BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebuah fasilitas Bendung Irigasi akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR


HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DEBIT ANDALAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB VI DEBIT BANJIR RENCANA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO DI DESA LINDANGAN, KEC.TOMPASO BARU, KAB. MINAHASA SELATAN

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti

ABSTRAK. Kata kunci : Tukad Unda, Hidrgraf Satuan Sintetik (HSS), HSS Nakayasu, HSS Snyder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. PENGUAPAN (EVAPORATION)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Ilustrasi Siklus Hidrologi

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab V PENGELOLAAN MASALAH BANJIR DAN KEKERINGAN

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap beberapa bagian sungai. Ketika sungai melimpah, air menyebar pada

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KESEIMBANGAN AIR WADUK KEULILING KABUPATEN ACEH BESAR NAD UNTUK OPTIMASI IRIGASI

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

HIDROLOGI ANALISIS DATA HUJAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB III ANALISA HIDROLOGI

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

BAB IV ANALISIS DATA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Mangge Asi, Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebuah fasilitas Bendung Irigasi akan dikembangkan di daerah ini. Daerah penelitian untuk Bendung Irigasi meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Rababaka dan meliputi area seluas sekitar 235.343 km2. Di daerah Mangge Asi data mengenai curah hujan diambil dari stasiun hujan BMKG Matua. Di antara data yang dikumpulkan, hanya beberapa tahun dari data yang dapat dihitung yaitu 1991-2011. Perhitungan debit aliran sungai yang disarankan untuk menjadi dasar ditentukan pada periode yang cukup pengamatan. Output dari analisis hidrologi aliran air sungai Rababaka yang dapat digunakan untuk mengaliri irigasi persawahan. IV - 1

4.2 Survey Hidrologi Tahap Survei hidrologi dibagi menjadi ke pengumpulan data klimatologi termasuk curah hujan, suhu, sinar matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin Di antara data yang dikumpulkan, hanya beberapa tahun dari data yang dapat dihitung yaitu 2010-2011. Aliran air yang direncanakan diambil dari Sungai Rambabaka. ( Lihat Lampiran ). 4.3 Analisis Curah Hujan 4.3.1 Curah Hujan Harian Maksimum Data curah hujan daerah diperoleh dari stasiun pengamatan di daerah Mangge Asi, data yang digunakan dalam analisis adalah stasiun hujan BMG Matua karena data yang lengkap dan stasiun hujan terdekat. Data yang diperoleh adalah curah hujan harian. IV - 2

Curah hujan Maksimum Harian dan Tahunan seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Curah hujan Maksimum harian dan tahunan 4.3.2 Analisis Frekuensi Curah Hujan Analisis frekuensi curah hujan ditujukan untuk mendapatkan tingkat curah hujan 2,5,10,25,50 dan periode ulang 100 tahun. Curah hujan metode analisis frekuensi yang digunakan dalam analisis adalah Distribusi Normal, Distribusi Log Normal 2, Distribusi Log Normal 3, Gumbell, Pearson III, Log IV - 3

Pearson III. Hasil analisis untuk setiap metode tersebut kemudian dibandingkan dengan distribusi metode uji akurasi Smirnov-Kolmogorov. a. Metode Distribusi Normal Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. dimana: XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat Sx = Standard deviasi KT = Faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss), merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang. Nilai faktor frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.3 (Reduksi Gauss) IV - 4

Tr K Tr Probabilitas 1.0014-3.05 0.999 1.005-2.58 0.995 1.01-2.33 0.990 1.05-1.64 0.950 1.11-1.28 0.900 1.25-0.84 0.800 1.33-0.67 0.750 1.43-0.52 0.700 1.67-0.25 0.600 2 0 0.500 2.5 0.25 0.400 3.33 0.52 0.300 4 0.67 0.250 5 0.84 0.200 10 1.28 0.100 20 1.64 0.050 50 2.05 0.020 100 2.33 0.010 200 2.58 0.005 500 2.88 0.002 1000 3.09 0.001 Tabel 4.2. Nilai Reduksi Gauss IV - 5

Tabel 4.3. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Normal b. Metode Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter IV - 6

