ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

Analisis Perkembangan Industri

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

Produk Domestik Bruto (PDB)

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

Kondisi Perekonomian Indonesia

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Transkripsi:

Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik INDIKATORAKTIVITAS he EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga. Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Asesmen subsektor perikanan menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal perikanan belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB, pertumbuhan ekspor dan pangsa kredit yang rendah. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan (). Dari 30 (tiga puluh) indikator aktivitas ekonomi yang dipantau, sebanyak 25 (dua puluh lima) diantaranya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga (75,01%) dan produksi kendaraan non niaga (74,68%). Sejalan dengan peningkatan jumlah produksi, penjualan kendaraan juga mengalami kenaikan yang besar yaitu untuk penjualan kendaraan niaga (66,95%) dan penjualan kendaraan non niaga (61,06%). Selain itu, ekspor makanan olahan juga terlihat mengalami perbaikan yang signifikan (74,93%). Sementara itu, 5 (lima) indikator lainnya mengalami penurunan yaitu:ekspor biji tembaga (-67,82%), ekspor alat angkutan dan bagiannnya (-34,08%), penjualan minyak diesel (-31,77%), produksi minyak mentah (-1,82%) dan penjualan listrik ke industri (-1,15%). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) 120 80 40 0-40 -80 Migas Non Migas Ekspor Utama September 2011 September 2010 s.d September 2011 (rata-rata) Secara rata-rata selama September 2010 s.d September 2011, hampir seluruh indikator meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 41,18% dan 40,05%. Selain kedua indikator tersebut, ekspor makanan olahan (25,95%), ekspor besi & baja (24,15%), produksi kendaraan non niaga (20,65%) danpenjualan kendaraan non niaga (20,61%) juga tercatat mengalami rata-rata pertumbuhan Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor perikanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik yang tinggi. Sebaliknya, hanya 4 (empat) indikator yang turun secara rata-rata dalam kurun waktu tersebut. Keempat indikator itu adalah ekspor biji tembaga (-15,68%), produksi kondensat (-6,23%), produksi minyak mentah (-4,14%) dan ekspor kayu lapis (-3,16%). Dengan membandingkan pertumbuhan pada September 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama September 2010 s.d September 2011, sebanyak 20 (dua puluh) indikator memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya (Grafik 1). Bulanan Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2011, sebanyak 56,7% indikator tercatat tumbuh positif secara bulanan () lebih banyak dari 31,0% indikator pada bulan sebelumnya. Mulai meningkatnya aktivitas ekonomi pada periode ini merupakan siklus musiman yang lazim terjadi pasca Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor besi & baja (26,61%), diikuti oleh ekspor makanan olahan (21,06%), ekspor bahan kertas dan kertas (14,11%), produksi kendaraan non niaga (13,89%),produksi kondensat (12,92%) dan penjualan kendaraan non niaga (10,31%). Meskipun demikian, sebanyak 43,3% indikator tumbuh negatif pada September 2011 (). Tiga diantaranya yang tumbuh paling rendah adalah penjualan minyak diesel (-44,81%), ekspor alat angkut & bagiannya (-39,28%) dan ekspor biji tembaga (-37,46%). Selama periode September 2010 s.d September 2011, mayoritas indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor biji tembaga (11,82%), diikuti oleh ekspor minyak nabati (10,37%), ekspor makanan olahan (4,65%) dan ekspor alat angkut & bagiannya (4,59%). Sementara itu,hanya dua indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut yaitu produksi minyak mentah(-0,40%), dan ekspor tekstil dan produk tekstil (-0,36%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan September 2011 memiliki kinerja diatas rata-rata selama September 2010 s.d September 2011 terutama pada ekspor besi & baja dan ekspor makanan olahan. Namun demikian sebagian indikator lainnya memiliki kinerja yang jauh dibawah rata-ratanya seperti penjualan minyak diesel, ekspor alat angkut & bagiannya, ekspor biji tembaga dan ekspor minyak nabati (Grafik 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40-50 Migas Non Migas Ekspor Utama September 2011 September 2010 s.d September 2011 (rata-rata) Kumulatif Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari ekspor makanan olahan (29,38%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-32,62%). 2

Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2010 2011 Pertumbuhan Indikator Satuan Sep Des Apr Mei Jun Jul* Agt* Sep* September ytd 1) Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel 24.800 24.570 23.707 24.716 23.640 24.731 24.786 24.347-1,82-1,77-4,59 - Produksi Kondensat ribu barel 3.574 3.678 3.509 3.335 3.111 3.241 3.455 3.901 9,15 12,92-7,47 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter 13.143 12.769 13.592 16.034 8.813 12.121 16.246 8.967-31,77-44,81-1,76 Non Migas - Konsumsi Semen ribu ton 2.556 3.907 3.734 4.083 4.101 4.378 3.603 3.843 50,34 6,64 16,30 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit 31.273 45.391 34.919 34.984 44.236 55.651 47.967 54.628 74,68 13,89 17,26 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit 34.789 49.647 39.504 39.783 48.103 59.637 50.795 56.031 61,06 10,31 14,09 - Produksi Kendaraan Niaga unit 12.802 16.152 19.503 19.350 20.153 27.552 20.706 22.405 75,01 8,21 27,19 - Penjualan Kendaraan Niaga unit 12.980 18.458 19.264 19.488 20.212 27.464 20.377 21.670 66,95 6,35 29,10 - Produksi Sepeda Motor ribu unit 476 513 716 698 646 722 672 713 49,65 6,16 11,88 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit 482 517 709 709 661 740 681 724 50,31 6,23 12,53 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH 4.290 4.361 4.704 4.557 4.760 4.636 4.796 4.241-1,15-11,57 5,72 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH 2.250 2.290 2.427 2.338 2.436 2.394 2.384 2.280 1,32-4,35 10,31 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH 5.210 5.188 5.250 5.320 5.444 5.506 5.443 5.495 5,48 0,97 7,85 - Penjualan Listrik Total juta KWH 12.587 12.648 13.223 13.041 13.468 13.369 13.438 12.791 1,62-4,81 6,21 - Kunjungan Wisman ribu orang 560 644 608 600 674 745 621 650 16,01 4,67 7,89 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen 48 56 57 57 58 60 51 55 13,98 8,24 4,28 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 62 61 64 63 70 72 63 65 4,75 3,70 8,15 Ekspor Non Migas Utama - Batubara ribu ton 21.371 27.564 25.370 29.669 29.632 31.309 30.595 27.482 28,59-10,18 17,23 - Biji Tembaga ribu ton 315 277 67 128 191 184 162 101-67,82-37,46-32,62 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 173 256 240 224 290 246 204 214 23,37 4,74-0,28 - Makanan Olahan ribu ton 126 249 153 145 214 244 182 220 74,93 21,06 29,38 - Minyak Nabati ribu ton 1.410 1.846 1.353 2.069 1.862 910 2.212 1.457 3,31-34,16 2,75 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 140 176 151 159 164 174 172 161 15,18-6,37-0,07 - Kayu Lapis ribu ton 121 170 167 153 183 147 166 137 13,25-16,99-7,39 - Kayu Gergajian ribu ton 26 43 41 36 36 40 39 32 23,86-17,62 5,18 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 673 746 594 601 565 553 594 678 0,72 14,11 7,11 - Karet Olahan ribu ton 228 243 280 278 261 282 267 246 7,80-8,00 9,71 - Besi dan Baja ribu ton 81 145 138 127 195 116 98 124 53,46 26,61 14,57 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 69 54 40 43 63 66 75 46-34,08-39,28-14,03 - Peralatan Listrik ribu ton 62 67 59 64 62 65 67 71 14,80 6,71-1,96 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 3

GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8.0 Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 2 Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) 1 6.0 4.0 2.0 1 1 1 1-2.0-4.0-6.0 - -1 - -1-1 - -1-8.0-1 -2-1 Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) 12 6 10 5 8 4 3 6 2 4 1 2-1 -2-2 -3-4 -4-6 -5 (% ) (% ) 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1-1 -2-1 -3-2 -4 Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 (% ) (% ) 10 10 6 6 8 8 4 2 4 2 6 4 2 6 4 2-2 -2-2 -2-4 -4-4 -4 4

Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) 12 10 8 6 4 2-2 -4-6 -8 Grafik 11. Produksi Sepeda Motor 7 5 2-2 -5 (% ) (% ) 8 8 Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) 14 12 10 8 6 4 2-2 -4-6 Grafik12. Penjualan Sepeda Motor 7 5 3 1-1 -3-5 (% ) (% ) 8 8 6 6 6 6 4 4 4 4 2 2 2 2-2 -2-2 -2-4 -4-4 -4 Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) 3 6 Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% ) 2 3 2 5 2 24.0 2 1 4 3 1 18.0 1 2 1 12.0 1 6.0 - -1-1 -2 - -6.0 5

2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 - - - -1-1 -1 Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) 64.0 64.0 48.0 48.0 32.0 32.0 16.0 16.0-16.0-16.0 (% ) (% ) 3 4 2 3 2 1 2 1 1 - -1-1 -1-2 Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% ) 2 2 2 1 1 - -1-1 2 1 1 - -1-1 6

