BAB I PENDAHULUAN. Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis bahasa yang berisi nasihat dan pedoman hidup atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, atau berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian bahasa

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS BENTUK, JENIS, FUNGSI GRAMATIKAL, DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM NOVEL KITCHIN KARYA BANANA YOSHIMOTO

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Bab 2. Landasan Teori

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. Pengertian Giongo / Giseigo dan Gitaigo 2. Jenis Gitaigo dalam Bahasa Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer 2003:296).

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB II GAMBARAN UMUM ANOMATOPE TENTANG GITAIGO BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kata-kata tersebut terkadang

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

ANALISIS MAKNA ONOMATOPAE PADA IKLAN DI MAJALAH JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata dalam bahasa Yunani όνομα (onoma = nama) dan ποιέω (poieō, = "saya buat" atau "saya lakukan"). Jadi onomatope adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mencakup suara hewan, suara-suara lain yang berasal dari alam, dan juga suarasuara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa (Yusuf, 2010). Istilah onomatope sangat jarang diketahui oleh masyarakat umum meskipun onomatope sebenarnya sering digunakan di lingkungan sekitar. Contoh onomatope dalam bahasa Indonesia seperti suara ayam, bebek, suara ketawa, menangis, dan lainnya, dapat dengan mudah ditemukan karena sering digunakan dalam cerita-cerita pendek, percakapan, lagu-lagu, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, onomatope memiliki arti yang sempit yaitu kata tiruan bunyi, tetapi dalam bahasa Jepang onomatope memiliki arti yang lebih luas. Pengertian onomatope dalam bahasa Jepang, dapat dilihat pada kutipan yang diungkapkan oleh Atsuo Iguchi dan Yôko Iguchi berikut ini. 擬声語 ( 擬音語とも ) 擬態語は 物音や物事の様子などを表したものです 風がびゅうびゅう吹く などは音を描写した擬声語の典型ですが のそのそ そわそわ ゆらゆら などは人や物の態度を描写する擬態語です

2 態度の他に くよくよ わくわく など人の心理状態を描写したものもあります 全部まとめてオノマトペ (onomatopoeia) とも言います Giseigo (giongo tomo) gitaigo wa, monooto ya monogoto no yôsu nado wo arawashitamono desu. kaze ga byuubyuu fuku nado wa oto wo byôshashita giseigo no tenkei desuga, nosonoso sowasowa yurayura nado wa hito ya mono no taido wo byôshasuru gitaigo desu. Taido no hoka ni kuyokuyo, wakuwaku nado hito no shinrijôtai wo byôshashita monomo arimasu. Zenbu matomete onomatope (onomatopoeia) tomo iimasu. Giseigo (termasuk juga giongo) dan gitaigo, adalah kata yang melambangkan bunyi-bunyi, kondisi atau keadaan dari berbagai hal, dan sebagainya. kaze ga byuubyuu fuku: suara angin yang berhembus dengan kuat adalah salah satu contoh tipikal giseigo yang melukiskan bunyi, tetapi (nosonoso: orang yang berjalan lamban) (sowasowa: orang yang terlihat gelisah) (yurayura: sesuatu yang berayun, menggelinding, dengan lamban) adalah contoh gitaigo yang melukiskan sikap atau tingkah laku manusia, benda dan lain-lain. Selain sikap atau tingkah laku manusia, ada juga yang melukiskan keadaan atau kondisi psikologis manusia seperti (kuyokuyo: kekhawatiran terhadap umur), (wakuwaku: perasaaan semangat menanti sesuatu yang menyenangkan) dan sebagainya. Semuanya disebut onomatope. (Iguchi, Atsuo dan Yôko Iguchi, 2001:26) Kutipan tersebut menunjukkan bahwa onomatope memiliki pengertian yang lebih luas. Tidak hanya sebagai kata tiruan bunyi, tetapi juga kata yang menunjukkan keadaan makhluk hidup dan benda. Jumlah Onomatope dalam bahasa Jepang sangat banyak. Oleh karenanya, hal ini sering membuat orang asing kebingungan dalam memahami onomatope. Perbedaan penggunaan onomatope bahasa Jepang dan bahasa Indonesia tersebut, mengakibatkan onomatope bahasa Jepang tidak seluruhnya memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, onomatope sering digunakan sehingga mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain digunakan