Distribusi log normal adalah transformasi Distribusi Normal, yang mengubah variabel X terhadap logaritma X. Untuk 2 parameter Log metode normal persamaan transformasi dinyatakan sebagai: dimana: Log XT = Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun = Nilai rata-rata Log X S Log x KT = Standard deviasi nilai Log X = Karakteristik dari distribusi log normal dua parameter. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien variasinya (Cv) IV - 7

dimana: (Lihat Table 4.5) Koef. Variasi (Cv) Periode Ulang (tahun) 2 5 10 20 50 100 0,0500-0,0250 0,8334 1,2965 1,6863 2,1341 2,4570 0,1000-0,0496 0,8222 1,3078 1,7247 2,2130 2,5489 0,1500-0,0738 0,8085 1,3156 1,7598 2,2899 2,2607 0,2000-0,0971 0,7926 1,3200 1,7911 2,3640 2,7716 0,2500-0,1194 0,7746 1,3209 1,8183 2,4318 2,8805 0,3000-0,1406 0,7647 1,3183 1,8414 2,5015 2,9866 0,3500-0,1604 0,7333 1,3126 1,8602 2,5638 3,0890 0,4000-0,1788 0,7100 1,3037 1,8746 2,6212 3,1870 0,4500-0,1957 0,6870 1,2920 1,8848 2,6731 3,2799 0,5000-0,2111 0,6626 1,2778 1,8909 2,7202 3,3673 0,5500-0,2251 0,6379 1,2613 1,8931 2,7613 3,4488 0,6000-0,2375 0,6129 1,2428 1,8915 2,7971 3,5211 0,6500-0,2185 0,5879 1,2226 1,8866 2,8279 3,3930 0,7000-0,2582 0,5631 1,2011 1,8786 2,8532 3,3663 0,7500-0,2667 0,5387 1,1784 1,8677 2,8735 3,7118 0,8000-0,2739 0,5118 1,1548 1,8543 2,8891 3,7617 IV - 8

0,8500-0,2801 0,4914 1,1306 1,8388 2,9002 3,8056 0,9000-0,2852 0,4686 1,1060 1,8212 2,9071 3,8137 0,9500-0,2895 0,4466 1,0810 1,8021 2,9103 3,8762 1,0000-0,2928 0,4254 1,0560 1,7815 2,9098 3,9035 Tabel 4.4. Faktor Frekuensi k Metode Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter IV - 9

Tabel 4.5. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Normal 2 Parameter IV - 10

c. Metode Distribusi Gumbell s Metode distribusi Gumbell adalah salah satu metode yang paling sering digunakan dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : K = (YT Yn) / Sn dimana: XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat curah hujan maksimum Sx = Standard deviasi K = Faktor karakteristik Yn = Nilai reduksi variat Sn = Nilai reduksi dari standar deviasi IV - 11

Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 T Yn 2 0.3665 5 1.4999 10 2.2504 20 2.9702 25 3.1985 50 3.9019 100 4.6001 (Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999) Tabel 4.7. Hubungan periode ulang (T) dengan Reduksi variat dari variabel (Yn) N Yn n Yn n Yn n Yn 10 0.4952 34 0.5396 58 0.5515 82 0.5572 11 0.4996 35 0.5402 59 0.5518 83 0.5574 12 0.5035 36 0.5410 60 0.5521 84 0.5576 13 0.5070 37 0.5418 61 0.5524 85 0.5578 14 0.5100 38 0.5424 62 0.5527 86 0.5580 15 0.5128 39 0.5430 63 0.5530 87 0.5581 16 0.5157 40 0.5439 64 0.5533 88 0.5583 17 0.5181 41 0.5442 65 0.5535 89 0.5585 18 0.5202 42 0.5448 66 0.5538 90 0.5586 19 0.5220 43 0.5453 67 0.5540 91 0.5587 20 0.5236 44 0.5458 68 0.5543 92 0.5589 IV - 12

21 0.5252 45 0.5463 69 0.5545 93 0.5591 22 0.5268 46 0.5468 70 0.5548 94 0.5592 23 0.5283 47 0.5473 71 0.5550 95 0.5593 24 0.5296 48 0.5477 72 0.5552 96 0.5595 25 0.5309 49 0.5481 73 0.5555 97 0.5596 26 0.5320 50 0.5485 74 0.5557 98 0.5598 27 0.5332 51 0.5489 75 0.5559 99 0.5599 28 0.5343 52 0.5493 76 0.5561 100 0.5600 29 0.5353 53 0.5497 77 0.5563 - - 30 0.5362 54 0.5501 78 0.5565 - - 31 0.5371 55 0.5504 79 0.5567 - - 32 0.5380 56 0.5508 80 0.5569 - - 33 0.5388 57 0.5511 81 0.5570 - - (Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999) Tabel 4.7. Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata (Yn) dengan Jumlah Data (n) N Sn N Sn n sn n sn 10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.1930 11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938 12 0.9833 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945 13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953 14 1.0095 37 1.1339 60 1.1747 83 1.1959 15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967 16 1.0316 39 1.1388 62 1.1770 85 1.1973 17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.1980 IV - 13