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERIKANAN) Sebagian besar wilayah Indonesia yang merupakan wilayah perairan dan menjadi tempat yang potensial bagi subsektor perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, potensi yang besar tersebut belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB yang hanya sebesar 0,12% (rata-rata tahun 2001-2010). Selain itu, pertumbuhan ekspor subsektor perikanan masih relatif rendah ditengarai terkendala masih kurangnya pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan. Belum optimalnya pertumbuhan subsektor perikanan juga tercermin dari pembiayaan sektor perbankan yang masih rendah terhadap subsektor dimaksud dimana pangsa kredit rata-rata pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian sekitar 5% atau hanya sebesar 0,3% terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan. Secara rata-rata tahun 2001-2010 subsektor perikanan tumbuh sebesar 5,22% atau mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, diikuti oleh subsektor peternakan (4,24%), dan subsektor perkebunan (3,72%). Pada triwulan III-2011subsektor perikanan tumbuh sebesar 6,11% (), dan dengan trend yang meningkat. Pangsa subsektor perikanan terhadap total PDB rata-rata sebesar 2,48%,atau dibawah pangsa subsektor tanaman bahan makanan. Secara rata-rata tahun 2001-2010 pangsa subsektor perikanan adalah sebesar 2,48% terhadap total PDB, atau merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan (7,27%). Pangsa subsektor perikanan terhadap PDB tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 3,15% dan terendah terjadi pada tahun 2005 yang hanya mencapai 2,15%. Pangsa subsektor perikanan terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan rata - rata sebesar 17,11%. Jika dilihat dalam lingkup sektoral, subsektor perikanan memiliki pangsa ratarata sebesar 17,11% terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan. Pangsa tersebut merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan yang kontribusinya mencapai 50,06%. Kontribusi subsektor perikanan terhadap pertumbuhan PDB relatif kecil. Sejalan dengan rendahnya pangsa subsektor perikanan dalam PDB, maka kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB juga relatif terbatas. Rata-rata sumbangan subsektor perikanan terhadap PDB tahun 2001-2010 adalah sebesar 0,12%, atau berada dibawah sumbangan subsektor tanaman bahan makanan (0,22%). (%, ) 12 Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan (%, ) 0.8 Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB 10 0.7 8 6 4 2 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -Q1 2011-Q2 2011-Q3 (2) (4) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Kehutanan Subsekt. Perikanan Sumber: BPS, diolah 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -Q1 2011-Q2 2011-Q3 (0.1) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Kehutanan Subsekt. Perikanan Sumber: BPS, diolah 7

Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (%) A. Distribusi Terhadap PDB (%) Sumber: BPS, diolah Q1 Q2 Q3 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 15.29 15.46 15.19 14.34 13.13 12.97 13.72 14.48 15.30 15.34 15.79 15.43 15.66 14.52 1) Tanaman bahan makanan 7.92 8.03 7.83 7.21 6.54 6.42 6.71 7.07 7.48 7.53 8.92 7.58 7.40 7.27 2) Tanaman perkebunan 2.32 2.36 2.32 2.16 2.03 1.90 2.07 2.14 1.99 2.11 1.51 2.34 2.73 2.14 3) Peternakan dan hasil-hasilnya 1.84 1.89 1.86 1.77 1.59 1.53 1.55 1.68 1.87 1.85 1.76 1.70 1.70 1.74 4) Kehutanan 1.03 0.97 0.91 0.88 0.81 0.90 0.92 0.82 0.81 0.75 0.61 0.73 0.72 0.88 5) Perikanan 2.18 2.21 2.27 2.31 2.15 2.23 2.47 2.77 3.15 3.10 2.99 3.07 3.11 2.48 B. Distribusi Terhadap Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (%) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 1) Tanaman bahan makanan 51.82 51.92 51.56 50.30 49.79 49.48 48.92 48.81 48.90 49.08 56.48 49.15 47.26 56 2) Tanaman perkebunan 15.16 15.28 15.29 18 15.50 14.63 17 14.79 13.00 13.73 9.59 15.14 17.43 14.75 3) Peternakan dan hasil-hasilnya 12.02 12.23 12.22 12.35 12.14 11.79 11.32 11.62 12.24 12.09 11.16 11.02 10.88 12.00 4) Kehutanan 6.74 6.25 6.02 6.16 6.20 6.94 6.67 5.63 5.26 4.88 3.85 4.76 4.58 6.08 5) Perikanan 14.25 14.31 14.92 16.11 16.38 17.16 18.03 19.15 20.60 20.22 18.92 19.93 19.85 17.11 C. Pertumbuhan (%, ) RINCIAN 2001 2002 2003 2004 2005 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 3.26 3.45 3.79 2.82 2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86 3.69 3.87 2.68 3.45 1) Tanaman bahan makanan 0.20 2.13 3.64 2.89 2.60 2.98 3.35 6.06 4.97 1.81 3.01 2.54 0.19 3.06 2) Tanaman perkebunan 7.82 5.83 4.37 0.40 2.48 3.79 4.55 3.67 1.84 2.51 6.07 6.45 5.74 3.72 3) Peternakan dan hasil-hasilnya 9.51 6.52 4.13 3.35 2.13 3.35 2.36 3.52 3.45 4.06 4.02 4.27 4.41 4.24 4) Kehutanan 2.42 2.31 0.52 1.28 (1.47) (2.85) (0.83) (3) 1.82 2.07 (0.41) 1.38 1.06 0.52 5) Perikanan 4.94 3.42 5 5.56 5.87 6.90 5.39 7 4.16 5.87 5.57 6.02 6.11 5.22 D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (%, ) 2006 2007 2008 2009 * 2010 ** Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 0.51 0.54 0.58 0.43 0.41 0.49 0.49 0.67 0.54 0.39 0.50 0.53 0.38 0.50 1) Tanaman bahan makanan 2 0.17 0.28 0.22 0.19 0.21 0.23 0.41 0.34 0.12 0.23 0.17 1 0.22 2) Tanaman perkebunan 0.18 0.14 0.11 1 6 9 0.10 8 4 5 9 0.14 0.15 9 3) Peternakan dan hasil-hasilnya 0.17 0.13 8 7 4 6 4 6 6 7 7 7 7 8 4) Kehutanan 3 3 1 1 (2) (3) (1) (0) 1 2 (0) 1 1 1 5) Perikanan 0.11 8 0.11 0.12 0.13 0.15 0.12 0.11 9 0.13 0.12 0.13 0.13 0.12 2001 *** Rata-rata 2001-2010 B. Produksi Subsektor Perikanan Produksi komoditas subsektor perikanan terbagi atas produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap antara lain terdiri atas komoditi udang, tuna, cakalang, tongkol, ikan lainnya, sementara produksi perikanan budidaya antara lain patin, rumput laut, nila, gurame, bandeng, lele, kerapu, ikan mas, udang dan kakap. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2010 total produksi subsektor perikanan mencapai 10,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 10,66% dari produksi tahun sebelumnya. Trend produksi subsektor perikanan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun (Grafik 22) meskipun sempat melambat pada tahun 2008. Secara rinci, pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya masing-masing tercatat sebesar 5,38 juta ton dan 5,48 juta ton per tahun, atau mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,42% dan 16,34%. Perkembangan perikanan budidaya cukup pesat dari tahun ke tahun bahkan sekarang (data tahun 2010) pangsa produksi subsektor perikanan budidaya lebih besar daripada pangsa perikanan tangkap. Sementara jika dilihat dari nilai produksi, total nilai produksi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp102,8 triliun atau naik 14,90% dari nilai produksi tahun sebelumnya. Secara rinci, nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp53,9 triliun dan perikanan budidaya sebesar Rp40,6 triliun. 8

Grafik 22. Perkembangan Produksi Komoditas Perikanan Grafik 23. Perkembangan Nilai Produksi Komoditas Perikanan (Ribu Ton) 6,000 (%, ) 12 (Juta Rupiah) 70,000 (%, ) 20 5,000 10 60,000 20 4,000 3,000 2,000 8 6 4 50,000 40,000 30,000 20,000 10 10 1,000 2 10,000 0-2005 2006 2007 2008 2009 2010*) 0 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010*) 0 Perikanan tangkap Perikanan budidaya Growth Perikanan tangkap Perikanan budidaya Growth Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014 Ket : Data nilai produksi perikanan budidaya tahun 2010 belum tersedia Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014 Jika dilihat dari angka Nilai Tukar Nelayan (NTN) 1, sampai dengan data Agustus 2009 nilainya semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan telah dapat menyimpan hasil pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya. (indeks) 108 Grafik 24. Perkembangan Nilai Tukar Nelayan 106 104 102 100 98 96 94 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2008 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik C. Perkembangan Harga Komoditi Perikanan Rata-rata harga per unit price 2 produk perikanan domestik tahun 2005-2009, untuk komoditi perikanan tangkap sebesar Rp9,3 juta/ton dan untuk perikanan budidaya sebesar Rp9,2 juta/ton. Trend perkembangan harga komoditi perikanan tangkap mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan harga komoditi perikanan budidaya yang cukup fluktuatif (Grafik 25). Sejak tahun 2007 harga perikanan tangkap yang sebelumnya lebih rendah dibandingkan harga perikanan budidaya terus meningkat dan akhirnya jauh melebihi harga perikanan budidaya. Pada tahun 2009 harga komoditas perikanan tangkap mencapai nilai Rp10,6 juta/ton sedangkan harga komoditi perikanan budidaya sebesar Rp8,6 juta/ton. 1 Nilai Tukar Nelayan digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan maupun pembudidaya ikan. Selain itu, juga digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya. 2 Harga per unit price dihitung dengan cara membagi nilai produksi dengan volume produksi 9