3 dalam percakapan sehari-hari, onomatope juga digunakan dalam komik, lagulagu, puisi, novel, koran, dan lain-lain. Onomatope yang dapat melukiskan suasana hanya dengan beberapa kata, membuat penulis karya sastra dan pengarang lagu sering menggunakan onomatope dalam karyanya. Beberapa contoh onomatope dalam bahasa Jepang yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia antara lain: gachagacha yang bisa memiliki padanan kata kerincing (untuk kunci) atau brak (ketika menabrak sebuah benda dengan keras). Selain itu, ada juga gokugoku tiruan untuk suara orang yang sedang minum, yang berpadanan dengan kata glukglukgluk, nyaanyaa yaitu bunyi kucing yang dalam bahasa Indonesia padanannya berbunyi miaow. Akan tetapi ada beberapa onomatope yang tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia seperti sekaseka yang berarti sikap dan cara bicara yang menunjukkan ketidaktenangan dan wakuwaku yaitu kata yang digunakan untuk menirukan keadaan seseorang yang sedang menanti-nanti sesuatu dengan bahagia. Onomatope bahasa Jepang memiliki beberapa bentuk dasar yang dapat membantu dalam membedakan onomatope dengan kata-kata lainnya. Bentuk onomatope dalam komik dan lirik lagu biasanya berdiri sendiri atau berada dalam kalimat yang pendek, sehingga lebih mudah untuk dibedakan. Akan tetapi, onomatope dalam novel biasanya menjadi bagian dari kalimat yang panjang dan cukup sulit ditemukan apabila tidak diketahui bentuk dasarnya. Oleh karena itu, mengetahui bentuk dasar onomatope sangat diperlukan dalam membantu menganalisis onomatope dalam sebuah novel.

4 Selain bentuknya, onomatope juga memiliki fungsi gramatikal tersendiri dalam sebuah kalimat. Onomatope tidak hanya berfungsi sebagai kata keterangan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kata sifat, kata benda, dan kata kerja. Onomatope yang terdapat dalam konteks kalimat tertentu dan telah mendapat proses gramatikal tidak hanya memiliki makna leksikal saja, tetapi juga memiliki makna gramatikal dan ketika berada dalam konteks tertentu memilki makna kontekstual. Penulis novel biasanya tidak menggunakan banyak onomatope dalam karyanya, berbeda dengan Banana Yoshimoto. Dalam novelnya yang berjudul Kitchin, Banana Yoshimoto menggunakan banyak onomatope untuk memperindah penulisan karyanya. Onomatope yang digunakan bahkan mencapai seratus buah onomatope yang berbeda. Cerita menarik yang dibuat dengan penulisan yang unik dan bahasa yang mudah dimengerti, membuat novel Kitchin menjadi sebuah karya yang menarik dan cocok untuk dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Novel Kitchin merupakan peraih penghargaan Umitsubame First Novel Prize yang telah dicetak sebanyak 60 kali di Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa di dunia (Helvry, 2010). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dideskripsikan mengenai bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan makna onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto. Beberapa alasan tersebut yang membuat Analisis Bentuk, Jenis, Fungsi Gramatikal, dan Makna Onomatope dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto menjadi menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini, setelah

5 onomatope dikumpulkan dari novel Kitchin karya Banana Yoshimoto dengan bantuan analisis bentuk, onomatope diklasifikasikan sesuai jenisnya, kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsinya dalam kalimat, dan dicari padanan maknanya dalam bahasa Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian yang berkaitan dengan analisis onomatope yang ada dalam novel Kitchin menyangkut hal-hal berikut : 1. Bentuk dan jenis onomatope apa sajakah yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto? 2. Bagaimana fungsi gramatikal dan makna onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian mengenai analisis makna onomatope dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto, dibagi menjadi dua yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui onomatope dalam novel melalui bentuknya, kemudian mendeskripsikan jenis-jenis onomatope, fungsi gramatikal, dan memahami makna onomatope yang ada dalam novel Kitchin. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah penelitian linguistik Jepang dan sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

6 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mendeskripsikan bentuk dan jenis onomatope yang ada dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto. 2. Mendeskripsikan fungsi gramatikal dan makna dari onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini ada dua yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tambahan mengenai bahasa Jepang khususnya yang berkaitan dengan bentuk, jenis-jenis onomatope, fungsi gramatikalnya, dan makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu membantu dan mempermudah memahami makna onomatope yang ada dalam karya sastra khususnya dalam novel. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca novel, khususnya novel Kitchin karya Banana Yoshimoto, untuk mempermudah dalam memahami makna onomatope yang muncul pada novel tersebut. 1.5 Ruang Lingkup Agar tidak menyimpang dari rumusan masalah yang dibahas, penelitian ini dibatasi hanya mengenai analisis bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan makna