18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1987 19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994 20 1.0628 43 1.1480 66 1.1814 89 1.2001 21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2007 22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.2013 23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2020 24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2026 25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2032 26 1.0961 49 1.1590 72 1.1873 95 1.2038 27 1.1004 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2044 28 1.1047 51 1.1623 74 1.1890 97 1.2049 29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.2055 30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2060 31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100 1.2065 32 1.1193 55 1.1681 78 1.1923 - - Tabel 4.8. Hubungan Deviasi Standart (Sn) dengan Jumlah Data (n) IV - 14

Tabel 4.9. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Gumbell s IV - 15

d. Metode Distribusi Log Pearson Type III Persamaan distribusi Log Pearson III dapat dinyatakan sebagai berikut : dimana: Log XT = Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun = Nilai rata-rata Log X S Log x K = Standard deviasi nilai Log X = Faktor karakteristik dari distribusi log pearson III. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien kemencengan (CS) IV - 16

(Nilai CS dapat dilihat pada Table 4.12) Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.15 Tabel 4.10. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Pearson Type III IV - 17

4.3.3 Uji Keselarasan Distribusi Uji keselarasan dimaksudkan untuk menentukan persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada dua jenis uji keselarasan, yaitu Chi Square dan Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini yang diamati adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan dengan metode Smirnov Kolmogorof. Metode Smirnov Kolmogorof dikenal juga dengan uji kecocokan non parametric karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedurnya sebagai berikut : 1. Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut. 2. Tentukan nilai variabel reduksi f(t) 3. Tentukan peluang teoritis P'(Xi) dari nilai f(t) dengan table 4. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih antara pengamatan dan peluang teoritis. D maks = Maksimal P(Xi) - P'(Xi) IV - 18

5. Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorof tentukan harga Do lihat table 4.11 dan 4.12 t α=0.05 t α=0.05-3.40 0.0003-0.20 0.4013-3.30 0.0004-0.10 0.4404-3.20 0.0006 0.50 0.7088-3.10 0.0008 0.60 0.7422-3.00 0.0011 0.70 0.7734-2.90 0.0016 0.80 0.8023-2.80 0.0022 0.90 0.8289-2.70 0.003 1.00 0.8591-2.60 0.004 1.10 0.8749-2.50 0.0054 1.20 0.8944-2.40 0.0071 1.30 0.9115-2.30 0.0094 1.40 0.9265-2.20 0.0122 1.50 0.9394-2.10 0.0158 1.60 0.9505-1.40 0.0735 1.70 0.959-1.30 0.0885 1.80 0.9678-1.20 0.1056 2.50 0.9946-1.10 0.1251 2.60 0.996-1.00 0.1469 2.70 0.997-0.90 0.1711 2.80 0.9978-0.80 0.1977 2.90 0.9984-0.70 0.2266 3.00 0.9989 IV - 19

-0.60 0.2578 3.10 0.9992-0.50 0.2912 3.20 0.9994-0.40 0.3264 3.30 0.9996-0.30 0.3632 3.40 0.9997 (Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan") Tabel 4.13. Wilayah Luas di bawah kurva normal uji smirnov kolmogorof untuk α = 5% N α 0.2 0.1 0.05 0.01 5 0.45 0.51 0.55 0.67 10 0.32 0.37 0.41 0.49 15 0.27 0.30 0.34 0.40 20 0.23 0.26 0.29 0.36 25 0.21 0.24 0.27 0.32 30 0.19 0.22 0.24 0.29 35 0.18 0.20 0.23 0.27 40 0.17 0,19 0.21 0.25 45 0.16 0.18 0.20 0.24 50 0.15 0.17 0.19 0.23 n>50 1,07/n 1,22/n 1.36/n 1,63/n IV - 20

(Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan") Tabel 4.13. Nilai Kritis (Do) uji Smirnov Kolmogorof Analisis perhitungan uji keselarasan Smirnov Kolmogorof untuk distribusi normal, distribusi log normal 2 parameter, distribusi log normal 3 parameter, distribusi gumbel, distribusi pearson type III, dan distribusi Log Pearson Type III dapat dilihat pada table 4.18 sampai 4.23 dengan standart deviasi nilai α = 5%. IV - 21

IV - 22

Tabel 4.14. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Normal, Distribusi Gumbel dan distribusi Log Pearson Type III Tabel 4.15. Rekapitulasi Analisis Curah Hujan Rencana IV - 23

Tabel 4.16. Rekapitulasi keselarasan Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.24 dan tabel 4.25 maka dapat diambil kesimpulan bahwa curah hujan rencana yang dipakai berdasarkan metode Log Pearson III dikarenakan nilai deviasi yang paling kecil dibandingkan dengan metode yang lain. IV - 24