Grafik 25. Perkembangan Harga Komoditas Perikanan (Juta Rupiah/ton) 12.000 100 8.000 6.000 4.000 2.000 00 2005 2006 2007 2008 2009 2010*) Perikanan tangkap Perikanan budidaya Ket : Data perikanan budidaya untuk tahun 2010 belum tersedia Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan D. Konsumsi Komoditi Perikanan Penyediaan ikan untuk konsumsi domestik pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan sebesar - 1,3% dari 7,75 juta ton pada tahun 2009 menjadi 7,65 juta ton pada tahun 2010. Sementara, jika dilihat dari penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 turun darisebesar 33,51 kg/kap/th menjadi 33,07 kg/kap/th. Meskipun penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 sedikit turun tapi secara umum cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan masih dapat memenuhi kebutuhan domestik. Jika dilihat dari konsumsi ikan per kapita, konsumsi ikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 konsumsi ikan mencapai 30,47 kg/kap/th. Peningkatan konsumsi ikan tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan produk perikanan yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan (capture) maupun budidaya (aquaculture) tersedia dengan baik. Selain itu, peningkatan tersebut juga menggambarkan bahwa kebijakan peningkatan konsumsi ikan nasional, dan berbagai usaha pengembangannya termasuk pemasaran domestik yang kinerjanya cukup bagus. Tabel 3. Penyediaan Ikan untuk Konsumsi Rincian Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*) Total (000 Ton) 4,901 5,250 5,759 6,381 7,072 7,754 7,651 Per kapita (Kg/Kap/Th) 22.58 23.95 25.94 28.28 30.95 33.51 33.07 Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 10

(Kg/kap/th) 40 Grafik 26. Konsumsi Ikan dan Supply Ikan 35 30 25 20 15 25.94 23 28.28 26.00 30.95 28.00 33.51 33.07 30.47 29.08 Konsumsi Ikan Penyediaan Ikan 10 5 0 2006 2007 2008 2009 2010*) Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka E. Perkembangan Ekspor Impor Data ekspor impor subsektor perikanan tercermin dari data ekspor impor kelompok ikan, kerangkerangan, moluska dan olahan (Fish,crustaceans,moluscs,and their prep.). a. Rata-rata nilai ekspor tahun 2005-2011 3 sebesar USD2.198 juta. Secara rata-rata nilai ekspor subsektor perikanan selama 2005-2011 dengan pangsa sebesar 2,28% dari total ekspor non migas. Pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai ekspor yang cukup besar mencapai -9,01% dan kembali meningkat pada tahun 2010. Sampai dengan September 2011, total nilai ekspor subsektor perikanan tercatat sebesar USD2.167 juta. b. Rata-rata nilai impor tahun 2005-2011 3 sebesar USD128 juta. Secara rata-rata nilai impor subsektor perikanan selama 2005-2011sebesar USD128 juta dengan pangsa sebesar 0,15% dari total impor non migas. Pada tahun 2010, nilai impor tercatat sebesar USD217 juta, atau tumbuh sebesar 40,87%, atau relatif meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2011, impor subsektor perikanan mencapai USD120 juta atau tumbuh sebesar 44,59% dibandingkan data s.d September 2010. (ribu USD) 3,000,000 Grafik 27. Perkembangan Nilai Ekspor (%, ) 20 (juta USD) 250,000 Grafik 28. Perkembangan Nilai Impor (%, ) 40 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 10 10 0 - (0) 200,000 150,000 100,000 40 30 30 20 20 10 500,000 (10) 50,000 10 0 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 s.d Sep 2011 (10) 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 s.d Sep 2011 - Nilai Ekspor Growth Nilai Impor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah 3 Data tahun 2011 adalah data sampai dengan September 2011 11