7 onomatope yang ada dalam novel berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto. Dalam novel ini, terdapat tiga buah subbab yakni cerita Kitchin dan sebuah sisipan novelet dengan cerita berbeda. Sumber data, yang digunakan sebagai objek penelitian hanyalah cerita Kitchin yang terdiri atas subbab satu dan dua, sedangkan subbab ketiga tidak digunakan karena ceritanya tidak ada kaitannya dengan novel Kitchin yang ada pada dua subbab pertama. Untuk mempermudah proses analisis data, penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif, yaitu dengan mengambil beberapa data sebagai sampel dari seluruh data yang ditemukan untuk dianalisis, sedangkan data lainnya ditampilkan pada lampiran tanpa proses analisisnya. 1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Sumber Data Untuk melakukan penelitian mengenai analisis onomatope dalam novel Kitchin, digunakan novel asli yang berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto yang diterbitkan oleh penerbit Fukutake Shoten di Tokyo, Jepang pada tahun 1988 dengan tebal 266 halaman sebagai sumber data primer. Dari 266 halaman, yang digunakan sebagai sumber data hanya subbab satu dan subbab dua saja yang berjumlah 164 halaman. Selain novel asli, digunakan juga novel terjemahan yang dialihbahasakan oleh Dewi Anggraeni ke dalam bahasa Indonesia dengan judul berbahasa Inggris yaitu Kitchen sebagai sumber data sekunder guna membantu dalam analisis. Pada tahun 2009, cetakan pertama novel ini diterbitkan oleh PT

8 Gramedia, Jakarta dengan tebal buku 204 halaman, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua subbab yang berjumlah 124 halaman. 1.6.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa secara tulisan untuk memperoleh data. Teknik dasar metode ini berwujud teknik sadap secara tertulis yaitu menyadap penggunaan bahasa dengan bahasa tulis misalnya berupa teks narasi, naskahnaskah kuno, buku, dan lain-lain. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Teknik sadap ini, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:92-93). Dalam tahap ini, difokuskan untuk menemukan data-data onomatope yang ada dalam sumber data tertulis, yaitu dalam novel yang berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto. Pengumpulan data dibantu dengan analisis bentuk onomatope, untuk mempermudah dalam membedakan onomatope dengan kata lainnya. Data yang telah terkumpul kemudian dicatat dan diklasifikasi sesuai bentuk dan jenisnya untuk memudahkan langkah penelitian selanjutnya yaitu metode dan teknik penganalisisan data. 1.6.3 Metode dan Teknik Penganalisisan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih yaitu metode analisis yang unsur penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar dari

9 metode ini adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu dengan membagi unsur-unsur data untuk menemukan unsur penentunya. Dengan teknik ini, dapat diketahui bagian atau unsur yang menjadi penentu onomatope di dalam data yang telah diklasifikasikan. Sebagai pendukung juga digunakan metode analisis deskriptif dengan menjelaskan proses analisis dengan sederhana. Setelah onomatope diketahui bentuknya dan diklasifikasikan sesuai jenisnya, onomatope dicari makna leksikalnya. Dengan metode agih, kalimat yang mengandung onomatope dipisahkan, kemudian dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung. Kemudian unsur penentunya yaitu onomatope dianalisis fungsi gramatikalnya. Setelah diketahui fungsi gramatikalnya dilanjutkan dengan menganalisis makna gramatikal dan makna kontekstual dari onomatope tersebut yang dibantu dengan metode analisis deskriptif yang menjelaskan secara sederhana proses analisis tersebut. 1.6.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data kemudian disajikan dengan metode informal yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk terminologi yang bersifat teknis dan metode formal yaitu perumusan dengan menggunakan tandatanda atau lambang-lambang (Mahsun, 2005:123). Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis fungsi gramatikal dan menjelaskan hasil analisis padanan makna onomatope dalam bahasa Indonesia, sedangkan Metode formal digunakan untuk memaparkan hasil klasifikasi bentuk dan jenis onomatope dalam bentuk tabel dan angka-angka.