4.3.4 Perhitungan Intensitas Curah Hujan Curah hujan dalam jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut dengan intensitas curah hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas hujan dengan waktu hujan banyak dirumuskan, yang pada umumnya tergantung pada parameter setempat. Intensitas curah hujan rata-rata digunakan sebagai parameter perhitungan debit. Rumus intensitas curah hujan yang akan digunakan antara lain : a. Metode Dr. Mononobe b. Metode Talbot a. Metode Dr. Mononobe Perhitungan intensitas curah hujan ini menggunakan metode Dr. Mononobe yang merupakan sebuah variasi dari persamaan persamaan curah hujan jangka pendek, persamaannya sebagai berikut (Soemarto, 1993, Hidrologi Teknik): IV - 25

dimana: I t = Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (jam) R24 = C urah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.25 Contoh : Untuk t = 5 menit = 5/60 = 0.083 jam I2 = 94.594 24 x ( 24 0.083 ) 2/3 = 171.89 mm/jam I5 = 112.760 24 x ( 24 0.083 ) 2/3 = 204.90 mm/jam I10 = 122.655 24 x ( 24 0.083 ) 2/3 = 222.88 mm/jam I25 = 133.515 24 x ( 24 0.083 ) 2/3 = 242.61 mm/jam IV - 26

I50 = 140.701 24 x ( 24 0.083 ) 2/3 = 255.67 mm/jam I100 = 147.281 24 24 x ( 0.083 ) 2/3 = 267.63 mm/jam IV - 27

Perhitungan Selanjutnya ditabelkan : Perhitungan Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Dr. Mononobe Tabel 4.17. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Met. Dr. Monobe IV - 28

Grafik Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Dr. Mononobe Grafik 4.1. Grafik Intensitas Curah Hujan Metode Dr. Monobe b. Metode Talbot Persamaan : I = a t + b dimana: IV - 29

I t = Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (jam) a, b = Konstanta yang tergantung dari keadaan setempat Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.26 Metode Talbot menghendaki tetapan a dan b dalam persamaan dasar. Nilai a dan b dihitung bersadarkan masukan data dari tabel, dengan regresi linier sederhana nilai tersebut dapat ditentukan dengan prsamaan : Rincian perhitungan dapat dilihat sebagai berikut : Data curah hujan maksimum dari perhitungan sebelumnya : R2 = 82.758 mm R25 = 155.867 mm R5 = 108.196 mm R50 = 179.343 mm R10 = 127.810 mm R100 = 205.092 mm IV - 30

Untuk menghitung intensitas curah hujan diperlukan data curah hujan jangka pendek dengan persamaan : R2 = 3.448 Mm R5 = 4.508 Mm R10 = 5.325 Mm R25 = 6.494 Mm R50 = 7.473 Mm R100 = 8.545 Mm Presipitas/intensitas curah hujan jangka pendek : Perhitungan Selanjutnya ditabelkan : Periode Koefisien Untuk Periode Ulang 2 Tahun IV - 31

Tabel 4.18. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Talbot IV - 32

Intensitas Curah Hujan dengan Formula TALBOT a = 22,446,479.02 94,917.51 a = 236.48 b = 0.00 94,917.51 b = 0.00 Contoh Perhitungan untuk setiap periode ulang dengan t = 5 menit I2 = I5 = I10 = 236.48 5 + 0.000 281.89 5 + 0.000 306.63 5 + 0.000 = 41.379 mm/jam = 145.763 mm/jam = 172.187 mm/jam I25 = 333.78 5 + 0.000 = 209.987 mm/jam I50 = 351.75 5 + 0.000 = 241.614 mm/jam I100 = 368.20 5 + 0.000 = 276.303 mm/jam IV - 33

Perhitungan Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Talbot IV - 34

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Talbot Grafik Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Talbot Grafik 4.2. Grafik Intensitas Curah Hujan Metode Talbot IV - 35

4.4 nalisis Hidrograf Debit Banjir Rencana Metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan dengan dua cara yaitu metode hidrograf banjir dan metode empiris. Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Persamaan umum hidrograf satuan sintetik nakayasu adalah sebagai berikut : Parameter parameter yang diperlukan dalam perhitungan adalah sebagai berikut : IV - 36

Hasil Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu IV - 37

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu IV - 38

Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Grafik 4.3. Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Metode Gamma Metode ini digunakan untuk memperkirakan harga debit banjir secara kasar dan cepat. Juga digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan perhitungan Gamma. IV - 39

Perhitungan disajikan sebagaimana berikut : IV - 40

Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Metode Gamma IV - 41

Grafik 4.4. Grafik Hidrograf Metode Gamma Metode Snyder Metode ini digunakan untuk memperkirakan harga debit banjir secara kasar dan cepat. Juga digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan perhitungan Snayder. IV - 42

Perhitungan disajikan sebagaimana berikut : IV - 43

Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Metode Snyder IV - 44

Grafik 4.5. Grafik Hidrograf Metode Snyder Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana IV - 45