F. Perkembangan Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan Kredit yang diterima kelompok perikanan relatif kecil. Posisi kredit kelompok perikanan hanya sekitar 5% dari total kredit yang disalurkan terhadap sektor pertanian. Pada akhir tahun 2010, posisi kredit sektor pertanian adalah sebesar Rp 91.173 miliar, sedangkan posisi kredit yang diterima kelompok perikanan sebesar Rp 4.484 miliar. Pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian hanya sebesar 4,92% atau relatif kecil dibandingkan pangsa kelompok lain. Jika dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, pangsa kredit kelompok perikanan tahun 2010 hanya sebesar 0,25%. Sementara itu, posisi kredit sektor pertanian pada tahun 2011 (data s.d Oktober 2011) adalah sebesar Rp 104.186 miliar, sedangkan posisi kredit kelompok perikanan sebesar Rp 44 miliar atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010. 30.39 5.82 Grafik 29. Share Kredit Tahun 2010-2011 (sd. bulan Oktober) 30.18 6.16 10.91 9.58 4.94 1 3.73 1.07 4.31 4.31 5.13 3.47 19.10 15.51 2010 1.93 3.57 17.96 15.70 2.63 3.61 2011 Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Tidak terinci Grafik 30. Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan (Juta Rp) 120,000,000 100,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000,000-2005 2006 2007 2008 2009 2010 s.d Okt 2011 Kredit Perikanan Kredit Pertanian Pertumbuhan Kredit Perikanan (%, ) 40 35 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 Sumber: LBU, Bank IndonesiaSumber: LBU, Bank Indonesia G. Keterkaitan dengan Sektor Lain Kelompok komoditi dalam subsektor perikanan memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input- Output (I-O) Updating 2008, komoditas dalam subsektor perikanan tercermin dari komoditi perikanan. Backward Linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,46. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output komoditi perikanan membutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya sebesar 1,46 unit. Disisi lain, forward linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,67, menunjukkan bahwa 1 unit output komoditi perikanan dapat mendorong output komoditas di sektor ekonomi lainnya sebesar 1,67 unit. Tabel 4. Backward Linkage dan Forward Linkage Subsektor Perikanan Komoditas Subsektor Perikanan Backward Linkage Forward Linkage Perikanan 1.46 1.67 Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008 12

Orientasi pasar komoditi perikanan adalah pasar domestik. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia Updating 2008, orientasi penjualan komoditi subsektor perikanan adalah pasar domestik mencapai 99,89%. Sebagian besar produk subsektor perikanan digunakan sebagai input subsektor itu sendiri, namun juga terdistribusi sebagai input sektor lainnya. Jika dilihat dari tabel I-O 2005, subsektor perikanan memberikan input yang cukup besar terhadap pengilangan minyak bumi khususnya kelompok ikan laut & hasil laut lainnya. Sementara itu, output komoditi perikanan sebagian besar digunakan oleh industri pengolahan dan pengawetan makanan (56,75%). Tabel 5. Struktur Permintaan dan Penawaran Subsektor Perikanan Komoditas Subsektor Perikanan Pangsa Thd Output Total (%) Pangsa Thd Output Sektor (%) Permintaan Antara Permintaan (%) Permintaan Akhir Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Penawaran (%) Output Domestik Impor Perikanan 2.61 16.47 39.62 61.32 - (2.49) 1.55 99.89 0.11 Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008 Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008 Tabel 6. Alokasi Input dan Output Subsektor Perikanan Input Utama % Komoditas Alokasi Output % Perikanan 40.50 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 56.75 Pengilangan minyak bumi 16.66 Perikanan 26.90 Industri makanan lainnya 13.89 Perikanan Restoran dan hotel 11.24 Perdagangan 9.40 Jasa sosial kemasyarakatan 3.03 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 2.51 H. Hambatan dan Pengendalian Beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh subsektor perikanan antara lain : a. Degradasi sumber daya ikan di perairan Indonesia baik di laut maupun perairan umum, terutama yang berada di perairan umum daratan dan perairan pantai. Penyebab terjadinya hal tersebut termasuk oleh aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran, overfishing, destructive fishing (penangkapan ikan yang merusak lingkungan seperti bahan peledak, racun, listrik dan obat bius, penggunaan alat penangkap ikan yang tidak sesuai dengan izin dan yang tidak berizin, maupun oleh pihak asing yang melakukan praktik-praktik illegal di Indonesia). b. Produktivitas para nelayan Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan armada perikanan yang secara nasional masih didominasi oleh kapal berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5 sampai 3 Gross Tonnage (GT). c. Sarana dan prasarana yang masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya. Sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI), pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang jumlahnya hanya mencapai hampir 600 BBI dan lebih dari 750 unit PPI/TPI di seluruh kabupaten/kota belum diikuti dengan penyiapan dan pemenuhan SDM yang handal. Kondisi sarana dan prasarana pendukung produksi dan pemasaran yang berada di lokasi-lokasi sentra usaha kelautan dan perikanan kurang dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, terbatasnya 13

