari, W. A., dan Wibisono, S. (2007). Penentuan Validitas WHOQOL-100 dalam Menilai Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan di RSCM (Versi Indonesia). Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yani, D. I. (2007). Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran. 14