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa debit banjir rencana yang diambil sebagai dasar perhitungan struktur bangunan air adalah debit banjir metode Nakayasu. IV - 46

4.5 Perhitungan Debit Andalan Pada sungai Mange Asi tidak terdapat pencatatan data AWLR (Automatic Water Lever Recorder) dan pencatatan debit sungai lainnya, maka untuk analisis debit andalan akan memakai data hujan yang diolah dengan metode F.J Mock. Metode F. J. Mock ini menganggap bahwa hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai (catchment area) sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi limpasan permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-tama akan menjenuhkan top soil dulu baru kemudian menjadi perkolasi ke tampungan air tanah yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai base flow. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct run off dan infiltrasi sebagai soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah (direct run off) dan base flow. Metode F.J Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim dan kondisi tanah. IV - 47

Dari data yang ada, diketahui Kabupaten Mangge Asi Nusa Tenggara termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan harian maksimum 142,0 mm, Jumlah hari hujan rata rata 11 hari/bulan, Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Februari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9 C. Sampai 31,05 C. Suhu udara terendah 24,72 C terjadi pada bulan Juli dan yang tertinggi 24,75 C pada bulan Desember. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 163 241 km/hari, elipasi sinar matahari 81,90%. Rumus untuk menghitung aliran permukaan terdiri dari : Hujan netto R net = ( R Eta) Dimana : Neraca air di atas permukaan: IV - 48

Dimana : Neraca air di bawah permukaan dimana: IV - 49

Aliran permukaan Dalam satuan debit Dimana : Dimana notasi rumus di atas: Rnet = hujan netto, mm R = hujan, mm Etp = evapotranspirasi potensial, mm/hari Eta = evapotranspirasi aktual, mm/hari Nd = jumlah hari kering (tidak hujan), hari Nr = jumlah hari hujan, hari m = koefisien debit = 0,8 WS = kelebihan air, mm SS = daya serap tanah atas air, mm = 100 mm IV - 50

Sm = kelembaban tanah, mm dv = perubahan kandungan air tanah, mm V = kandungan air tanah, mm = 100 mm i = laju infiltrasi, mm Ci = koefisien resapan (<1) = 0,43 K = koefisien resesi aliran air tanah (<1) = 0,83 DRO = aliran langsung, mm BF = aliran air tanah (mm) RO = aliran permukaan, mm H = jumah hari kalender dalam sebulan, hari A = luas DPS, km2 Q = debit aliran permukaan, m3/det t = waktu tinjau (periode sekarang t dan yang lalu t-1) Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp) Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp) menggunakan Rumus Penman Modifikasi, yaitu : IV - 51

dengan dimana: w = faktor yang berhubungan dengan temperatur (T) dan elevasi daerah. Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0-500 m, hubungan harga T dan w seperti pada Tabel 4.37. Rs = radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari) (0,25 + 0,54 n/n) Ra Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah. Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) f(t). f(ed). f(n/n) f(t) = fungsi suhu (Tabel 4.37) f(ed) = fungsi tekanan uap 0,34-0,44. (ed) IV - 52

f(n/n) = fungsi kecerahan 0,1 + 0,9 n/n f(u) = fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan (m/dt) 0,27 (1 + 0,864 u) u = kecepatan angin (m/dt) = 160 Km/hari = 1,85 m/dt (ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya ed = ea. Rh Rh = kelembaban udara relatif (%) = 83,6 % ea = tekanan uap jenuh (mbar) (Tabel 4.37). ed = tekanan uap sebenarnya (mbar) c = angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan kondisi cuaca siang dan malam. (Harga C tertera pada Tabel 4.24) IV - 53

Hubungan antara T, ea, w dan f(t) T Ea W F(t) 0 C Mbar 24.00 29.50 0.735 15.40 25.00 31.69 0.745 15.65 26.00 33.62 0.755 15.90 27.00 35.66 0.765 16.10 28.00 37.81 0.775 16.30 28.60 39.14 0.781 16.42 29.00 40.06 0.785 16.50 Tabel 4.24. Hubungan antara T, ea, w dan f(t) IV - 54

Angka Angot (Ra) (mm/hari) (Untuk Daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100 LS) Bulan Lintang Utara Lintang Selatan 5 4 2 0 2 4 6 8 10 Januari 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1 Pebruari 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0 Maret 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3 April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14.0 Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6 Juni 15.0 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6 Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8 Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14.0 13.7 12.2 September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15.0 14.9 13.3 Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6 Nopember 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16.0 15.6 Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16.0 16.0 Tabel 4.25. Angka Angot (Ra) IV - 55