pelabuhan perikanan di daerah menjadi faktor penghambat dalam upaya meningkatkan produksi perikanan yang tinggi. d. Pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan dari Indonesia ke negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Serikat yang selama ini merupakan negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia. e. Terbatasnya sarana dan prasarana pengujian di beberapa Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) dan beberapa diantaranya belum terakreditasi, kurangnya pemahaman pengawas mutu dan stakeholder terkait terhadap ketentuan kebijakan internasional, serta terbatasnya jumlah dan kompetensi inspektur. f. Proses penerbitan health certificate membutuhkan waktu lama, terbatasnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Usaha Penangkapan Ikan (UPI) skala kecil dan terbatasnya surveilensi penerapan pengendalian mutu di UPI dan verifikasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety), serta masih ditengarai adanya penyimpangan pelaksanaan pembuatan sertifikasi ekspor. Kondisi ini menyebabkan beberapa kasus penolakan produk perikanan oleh negara-negara tujuan ekspor. Untuk mengatasi beberapa permasalah tersebut, upaya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dilakukan, antara lain: melakukan penanggulangan illegal fishing & penyelamatan kekayaannegara, penanganan tindak pidana perikanan, pengelolaan benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam, pengembangan kawasan konservasi perairan, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan dan perikanan. 14

BOKS: UsahaPerikananTangkap 4 Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar.panjang pantai Indonesia mencapai95.181 km (World Resources Institute,1998) dengan luas wilayah laut 5,4 jutakm 2, mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km 2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Usaha penangkapan ikan memiliki pangsa yang lebih tinggi dibandingkan usaha budidaya ikan dalam produksi nasional meskipun pada perkembangannya (tahun 2010) pangsa produksi nasional produksi ikan tangkap sedikit lebih rendah dibandingkan ikan budidaya. Berdasarkan data statistik perikanan menunjukkan bahwa pada tahun 2009 dari total produksi perikanan nasional sebesar 9.816 juta ton, dimana sekitar 52% atau 5,10 juta ton merupakan kontribusi kegiatan penangkapan ikan. Untuk tahun 2010 tercatat produksi penangkapan ikan sebesar 5,38 juta ton atau naik 5,42%. Gambaran Kinerja Usaha Perikanan Tangkap Secara rata-rata produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan tiap tahun kecuali pada tahun 2008. Mayoritas volume produksi perikanan tangkap berasal dari perikanan laut dimana memiliki pangsa rata-rata sekitar 93,92%. Pada tahun 2010 produksi penangkapan ikan diperkirakan akan mencapai 5,4 juta ton atau naik 5,42% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis komoditi, produksi perikanan tangkap terbesar merupakan berbagai macam ikan, ikan tongkol, ikan cakalang, dan udang. Grafik 31. Produksi Penangkapan Ikan Grafik 32. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (ton) 6,000,000 (%, ) 12.00 5,000,000 4,000,000 3,000,000 10 8.00 6.00 4.00 2,000,000 1,000,000 2.00 0-2.00 2006 2007 2008 2009 2010*) - 2005 2006 2007 2008 2009 2010*) -4.00 Volume Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Volume Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Jika dilihat dari nilai produksinya, perikanan laut mendominasi usaha perikanan tangkap dimana pada tahun 2010 nilai produksinya mencapai Rp56,3 triliun, sedangkan perikanan umum mencapai Rp4,9 triliun. Nilai produksi perikanan tangkap tahun 2010 tumbuh 13,56% dibanding periode sebelumnya. 4 Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan berbagai sumber lainnya 15

Grafik 33. Nilai Produksi Penangkapan Ikan Grafik 34. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (Milyar Rupiah) 70,000 (%, ) 20 60,000 50,000 40,000 20 10 30,000 10 20,000 10,000 0-2006 2007 2008 2009 2010*) 0 2006 2007 2008 2009 Nilai Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Nilai Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Potensi pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perairan Indonesia diperkirakan mencapai 6,5 juta ton/tahun. Perairan dengan potensi ikan terbesar adalah Laut Cina Selatan (1,059 juta ton/th) diikuti oleh Samudera Hindia (1,056 juta ton/th) dan Selat Makassar Laut Flores (929,7 ribu ton/th). Sementara jika dilihat dari kelompok ikan, potensi sumberdaya ikan terbesar adalah ikan pelagis kecil (3,64 juta ton/th) diikuti oleh ikan demersal (1,4 juta ton/th) dan ikan pelagis besar (1,1 juta ton/th). Kelompok Sumberdaya Ikan Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Tabel 7. Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI Kondisi aktual armada penangkapan ikan laut saat ini, sebesar 98,92% masih didominasi oleh usaha penangkapan ikan skala kecil dengan kapal berukuran <30 GT. Kemampuan operasional kapal yang terbatas mengakibatkan terbatasnya jangkauan potensi sumberdaya ikan hanya pada kawasan territorial, belum mencapai ZEEI dan laut lepas. Hal tersebut mengakibatkan inefisiensi dan kurang optimalnya hasil tangkapan ikan. Selat Malaka Samudera Hindia Laut Cina Selatan Laut Jawa Potensi (000 ton/th) Selat Makasar - Laut Banda Laut Flores Teluk Tomini - laut Seram Laut Sulawesi S. Pasifik L. Arafura - L. timor WPP-571 WPP-572 WPP-573 WPP-711 WPP-712 WPP-713 WPP-714 WPP-715 WPP-716 WPP-717 WPP-718 Ikan Pelagis Besar 27.7 164.8 201.4 66.1 55 193.6 104.1 106.5 70.1 105.2 50.9 1145.4 Ikan Pelagis Kecil 147.3 315.9 210.6 621.5 380 605.4 132 379.4 230.9 153.9 468.7 3645.6 Ikan Demersal 82.4 68.9 66.2 334.8 375.2 87.2 9.3 88.8 24.7 30.2 284.7 1452.4 udang Penaeid 11.4 4.8 5.9 11.9 11.4 4.8 0 0.9 1.1 1.4 44.7 98.3 Ikan Karang Konsumsi 5 8.4 4.5 21.6 9.5 34.1 32.1 12.5 6.5 8 3.1 145.3 Lobster 0.4 0.6 1 0.4 0.5 0.7 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1 4.8 Cumi-cumi 1.9 1.7 2.1 2.7 5 3.9 0.1 7.1 0.2 0.3 3.4 28.4 Total 276.1 565.1 491.7 1059 836.6 929.7 278 595.5 333.7 299.2 855.6 6520.2 Total 16