Angka Koreksi ( c ) Bulanan Untuk Rumus Penman Bulan C Bulan C Januari 1.04 Juli 0.90 Pebruari 1.05 Agustus 1.00 Maret 1.06 September 1.10 April 0.90 Oktober 1.10 Mei 0.90 Nopember 1.10 Juni 0.90 Desember 1.10 Tabel 4.26. Angka Koreksi (c) Bulanan untuk Rumus Penman Contoh perhitungan Q andalan untuk bulan Januari : Ra = 15,0 Rs = (0,25 + 0,54) Ra = 0,79 x 15,0 = 11,85 f(t) = 16,10 ea = 35,66 Rh = 83,6 % Ed = 35,66 x 83,6 % = 29,81 IV - 56

f(ed) = 0,34 0,44 ed f(n/n) = 1 = 0,34 0,44 29,81 = -2,06 = 16,1 x -2,06 x 1 = -33,20 f(u) = 0,27 + (1 + 0,864 x u) = 0,27 + (1 + 0,864 x 1,85) = 2,868 (ea ed) = 35,66 29,81 = 5,85 IV - 57

Maka Hujan netto R nett = ( R Eta) Dimana : R nett = R Eta = 142,00 26,87 = 152,33 mm Neraca air di atas permukaan: IV - 58

Neraca air di bawah permukaan dimana: Aliran permukaan Dalam satuan debit Dimana : IV - 59

Et* Etp Rnett WS dvt RO Qandalan Januari 35,89 37,33 152,33 52,33 3,59 48,74 3,28 Februari 36,37 38,19 151,70 51,70 3,34 48,36 3,26 Maret 36,46 38,65 151,37 51,37 3,21 48,16 3,24 April 36,53 32,88 155,53 55,53 4,85 50,68 3,41 Mei 34,73 31,25 156,70 56,70 5,31 51,39 3,46 Juni 33,22 29,90 157,67 57,67 5,69 51,98 3,50 Juli 33,41 30,07 157,55 57,55 5,64 51,91 3,50 Agustus 31,01 31,01 156,87 56,87 5,38 51,50 3,47 September 31,22 34,35 154,47 54,47 4,43 50,04 3,37 Oktober 34,43 37,88 151,93 51,93 3,43 48,50 3,27 November 35,68 39,25 150,94 50,94 3,04 47,90 3,23 Desember 35,80 39,38 150,85 50,85 3,01 47,84 3,22 Tabel 4.27. Perhitungan Debit Andalan Bulan Januari Desember IV - 60

Qandalan T % Juli 3,50 8.33 % Juni 3,50 16.67 % Agustus 3,47 25.00 % Mei 3,46 33.33 % April 3,41 41.67% September 3,37 50.00 % Januari 3,28 58.33 % Oktober 3,37 66.33 % Februari 3,26 75.00 % Maret 3,24 83.33 % November 3,23 91.67 % Desember 3,22 100.00 % Tabel 4.28. Debit Andalan Berdasarkan Presentase Keberhasilan Grafik 4.6. Debit Andalan Berdasarkan Presentase Keberhasilan IV - 61

Dari data tersebut, diambil Debit Andalan untuk irigasi 80% = 3,34 m³/det termasuk untuk memenuhi kebutuhan Air baku, selama 100% waktu. 4.6 Pemanfaatan Sumber daya Air Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 Penggunaan sumber daya air di prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari ( Air baku ) bagi perseorangan, baru dapat di gunakan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. Maka peritungan pemanfaatan sumber daya air saya prioritaskan untuk keperluan Air Baku kemudian untuk keperluan Irigsi. IV - 62

4.6.1 Perhitungan Air Baku yang dapat di hasil kan Diketahui : Qa = 3,24 m³/dt Jumlah Orang = 5.776 Orang Qo = 60 lt/org/hr ( Dari tabel standar kebutuhan air bersih untuk desa ) Jawab : Qorang Total = 60 x 5776 = 346.560 lt/org/hr Qair baku = 346,560 m³/hari = 346,560 = 346,560 = 0.0040 m³/dt 24x60x60 86.400 Jadi Untuk Memenuhi kebutuhan air Baku untuk 5.776 Orang di butuhkan air 0.0040 m³/dt Standar Kebutuhan Air Bersih Kategori kota Kebutuhan air bersih (lt/orang/hari) Kota Metropolitan 150-200 Kota Besar 120-150 Kota Sedang 90-120 Kota Kecil 60-90 Desa 40-60 Sumber : DPU Cipta Karya, 1984 Tabel 4.29. Standar Kebutuhan Air Bersih IV - 63

4.6.2 Analisa Kebutuhan Air Irigasi Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990): KAI = ET + KA + KK dengan, KAI= Kebutuhan Air Irigasi ET = Evapotranspirasi KA = Kehilangan air KK = Kebutuhan Khusus IV - 64

Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut KAI= 5 + 2 + 3 KAI = 10 mm perhari Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitu pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah. PAI = KAI - HE KAT dengan, PAI = Pemberian air irigasi KAI = Kebutuhan air HE = Hujan efektif KAT = Kontribusi air tanah IV - 65

Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per han, maka air yang perlu diberikan adalah : PAI = 10 3-1 PAI = 6 mm per hari 4.6.2.1 Kebutuhan Air Padi di Sawah Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini, (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumtif, (3) perkolasi (4) penggantian lapisan air, dan (5) sumbangan. hujan efektif. Kebutuhan air total di sawah merupakan jumlah faktor 1 sampai dengan 4, sedangkan kebutuhan netto air di sawah merupakan kebutuhan total dikurangi faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan mm/hari ataupun lt/dt. 4.6.2.2 Kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika dibandingkan tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) karakteristika tanah, (2) waktu pengolahan, (3) tersedianya tenaga dan ternak, serta (4) mekanisasi pertanian. IV - 66

Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut. PWR =(Sa Sb )N.d+ Pd + F1 10 4 dengan, PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm) Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%) Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%) N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanah d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm) Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm) F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm) Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01). Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air untuk penyiapan lahan. IV - 67

Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut IR = M (e k 1) M = Eo + P k = MT S Dengan, IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari) M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari) Eo = Evaporasi potensial (mm/hari) P k T S = perkolasi (mm/hari) = konstanta = jangka waktu pengolahan (hari) = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm) e = bilangan eksponen: 2,7182 Sebagai contoh hitungan apabila diketahui data sebagai berikut, kebutuhan air untuk menjenuhkan (S) adalah 250 mm, perkolasi (P) sebesar 2 mm per hari, waktu pengolahan Wm (T) adalah 30 hari dan evaporasi potensial (Eo) adalah sebesar 4 mm per hari maka kebutuhan air untuk pengolahan dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut. IV - 68

menghitung air untuk mengganti evaporasi dan perkolasi (persamaan 4.5) M = Eo + P M = 4 + 2 = 6 mm/hari IV - 69

4.6.2.3 Penggunaan konsumtif Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman. ET = kc x Et. dimana : ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari) ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari) kc = Koefisien tanaman IV - 70

Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc). Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada Tabel 4.1 disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO. IV - 71

Harga Koefisien Tanaman Padi Periode Nedeco / Prosida FAO 15 hari ke Varitas Biasa Varitas Unggul Varitas Biasa 1 2 3 4 5 6 7 8 1,20 1,20 1,32 1,40 1,35 1,25 1,12 0 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 - - 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0 Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 0 1, 1986 Tabel 4.30. Harga Koefisien Tanaman Padi Varitas Unggul 1,10 1,10 1,05 1,05 1,05 0,95 0 - Yang dimaksud ETo, adalah evapotranspirasi tetapan yaitu laju evaportranspirasi dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15 cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air. Evapotranspirasi tetapan disebut juga dengan evapotranspirasi referensi/ keluar. Terdapat beberapa cara untuk menentukan evapotranspirasi tetapan, salah satunya seperti yang diusulkan oleh Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut : ETo = E pan. k pan dengan : IV - 72

ETo = Evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari) Epan = Pembacaan panci Evaporasi kpan = koefisien panic Sebagai contoh berikut ini disarnpaikan catatan evaporasi rata-rata tengah bulanan dari panci evaporasi. Data Evaporasi Rata-rata Setengah Bulanan Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata 1 2 3 4 5 6 4,54 4,54 4,55 4,55 4,80 4,80 7 8 9 10 11 12 5,24 5,24 5,51 5,51 5,51 5,51 13 14 15 16 17 18 5,67 5,67 5,74 5,74 5,94 5,94 19 20 21 22 23 24 5,59 5,59 4,98 4,98 4,78 4,78 Tabel 4.31. Data Evaporasi Rata-rata Setengah Bulan Apabila panci evaporasi tersebut mempunyai koefisien (k pan ) sebesar 0,8, maka, berdasarkan persaman 3.8 dapat dihitung evaporasi potensial dengan hasil sebagai berikut : IV - 73