Tabel 8. Jumlah Kapal Perikanan di Indonesia Berdasarkan Ukuran Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Dalam rangka meningkatkan akses permodalan bagi usaha penangkapan ikan, Kementrian Kelautan telah mengupayakan penyediaan agunan tambahan untuk membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya, antara lain melalui : a. Sertifikat tanah nelayan, yang bertujuan untuk memberikan kepastian hokum atas asset nelayan; memberikan jaminan pada nelayan untuk meningkatkan pemukiman yang layak; meningkatkan kepastian usaha nelayan melalui kepemilikan aset yang dapat digunakan sebagai agunan; meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit. b. Penyediaan Buku Kapal Perikanan (BKP) dan asuransi kapal perikanan. Untuk menguatkan basis data dan meningkatkan legalitas kepemilikan kapan perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.27/MEN/2009 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan telah mengembangkan penerbitan Buku Kapal Perikanan (BKP) sebagai tanda bukti kepemilikan kapal. Sementara itu, upaya untuk mengasuransikan kapal perikanan perlu dilakukan karena akan dapat digunakan sebagai agunan. Dalam rangka menyediakan informasi mengenai pola usaha penangkapan ikan, kelembagaan usaha, kebutuhan pembiayaan, analisis kelayakan usaha untuk mendukung akses permodalan bagi perbankan dan lembaga keuangan lain maka telah disusun Buku Panduan Potensi Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan kerjasama antara Bank Indonesia dan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Buku ini bertujuan untuk memperluas informasi untuk membangun image yang lebih baik tentang dunia usaha penangkapan ikan dan memperkuat kelembagaan serta pengelolaan usaha penangkapan ikan khususnya skala kecil agar menjadi usaha yang bankable. Kategori dan Ukuran Kapan/Perahu 2006 2007 2008 2009 Total 590,317 590,314 596,184 590,352 Perahu tanpa motor 249,955 241,889 212,003 193,798 Perahu motor tempel 185,983 185,509 229,335 236,632 Kapal motor 154,379 162,916 154,846 159,922 Ukuran kapal Bank Indonesia bersama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dalam mendorong fungsi intermediasi perbankan untuk sektor kelautan dan perikanan. Terkait dengan sektor perikanan tangkap, Bank Indonesia telah mengatur bahwa kapal laut dapat dijadikan sebagai agunan bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dan PBI No.9/9/PBI/2007 tentang Perubahan atas PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) ditetapkan antara lain adalah pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik, dan wajib (a) Dilengkapi dengan dokumen hukum yang syah; (b) Diikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (c) Dilindungi asuransi yang memenuhi ketentuan yang berlaku Selanjutnya, untuk menfasilitasi nelayan dalam memenuhi PBI di atas, Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menfasilitasi penerbitan Sehat (Sertifikasi Hak Atas Tanah) nelayan dan BKP (Buku Kapal Perikanan) sehingga Tahun < 5 GT 106,609 114,273 107,934 105,121 5-10 GT 29,899 30,617 29,936 32,214 10-20 GT 8,190 8,194 7,728 8,842 20-30 GT 5,037 5,345 5,200 7,403 30-50 GT 970 913 747 2,407 50-100 GT 1,926 1,832 1,665 2,270 100-200 GT 1,381 1,322 1,230 1,317 > 200 GT 367 420 406 348 diharapkan akan menjadi asset yang dapat dijaminkan dalam pengajuan kredit bagi nelayan. 17

18