Koefisien Panci = 0,8 Hasil Hitungan Evaporasi Potensial (ETo) Setengah bulan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Evaporasi Rata-rata 4,54 4,54 4,55 4,55 4,80 4,80 5,24 5,24 5,51 5,51 5,51 5,51 Evaporasi Potensial Rata-rata 3,63 3,63 3,64 3,64 3,84 3,84 4,19 4,19 4,41 4,41 4,41 4,41 Setengah Bulan ke 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Evaporasi Rata- rata (mm/hari) 5,67 5,67 5,74 5,74 5,94 5,94 5,59 5,59 4,98 4,98 4,78 4,78 Evaporasi potensial rata-rata (mm/hari) 4,54 4,54 4,59 4,59 4,75 4,75 4,47 4,47 3,98 3,98 3,82 3,82 Tabel 4.32. Hasil Hitungan Evaporasi Potensial (ETo) Besaran evaporasi potensial (Eo) dikaitkan dengan waktu tanam dan koefisien tanaman seperti pada Tabel 2. 1, dapat digunakan untuk menghitung evapotraspirasi. Besaran evaporasi potensial (Eo) dikaitkan dengan waktu tanam dan koefisien tanaman seperti pada Tabel 2.1, dapat digunakan untuk menghitung evapotranspirasi. Misalnya dihitung evapotranspirasi untuk tanaman padi varitas unggul dengan waktu tanam antara setengah bulan ke 3 sampai IV - 74

dengan setengah bulan ke 9, maka besar evapotranspirasi (penggunaan konsumtif) adalah sebagai berikut. Setengah bulan ke 3 4 5 6 7 8 9 Contoh Analisis Evapotranspirasi Evaporasi Potensial 4,55 4,55 4,80 4,80 5,24 5,24 5,51 Koefisien Tanaman Padi 1,10 1,10 1,05 1,05 1,05 0,95 0 Evapotranspirasi (mm/hari) 5,00 5,00 5,04 5,04 5,50 4,98 0 Tabel 4.33. Contoh Analisis Evapotranspirasi 4.6.2.4 Perkolasi Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. IV - 75

4.6.2.5 Penggantian lapisan air Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan). 4.6.2.6 Hujan Efektif Untuk menentukan besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan air oleh tanaman, terdapat beberapa cara, diantaranya secara empirik maupun dan simulasi. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah hujan di setasiun terdekat, dengan panjang pengamatan selama 10 tahun 4.6.2.7 Hitungan Kebutuhan Air Untuk Padi di sawah Tahapan yang dilakukan untuk analisis kebutuhan air untuk padi di sawah adalah (1) analisis hujan efektif, dan (2) analisis kebutuhan air di lahan. 4.6.2.8 Contoh Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi di Lahan Apabila telah tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) data jenis tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan efektif, maka analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat dilakukan. Dalam modul ini disertakan program komputer sederhana untuk menganalisis kebutuhan air untuk tanaman padi. IV - 76

Apabila diketahui data evaporasi seperti pada Tabel 4.31, serta jenis tanah adalah lempung berpasir, maka analisis kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan prosedur seperti tersebut di atas. Hasil analisis kebutuhan air untuk tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 4.34. Hasil Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi Setengah Kebutuhan Air Untuk Padi Bulan ke (mm/hari) (lt/dt/hektar) 1 8,79 1,02 2 8,54 0,99 3 6,47 0,75 4 5,86 0,68 5 6,99 0,81 6 7,61 0,88 7 6,66 0,77 8 0,00 0,00 9 12,31 1,42 10 12,31 1,42 11 9,55 1,10 12 9,55 1,10 13 9,46 1,09 14 9,46 1,09 15 7,36 0,85 16 0,00 0,00 17 12,31 1,42 18 12,31 1,42 19 9,62 1,11 20 9,62 1,11 21 8,88 1,03 22 7,08 0,82 23 5,66 0,66 24 0,00 0,00 Tabel 4.34.Hasil Analisis Kebutuhan Air untuk Padi IV - 77

4.6.3 Perhitungan sawah yang dapat di aliri Irigasi Diketahui : Qa = 3,24 m³/dt 0, 0040 m³/dt = 3,236 m³/dt Qi Qi = 1,420 lt/dt/ht = 1,420 lt/dt/ht 1000 Qi = 0,00142 m³/dt/ht Jawab : Luas Sawah yang dapat di aliri = 3,226 m³/dt 0,00142 m³/dt/ht Luas Sawah yang dapat di aliri = 2.271.83 Hektar Jadi Luas Sawah yang dapat di aliri 2.271.83 Hektar. 4.6.4 Hasil Perhitungan NO KEBUTUHAN AIR BAKU DAN HASIL TINJAUAN AIR BAKU DAN KESIMPULAN IRIGASI YANG DIINGINKAN IRIGASI YANG DAPAT DI HASILKAN 1. Air Baku = 5.776 KK. Air Baku = 5.776 KK. Dapat memenuhi target kebutuhan Air Baku yang diinginkan. 2. Irigasi = 2.132,61 Ha Irigasi = 2.271.83 Ha Melebihi target luas sawah yang dapat di aliri Air Irigasi. Tabel 4.35.Hasil Analisis Kebutuhan Air untuk Padi IV - 78